"Apa yang sedang kalian lakukan?!" orang tersebut berkata dengan suara dingin, berintonasi tinggi dan penuh kemarahan.
Elle sangat kaget. Suara yang terdengar itu jelas-jelas adalah suara Dicky, suaminya.
Lampu utama kamar yang dinyalakan dengan tiba-tiba. Sinarnya sangat menyilaukan, membuat Elle menyipitkan mata.
"Di-Dicky?" setelah mata Elle beradaptasi dengan cahaya kini Elle bisa melihat Dicky suaminya itu sedang berdiri di samping tempat tidur dengan ekspresi sangat marah.
'Jika Dicky sedang berdiri di samping ranjang lalu tadi aku melakukannya dengan siapa? Siapa yang memelukku sekarang?' batin Elle. Seketika kepala Elle menjadi kosong. Badannya gemetaran. Dia tidak bisa berpikir ataupun berkata-kata sepatah kata pun.
Dicky menarik rambut Elle dengan kuat hingga Elle turun dari tempat tidur.
"Dicky! Sakiitt ...." Elle mengerang kesakitan sembari menahan tangan Dicky agar tidak terus menarik rambutnya.
Di saat tubuh Elle dihempaskan ke lantai oleh Dicky, Elle dapat melihat sosok pria asing yang tidak dia kenali sama sekali berada di tempat tidurnya.
Pria itu berwajah sangat tampan, matanya gelap dan terlihat sorot mata dingin dari kedua matanya.
Kini Elle bisa merasakan tubuhnya semakin gemetar dan mendingin. Pemandangan yang ada di depan mata membuatnya tidak tahu harus berbuat apa.
"Bastard!" Dengan penuh kemarahan Dicky mengayunkan kepalan tangannya ke arah pria itu.
Namun dengan sigap pria itu menahan pukulan dari Dicky dan memberikan pukulan balik ke wajah Dicky. Dicky pun langsung jatuh tersungkur di lantai, dia mengerang kesakitan.
"Dicky—" Elle berteriak panik lalu berlari ke arah Dicky, dia ingin memeriksa keadaan Dicky.
Pria asing itu mengernyitkan keningnya, dia menatap kami dingin. "Aku akan menyelidiki masalah ini sampai tuntas."
"Apa maksudmu?!" ucap Elle heran.
Pria asing di atas tempat tidur Elle itu bukannya menjawab. Dia malah memberingsut turun dari tempat tidur, memakai pakaiannya yang tergeletak di lantai kemudian melangkah pergi keluar dari kamar. Ia mengabaikan semua yang berada di kamar.
***
Tidak lama kemudian Henry Dirk dan Tania Oda—kedua orang tua Dicky—datang setelah mendengar laporan tentang kejadian di dalam kamar. Melihat kedua orang tua Dicky datang, Elle segera meraih selimut untuk menutupi tubuh polosnya.
PLAK!
"Kamu perempuan yang tidak tahu malu!" Tania masuk dan langsung menampar Elle dengan keras hingga membuat tubuh Elle terjatuh di lantai. Dia juga memaki Elle.
Elle merasakan darah segar mengalir di ujung bibirnya akibat tamparan keras itu. Namun, dia tetap tidak berani berkata apapun.
"Resepsi pernikahan besok dibatalkan! Kami akan segera mengurus perceraian kalian. Sekarang pergi kamu dari sini!" Tania berteriak sembari menunjuk Elle.
Seketika mata Elle membulat. Dia terkejut dengan keputusan Tania.
Kemudian ayah dan ibu Dicky mulai menghubungi tamu-tamu undangan untuk memberitahukan bahwa resepsi pernikahan telah dibatalkan.
Dicky yang sedari tadi berada di dekat Elle hanya diam tidak berkata-kata. Dia melihat semuanya tetapi dia tidak melakukan apapun.
Elle kecewa melihat sikap Dicky yang seperti itu. Hatinya hancur.
***
Beberapa saat kemudian.
"Ada apa ini? Apa yang sedang terjadi Besan?"
Elle yang tiba-tiba mendengar suara ibunya seketika menjadi membeku. Dia sangat cemas jika sampai ibunya mengetahui tentang kejadian hari ini.
"Siapa yang kamu panggil besan! Pergi kalian dari sini! Cerai! Besok mereka akan bercerai!" Tania berteriak kepada ibu Elle.
Mendengar hal itu wajah ibu Elle seketika menjadi pucat. "A-apa yang sebenarnya telah terjadi?"
"Putri yang selama ini kamu banggakan telah berselingkuh! Dia tidur dengan pria lain di malam pertamanya. Apa kamu yang mengajarinya menjadi wanita murahan?! Kami tidak akan pernah mau mempunyai menantu wanita seperti itu! Kalian lihat saja, aku akan membuat perhitungan dengan kalian karena telah membuat malu keluarga kami," ucap Tania dengan penuh kemarahan.
"El-Elle ... apa benar semua yang dikatakan oleh ibunya Dicky, Nak?" tanya Aida yang merupakan ibunda Elle. Tubuh Aida goyah sejenak, wajahnya semakin memucat tetapi matanya masih terbuka lebar menatap Elle.
Belum sempat mendapatkan jawaban dari Elle, tiba-tiba tubuh Aida sudah ambruk di depan Elle.
"Ibu!" Elle terkejut. Dia dengan segera menopang tubuh ibunya. Elle merasakan ketakutan yang teramat sangat. Aida mengidap penyakit jantung, dia tidak akan kuat menerima segala sesuatu yang buruk. Seperti kejadian saat ini.
Tindakan pertolongan pertama segera Elle lakukan. Dia terus berusaha melakukan CPR* pada Aida.
"Kenapa kalian semua diam saja! Cepat panggil ambulans!" Elle menangis dan berteriak kepada orang-orang yang berada di ruangan itu agar segera menghubungi ambulans.
***
Aida telah sampai di rumah sakit. Elle menemani ibunya sepanjang malam. Setelah mendapatkan segala penanganan terkait penyakit Aida kini kondisi Aida mulai membaik. Dia bisa melewati masa kritisnya meskipun kini dirinya masih terpejam.
Ceklek!
Sang mentari baru saja menampakkan dirinya beberapa menit yang lalu tetapi Dicky dan kedua orang tuanya sudah tiba di kamar rawat Aida.
"Dick—" belum sempat Elle melanjutkan kata-katanya, dia sudah di tarik keluar ruangan dengan paksa oleh mereka. Mereka terus menarik Elle untuk melangkah meninggalkan rumah sakit.
Dicky dan kedua orang tuanya memaksa Elle untuk masuk ke kendaraan bersama mereka, mereka hendak mengajak Elle pergi ke suatu tempat.
"Ki-kita mau pergi kemana? Aku harus menjaga ibu," tanya Elle gugup.
"Sebaiknya tutup mulutmu wanita murahan," jawab Tania. Sedangkan Dicky yang berada di kursi pengemudi hanya melirik Elle yang berada di bangku belakang lewat spion tengah mobil dengan tatapan dingin.
Saat kendaraan yang mereka naiki berhenti di area parkir sebuah gedung perkantoran pemerintah, Elle jadi mengetahui apa maksud mereka memaksanya untuk ikut. Mereka akan mengurus perceraiannya dengan Dicky.
Langit yang tadinya cerah tiba-tiba berubah menjadi mendung, seakan mengerti apa yang Elle rasakan dalam hati saat ini.
Elle tidak ingin bercerai tetapi dia tidak berani memohon. Suami mana yang bisa tahan setelah melihat sendiri istrinya telah berhubungan dengan pria lain, terlebih di malam pertama mereka. Tidak akan ada harapan.
"Cepat turun!" Tania menarik paksa Elle agar keluar dari mobil lalu menyeretnya melangkah memasuki gedung tersebut.
Kini Elle berada di salah satu ruangan gedung tersebut. Dia tengah didudukkan di sebuah kursi yang di depannya telah siap sebuah berkas di atas meja. 'Surat Pernyataan Cerai' itulah judul berkas yang sempat Elle lihat.
Tania melempar sebuah pulpen di depan Elle. "Cepat! Segera tanda tangani," Tania berkata dengan wajah yang penuh kebencian.
Merasa sudah tidak ada harapan lagi, dengan tangan yang gemetar Elle mengambil pulpen tersebut.
Ketika Elle hendak menandatangani surat tersebut, tiba-tiba ... Sret! Seseorang meraih pulpen yang berada di tangan Elle.
*** Bersambung ***
*CPR atau Cardiopulmonary Resuscitation adalah teknik kompresi dada dan pemberian napas buatan untuk orang-orang yang detak jantung atau pernapasannya terhenti. Tindakan CPR yang disebut juga resusitasi jantung paru (RJP) tersebut juga bisa dilakukan pada orang yang tenggelam atau terkena serangan jantung.
"Cepat! Segera tanda tangani." Tania berkata dengan wajah yang penuh kebencian.Merasa sudah tidak ada harapan lagi dengan tangan yang gemetar Elle mengambil pulpen tersebut.Ketika Elle hendak menandatangani surat tersebut, tiba-tiba ... Sret! Seseorang meraih pulpen yang berada di tangan Elle lalu membuangnya ke sembarang arah."Di-Dicky." Elle menatap Dicky dengan tatapan terkejut.Ya, orang yang merebut pulpen dari tangan Elle adalah Dicky. Setelah membuang pulpen tersebut, Dicky menarik tangan Elle memaksanya untuk mengikuti langkahnya keluar dari gedung menuju area parkir di mana kendaraannya terparkir."Dicky ... Dicky!" Tania terus berteriak memanggil putranya karena tidak dihiraukan maka Tania dan Henry Dirk—ayah Dicky—tidak punya pilihan lain selain mengikuti Dicky."Kamu jangan pernah berpikir bisa semudah ini lepas dariku! Bersedia bercerai, hah? Lalu dengan bebasnya kam
Sekarang Dicky menginginkan kembali semuanya. Hal itu sama saja seperti membunuh diri Herman, jadi sampai kapan pun Herman tidak akan pernah mau. Elle merasa sangat malu melihat semuanya saling beradu mulut apalagi posisi mereka saat ini berada di rumah sakit."CUKUP!" Elle berteriak, dia sudah tidak bisa lagi menahan emosi yang bergejolak di hatinya."Aku akan kembalikan semuanya tapi tolong kalian tenanglah, ibuku sedang sakit di dalam sana," -Elle menunjuk ruangan Aida- "jadi kalian jangan berisik!""Kau mau kembalikan? Dengan apa kau mengembalikannya? Aku tidak bisa membantumu, aku tidak punya uang," Herman menekankan."Kalau kau tidak punya uang maka kau jual saja rumah putramu itu. Rumah itu kau beli dari uang pernikahanku yang aku berikan pada ibu, maka otomatis rumah itu adalah milikku. Apa kau pikir aku tidak mengetahui tentang itu," kata Elle. Dadanya naik turun, matanya melebar bahkan kedua tangannya yang sedari ta
Elle terdiam, hatinya merasa sangat senang karena pada akhirnya pria itu memberikan penjelasan atas kesalahpahaman ini. Kini pandangan Elle tertuju pada Dicky. Setelah penjelasan tadi, Elle harap Dicky tidak lagi membencinya karena di masalah ini dia adalah korban."Saya telah menyebabkan keadaan menjadi kacau sampai seperti ini, saya minta maaf. Saya akan memberikan ganti rugi," ucap pria itu sembari melihat Elle."Ganti rugi? Ganti rugi seperti apa yang akan kamu berikan?" rahang Dicky mengeras. Sorot matanya begitu tajam."Ganti rugi seperti apa yang akan saya berikan untuk Eleonora itu tidak ada hubungannya denganmu," pria itu berkata tegas dan menekankan sembari melirik Elle."Kau dengar itu Elle? Dia menyebutkan namamu, apa kamu masih menyangkal kalau kamu tidak mengenalnya, dengan semua yang dia katakan dan lakukan untukmu semua juga tahu kalau dia selingkuhanmu," Dicky menggeram."Aku tidak mengenalnya!"
"Kau saja berselingkuh kenapa aku tidak boleh." Satu kalimat itu yang sukses membuat Elle terdiam seribu bahasa. Satu kalimat itu membuat Elle harus menerima dan membiarkan Dicky berbuat sesuka hatinya. Aida — ibu Elle yang telah sadar beberapa waktu lalu dan mengetahui tentang masalah itu memberikan nasehat kepada putrinya agar bersabar dan bertahan dengan semua yang terjadi karena semua ini awalnya adalah kesalahan Elle sehingga membuat Dicky marah dan melakukan semua kegilaan itu. Jika nanti Dicky sudah tidak lagi marah dan emosinya sudah reda, dia akan melupakan semua. Dia dan Dicky akan hidup bahagia bersama. Elle selalu mengingat kata-kata dari ibunya itu. Hanya saja ada satu pertanyaan yang terbesit di hati Elle yang selama ini belum terjawab. 'Jika memang Dicky tidak menginginkan dirinya lagi, kenapa Dicky tidak menceraikan saja dirinya.' Hati Elle yang dasarnya sudah terlanjur hancur dan kacau sejak kejadian mala
"DIAM KAMU! Jangan pernah kamu mengatakan tentang hal itu lagi!" Dicky berteriak kepada Valerie. Namun bukannya marah, Valerie malah semakin mengeratkan pelukannya agar terlihat mesra oleh Elle. "Sayang, bukankah kamu bilang kita akan bersenang-senang bersama? Bagaimana kalau sekarang saja kita melakukannya? Aku dan Elle akan melayanimu," ucap Valerie dengan senyum menyeringai. Mata Elle membelalak, dia terkejut dengan perkataan Valerie. Tubuhnya bergetar karena takut. "Jangan gila kamu Valerie! Dicky tidak akan setuju! Dicky tidak akan melakukannya, iya kan Dicky?" "Shut Up!" Dicky mendorong kembali tubuh Elle ke ranjang. Sontak Elle terkejut melihat Dicky mulai membuka satu persatu kancing kemejanya. Wajah Elle tampak berubah menjadi takut kala Dicky melempar kemeja yang dia pakai ke lantai. Ya, kini terekspos tubuh polos bagian atas Dicky yang sempurna. Dada bidang dan otot perutnya yang membuat para wanita tidak berkedip melihatnya
"Aku mohon tolonglah aku—segera bawa aku pergi dari sini." Elle berbicara tanpa memandang si pengemudi sembari menutup pintu mobil tersebut. Setelah Elle menutup pintu kemudian Elle menoleh ke arah si pengemudi. Dia pun tercengang. "KAMU!" Elle tidak menyangka bahwa mobil yang dia hentikan ternyata mobil Galant. "Eleonora! Aku bilang berhenti!" teriakan Dicky kembali terdengar. Sosok Dicky juga mulai terlihat. Tubuh Elle menegang, pikirannya dipenuhi Dicky yang akan mendapatkan dirinya kembali sedangkan Galant menatap dingin ke arah Dicky. "Please, help me." Elle menatap Galant dengan tatapan memohon. "Kunci pintunya dan pasang sabuk pengamanmu," ucap Galant pada akhirnya. Elle tertegun dan panik saat melihat Dicky hampir mendekat. "Cepat ... cepat." Elle buru-buru mendesak Galant agar segera melajukan mobilnya. Dia menarik kemudian memasang sabuk
Hotel yang Elle masuki adalah sebuah hotel termewah yang ada di Toronto. Saat ini Elle merasa tidak pantas berada di hotel itu. Meski lobby hotel yang Elle dan Galant lewati saat itu sedang sepi tetapi Elle tetap merasa sedang ditatap oleh banyak pasang mata. Elle semakin menunduk tidak berani mengangkat kepalanya. Hanya sepasang kaki panjang di depannya yang ia perhatikan sesekali. BRUK! "Aduh!" Elle yang tidak melihat Galant yang berhenti melangkah secara tiba-tiba tidak sengaja menabraknya. Elle mengusap bagian yang terasa sakit di hidungnya akibat menabrak tubuh tinggi Galant dan mengernyitkan keningnya sembari menatap Galant. Tetapi saat mengetahui mereka tengah berhenti di depan sebuah lift, Elle merasa canggung. "Apa kamu tidak melihat saat berjalan, hah!" Galant berkata dingin, menatap Elle dengan alis yang berkerut kemudian dia mundur dua langkah memberi jalan agar Elle masuk ke dalam kotak besi yang telah terbuk
Elle kembali termenung di sofa. Mengingat seluruh kejadian hari ini, semuanya telah terbuka. Jika selama ini dia di anggap selingkuh dengan kejadian satu malam itu lalu bagaimana dengan kelakuan Dicky selama ini yang diam-diam tetap menjalin hubungan dengan Valerie di saat Dicky dan Elle sedang menjalin kasih, setiap hari membawa pulang wanita yang berbeda saat mereka sudah menikah. Wanita-wanita yang Elle tidak tahu apa statusnya. Apakah seperti Valerie yang merupakan kekasih gelap atau hanya wanita cinta satu malam. Meskipun Dicky telah memberitahu kalau dia telah memutuskan hubungannya dengan Valerie sehari sebelum hari pernikahan mereka, kenyataannya sampai dengan saat ini mereka masih berhubungan. Bukankah perkataan Dicky tersebut hanya di mulut saja bukan berasal dari hatinya. Elle memang salah karena telah berhubungan dengan pria selain suaminya dan dia mengakui kalau perbuatannya itu salah, karena hal itu juga dia telah menerim
"Oh iya Archie, apakah kamu ada mendengar sesuatu baru-baru ini? Apakah ... apakah sejak awal Galant sudah mencurigai rencana kita kemarin?" tanya Elle dengan suara yang bergetar. Dia membombardir Archie dengan pertanyaan bertubi-tubi."Galant sangatlah pintar. Pada awalnya ketika aku berpura-pura menggugurkan anak untuk menipunya dengan bantuan Archie, Galant menyakini semua kejadian itu adalah benar. Karena alasan Elle dengan tega menggugurkan anaknya itu Galant pun menjadi marah. Jika Galant sedang marah dan merasa ada yang janggal maka dia tidak akan menunda untuk menyelidikinya.Aku telah mengetahui kemampuannya dalam menyelidiki, aku benar-benar khawatir dia akan menemukan sesuatu."Archie menekan pundak Elle, mencegahnya agar tidak banyak bergerak. Archie menenangkan Elle dengan berkata, "Tidak ... jangan khawatir, dokter yang membantu operasimu sudah tidak berada di kota itu lagi, Galant tidak akan menemukannya.""Kalau begitu maksudmu
Pada awalnya Elle tidak ingin berpikir terlalu banyak. Waktu itu dia hanya berpikir tidak ingin menyikirkan anaknya dan segera pergi dari Galant. Namun, di saat sekarang anak-anak ini akan segera terlahir di dunia, entah kenapa Elle mulai khawatir. Hanya saja saat ini Elle tidak mempunyai banyak waktu untuk berpikir mengenai hal itu. "Akhh ...." Elle menjerit keras, tubuhnya gemetaran. Dia menarik napas yang dalam dan mengeluarkannya dari mulut. Dokter dan perawat masuk ke dalam ruang bersalin. Mereka mempersiapkan alat-alat medis. Kemudian, sang dokter memeriksa jalan lahir Elle. "Nyonya Eleonora, anda harus mendorong dengan kuat. Kepala bayi sudah terlihat, Nyonya," ucap sang dokter. Elle mengangguk lemah, kemudian dia mendorong sekuat mungkin. Archie mengusup ke samping Elle, dia terus memberikan kekuatan padanya. "Akkhhh-" Elle menjerit keras, dia menarik napas yang dalam dan mengeluarkannya dari mulut. Archie m
"Archie ... perutku sakitt!" Elle merintih kesakitan dengan wajah yang begitu pucat. Elle menghela nafas, dia tidak tahu apakah akan melahirkan lebih cepat dari perkiraan. Tiba-tiba Elle merasakan kakinya basah akan cairan yang mengalir sangat cepat. "Cairan ketuban! Seperti sudah pecah." "Kamu sedang di gerbang pintu perusahaan, 'kan? Jangan bergerak, aku akan segera ke sana." Archie berbicara dengan nada yang sangat cemas bahkan dari earphone Elle terdengar suara langkah kaki yang terburu-buru. Sempat terdengar juga Archie yang memerintahkan seseorang untuk menghubungi ambulans kemudian Elle mendengar suara mesin mobil yang dinyalakan. "Elle jangan takut ... apakah kamu mengingat tindakan yang telah kamu pelajari di kelas ibu hamil sebelumnya?" Kata-kata Archie yang masuk ke telinga tiba-tiba seperti sebuah petunjuk di kala pikiran Elle sedang panik. "Ingat!" kata Elle dengan yakin. Sebelumnya Archie mem
Elle seperti orang tenggelam yang akan mati, tetapi beruntung menemukan kayu apung untuk dirinya. Kayu apung itu adalah Archie. Archie adalah penyelamatnya. Maka dari itu, Elle hanya bisa menunggu hingga kondisi tubuhnya membaik lalu bekerja keras sebagai imbalan atas upaya Archie selama ini. Beruntung setelah seminggu kondisi Elle perlahan-lahan membaik. Di bawah bimbingan Archie, Elle mulai belajar tentang bisnis ekspor dan impor. Sejak Elle keluar dari tempat Celine hingga beberapa minggu berada di Berlin Elle belum pernah menghubungi Celine. Elle sedikit merasa tidak enak mengenai hal itu karena selama ini jika Elle berada dalam kesulitan, Celine lah yang mendampinginya. Maka hari ini Elle mencoba menghubungi Celine. Celine yang dihubungi oleh Elle merasa kaget sekaligus senang. Dalam pembicaraannya lewat sambungan telepon, Celine mengatakan jika dirinya terkejut ketika Galant memberitahu kalau Elle telah menggugurkan kandungannya.
Semua yang terjadi adalah rencana Archie. Elle tidak benar-benar menggugurkan anak dalam kandungannya. Dia hanya melakukan pembersihan rahim. Dokter yang melakukannya juga telah diatur oleh Archie. Archie juga mempunyai bisnis di kota ini. Relasi Archie juga bisa dikatakan banyak seperti Galant. Jadi dia juga bisa dengan mudah menemukan kenalan yang bisa membantunya. Elle memang diberi obat bius, tetapi dosis obat bius yang diberikan tidak terlalu besar sehingga hanya membuat dirinya terlihat lemah dan tidak membahayakan janin di perutnya. Sedangkan darah yang dilihat oleh Galant tadi adalah milik seorang gadis kecil yang baru saja menjalani operasi. Galant melihatnya sehingga dia berpikir seakan Elle sedang menjalankan operasi. Elle beristirahat sejenak di ruang operasi sedangkan Archie membawa dan akan menguburkan sesuatu yang mereka anggap 'janin' tersebut. 
Tanpa izin dan dengan berani Elle menatap Galant dan Galant pun membalas tatapan Elle. Mereka saling beradu pandang beberapa saat. Waktu terasa berhenti saat itu juga. Galant menggeretakkan giginya, otot-otot di wajahnya bergetar, tatapannya begitu tajam. Elle sedikit takut melihat Galant yang seperti itu. Elle mengepalkan tangan dengan erat. Rasa sakit akibat tancapan kuku di telapak tangan membuat Elle tetap sadar dan mengingatkan bahwa dirinya tidak bisa lagi jika mundur. Tiba-tiba Galant tersenyum, tetapi senyumnya tidak sampai mencapai matanya lebih tepatnya Galant tersenyum devil. "Eleonora, jika sekarang kamu menyingkirkan anak itu, aku ... Galant Devereux mulai hari ini juga tidak akan berhubungan denganmu." "Baik!" Elle berkata menekankan. Dia menelan ludah yang terasa pahit lalu tersenyum kecil pada Galant meskipun hatinya sakit dan tidak berhenti bergetar. Elle yang masih memanda
"Tidak boleh!" Elle berucap tegas dan menatap Archie dengan tatapan peringatan. "Ternyata rencananya adalah dia ingin menggugurkan anakku!" batin Elle. Elle yang sedang menatap Archie seketika menjadi takut. Seolah merasa jika Archie adalah orang yang akan mengambil nyawa anaknya dengan tangannya. Archie tertegun sesaat. Dia tidak menyangka jika Elle akan bereaksi seperti itu, tetapi keterkejutan di sorot matanya seolah hanya bersinar sebentar saja lalu kembali tenang. Hanya saja dari sorot matanya Elle dapat melihat pancaran sedikit rasa kecewa. "Maksudku bukan benar-benar menyuruhmu menggugurkan anak dalam perutmu itu," kata Archie. Elle tertegun dan mengerutkan keningnya, "Jadi maksudmu?" "Elle, aku bisa membantumu." Suara Archie terdengar berat. Matanya terus tertuju kepada Elle. Elle membalas tatapan Archie. Membuat jantungnya berdegup kencang la
Elle berbicara dengan nada yang tidak menyindir sedikit pun. "Kalau kamu tidak percaya kamu bisa pergi mencari tahu. Berdasarkan kemampuanmu, kamu ingin mencari tahu tentang apapun pasti akan mudah bagimu atau bahkan kamu sudah mencari tahu?" Saat kalimat tersebut keluar, Elle semakin yakin bahwa Galant sudah mencari tahu tentang Archie. Galant serba ingin tahu, serba ingin menggenggam segalanya dalam genggamannya. Proses perceraian mereka pun semua dibawah kendalinya. Tentu saja, kapan Elle bertemu dengan Archie, tidak mungkin Galant tidak tahu. "Tuan Kyne, pulanglah terlebih dahulu. Jika kamu pergi ke bandara sekarang kemungkinan masih sempat ...." Sebenarnya Elle juga tidak yakin akan pembicaraannya, tapi yang Elle tahu Archie harus berangkat ke luar negeri. Kalau Elle sampai menghambat pekerjaannya, dia akan merasa sangat tidak enak. Namun, Archie malah tersenyum dan melihat ke arah Galant. "Tuan Devereux, aku ingin ber
Melihat Elle yang histeris, Galant langsung memeluk Elle lalu berbisik di telinganya, "Tidak apa-apa, tidak akan ada apa-apa. Aku akan mencari dokter terbaik untukmu."Elle memberontak, ingin melepaskan diri dari dekapannya. Kata-kata Galant sedikitpun tidak membuat Elle merasa tenang, tetapi malah sebaliknya. Elle merasa Galant hanya ingin mempertahankan wajahnya.Elle mendengarkan Galant berbicara dengan dokter yang sedang mengobati dirinya agar mencari dokter bedah plastik yang terbaik dan paling hebat juga mendengar Galant yang menyuruhnya agar tidak takut, air mata Elle pun berhenti berlinang. Elle juga sudah tidak menangis.Hanya saja Elle merasa seperti kehilangan seluruh tenaganya. Berada di dalam pelukan Galant, Elle tidak menangis, tidak berisik, juga tidak bergerak meskipun jarum yang menusuk dagingnya memberi rasa sakit yang luar biasa. Namun, Elle lebih dapat merasakan rasa sakit di hatinya yang terasa sangat sakit.Do