Kamal yang saat ini telah menjadi Alzio mulai mencerna situasi yang ada di sini. Agar lebih mudah, mulai sekarang kita akan memanggil Kamal sebagai Alzio.
Terlihat si pelayan pribadi dengan wajah khawatirnya berdiri di samping kasurnya. Para pelayan wanita pun berdiri di sudut kamar memperhatikan pangeran mereka dengan raut wajah serupa dengan pelayan pribadi. Tak lama kemudian terdengar sebuah suara hentakkan kaki yang menuju ke arah kamar tersebut.
“Zio!” teriak seorang wanita paruh baya yang langsung memeluk Alzio.
‘E-eh? Si-siapa wanita ini?’ batin Alzio penuh tanda tanya.
Wanita itu memiliki rambut hitam dan mata biru yang sama persis dengan milik Alzio. Siapa lagi kalau bukan ibu kandung Alzio, Ratu saat ini—Adelaide. Ia memandangi anak kesayangannya itu dengan penuh kekhawatiran sambil mengusap wajah putranya yang tampak begitu pucat.
“Ibu dengar Dokter Kerajaan datang ke Istanamu, karena itu Ibu sangat khawatir,” ucap Adelaide sambil menatap lekat Alzio sambil mengeluarkan sedikit air mata.
‘I-Ibu? Ah berarti ia adalah Ratu saat ini,’ batin Alzio.
Alzio merasa canggung dengan suasana ini. Ia tak tahu harus berbuat apa. Namun, pada akhirnya ia pun membalas pelukan sang Ibu. Sudah lama ia tak merasakan kehangatan seperti ini. Setelah itu, Adelaide menanyakan kondisi Alzio saat ini kepada Dokter Kerajaan. Sang Dokter menjawab kalau Alzio baik-baik saja walaupun ingatannya sedikit hilang.
“Apa? Hilang ingatan? B-Bagaimana mungkin?!” Adelaide begitu syok mendengarnya. Ia pun kembali mengusap wajah anak lelakinya tersebut.
“I-Ibu?” ucap Alzio dengan nada canggung.
“Iya, Nak! Aku Ibumu! Adelaide! Kau ingat?” Adelaide menjawab dengan sangat keras.
‘Bagaimana aku bisa mengingatnya? Ini pertama kalinya aku ada di sini. Sepertinya aku harus memastikan terlebih dahulu, sekarang aku ada di alur yang mana ...’ batin Alzio.
“I-Ibu, s-sekarang umurku berapa, ya?” tanya Alzio. Tentu saja semua orang yang ada di kamar itu terkejut. Sebenarnya separah apa Alzio kehilangan ingatannya. Itulah yang mereka pikirkan.
“Besok kau sudah berumur delapan belas tahun, Ibu juga sudah menyiapkan pesta untuk perayaan kedewasaanmu. Apa lebih baik Ibu tunda saja,ya?” jawab Adelaide dengan penuh kekhawatiran.
Mendengar jawaban itu tentu saja Alzio sedikit terkejut. Di novel tersebut dimulai ketika hari pertunangan antara Alzio dan Charlotte sang pemeran utama wanita. Saat itu Alzio sudah berumur dua puluh satu tahun. Itu artinya saat ini, alur di dalam novel ini belum dimulai. Tentu saja mengetahui hal tersebut membuat Alzio sangat senang pastinya.
‘Aku bisa mempersiapkan banyak hal sebelum alur di dalam novel itu dimulai,’ batin Alzio.
Alzio pun memancarkan senyumannya dan mengatakan bahwa ia baik-baik saja. Jadi, tidak masalah jika perayaan kedewasaannya tetap dirayakan besok. Adelaide pun senang dan lega ketika mendengarnya.
‘Oh, ngomong-ngomong aku baru menyadarinya. Orang tadi, yang kupanggil kakek ternyata sangat tampan,’ batin Alzio sambil melirik ke arah pelayan pribadinya.
“Ibu, siapa dia?” tanya Alzio sambil menunjuk ke arah pelayan tersebut.
“Ah, dia ... dia itu Haniel, pelayan pribadimu,” jawab Adelaide.
‘A-Apa?! H-Haniel yang itu?!’ batin Alzio.
Haniel Angelo, putra dari keluarga Count yang sudah bangkrut karena itu ia memutuskan untuk menjadi pelayan pribadi Pangeran kedua. Namun, sebenarnya sebelum ia menjadi pelayan pribadi Alzio, ia adalah seorang kesatria muda yang berjasa dalam perang sebelumnya.
‘Aku masih heran kenapa dia memilih berhenti menjadi kesatria dan malah menjadi pelayan pribadi dari pangeran yang lemah,’ batin Alzio heran.
“B-Begitu ya,” jawab Alzio.
Haniel menatap ke arah Alzio. Alzio yang menyadari hal itu merasa risih. Karena tanpa ia sadari tiba-tiba muncul seperti kerlap-kerlip yang berada di sekitar Haniel. Wajah Haniel memanglah tampan dan ia pun masih berusia tiga puluh tahunan.
‘Wah silau,’ batin Alzio.
Tiba-tiba Haniel menyarankan sebuah usul. Bagaimana jika Alzio diajak berkeliling Istana terlebih dahulu sebelum perayaan kedewasaan esok hari dimulai. Mungkin saja ingatan Alzio perlahan akan kembali seperti semula. Adelaide menyetujui saran tersebut.
***
Tiba di koridor Istana, Alzio dengan rombongan pelayan di belakangnya mulai berkeliling Istana. Namun, sebenarnya ia merasa risih karena diikuti oleh banyak pelayan di belakangnya.
“Haniel, bisakah hanya kau seorang yang menemaniku?” tanya Alzio dengan wajah malas. Melihat ekspresi Alzio barusan Haniel sedikit terkejut. Tak lama kemudian para pelayan mulai pergi meninggalkan mereka berdua.
“Jadi, kita mau kemana?” tanya Alzio.
Haniel menyarankan agar mereka pergi ke perpustakaan karena Pangeran Alzio yang asli sering menghabiskan waktunya di sana dengan membaca banyak buku.
“Ditolak, aku sudah muak membaca banyak buku!" jawab Alzio dengan ketus.
“E-Eh ... Bagaimana kalau ke taman di Istana ini? Biasanya Anda sering menghabiskan waktu untuk minum teh di sana,” tanya Haniel. Mendengar hal tersebut tentu saja Alzio memendam rasa kesal di dalam hatinya.
‘Minum teh?! Yang benar saja! Dasar Alzio, memangnya kau itu seorang Lady, hah?!’ batin Alzio penuh kekesalan.
Tiba-tiba Alzio terpikirkan oleh suatu hal. Ia pun langsung tersenyum dengan sinis.
“Bagaimana kalau kita pergi ke tempat pelatihan? Tiba-tiba aku ingin sedikit berolahraga,” ucap Alzio sambil tersenyum tipis.
Untuk merubah alur novel ini, hal pertama yang harus ia ubah adalah kemampuan fisik Alzio. Di dalam novel aslinya karena Alzio adalah Pangeran yang lemah banyak para bangsawan yang meremehkannya. Karena itu, Alzio yang sekarang memutuskan untuk membuang jauh-jauh julukan Pangeran Terlemah dari dirinya. Namun, tentu saja itu bukanlah hal yang mudah.
***
Alzio yang sudah berada di tempat pelatihan sudah mulai kelelahan, padahal ia baru saja mengayunkan pedang kayu sebanyak dua puluh kali.
‘Hah, sial ... Tubuh ini lemah sekali ...’ batin Alzio.
Haniel yang mengawasinya dari jauh mulai khawatir dan menyarankan agar Alzio segera menghentikan kegiatannya tersebut. Namun, Alzio itu pantang menyerah dan tetap melanjutkan kegiatannya. Pada akhirnya ia hanya mencapai rekor lima puluh ayunan dengan bayaran rasa lelah yang sangat dahsyat.
‘Aku harus mulai melatih fisiknya, tapi sepertinya itu tidak akan mudah,’ batin Alzio.
“Anda terlalu memaksakan diri, padahal biasanya Anda hanya mengayun sampai hitungan ke sepuluh. Tapi, sepertinya ini adalah rekor terbaru Anda, Yang Mulia,” ucap Haniel sambil memberikan handuk kering kepada Alzio.
“Ya ... Sepertinya aku harus mulai rajin untuk latihan,” jawab Alzio sambil mengusap keringat yang ada di wajahnya.
Hari sudah mulai sore, mereka pun kembali ke Istana Pangeran. Selama perjalanan Alzio selalu memperhatikan sekeliling, kalau-kalau ada seseorang yang ia kenal. Contohnya adalah seperti Putra Mahkota dan para kesatria pilihannya.
‘Ah, sepertinya di tahun ini ia belum resmi menjadi Putra Mahkota,’ batin Alzio.
Aesar de Mamertino adalah pemeran utama pria dalam novel 'Cinta Sejati' yang tak lain adalah kakaknya Alzio. Ia dinobatkan sebagai Putra Mahkota saat usianya sudah menginjak dua puluh lima tahun yaitu tiga tahun dari sekarang. Tepat saat alur novel itu dimulai.
Esok adalah hari perayaan kedewasaan Alzio. Kemungkinan untuk bertemu dengan Aesar dan Charlotte sangatlah besar. Charlotte adalah Putri dari keluarga Count Lancdress, keluarga itu sudah sangat dekat dengan keluarga Marquis Pholea keluarga dari Ratu saat ini. Karena hal itu pula yang menyebabkan Alzio dan Charlotte dijodohkan.
Namun, hal terbesar yang menyebabkan Alzio dijodohkan dengan Charlotte adalah karena perjanjian antara Alzio dan Adelaide saat Alzio masih berumur lima belas tahun. Dikarenakan Alzio yang menyadari dirinya tak akan berguna sebagai kesatria, ia lebih memilih untuk menempuh pendidikan ilmu pengetahuan. Dengan syarat agar Alzio dapat menempuh pendidikan sesuka hatinya dan meninggalkan tanggung jawabnya sebagai seorang kesatria masalah pernikahan akan diserahkan sepenuhnya kepada Adelaide. Itulah perjanjian kekanak-kanakan yang mereka buat saat itu.
‘Dasar Alzio bodoh! Kenapa menyerah secepat itu! Padahal kalau berusaha kau juga bisa menjadi seorang kesatria,’ batin Alzio.
Sebelum kembali ke Istana Pangeran, Alzio hendak mengunjungi Ibunya sebentar. Sebenarnya, Ibu Alzio sebelumnya mempunyai wajah yang hampir mirip dengan Ibunya yang sekarang. Karena itu ia merasa sangat rindu. Saat tiba di depan ruangan Ratu, Alzio mendengar Ibunya sedang berbicara sendiri.
“Ayolah, kau adalah pamannya dan juga seorang penyihir agung, pasti kau bisa menyembuhkannya, kan? Aku yakin sekali ini pasti ada kaitannya dengan sihir,” ucap Adelaide.
Alzio mengintip sekilas karena ia penasaran dengan siapa Adelaide berbicara. Ia melihat Adelaide sedang memegang sebuah alat dan menempelkannya ke telinganya. Mirip seperti sebuah telepon.
‘Huh? Memangnya pada jaman ini sudah ada telepon?’ batin Alzio heran.
“Lagipula, sang Raja tidak boleh tahu kalau Zio sedang sakit,” ucap Adelaide meyakinkan lawan bicaranya tersebut.
Wajah Adelaide tampak kecewa begitu mendengar jawaban dari seseorang tersebut. Ia pun mulai menutup teleponnya. Tak lama, Alzio pun mengetuk pintu dan menyapa Ibunya. Adelaide pun menyambutnya dengan wajah gembira.
“Siapa yang Ibu hubungi tadi?” tanya Alzio.
“Ah, kau mendengarnya? Ibu tadi berusaha meyakinkan pamanmu untuk menyembuhkanmu,” jawab Adelaide sambil tersenyum.
‘Paman? Kalau begitu berarti pemimpin keluarga Marquis saat ini, adiknya Ibu, kan,’ batin Alzio.
Sambil membalas senyuman Ibunya Alzio pun bertanya apakah pamannya itu adalah seorang dokter. Namun, ibunya menjawab pamannya adalah seorang Penyihir Agung. Penyihir terkuat di kerajaan saat ini. Tentu saja mendengar hal itu Alzio sangat terkejut.
‘P-Penyihir? Memangnya ini dunia fantasi?! Bukannya ini cuma novel kerajaan biasa?!’ batin Alzio tercengang.
Alzio bertanya kepada Adelaide apakah ia juga bisa menggunakan sihir. Tentu saja, karena keluarga Marquis sejak dulu selalu melahirkan generasi-generasi berbakat dalam bidang sihir. Di kerajaan ini, keluarga Marquis Pholea adalah keluarga yang mempunyai penyihir terkuat setiap tahunnya.
“Apakah Zio juga mau belajar sihir?” tanya Adelaide kepada Alzio.
Di dalam hati Alzio ia sangat senang, tentu saja ia sangat mau mempelajarinya. Karena hal ini bisa meningkatkan peluang untuk keselamatannya di ending novelnya nanti.
“Tentu, aku ingin mempelajarinya!” jawab Alzio penuh semangat.
Adelaide yang mendengar jawaban Alzio cukup terkejut, padahal anaknya dulu tidak pernah tertarik untuk belajar sihir. Ia hanya tertarik untuk mempelajari ensiklopedia dan akuntansi. Tentu saja saat ini Adelaide sangat bahagia. Ia bilang akan segera mencarikan guru yang hebat untuk Alzio belajar sihir nanti. Adelaide pun lekas menyuruh Alzio untuk kembali ke kamarnya karena ia harus istirahat untuk acara besok.
Acara yang kemungkinan besarnya akan mempertemukan Alzio dengan kedua pemeran utama.
-tbc.
Esok hari adalah hari yang sangat ditunggu oleh Alzio. Karena ia akan segera bertemu dengan Charlotte secara langsung. Seorang wanita cantik yang digambarkan memiliki rambut berwarna cokelat panjang dengan matanya yang cerah berwarna oranye sebagai ciri khas keluarga Count Lancdress.“Kira-kira dia bakal secantik apa, ya?” gumam Alzio.Sambil menanti hari esok yang menegangkan, Alzio pun memutuskan untuk tidur. Ia pun perlahan mulai menutup matanya. Namun, beberapa menit kemudian ia kembali membuka matanya. Merasa kesal, ia mulai menutup kembali matanya. Akan tetapi, hal yang sama terulang kembali.‘A-Aku tidak bisa tidur!’ batin Alzio kesal.Ini adalah kebiasaan Alzio saat ia masih hidup menjadi Kamal. Ia selalu ti
“Alzio?”Suara yang berat dan sedikit serak memanggil Alzio. Ia adalah pemimpin keluarga Marquis Pholea yakni paman Alzio–Ellio Pholea. Seorang penyihir agung di masa ini. Diusia mudanya ia berhasil membuat sebuah alat komunikasi dari sihir, ia dikatakan sebagai orang yang menjabat gelar sebagai penyihir agung di usianya yang masih sangat muda dalam sejarah.Keluarga Pholea dikenal dengan ciri khasnya mata berwarna biru serta rambut berwarna hitam. Setiap keturunan keluarga Pholea juga dikenal memiliki 'mana' dalam jumlah yang besar. Bahkan dalam kasus yang sedikit spesial ada yang memiliki 'mana' yang istimewa.‘Orang ini ... pasti Ellio Pholea. Dari perawakannya yang mirip Ibu, sudah jelas itu dia,’ batin Alzio.“
Sudah seminggu berlalu sejak Alzio meminta kepada Haniel untuk mengajarkan cara berpedang. Kemampuan Alzio semakin hari semakin meningkat. Karena latihan besar-besaran yang ia lakukan bulan lalu, hal itu membuat kekuatan fisik Alzio meningkat secara drastis. Siapa sangka tubuh lemah yang terlihat akan jatuh jika terkena sekali pukulan itu bisa menjadi tubuh yang sangat kuat seperti sekarang ini.Haniel yang memperhatikan perkembangan kemampuan berpedang Alzio merasa kalau ia sudah semakin hebat. Sekarang, rumor kalau Alzio adalah Pangeran Terlemah perlahan telah memudar. Bahkan, seringkali Alzio tidak sengaja mengucapkan kata-kata kasar di depan para pelayan. Hal itu membuat citranya semakin menurun. Seperti yang terjadi di bawah ini.“Sialan, teh ini panas sekali!” ucap Alzio yang tak sengaja mengumpat.Pelayan yang menyajikan teh tersebut terkejut menganga mendengar Alzio mengatakan kata-kata kasar seperti itu.“Ah, maksudku ... aduh
Anak lelaki itu masih saja memandangi Alzio dengan begitu lekat sambil memasang wajah polosnya.“Apa maksudmu? Bukannya sebaliknya, kau yang menabrakku, hm?” tanya Alzio sambil mendekatkan wajahnya dengan tatapan mengancam.Anak itu mulai berkeringat dingin dan wajah polosnya seketika berubah menjadi wajah panik. Namun, tiba-tiba saja, ia sengaja menjatuhkan dirinya ke tanah. Alzio yang melihat itu terdiam sejenak.“Ahh! Kakak ini tiba-tiba mendorongku! Huaa,” teriak anak lelaki tersebut yang seketika menarik perhatian banyak orang.Orang-orang yang berada di sana mulai memandangi mereka. Alzio masih bingung dengan apa yang dilakukan oleh anak ini. Sementara itu, Haniel di belakang sudah mulai panik dan merasa tidak tenang.“Sekarang apa sih yang kau lakukan?” tanya Alzio heran.Anak itu tiba-tiba menangis yang membuat semua orang semakin gaduh. Ia mengatakan kalau Alzio baru saja menatapnya dengan wajah yang sa
Wajah Eras mulai memerah karena sudah tersulut emosi. Terlihat kemarahan yang sangat besar di wajahnya. Namun, ia tetap mencoba untuk tenang dan menahan amarahnya.“Baiklah, kalau begitu kita lupakan saja kejadian hari ini,” pinta Eras sambil memasang senyuman yang dibuat-buat.Ia pun lekas pergi meninggalkan mereka. Namun, tidak semudah itu untuknya pergi. Alzio menepuk pundaknya dari belakang. Eras yang dibuat bingung pun menoleh ke belakang. Tepat pada saat itu pula, Alzio menampar wajahnya menggunakan punggung tangannya. Hal itu membuat Haniel semakin panik dan para anak kembar itu malah makin terkagum-kagum.“Ha-ha, masa Kakak mau pergi begitu saja?” ejek Alzio sambil tertawa kecil.
Saat dalam perjalanan untuk kembali ke istana. Haniel mulai mengintimidasi Alzio dan menanyakan apa tujuan sebenarnya ia pergi ke Ibukota.“Jadi, apa sebenarnya tujuan Anda datang ke sini?” tanya Haniel sambil memberi tatapan tajam ke arah Alzio.Alzio memasang wajah panik dan mengeluarkan keringat dingin di seluruh wajahnya.“I-Itu ... hmm, aku memang berniat untuk melihat-lihat pedang 'kan? Tapi karena dua anak kembar itu mengganggu jadinya seperti itu 'kan,” dalih Alzio beralasan.Haniel menatap Alzio dengan wajah tak percaya, ia menaikkan kedua alisnya dan memancarkan sorot mata curiga seolah tidak percaya dengan alasan Alzio barusan.“Pokoknya Anda jangan sampai membuat masalah lagi, itu bisa merepotkan Yang Mulia Ratu,” ujar Haniel sambil menghela napasnya.“Baik, baik. Aku mengerti,” jawab Alzio deng
Saat baru memasuki bar tersebut, langsung tercium aroma alkohol dimana-mana. Banyak orang yang sedang mabuk. Banyak pula para wanita yang berpakaian kurang senonoh untuk dilihat oleh anak di bawah umur. Seorang wanita dengan pakaian sopan menghampiri Alzio, ketika ia tahu Alzio memasuki bar ini.“Apa ada yang bisa saya bantu, Tuan?” tanya wanita tersebut.“Ah, uh ... aku kemari sedang mencari seseorang,” jawab Alzio sambil menoleh ke kanan dan ke kiri.“Ouw, saya baru pertama kali melihat Anda, seperti apakah tipe kesukaan Anda? Atau mungkin Anda mengetahui namanya?” tanya wanita itu lagi.“Yah, aku baru saja datang ke daerah ini,” jawab Alzio.
Kita kembali ke beberapa saat yang lalu. Saat sedang dalam perjalanan ke bar ini Alzio menjelaskan sesuatu kepada Haniel. Ia sangat ingin membuat pasukan kesatrianya sendiri seperti kakaknya karena menurutnya itu adalah hal yang keren.Ia pun mengatakan kalau orang yang akan ia temui adalah salah satu dari calon kesatria tersebut dan orang itu adalah Eras. Orang yang kemarin ribut dengan Alzio. Haniel juga mengatakan kepada Alzio bahwa ia merasakan sesuatu dari Eras. Karena sudah menggeluti bidang ini selama bertahun-tahun, Haniel bisa langsung tahu yang mana orang yang sudah berjuang keras dan yang mana orang yang berbakat. Menurutnya, Alzio adalah salah satu orang berbakat yang selalu menyembunyikan kemampuannya selama ini.***Kembali
“Apakah sudah saatnya untukku pulang?”Dengan nada santai kata-kata itu dikeluarkan dari mulut pamannya Alzio–Marquis Ellio. Pria itu langsung menutup buku yang ia baca tadi dan meletakkan kembali ke dalam rak.“Kita sudah harus kembali, pasukanku akan melindungi Anda selama di perjalanan,” jelas Aesar.Ellio pun menurut begitu saja dan lekas pergi bersama Aesar. Mereka berdua pun pamit ke Alzio karena mereka akan segera meninggalkan istana sebentar lagi. Mereka berdua meninggalkan perpustakaan dan menyisakan Alzio seorang diri. Walau dibilang sendiri, sebenarnya masih ada seorang pengawas perpustakaan di dalam sana.Karena sudah begitu penasaran dengan dunia in
Alzio yang langsung pergi mengunjungi Eras di dalam tahanan sedikit berdebat dengan Haniel selama menuju ke sana. Sebenarnya, Haniel sangat marah kepada Eras dan berniat untuk menebas Eras pada saat itu juga, tetapi karena perintah yang diberikan oleh Alzio sesaat sebelum ia kehilangan kesadarannya membuat Haniel menahan amarah di dalam dirinya. Haniel sangat tidak setuju akan keputusan Alzio. Ia tidak terima bila Eras hanya mendapatkan hukuman ringan saja. Padahal ia sudah melukai Alzio yang merupakan pangeran kerajaan ini.Alzio pun meminta Haniel untuk tenang. Ia tahu kalau keputusannya itu pasti tidak akan mudah diterima begitu saja. Namun, Ayahanda Alzio sudah menyetujuinya dan menyerahkan sepenuhnya kasus ini kepada Alzio. Jadi, keputusan yang dibuat oleh Alzio tidak bisa diganggu gugat. Tetap saja, Haniel tidak suka dengan keputusannya. Menurutnya, Alzio terlalu lembek, mudah memaa
“Kurasa kau harus mengadakan sebuah sidang.”Kata-kata dari sang ayah berhasil membuat Alzio terdiam. Ia tidak habis pikir, kenapa masalahnya malah jadi serumit ini?“A-Ayah, menurutku itu tidak perlu,” tolak Alzio secara halus.“Apa maksudmu? Orang itu sudah melukai anggota keluarga kerajaan, dia pantas untuk diberi hukuman yang berat!" ketus Ayahanda Alzio.Alzio yang tidak ingin masalah ini semakin memanjang mulai memutar otaknya. Ia mulai memikirkan bagaimana cara agar bisa terlepas dari semua ini.‘Padahal 'kan yang terluka aku, kenapa dia yang heboh sih?’ batin Alzio.
Di pagi harinya, sebelum Alzio pergi mengunjungi Eras yang saat ini sedang ditahan.Ia bangun di pagi-pagi buta untuk memikirkan langkah selanjutnya. Alurnya secara perlahan mulai menjauh dari cerita novel aslinya. Mengapa Eras menyerang Alzio di tempat ramai seperti itu? Bahkan, Aesar dan Eras sudah bertemu lebih cepat dari cerita aslinya, tetapi dengan keadaan yang sangat berbeda.Sekarang ini, yang ada di pikiran Alzio adalah untuk membebaskan Eras secepatnya. Ia merasakan ada sesuatu yang aneh terjadi pada saat itu. Mengingat Eras sendiri tidak menyadari akan tindakan yang ia lakukan pada saat itu.‘Apa itu semacam sihir? Di dunia ini pastinya ada sihir seperti itu,’ pikir Alzio menerka-nerka.Ketika Alzio di kehidupan sebelumnya, ia tidak terlalu ingat tentang sihir di novel 'Cinta Sejati' yang ia baca. Karena isi novel itu hanya fokus bercerita tentang hal romantis yang terjadi kepada Charlotte dan Aesar di belakang Alz
Kita kembali ke beberapa saat yang lalu. Saat sedang dalam perjalanan ke bar ini Alzio menjelaskan sesuatu kepada Haniel. Ia sangat ingin membuat pasukan kesatrianya sendiri seperti kakaknya karena menurutnya itu adalah hal yang keren.Ia pun mengatakan kalau orang yang akan ia temui adalah salah satu dari calon kesatria tersebut dan orang itu adalah Eras. Orang yang kemarin ribut dengan Alzio. Haniel juga mengatakan kepada Alzio bahwa ia merasakan sesuatu dari Eras. Karena sudah menggeluti bidang ini selama bertahun-tahun, Haniel bisa langsung tahu yang mana orang yang sudah berjuang keras dan yang mana orang yang berbakat. Menurutnya, Alzio adalah salah satu orang berbakat yang selalu menyembunyikan kemampuannya selama ini.***Kembali
Saat baru memasuki bar tersebut, langsung tercium aroma alkohol dimana-mana. Banyak orang yang sedang mabuk. Banyak pula para wanita yang berpakaian kurang senonoh untuk dilihat oleh anak di bawah umur. Seorang wanita dengan pakaian sopan menghampiri Alzio, ketika ia tahu Alzio memasuki bar ini.“Apa ada yang bisa saya bantu, Tuan?” tanya wanita tersebut.“Ah, uh ... aku kemari sedang mencari seseorang,” jawab Alzio sambil menoleh ke kanan dan ke kiri.“Ouw, saya baru pertama kali melihat Anda, seperti apakah tipe kesukaan Anda? Atau mungkin Anda mengetahui namanya?” tanya wanita itu lagi.“Yah, aku baru saja datang ke daerah ini,” jawab Alzio.
Saat dalam perjalanan untuk kembali ke istana. Haniel mulai mengintimidasi Alzio dan menanyakan apa tujuan sebenarnya ia pergi ke Ibukota.“Jadi, apa sebenarnya tujuan Anda datang ke sini?” tanya Haniel sambil memberi tatapan tajam ke arah Alzio.Alzio memasang wajah panik dan mengeluarkan keringat dingin di seluruh wajahnya.“I-Itu ... hmm, aku memang berniat untuk melihat-lihat pedang 'kan? Tapi karena dua anak kembar itu mengganggu jadinya seperti itu 'kan,” dalih Alzio beralasan.Haniel menatap Alzio dengan wajah tak percaya, ia menaikkan kedua alisnya dan memancarkan sorot mata curiga seolah tidak percaya dengan alasan Alzio barusan.“Pokoknya Anda jangan sampai membuat masalah lagi, itu bisa merepotkan Yang Mulia Ratu,” ujar Haniel sambil menghela napasnya.“Baik, baik. Aku mengerti,” jawab Alzio deng
Wajah Eras mulai memerah karena sudah tersulut emosi. Terlihat kemarahan yang sangat besar di wajahnya. Namun, ia tetap mencoba untuk tenang dan menahan amarahnya.“Baiklah, kalau begitu kita lupakan saja kejadian hari ini,” pinta Eras sambil memasang senyuman yang dibuat-buat.Ia pun lekas pergi meninggalkan mereka. Namun, tidak semudah itu untuknya pergi. Alzio menepuk pundaknya dari belakang. Eras yang dibuat bingung pun menoleh ke belakang. Tepat pada saat itu pula, Alzio menampar wajahnya menggunakan punggung tangannya. Hal itu membuat Haniel semakin panik dan para anak kembar itu malah makin terkagum-kagum.“Ha-ha, masa Kakak mau pergi begitu saja?” ejek Alzio sambil tertawa kecil.
Anak lelaki itu masih saja memandangi Alzio dengan begitu lekat sambil memasang wajah polosnya.“Apa maksudmu? Bukannya sebaliknya, kau yang menabrakku, hm?” tanya Alzio sambil mendekatkan wajahnya dengan tatapan mengancam.Anak itu mulai berkeringat dingin dan wajah polosnya seketika berubah menjadi wajah panik. Namun, tiba-tiba saja, ia sengaja menjatuhkan dirinya ke tanah. Alzio yang melihat itu terdiam sejenak.“Ahh! Kakak ini tiba-tiba mendorongku! Huaa,” teriak anak lelaki tersebut yang seketika menarik perhatian banyak orang.Orang-orang yang berada di sana mulai memandangi mereka. Alzio masih bingung dengan apa yang dilakukan oleh anak ini. Sementara itu, Haniel di belakang sudah mulai panik dan merasa tidak tenang.“Sekarang apa sih yang kau lakukan?” tanya Alzio heran.Anak itu tiba-tiba menangis yang membuat semua orang semakin gaduh. Ia mengatakan kalau Alzio baru saja menatapnya dengan wajah yang sa