Happy reading and enjoy!
Chapter 41
Offended of the Rogue
Pipi Cloudy memerah mengingat kejadian beberapa puluh menit yang lalu di kamar ganti La Perla. Belum pernah ada pengalaman erotis seperti itu dalam hidupnya, bahkan bersama Ryan pun tidak pernah terpikirkan hal-hal seperti itu.
Sangat gila! Bagaimana jika ada orang yang memergoki mereka? Ya Tuhan, pasti akan sangat memalukan.
Ia duduk di bangku samping Rain yang mengemudikan mobil dengan posisi yang sangat canggung. Bahkan sejak Cloudy menutup pintu mobil, tidak sepatah kata pun terlontar dari bibirnya dan matanya lebih memilih tertuju ke arah kanan untuk mengamati jalanan di Manhattan yang mereka lintasi melalui kaca mobil.
Sementara Rain, ia merasakan hal yang tidak berbeda dari Cloudy. Ia belum pernah memiliki pengalaman erotis seperti itu, menyetubuhi wa
Happy reading and enjoy! Chapter 42 Jealous of Axel Rain menatap beberapa potong sandwich yang tersaji di atas meja dengan sorot mata enggan. Sudah tiga hari Cloudy tidak membuat makanan untuknya mereka, wanita itu memesan makanan dari restoran siap saji setiap kali waktu makan, dan bukan hanya itu saja karena Cloudy juga mengacungkannya. Cloudy bahkan selalu bangun lebih pagi darinya dan yang paling menjengkelkan dari itu semua adalah Cloudy menjaga jarak di tempat tidur. Wanita itu sengaja tidur dengan posisi memunggunginya. Rain tidak suka diacuhkan, tetapi juga tidak ingin mencoba mencairkan ketegangan di antara mereka, apa lagi persoalan yang membuat Cloudy mendiamkannya hanya masalah sepele dan menurutnya sangat kekanak-kanakan. Bukankah sudah menjadi rahasia umum jika kebanyakan masyarakat meragukan kinerja depart
Happy reading and enjoy! Chapter 43 Feel Warm Alyssa berjalan memasuki sebuah restoran bernama La Bernardin, yang terletak di tengah-tengah kota Manhattan, tepatnya di W 51st St. Restoran ala Perancis itu merupakan salah satu tempat favoritnya dari sekian banyak restoran yang menyediakan hidangan laut di Manhattan, hingga beberapa kali ia memilih tempat itu sebagai tempat untuk bertemu teman-temannya di saat ia memiliki waktu luang untuk setelah makan seraya mengobrol dan menikmati cocktail. Tetapi, ia tiba-tiba menghentikan langkah dan mengambil ponselnya yang berada di dalam tasnya kemudian ia berbalik meninggalkan tempat itu. "Gabi, apa Bannet ada di rumah?" tanya Alyssa kepada adiknya melalui telepon setelah sedikit berbasa-basi seraya matanya mengawasi keadaan di dalam restoran melalui jendela kaca tempat itu. Suasana tidak terlalu ramai sehingga ia dapat den
Happy reading and enjoy!Chapter 44Shoping?"Selamat pagi, Papa."Suara Cloudy pagi itu membuat Rain membuka matanya. Tidak jauh dari tempat tidur Cloudy berdiri Iry bersama Iry yang berada di dalam gendongannya."Selamat pagi, Papa," sapa Cloudy sekali lagi dengan suara dibuat-buat seperti anak kecil seraya mendekat kemudian duduk di sisi tempat tidur.Rain tersenyum dan mengulurkan tangannya untuk menyentuh telapak kaki Iry. "Jam berapa ini?""Ini pukul tujuh," jawab Cloudy seraya tersenyum kepada Iry dan menggoda bayi mungil itu.Rain mengamati dua orang di depannya selama kurang dari sepuluh detik. "Jam berapa kau bangun?""Sekitar lima belas menit yang lalu," jawab Cloudy tanpa mengalihkan pandangannya dari Iry.Rain meng
Happy reading and enjoy! Chapter 45 Liars "Rainer...." Kembali wanita itu mendesahkan nama Rain seraya bangkit dibantu oleh dua orang yang bersamanya. Rain berhenti sekitar dua meter dari tempat wanita itu berdiri, bibirnya mengulas senyum sinis tanpa mengucapkan apa pun. Hanya menatap wanita yang tidak lain adalah ibunya dengan tatapan dingin. Wanita itu mungkin usianya enam puluh lima tahun, gurat tua terlihat jelas di wajahnya, tetapi kejayaan di masa lalu masih membekas. Kecantikannya tidak sepenuhnya memudar termakan usia. Wanita itu melangkah untuk mendekati Rain dan berucap, "Sudah kuduga kau memang setampan ayahmu," ucap Anita. Namun, Rain tidak memberikan kesempatan kepada wanita itu untuk mendekatinya, ia menjauh dan melangkah mengitari makam Ryan kemudian berhenti di samping makam hingga membuat posisinya berada di seberang ibunya berdiri.
Happy reading and enjoy! Chapter 46 Mine! Setelah dokter dan perawat meninggalkan mereka, Robert kembali ke samping ranjang pasien di mana Rian duduk dengan posisi ditopang ranjang. "Aku tidak mengerti kenapa kau bertindak seperti sedang bermain film Fast and Furious," sinis Robert. "Itu menyenangkan, kau harus mencobanya." "Bermain-main dengan nyawaku?" "Tidak juga karena pabrik mobil mendesain air bag dengan kualitas cukup baik. Karena kau sedikit penakut, kurasa kau paling hanya akan menderita luka memar." "Berapa kecepatan mobilmu saat terjadi kecelakaan?" tanya Robert. Sudut bibir Rain terangkat. "Kurasa tidak terlalu cepat karena aku cederaku termasuk sedikit." Sedikit? Robert tidak mengerti mengapa Rain terlihat sangat santai d
Happy reading and enjoy! Chapter 47 Kissing the Rain "Maaf, membuatmu menunggu, Sweet Heart," ujar Etta seraya mengulurkan gelas Starbucks yang berisi Hazelnut Signature. "Kau selalu tahu apa yang kuinginkan," ucap Cloudy kemudian menancapkan sedotan dan menyeruput isinya. "Sebenarnya aku butuh kopi, bukan...." Ia menggelengkan kepalanya dan mengangkat gelasnya sejajar dengan bahunya. "Cocok untuk ibu menyusui." Etta mengedipkan sebelah matanya kemudian duduk di samping Cloudy di bangku tunggu di lorong rumah sakit. Cloudy mendengus pelan. Ternyata Rain dan Etta memiliki kesamaan. "Aku mendambakan kopi, ya Tuhan...," erangnya. Etta terkekeh seraya meletakkan gelas kopi di tangannya ke atas bangku di tengah-tengah antara dirinya dan Cloudy. "Aku tidak akan sanggup tidak mengonsumsi kafein meski hanya sehari."&n
Happy reading and enjoy! Chapter 48 Kissing the Cloud "Kau bisa membuka matamu perlahan, Mr. Holter," ucap dokter yang menangani Rain. "Berapa lama kira-kira mataku akan pulih total?" tanya Rain. Cloudy melirik ke arah dokter yang mungkin berpikir seperti dirinya. Rain bahkan belum mencoba membuka matanya, tetapi justru menanyakan perihal kesembuhannya. "Kami akan berusaha semaksimal mungkin untuk kesembuhanmu," jawab dokter. Cloudy melihat senyum Rain, tetapi itu bukan senyum ramah. Kemudian ia mengamati wajah Rain, di sudut pelipis kiri pria itu terdapat luka yang mulai mengering dan beberapa memar di sekitar mata yang telah berubah warna menjadi ungu kebiruan. Bulu mata Rain bergetar, kelopak matanya bergerak-gerak, dan perlahan kelopak matanya terbuka. Tetapi, ia kemba
Happy Reading and enjoy. Chapter 49 Little Party for Daddy Marcus memasuki sebuah toko anggur yang cukup ternama, ia tersenyum kepada seorang pegawai toko yang menyambut kedatangannya dengan senyum ramah. "Ada yang bisa kubantu, Tuan?" sapa pegawai itu. "Aku mencari beberapa botol anggur," sahut Marcus. Pegawai itu mengangguk. "Boleh aku tahu untuk perayaan apa anggur yang kau cari? Mungkin aku bisa memberikan saran." Marcus tidak memerlukan anggur mahal seperti ROMANEE-CONTI atau anggur tua berumur 100 tahun yang dipajang Rain di ruang koleksinya. "Bukan perayaan besar, hanya makan malam keluarga," jawab Marcus. "Oh, menarik sekali." Pegawai itu membawa Marcus melewati beberapa orang sedang melihat-lihat pajangan anggur yang tersusun di rak. "Mungki
EpilogueDua bulan kemudian.Rain memegangi gelasnya yang berisi sampanye dingin seraya mengamati Cloudy yang sedang berusaha menidurkan Iry yang kelihatannya sama sekali belum mengantuk padahal sudah menunjukkan jam sembilan malam.Mereka akan melangsungkan pesta pernikahan di pulau pribadi di Yunani dan akan diadakan dengan konsep outdoor. Tentunya pesta akan diadakan cukup mewah dan mengundang seluruh keluarga Cloudy, teman-temannya, juga para petinggi perusahaan Rain.Sebenarnya, Rain juga mengundang ibunya atas dasar keinginan Cloudy. Tetapi, ibunya mengatakan jika tidak bisa memastikan kehadirannya dan Rain juga tidak terlalu berharap. Baginya kehadiran keluarga Cloudy dan orang-orang yang bekerja untuknya sudah cukup karena ia menyadari jika dirinya bagi ibunya mungkin bukanlah anggota keluarga yang diinginkan.Tidak masalah karena ia akan memiliki keluar
Happy reading and enjoy.70. EndCloudy bersandar di dada Rain setelah seks panas yang membuat seluruh tubuhnya terasa lemas. Ia memejamkan matanya, merasakan riak kecil kenikmatan yang masih tersisa di tubuhnya."Luar biasa," ucap Rain seraya mengecup rambut di puncak kepala Cloudy.Cloudy juga mengakui jika seks yang baru saja mereka lakukan sangat luar biasa, seolah mereka adalah sepasang kekasih yang melepaskan seluruh kerinduan setelah perpisahan panjang.Begitu membara, tetapi lembut."Apa kau lelah?" tanya Rain seraya menyingkirkan sejumput rambut yang menutupi Cloudy.Cloudy membuka matanya dan mendongak. Ia langsung menemukan mata biru Rain yang sedang menatapnya dengan mesra. "Ya. Aku lelah," ucapnya dengan suara parau kemudian mengalihkan pandangannya.Rain meraih telapak tangan Cloudy dan menghadiahkan k
Hola, happy reading and enjoy!Chapter 69Right Now!Ya. Rain mengakuinya jika semua yang diucapkan oleh Cloudy adalah benar. Bukan hanya itu, ia juga terlalu pengecut untuk berhadapan dengan Cloudy dan memilih menjauh lalu justru mengirim Robert untuk memberikan kontrak pernikahan.Sekali lagi, setiap ia mengambil tindakan impulsif , dan itu semua karena Cloudy. Wanita di depannya benar-benar satu-satunya wanita yang dapat membuatnya bertindak tanpa berpikir panjang terlebih dahulu karena saat itu dirinya berniat membalas Cloudy dengan cara menyiksa wanita itu sepanjang hidupnya dalam genggamannya, tetapi Cloudy lebih memilih untuk menjauh darinya sebagai pembuktian jika dirinya tidak bersalah dan menurut Rain, itu adalah tindakan cerdas meskipun sangat berat harus meninggalkan putrinya.Rain meraih telapak tangan Cloudy. "Maafkan aku," ucapnya dengan nada serak.
Happy reading and enjoy! Chapter 68 Our Relationship Cloudy memejamkan matanya sesaat dan berpikir jika semuanya harus diselesaikan sekarang, termasuk kesalahan pahaman di antara mereka. Kemudian Cloudy mengangkat dagunya untuk menatap Rain dengan tegas dan bertanya, "Rain, apa sebenarnya yang kau inginkan hingga harus membawaku ke sini?" Yang diinginkan Rain tentu saja Cloudy—menjauhkannya dari Axel. Rain hendak menyuarakannya, tetapi tidak mampu melakukannya. Rain berdehem. "Kukira kau cukup cerdas untuk menilai kata-kataku tadi," sahutnya. Cloudy sudah merasa cukup buruk karena membiarkan dirinya jatuh cinta kepada Rain. Seharusnya ia tetap berjalan di jalannya, berpegang teguh pada untuk mendapatkan Iry, bukan malah bermain-main dengan hatinya. Mungkin Rain sangat membencinya hing
Happy reading and enjoy!Chapter 67Private IslandCloudy merasa jika kantuknya di luar kendali, ia tidak pernah diland kantuk yang menyiksa hingga mungkin akan tertidur sambil berjalan sekali pun. Ia adalah tipe orang yang tidak bisa tidur di sembarang tempat apa lagi di pesawat. Senyaman apa pun kursi di pesawat, ia tidak bisa tidur nyenyak. Tetapi, kali ini matanya seolah diberati dengan timah hingga ia tidak mampu untuk membuka kelopaknya.Sialan, umpatnya di dalam benaknya. Rain pasti memberikan obat tidur dan sekarang pria itu juga mengambil kesempatan.Namun, sejujurnya Cloudy menyukai berada di dalam pelukan Rain. Hangat dan seolah dunia begitu tenang sekarang. Hanya ada suara deru mesin pesawat samar-samar di telinganya.Bibirnya mengulas senyum kemudian perlahan berusaha membuka matanya dengan sekuat tenaga melawan kantuknya. Ia me
Happy reading and enjoy. Chapter 66 I Love You, Cloud. Bukankah seharusnya Cloudy yang bertanya demikian? Unit kondominium itu adalah miliknya. Rain adalah orang asing di sana dan secara hukum, ia dapat melaporkan Rain ke pihak keamanan karena masuk ke dalam tempat tinggalnya masuk tanpa izin. Namun, itu dirasa terlalu berlebihan karena bagiamanapun pria itu secara harfiah adalah saudara iparnya. Dan tidak mungkin nRain datang jika tidak ada kepentingan dengannya. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali menatap Rain kemudian mengalihkan pandangannya kepada Marcus lalu kembali menatap Rain bibirnya mengulas senyum tipis. "Seharusnya aku yang bertanya. Kenapa kau ada di tempat tinggalku?" tanyanya dengan suara yang sangat canggung. "Aku ke sini karena Iry," jawab Rain tanpa membalas tatapan Cloudy. Kar
Hola!Happy reading and enjoy!Chapter 65PromisedRain melempar senyum miring kepada Ello kemudian bangkit dari kursinya. "Kuharap, sekarang aku tidak sedang berhalusinasi," ucapnya dengan nada sangat santai."Bisa jadi jika kau di bawah pengaruh zat psikoaktif," sahut Ello dengan nada yang tidak kalah santai.Rain bangkit dari kursinya dan memasukkan telapak tangannya ke dalam saku celana. "Aku tidak seputus asa itu hanya karena kalian mencuri hasil kerja kerasku lagi.""Aku tidak pernah melakukannya," ucap Ello seraya melirik sebuah kursi di depan meja kerja Rain. "Kurasa akan lebih mudah berbicara jika kau mempersilakan tamumu duduk."Bibir rain membentuk lengkungan yang sinis. "Tamu? Sebutan itu hanya berlaku jika aku mengundangmu ke sini."
Happy reading and enjoy!Chapter 64Saling TikungYang harus dilakukan sekarang adalah berpikir tenang dan tidak gegabah. Jadi, Cloudy bersikap setenang mungkin meskipun dirinya tidak memungkiri jika otaknya sama sekali tidak dapat dikendalikan, begitu juga batinnya yang dipenuhi dengan perasaan nelangsa.Cloudy memasuki kamar Iry dan mengangkat bayi itu dari tempat tidur kemudian duduk di sofa yang biasa digunakan untuk menyusui dan duduk di sana dengan perasaan hancur.Ia menatap Iry seraya merasakan panas di kelopak matanya karena air matanya yang hendak mendesak keluar, tetapi sekuat tenaga ditahannya. Menangis tidak akan menyelesaikan masalahnya, tidak akan membuat Iry tetap berada di pangkuannya, juga tidak akan membuat Alyssa mengungkap kebenaran.Jika malam ini menjadi akhir dari semuanya, Cloudy sama sekali tidak menyesal. Setidaknya dirinya pe
Happy reading and enjoy! Chapter 63 Married Contract Mata Cloudy mengerjap beberapa kali saat mendapati Robert berdiri di ambang pintu kamar. Bukan Rain yang telah ia tunggu kedatangannya hingga larut malam. Ia melangkah mendekati pria itu dan berkata, "Robert? Di mana Rain?" "Rain tidak akan pulang malam ini," jawab Robert. "Apa ada masalah di perusahaan?" "Kemungkinan besar kami tidak akan mendapatkan proyek itu." "Bagiamana bisa?" desah Cloudy. Robert seperti ragu-ragu menatap Cloudy dan mengangkat map di tangannya. "Kompetitor kelihatannya lebih berpeluang karena angka penawaran mereka lebih rendah dengan produk yang nyaris sama dari perusahaan kami." Cloudy tidak mengerti. "Jadi, apa rencana kalian?"