Share

Mereka yang Memuncak

Author: Jurnal Sore
last update Last Updated: 2021-05-06 19:46:23

Beberapa sebelum serangan Gita kepada Shabnock, Gani masih berusaha membangunkan Marzuki yang pingsan di lapangan belakang. beralaskan ladang mineral berwarna kehitaman, ia berupaya menarik tubuh Marzuki ke pinggir agar menghindari serangan yang membabi buta datang. Namun, itu bukan pekerjaan mudah.

"Gila! Bang Marzuki kok berat banget!?" Keluh Gani melihat tubuh Marzuki yang sedari tadi baru berpindah beberapa jengkal meski Gani sudah menyeretnya sekuat tenaga.

"Lo ga apa?" tiba-tiba terdengar suara laki-laki yang menyapa Gani. Dengan sigap Gani mengambil kuda-kuda dan membuka lengannya, ia siap menepuk tangan.

"Terlihat seorang penambang yang melepas topengnya. Dari wajahnya dipenuhi darah yang sedikit mengering, sepertinya kepalanya terluka hingga darahnya mengalir. Di kedua tangannya ia menenteng dua penambang lain, tanpa topeng dan darah masih menetes segerah dari arah wajah.

"Lo penambang?" Gani kemudian melonggarkan kuda-kudanya setelah mengeta

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • The Undying Tales of AGORA BEAK   Blowing the Mercury!

    Herman merasakan puncak rasa sakitnya, energi photon yang dikumpulkan ditangannya memiliki konsekuensi yang ditanggung. Energi tersebut akan ditampung di ujung telunjuknya, fungsinya sebagai inang sebelum energi tersebut ditembakkan. Namun menahan kekuatan sebesar itu sama dengan menahan sebuah Unicorn [1]!. Herman menyadari konsekuensi tersebut dan menggandakan kemampuan shrapnel hingga empat kali. Caranya? dia mengenakan emapt buat cincin shrapnel di telunjuknya. Dengan metode tersebut mengurangi beban angkat dan peluncuran tembak photon, namun tidak dengan rasa sakitnya. Tembakan pertama dilesatkan ke kepala Shabnock yang terbuka karena sedang menyambut pukulan Jimi. Keras dan kuat, itu kesan pertama dari tembakan Herman. Seluruh orang terkejut, bahkan Herman sendiri yang tidak menyangka tembakannya akan menembak tembus salah satu mata Shabnock. "Bagus bang! Tapi sepertinya tadi hanya keberuntungan semata, gue harus mencari cara memberi tahu Kapte

    Last Updated : 2021-05-09
  • The Undying Tales of AGORA BEAK   Taking First Down

    Herman tersadar, tubuhnya terbaring bersama reruntuhan dinding sekolah. Karena bagain belakang sekolah dipenuhi kebun, maka tidak ada kerusakan lain yang timbul. Mata Herman sempat merasakan perih, namun sepertinya dikarenakan darah yang keluar dari kepalanya mengalir ke wajahnya. "Gue terlalu meremehkan Terak tersebut. Tapi sekarang gue dimana? Bagaimana gue bisa disini.." Herman berusaha bangkit, tangan kirinya yang digunakan sebagai inang photon kini sudah sepenuhnya lumpuh, menggantung di samping Herman. "Kap..ten, Herman.." terdengar suara pelang yang berusaha memanggil nama Herman. Ia langsung mengenali suara itu sebagai suara Gani. "Gani! Gani! lo dimana?" sahut Herman sambil mencar-cari di antara reruntuhan dinding sekolah. Di tengah gelap kebun itu, Herman melihat sebuah lengan mengacung, seolah memberi tanda. "Gani!" tanpa pikir panjang, Herman segera berjalan cepat dengan tertatih mengejar lengan tersebut. Namun, belum jauh melangkah, perge

    Last Updated : 2021-05-10
  • The Undying Tales of AGORA BEAK   At The Death's Door

    Melihat salah satu tanduknya yang terpotong rapi, membuat Shabnock naik pitam. Di detik yang sama, mereka yang bertarung di garis depan sudah siap melakukan serangan mati-matian. Target mereka hanya satu, mata Shabnock yang terus ditutupi oleh tangan. Listu juga menaikkan tensi melodi sehingga adrenalin para mangata meningkat hingga empat kali lipat. "Cukup! Beri saya waktu! Ludensia jahanaaamm!!" Shabnock meronta, seluruh orang kaget. Donni yang masih berpegangan dengan salah satu tanduknya ikut terlempar. Saat tangan yang digunakan untuk menutup matanya dibuka, Shabnock berusaha mencakar Nora yang berada dalam jangkauannya. Nora melihat jelas mata Shabnock, kuning bercahaya dan memberikan aura begitu kelam, hati Nora begitu gusar hingga gerakannya menjadi kian ragu. Kini, nyawanya berada di ujung tanduk. "Nora!" Jimi mengubah haluannya, ia ingin sesegera mungkin mencapai Nora. melihat gerakan yang tidak lincah, Hilman mengambil inisiatif untuk membuat tanah

    Last Updated : 2021-05-13
  • The Undying Tales of AGORA BEAK   Vita Brevis

    Tidak ada yang menyangka jika Herman akan keluar bersama Gani di saat Marzuki akan menebas lengan Shabnock. Mungkin mereka berdua sudah membayangkan hal terburuk saat diselamatkan rantai Gita, namun begitu mereka melihat Shabnock yang masih tertahan di pinggir lapangan, Herman tidak tinggal diam. "Gani, bantu gue untuk membidik Shabnock," ujar Herman. Padahal dengan tangan yang separuh hancur, Gani saja malas melirik lengan Herman, namun ia tahu diantara mereka berdua hanya Herman yang masih memiliki kemampuan untuk menembak. "Bidik matanya, kapten," sahut Gani. Ia memang tidak kuat berdiri dengan kedua kakinya, sehingga ia memastikan dirinya bersandari di potongan dinding sehingga mampu menopang lengan Herman. "Lo bisa, Gani?" tanya Herman memastikan. Pertanyaan yang tidak perlu dijawab. Keringat membanjiri dahi dan leher Gani, ia menahan sakit dan hanya tertawa kecil untuk menjawab pertanyaan Herman. Meski tidak memperkirakan elemen kejutan pada ser

    Last Updated : 2021-05-14
  • The Undying Tales of AGORA BEAK   Menyadari Beban Berat

    "Kenapa gue sampai harus dikremasi?" tanya Jimi. "Soalnya lo sudah mati," jawab Afif. Jimi tahu Afif ingin meledeknya tapi ia masih butuh informasi dari Afif. "Maksud gue, kenapa dibakar? kan bisa dikubur," balas Jimi. "Mungkin orang Agora jengkel sama lo karena masih anak baru tapi kekuatannya menyamai anak kelas tiga, Ha ha ha!" tawa Afif meledak, membuat Gani kaget dan tersenyum mendengar percakapan kekanakan mereka berdua. "Lo yang cabut duluan dari lapangan harusnya dibakar duluan juga!" Jimi tersulut. "Tapi gue masih hidup," sahut Afif tidak mau kalah. "Tapi ga ada guna kalau lemah!". "Hah!" "Apalagi gue sekarang udah hidup! bakar diri pake korek api sana! Ha ha ha! Aarph" Tiba-tiba tawa Jimi oleh buah apel yang disuap seseorang dengan garpu. "Lebih baik bagi orang yang hampir mati untuk diam sambil menunggu pulih." suara itu terdengar tidak asing, seluruh orang melirik ke samping kanan Hilmi dan menemukan

    Last Updated : 2021-05-24
  • The Undying Tales of AGORA BEAK   The Ward of Poignancy

    "Brak!" terdengar suara benda jatuh yang berat. "Jimi! lo ga apa!?" Gani terkejut dan yakin sesuatu terjadi padanya. Namun dengan suara terbata dan berat Jimi menjawab. "Berapa lama lagi sampai evaluasi dimulai?". "j,jam sembilan malam. lima jam lagi.. lo mau apa Jimi?" Gani yang tidak membuka tirai hanya dapat menunggu jawaban yang akan muncul dari Jimi. "Lo istirahat dan pulihkan diri, sebelum jam sembilan malam kita akan keluar dari ruangan ini," balas Jimi dengan nafas yang mulai tersengal dan berat. Gani tidak yakin dengan apa yang Jimi lakukan, namun dari pola nafasnya Gani yakin Jimi sedang melakukan olahraga peregangan atau sekedar meditasi. Lampu yang sebagian sudah dimatikan membuat ruang tersebut agak temaram, namun tidak membuat ruangan tersebut ikut larut dalam kantuk. Gani sambil berbaring juga berusaha merasakan jemari kakinya, perlahan-lahan. *** Soca yang mengetahui seniornya di grupnya masuk ke bangsal perawat

    Last Updated : 2021-05-27
  • The Undying Tales of AGORA BEAK   Labirin Omong Kosong [1]

    "Gue malah bakalan kaget kalau ga lihat lo di sini sekarang," ucap Afif saat mendapati Afif yang menyapa Gani dan Jimi tiba-tiba. "Loh, bukannya lo lagi pacaran mesra sama Nora?" tanya Jimi dengan raut meledek. Afif paham betul pasti ia akan menjadi bahan lelucon terlebih dahulu saat bertemu mereka berdua. "Oke, silahkan serang gue dengan rasa iri kalian. Tapi, kita ga bisa lagi kesana. Ada perubahan mendadak" jawab Afif yang sekejap mengejutkan Gani dan Jimi. "Maksud lo apa Fif? semua orang diundang bukan?" tanya Jimi mencoba mengonfirmasi. "Awalnya iya, tapi sepertinya evaluasi akan berjalan tegang dan berbahaya bagi anggota Agora lain." Afif mulai melirik ke sekitar mereka seperti melihat situasi. "Terus gimana kalau kita memaksa datang? Lo pasti juga sudah ditanyai Mba Prinza kan?" timpal Gani. Afif kemudian dan membantu Jimi untuk memapah Gani, mereka berdua lantas berjalan pelan ke sebuah arah lorong. "Lo tahu kita jalan kemana f

    Last Updated : 2021-06-06
  • The Undying Tales of AGORA BEAK   Labirin Omong Kosong [2]

    "Kalian berdua.. lihat Afif engga? Dia melarikan diri lagi dariku," tanya Nora dengan tatapan kosong. Namun matanya terbuka lebar seperti melotot. Jika biasanya salah satu matanya yang terkena sindrom ludens tertutup rambut, kali ini seluruhnya terbuka. Wajah cantik pucatnya tertutup aura membunuh karena dikhianti. "Oh, Afif ada di.." belum selesai kalimat Gani, Jimi menginjak kakinya seperti memberi kode. Jimi melirik Gani dari ujung matanya, namun seperti data yang berpindah dalam kecepatan tinggi, Gani segera menyadarinya. Jika Nora sampai mengetahui Afif bersama perempuan lain di sebuah ruangan, siapapun perempuan itu, bisa jadi pemakaman Afif yang akan mereka kunjungi berikutnya. Gani lagi-lagi memutar isi kepala dan berusaha mencari kesempatan. Namun berhadapan dengan Nora mungkin baru kali ini ia rasakan. Melihat wajah Gani yang mulai serius membuat Nora tidak sabaran, Jimi yakin Nora mulai mencurigai mereka menyembunyikan sesuatu. "Astaga, Gan

    Last Updated : 2021-06-07

Latest chapter

  • The Undying Tales of AGORA BEAK   Sewer Politic I

    [Lapangan Belakang Sekolah]Benso sebenarnya berada di posisi sadar dan tidak sadar, karena bagaimanapun akhir pertarungannya dengan Sriti tidak begitu baik. Namun saat ia bangun kesekian kali dengan menggunakan seluruh kekuatannya, ia melihat situasi yang pelik. Di dekatnya berdiri Glori yang dengan cekatan menggunakan jemarinya mengontrol robot besar dengan remot pengendali."Siapa perempuan ini? Dia lagi bertarung? .. itu Tulus dan Arin.. yang terluka parah?" Kesadarannya semakin pulih. Ia juga menyadari Sriti yang terbaring diam di balik balutan shimurgh miliknya."Jangan mati, jangan mati, jangan mati," ucap Benso berkali-kali saat ia membuka balutan shimurgh tersebut. Sriti mengalami luka bakar dan kulitnya melepuh.Benso kemudian mendekatkan telinya ke hidung dan mulut Sriti, berharap menemukan tanda-tanda kehidupan. Angin yang berhembus dan turunnya hujan hitam sempat menyulitkannya menemukan tanda tersebut. Hingga akhirnya ia per

  • The Undying Tales of AGORA BEAK   Soca Damun Arsa

    Ujang menjerit sejadinya saat sebuah tombak trisula menembus pahanya. Awalnya ia kaget melihat benda bulat raksasa yang dapat dihentikan dengan mudah oleh penjaga sekolah yang mendadak sebagian tubuhnya berubah menjadi robot. Namun ia tidak menyangka jika salah satu temannya malah melesatkan tombak trisula kearahnya. Pegangan tangannya di rambut Indri yang sedang ia jambak lantas mengendur."Upgrade!" ucap indri seraya menggenggam trisula tersebut.Batang besi trisula tersebut berubah warna menjadi keputihan, namun yang mencolok adalah bobotnya yang menjadi lebih berat. Seketika membuat Ujang terjatuh karena tidak kuat menahan sakit dan beban trisula. Mendapati dirinya terbebas dari Ujang, Indri mengusap hidupnya yang sedari tadi mengeluarkan darah karena dihajar Ujang."Bocah brengsek! Lo apain besinya sampai menjadi berat banget! Bangsat!" Umpat Ujang yang masih saja menyerang Indri.Mendengar celotehan itu, Indri bergeming dan menikmati jeritan Ujang.

  • The Undying Tales of AGORA BEAK   Moret & Igar

    [Lapangan depan El-Dorado]Listu sudah berdiri berhadapan dengan terak besar yang terus menyebut dirinya sebagai Moret. Terak berbentuk terenggiling berdiri tersebut cukup banyak bicara namun ia belum juga menyerang Listu, kecuali berdiri mengamankan sesuatu. Sembari mengulur waktu, Listu membaca situasi dan lingkungannya."Sebelum menggunakan shrapnel, gue memang merasa mampu menggunakan kekuatan turunan tanpa shrapnel. Tapi setelah gue pakai, kondisi tubuh gue lebih stabil, telinga gue terlalu pengang.." gumam Listu. Perlahan namun pasti, rasa sakit ditubuhnya menghilang seiring dengan regenerasi."Buff!"Listu berteriak dan mengubah penampilan yang dikelilingi dengan lingkaran, mantra dan cahaya. Moret terkesima dan segera menutup matanya karena awalnya silau melihat perubahan tersebut. Listu menggenggam sebuah tongkat yang ia gunakan sebagai senjatanya, seluruh buff support diarahkan kepada dirinya. konsentrasi daya yang besar pada sa

  • The Undying Tales of AGORA BEAK   Boneless

    [Bangsal Perawatan] "Yunita, hei yunita. Bangun," panggil suara seorang laki-laki ke arah Yunita yang masih terbaring di ranjang lengkap tertutup selimut. Suaranya yang awalnya samar tersebut perlahan terdengar jelas. Kepalanya pengar, matanya begitu berat untuk dibuka, namun Yunita terus berusaha. Pandangannya akhirnya mulai terlihat, ia mendapati Teja dan Herman berdiri di samping ranjang. Sekilas ia melihat Teja yang wajahnya dipenuhi plester dan beberapa bagian tubuhnya dibalut perban. "Gue baru tau, anggota Fraksi bisa bermalas-malasan di atas ranjang," seloroh Teja. ".. Diam, sudah lama gue tidur?" tanya Yunita perlahan, ia berkali-kali mengedipkan mata untuk mengatur cahaya yang masuk ke matanya. "Lumayan mba, kami memindahkan ranjangmu dari ruangan sebelumnya karena si anak baru masih memiliki radiasi," ujar Herman yang masih memegang kruk di lengan sebelahnya. "Jimi? oh.. apa dampaknya?" "Pemulihan lo

  • The Undying Tales of AGORA BEAK   Separuh Sisanya

    [Gudang barang bekas] Seseorang berjalan perlahan sambil sesekali melihat ke arah Soca meninggalkan gudang. Orang itu adalah seorang perempuang yang mengenakan seragam sekolah. Saat mengetahui tempat tumpukan barang bekas yang ia tuju berada di dalam wadah besar berdinding cukup tinggi, ia kemudian melihat sekeliling dan menemukan barang bekas lain yang dapat dijadikan pijakan naik. Tidak lama terdengar suara demtuman dari arah luar gudang. Perempuan tersebut menghentikan sejenak langkahnya, ia yakin ada masalah besar yang timbul dari arah sekolah. Setelah sampai di puncak tumpukan barang bekasi ia lanjutkan dengan berjalan meniti dan mencari pijakan yang kuat. Karena perempuan itu menggunakan rok maka langkahnya cukup panjang mencapai pijakan yang cukup jauh. "Ah! di situ rupanya!" gumam perempuan tersebut saat melihat jejak darah yang mengarah ke satu titik. Di titik itu juga ia melihat kaki yang terjuntai lengkap dengan sepatu kets dan kao

  • The Undying Tales of AGORA BEAK   Separuh lainnya

    Pancuran asap yang membumbung tinggi itu juga mengingatkan ingatan Linda. Sesaat ia berserah pasrah apabila kepalanya lepas tiba-tiba akibat serangan mendadak mangata. Misinya menghancurkan sirkulasi energi mineral yang ditimbun organisasi Agora Beak sudah usai. Namun mendadak ingatan masa lalunya muncul. Ada anak lain selain Soca yang mendapat berkah lebih dan ia berada di sisi yang terang, bukan sisinya."Getanama ceri.. harusnya kamu ikut dihakimi disini.." ucap Linda perlahan, kepalanya yang awalnya dingin mendadak mendidih."Kamu menuruti perintah Papa dan Mama namun setelah terak itu datang mencerahkan.. kamu pergi dan membela kebenaran.. Munafik.. Oportunis.. Apa mungkin tugasku belum selesai disini hingga seluruh penghuni Rumah Basaria memilih sisi yang benar.." renung Linda.Dari semburan itu tiba-tiba tanah seolah sobek dan membuka sebuah portal layaknya portal di malam purnama. Dua sosok berwarna hitam dengan tinggi hampir mencapai 3 meter muncul meng

  • The Undying Tales of AGORA BEAK   Separuh

    [Lapangan Belakang Sekolah] [Benso vs Sriti] Pertarungan Benso dan Sriti terhenti sebentar setelah semburan asap hitam yang menjulang tinggi. Benso segera melirik ke arah Sriti, berharap kemarahannya kepada para pemberontak benar terbukti dengan wajah puas mereka. Namun, Benso tidak menemukan ekspresi itu wajah Sriti. Air mukanya bukan puas, meyeringai atau tersenyum bangga. Apa yang dilihat Benso adalah wajah gadis yang pasrah dan tidak menikmati satu detikpun hidupnya. Sriti memang dikenal pendiam dan memiliki nada bicara yang unik, namun perempuan yang satu angkatan dengan Benso tersebut lebih sering menyendiri dan bergaul dengan Linda atau Glori, sifat umumnya penderita ludens. "Sudah puas!? Kita selesaikan sekarang, Sriti!" seru Benso bengis. Sriti terkejut dan kembali mengendalikan dirinya yang sempat terbawa suasana. "Lo engga mengerti arti usaha Linda," balas Sriti yang kemudian melayang kembali.

  • The Undying Tales of AGORA BEAK   Hitung Mundur Restorasi

    [Lorong penyimpanan Biro Penambang]"Mba, lo merasakan itu juga?" tanya Afif yang bersandar di dinding. Ia merasakan kekuatan di dalam tubunya keluar masuk dengan perlahan sehingga tidak stabil."Ini jauh lebih besar daripada kekuatan kita semalam. Mba Linda sepertinya sudah bergerak," jawab Gina berdiri sambil memandangi langit-langit."Tapi, terima kasih karenanya badan gue perlahan-lahan membaik," ucap Afif yang perlahan merambat berdiri."Kita harus keluar. Labirin milik Bang Cecep harusnya sudah permanen mati, kita bisa langsung menuju lantai atas," ajak Gina yang mencoba melompat berkali-kali."Mba, lo engga perlu berputar saat melompat. Celana dalam berenda hanya pantas digunakan Tari," celetuk Afif yang tidak sengajak memperhatikan gerakan Gina."Lo juga Tari Fans Club!? awalnya gue pikir fans Tari yang cowo itu normal sampai gue tahu kalian memperhatikan detail penampilan dan pakaian Tari.. Menjijikan," balas Gina y

  • The Undying Tales of AGORA BEAK   Memburu Pilar

    [Sebuah Gudang Barang Bekas di Luar Sekolah] [Herna Mischa vs Soca Damun Arsa] "Lo punya kekuatan yang gue engga tahu apa kemampuannya. Engga mau membuat pertarungan ini adil?" tanya Mischa dengan senyum. Ia masih tenang dan menganggap enteng pertarungannya dengan Soca. "Ten folds. Kemampuan yang terlalu berbahaya bahkan bagi seorang Umbu sekalipun," jawab Soca datar. "Hei bocah. jangan membandingkan kemampuan gue dengan Umbu. Tidak adil. Dia terlalu lemah untuk gue". "Maka, jangan jadikan alasan adil sebagai caramu untuk menang, Mishca," Soca kemudian memutar sebuah tutup botol tersebut untuk membuka isinya. Mischa bergerak cepat dengan mencengkram sebuah kipas duduk bebas yang terserak dan melemparnya ke arah Soca. Soca terkejut namun refleksnya menangkis benda tersebut, yang tidak Soca antisipasi adalah saat kipas tersebut adalah debu dan beberapa benda kecil bertebaran menghalangi pandangan Soca. M

DMCA.com Protection Status