I Want You, Chiaki
Crystal melangkah keluar dari kamar mandi mengenakan jubah mandi di tubuhnya, ia mendapati Chiaki sedang berdiri memunggunginya. Pria itu menatap kelamnya malam melalui jendela kaca di kamar Crystal dengan kedua telapak tangan yang ia masukkan ke dalam saku celananya.
Menyadari kehadiran Crystal, Chiaki membalikkan badannya. Matanya menatap Crystal dengan tatapan dingin. "Berita kembalinya kau ke dunia musik telah tersebar luas."
Crystal mengangguk, ia tahu konsekuensinya dari penampilannya beberapa jam yang lalu.
"Dua Minggu lagi penampilan pertamamu di sebuah konser orkestra, kau pemain biola utama sekaligus bintang tamunya."
Crystal nyaris tidak bernapas, bibirnya sedikit terbuka karena terkejut. Tetapi, ia tidak mengucapkan apa-apa.
Chiaki mengeluarkan satu telapak tangannya dari saku lalu menyentuh salah satu alisnya. "Persiapkan dirimu."
Kali ini Crystal benar-benar tidak bernapas, ia belum pernah berperan sebagai pemain biola utama di dalam orkestra. "Chiaki, kau tahu... aku...."
"Itu hukumanmu karena tidak patuh malam ini," sahut Chiaki terdengar cukup sinis.
Putus asa, itu yang Crystal rasakan. "Chiaki, dua Minggu terlalu singkat untuk belajar." Ia akhirnya berhasil menyuarakan apa yang ada di kepalanya.
Chiaki maju beberapa langkah hingga berada tepat di depan Crystal, ia meraih dagu gadis itu, bibirnya tersenyum sinis. "Wanitaku harus cepat belajar."
Menelan ludah, hanya itu yang bisa Crystal lakukan mengingat sikap Chiaki yang tidak bisa ia tebak dan melihat kilatan amarah di mata perunggu pria di depannya membuat nyalinya semakin menciut.
"Lain kali jangan meminum alkohol tanpa seizinku, juga jangan terlalu dekat dengan Maddie atau kau tidak akan bisa melihat teman barumu itu selamanya." Chiaki mengusap bibir Crystal menggunakan ibu jarinya, sedikit kasar. "Dan... jangan pernah kau ulangi menatap pria lain selain aku lebih dari tiga detik."
Crystal mengerjapkan matanya, ia merasakan sel-sel dalam tubuhnya sedang menggigil karena ketakutan. Chiaki benar-benar tidak bisa diajak bernegosiasi, setiap ucapannya laksana sebuah titah raja yang tidak bisa dibantah.
Chiaki mendekatkan bibirnya ke bibir Crystal. "Kau juga diam-diam berulang kali mencuri-curi pandang pada pianis itu, apa pianis itu lebih menarik dari pada aku?"
Kali ini musnah semua harapan Crystal untuk menjadikan Tian pengiringnya dan yang paling mencengangkan adalah Chiaki tahu jika ia berulang kali mencuri-curi pandang ke arah Tian padahal setahu Crystal, pria itu sibuk bercakap-cakap bersama Caren dan beberapa tamu lain.
"Dia...," desah Crystal.
Chiaki menyipitkan kedua matanya. "Ada yang ingin kau sampaikan?"
"Dia salah satu orang yang pernah menyakitiku," ujar Crystal dengan cepat. "Aku ingin kau membantuku untuk membalasnya."
Chiaki melepaskan cengkeramannya dari dagu Crystal. "Pembicaraan kita cukup sampai di sini, tidurlah."
Ketika Chiaki hendak beringsut menjauh, Crystal dengan cepat meraup jas yang Chiaki kenakalan tepat di bagian pinggang hingga membuat Chiaki urung melangkahkan kakinya. "T-tinggallah di sini," pinta Crystal pelan.
Chiaki tersenyum miring. "Jangan sekalipun memerintahku."
Crystal menggelengkan kepalanya. "Aku memohon padamu untuk tinggal di sini, malam ini saja."
"Apa ada sesuatu yang menarik jika aku tinggal di sini malam ini?"
Crystal menggigit bibirnya, ia memang sedang berusaha membujuk Chiaki untuk membantunya membalas dendam kepada Tian menggunakan tubuhnya. Tetapi, ia tidak mampu menyuarakan jika ia menawarkan tubuhnya kepada pria di depannya malam ini. Perlahan Crystal melepaskan jas yang Chiaki kenakan.
Chiaki mendekatkan wajahnya ke wajah Crystal, bibirnya berada tepat di telinga Crystal. "Senangkan aku hingga pagi maka aku akan tinggal di sini selama kau mau."
Tanpa menunggu Crystal meletakkan tangannya di dada Chiaki, ia memagut bibir pria itu tanpa ragu-ragu, berusaha menggodanya meski sedikit kikuk karena Chiaki sama sekali tidak merespons cumbuan Crystal hingga Crystal mulai frustrasi dan menggigit bibir pria itu. Ketika bibir Chiaki terbuka, Crystal mendorong lidahnya ke dalam mulut Chiaki dan mulai membelai lidah Chiaki.
Perlahan-lahan Chiaki menerima cumbuan Crystal, ia mulai membalas godaan lidah Crystal. Keduanya terhanyut, saling menuntut lebih. Jemari tangan Crystal menelisik di antara rambut Chiaki sementara satu telapak Chiaki berada di tengkuk Crystal seolah memperdalam cumbuan mereka, satu tangannya berada di pinggang Crystal, melingkar dengan cara yang sangat posesif.
"Jangan menyesal jika aku malam ini menyakitimu, Crys," geram Chiaki ketika tautan bibir mereka terlepas.
"Lakukan apa yang kau mau, asal kau tinggal di sini malam ini." Crystal mulai membuka kancing kemeja yang Chiaki kenakan lalu beralih utuk membuka ikat pinggang pria itu.
Namun, Chiaki menghentikannya. "Belum terlambat untuk mundur, Crys."
Crystal menggelengkan kepalanya, tatapan matanya lembut menatap Chiaki. "Sejak aku bertemu denganmu, aku tidak memiliki pilihan untuk mundur."
Chiaki membuka ikat pinggang dan celana panjangnya sendiri, menyisakan boxer-nya saja. Ia lalu membuka jas yang ia kenakan, melemparkan benda itu ke atas sofa yang berada tidak jauh dari tempatnya berdiri. Ia lalu melepaskan kemejanya sambil tatapan matanya menatap Crystal seolah ia seekor predator yang sedang menatap calon mangsanya.
"Buka jubahmu," ucap Chiaki sambil memilin kemeja di tangannya hingga menjadi mirip seperti sebuah tali. "Aku akan mengikat tanganmu."
Crystal melepaskan tali jubah mandinya, melepaskannya, dan membiarkan kain itu merosot ke lantai begitu saja lalu ia mengulurkan kedua tangannya untuk diikat.
Perlahan-lahan Chiaki mengikat kedua tangan Crystal menggunakan kemeja yang telah dipilin lalu memerintahkan Crystal untuk naik ke atas tempat tidur. Ia memosisikan tangan Crystal di atas kepala.
Tatapan Chiaki tampak berbahaya, matanya menyapu seluruh tubuh yang Crystal polos di atas tempat tidur. "Kau harus mengingat malam ini, Cryst. Aku tidak suka milikku terlaku dekat dengan pria lain, aku tidak suka matamu menatap pria lain lebih dari tiga detik."
Crystal mengangguk. "Aku akan mengingatnya."
"Bagus. Aku menyukai gadis yang patuh." Ia menekuk kaki Crystal lalu merangkak di atas tubuh gadis itu.
"Berjanjilah untuk tidak menatap pria lain meski aku tidak berada di sampingmu." Kali ini nada suara Chiaki terdengar lebih lunak.
Jantung Crystal tiba-tiba berdetak lima kali lebih kencang hingga kehilangan iramanya seolah rongga dadanya menjadi bergemuruh, riuh, dan membuatnya sedikit gelisah tanpa ia tahu apa penyebabnya. "Aku berjanji."
Tatapan Chiaki tampak belum puas meski telah mendengar janji yang diucapkan oleh Crystal. "Yakinkan aku, agar aku percaya padamu."
Crystal tidak tahu harus bagaimana meyakinkan Chiaki. "Kau bisa memotong leherku jika aku melanggar janjiku."
Chiaki tersenyum miring. "Apa aku terlihat seperti seorang yang tega membunuh wanita lemah seperti dirimu?"
Crystal menggelengkan kepalanya, bibirnya tersenyum, matanya menatap Chiaki dengan sangat lembut tanpa ia sadari."Percayalah padaku," ucapnya sungguh-sungguh.
Ujung ibu jari Chiaki menyentuh dengan perlahan bibir Crystal, membelainya dengan penuh kasih sayang lalu perlahan telapak tangannya beralih menyentuh kulit leher Crystal, semakin turun ke bawah menelusuri tulang selangka gadis itu, dan semakin ke bawah. Chiaki meraba kulit dada Crystal yang menonjol dan tampak ranum dengan gerakan memutar lalu meremasnya dengan gerakan menggoda beberapa kali, bergantian bagian kanan dan kiri. Tangannya perlahan bergerak ke bagian perut Crystal yang rata sementara matanya menatap Crystal. Kedua mata mereka terus saling mengunci seolah mereka berbicara dari tatapan mata.
Crystal mencari-cari sesuatu di mata Chiaki, ia masih mendapati bara amarah di mata pria itu. Tetapi, Crystal tidak yakin apakah bara itu berasal dari kecemburuan atau hanya rasa tidak suka karena barang yang di klaim miliknya terusik.
Ia mengerang manakala Chiaki menyentuh area di antara pahanya, secara alami ia membuka pahanya semakin lebar untuk memberikan akses penuh bagi Chiaki bermain-main dengan dirinya.
Chiaki tersenyum, ia mendekatkan bibirnya ke bibir Crystal. "Kau selalu siap untukku," ucapnya dengan nada mengejek.
Crystal tidak memedulikan ejekan Chiaki, yang ia pedulikan hanya rasa yang lebih besar yang menyelubungi akal sehatnya. Ia menginginkan Chiaki berada di dalam dirinya, saat ini juga.
"Chiaki...." Crystal mengerang dengan suara lemah saat jari tengah Chiaki menerobos masuk ke dalam dirinya.
Pria itu tersenyum lalu menyambar bibir Crystal, mencumbunya dengan cara yang sangat ahli dan menggoda membuat Crystal mulai gelisah karena frustrasi. Kedua telapak kakinya di gesekkan ke seprei sementara pinggulnya sesekali terangkat mengikuti tempo gerakan tangan Chiaki yang semakin cepat.
"Aku ingin dirimu, Chiaki...."
Crystal mengerang untuk melakukan protes, sayangnya Chiaki sama sekali tidak memedulikan protesnya. Ketika gelombangnya semakin dekat, Crystal semakin gelisah dan mulai kehilangan kendali, ia memanggil Chiaki dengan erangan panjang.
Namun, Chiaki justru menjauhkan tangannya dari tubuh Crystal, begitu juga bibirnya yang telah berhenti mencumbu bibir Crystal.
Napas Crystal memburu, ia menatap Chiaki dengan tatapan jengkel karena pria itu mempermainkannya. Untuk pertama kali Crystal benar-benar ingin menendang pria berambut gondrong itu dari atas tempat tidur jika saja ia memiliki keberanian untuk melakukannya.
"Kau pikir, kau bisa merayuku menggunakan tubuhmu demi pria lain?"
Napas Crystal terasa sesak, ia memejamkan matanya, rasanya dadanya mendadak berlubang karena ucapan Chiaki. ia merasakan pria itu beringsut turun dari tempat tidur lalu beberapa puluh detik kemudian terdengar suara pintu kamarnya dibanting dengan kencang.
Crystal memiringkan tubuhnya, ia meringkuk dengan tangan yang masih terikat, sedangkan air matanya mulai membasahi kelopak matanya.
Bersambung.....
Jangan lupa beli EBook I Win You ❤❤
Jangan lupa juga beli A Bankrupt Billionaire ❤❤❤
Salam manis dari Cherry yang manis.
🍒
YoursSepuluh menit kemudian, terdengar suara pintu terbuka disusul langkah kaki seseorang memasuki kamar Crystal. Tetapi, Crystal terlalu enggan untuk membuka matanya, ia hanya berpikir jika orang yang memasuki kamarnya adalah Donna.Crystal merasakan tangannya di raih oleh seseorang, dari rasa tangan yang menyentuh kulitnya jelas bukan tangan Donna, tetapi Chiaki. Pria itu perlahan melepaskan ikatan di tangan Crystal lalu menarik selimut untuk menutupi tubuh Crystal dan sebuah kecupan mendarat di kening Crystal membuat air mata Crystal semakin merangkak keluar dari kelopak matanya.Pria seperti apa sebenarnya Chiaki? Pria itu terus saja berubah-ubah, ia mengira telah sedikit mengenal Chiaki selama beberapa hari kebersamaan mereka, tetapi nyatanya ia tidak mengenal pria itu. Sedikit pun tidak.Tepat saat Chiaki beringsut hendak menjauh, Crystal membuka
15. Skin Care EffectCrystal Winter bergabung dengan Storm Studios.Berita itu menghiasi sebagian besar headline berita hiburan di Jerman tetapi juga di Eropa. Bukan hanya Jack yang nyaris tidak percaya dengan apa yang ia baca pagi itu, seluruh pelayan sibuk berbisik-bisik membicarakan kemunculan Crystal yang tidak terduga. Gadis itu tampil mengenakan pakaian dan perhiasan dari brand ternama, masih seperti dulu, tampak sangat cantik saat ia menggesek biola.Dua tahun lalu saat ia menjauhkan Crystal, ia berharap Crystal mengemis, memohon, dan mengiba padanya. Tetapi, ia salah. Gadis yang ia cintai hanya menatapnya dengan tatapan penuh kebencian dan luka lalu meninggalkan rumah keluarga Winter.Dua Minggu setelah Crystal menghilang, ia bertemu Chiaki yang datang untuk bertemu dengannya. Pria itu menawarkan kerja sama bisnis yang te
16. Just a HumanCrystal menatap wajah Chiaki yang tampak serius, pria berambut gondrong itu sedang membubuhkan tato di salah satu bagian tubuh Crystal. Chiaki tidak mengenakan pakaian, ia hanya mengenakan celana pendek yang terbuat dari kain yang nyaman untuk di kenakan di dalam rumah. Rambutnya diikat ke arah belakang menggunakan ikat rambut kecil berwarna hitam, dengan penampilan seperti itu, keseluruhan wajah Chiaki tampak jelas, tidak terhalang rambutnya yang biasanya bagian depan terurai ke sebagian wajahnya.Sesekali Chiaki mendongak menatap ke arah Crystal membuat tatapan mereka beradu sesaat dan setiap kali itu pula, Crystal merasa jika darahnya terkumpul di wajahnya hingga menyebabkan rasa panas hingga menyebabkan kulit pipinya merona."Kurasa, kau harus memotong rambutmu," ucap Crystal memberanikan diri menyuarakan apa yang ada di benaknya. "Juga... kau harus bercukur." Ia mengamati jambang dan kumi
17. Italiano"Crys, letakkan anjingmu di bawah," ucap Maddie, ia tampak kesal menatap anjing berjenis maltese berwarna putih di atas meja makan."Titi tidak mengganggumu," sahut Crystal acuh, ia sedang mengocok adonan es krim menggunakan mixer. "Jika kau terganggunya, kenapa tidak kau saja yang pergi dari sini?""Chiaki memintaku untuk menjagamu." Maddie melotot ke arah anjing yang bernama Titi. Meski anjing itu tampak lucu, tetapi ia sama sekali tidak tertarik.Crystal tertawa kecil karena ucapan Maddie yang menurutnya berlebihan. "Aku tidak dalam bahaya, untuk apa kau menjagaku?""Ya, tapi Bedebah itu menginginkan aku mengawasimu." Chiaki bahkan menginstruksikan agar Maddie tinggal di rumah yang didiami oleh Crystal."Aku tidak akan kabur, lagi pula aku tidak memiliki tempat selain rumah ini." Ada kepedihan saat ia mengucapkan kalimat itu, senyum yang tadinya ter
18. Let Her Know"Kembalilah ke Paris," ucap Rossa yang sedang mengemasi barang-barangnya.Chiaki menyandarkan kepalanya di sandaran sofa, menghisap lintingan kecil berisi ganja dalam-dalam, mata pria itu terpejam seolah sangat menikmati ganjanya."Kau terlihat sangat kacau." Rossa memasukkan alat-alat medisnya ke dalam tas, menuangkan air dari dalam botol minum ke dalam gelas lalu meneguknya beberapa kali. Ia berjalan ke arah putranya. "Kudengar Crystal akan menjadi bintang tamu di sebuah konser?"Chiaki membuka matanya, ia mengamati lintingan ganja yang ia jepit menggunakan ujung ibu jari dan jari telunjuknya. "Ya," gumamnya singkat lalu kembali menghisapnya.Rossa mengamati putranya yang sedang menghisap ganja hingga selesai. "Untuk apa menyentuh barang ini lagi?" Ia mengambil lintingan ganja dari tangan Chiaki.Chiaki mengepulkan asap dari ganja yang ia hisap melalui
19. It's Amazing!Kepala pelayan mengatakan jika Titi telah ditemukan, tetapi hingga tiga puluh menit, binatang lucu kesayangannya itu belum juga kembali bersamanya.Crystal duduk bersila di atas tempat tidurnya, otaknya dipenuhi oleh rasa penasaran dengan kamar yang tidak boleh ia masuki juga penuh dengan rasa bosan, matanya terus menatap pintu kamarnya yang tertutup berharap seseorang datang membawakan Titi untuknya.Suara nada pesan terdengar dari ponsel yang berada di dalam tas membuat Crystal melompat dari atas tempat tidur, secepat kilat ia menyambar tas yang berada di atas meja, dan mengambil ponselnya.Mata Crystal seketika berpendar manakala ia menyaksikan nama pengirim pesan di layar ponselnya. "Chiaki," desahnya.Crystal menggeser layar ponsel menggunakan jari telunjuknya, ia tersenyum membaca isi pesan."Kapan kau kembali?" Crystal menuliskan pertanyaannya ta
At the Same MomentCrystal menyandarkan kepalanya di tepi bathtub, matanya terpejam, sedangkan pikirannya sama sekali tidak menikmati air di dalam bathtub yang beraroma mawar berpadu dengan vanila. Ia memikirkan perkataan Maddie di mobil beberapa saat yang lalu.Maddie tidak mengatakan alasan yang jelas, tetapi Maddie menawarkan padanya cara untuk lepas dari Chiaki dengan cara yang paling aman. Crystal langsung menolak tawaran Maddie yang ia nilai terlalu kejam tanpa sedikit pun ingin mempertimbangkannya terlebih dahulu.Crystal menghela napasnya dalam-dalam lalu mengembuskannya, semakin ia berusaha mengenal Chiaki, justru semakin banyak teka-teki yang memenuhi rongga kepalanya. Dimulai dari sikapnya yang berubah-ubah membuatnya kesulitan mengetahui sifat Chiaki yang sesungguhnya hingga rahasia rumah yang ia tempati, rumah yang berada di pinggiran kota, tanpa dapur, dan kamar yang tidak boleh ia masuki.Chiaki
Chika's PastTidak ada yang salah dari Crystal, tidak juga Chika. Chika menginginkan Crystal, tetapi Crystal tidak. Bukan karena Crystal menolak Chika tetapi karena Chika tidak pernah mengatakan perasaannya kepada Crystal hingga ia meninggalkan dunia ini untuk selamanya."Pergilah ke Jerman, kejar dia." Chiaki kala itu memberikan gagasan kepada adiknya untuk mengejar Crystal."Dia masih terlalu muda untuk kudapatkan sekarang," sahut Chika yang sedang menatap lukisan hasil karyanya. Entah berapa banyak lukisan yang ia buat dan semuanya terinspirasi dari Crystal."Usianya tujuh belas tahun, dia baru saja meninggalkan bangku sekolah menengah atas, dia telah dewasa." Chiaki duduk sambil mengelus bulu-bulu janggutnya. "Kau bisa menyamar sebagai dosen seni lukis atau apa pun di universitas tempatnya kuliah, gunakan kecerdikanmu."Chika tersenyum hambar. "Berpena
EpilogueEpilogueTian baru saja keluar dari sebuah sekolah anak-anak, ia baru saja selesai mengajar anak-anak bermain piano di sana. Secara tidak sengaja ia melihat Crystal menuntun anak kecil, ia segera mengejar Crystal."Crys," sapanya sambil mengendurkan dasinya."Hei, Tian. Kau di sini? Apa kau mengajar?""Ya," jawab tian sembari melirik anak kecil yang dituntun oleh Crystal. "Siapa dia?Crystal menatap Nicky. "Sayang, dia teman Mommy."Nicky mengangguk, sedangkan Tian ternganga. "Mommy? Maksudmu?"Crystal tersenyum lebar, pipinya tampak merona. "Aku telah menikah dan dia... kau mengerti... maksudku...." Ia tidak ingin mengatakan di depan Nicky jika ia bukanlah ibu kandung Nicky yang sejak pertemuan pertama mereka Nicky yang malang mengira Crystal asalah ibunya."Oh, aku mengerti, selam
EndCrystal mencumbui bibir Chiaki, setelah mendengarkan pengakuan suaminya, ia merasakan dorongan kuat, menggebu-gebu, ia merasa jika cintanya kepada Chiaki tidak terbendung lagi. Ia tergila-gila pada suaminya.Crystal masih duduk di atas pangkuan suaminya dengan posisi mengangkanginya. Entah sudah berapa lama bibir mereka bertaut seolah hanya ciuman yang bisa menggambarkan besarnya perasaan di dada masing-masing, mereka seolah enggan untuk menyudahinya hingga bibir mereka nyaris bengkak, hanya sesekali bibir mereka terlepas, sejenak meraup oksigen dengan terburu-buru."Suamiku, aku menginginkanmu," erang Crystal terdengar mendamba di sela ciuman mereka.Chiaki menangkup pipi Crystal, menatap wajah cantik istrinya yang memerah, pasrah oleh gairah. "Aku juga menginginkanmu, sayangku."Crystal kembali mengecup bibir Chiaki, lembut menggoda meski hanya sekilas.
The Only OneKarina, lima tahun yang lalu gadis itu duduk di bangku sekolah menengah atas. Gadis itu belum diadopsi hingga usianya enam belas tahun, anak itu sangat pendiam, juga pemalu. Karina lebih memilih menghabiskan waktunya dengan membaca buku dibandingkan dengan bergaul dengan teman-teman seusianya.Karina mengikuti perlombaan ilmu sains antar sekolah. Crystal berjanji akan membawakan guru les privat untuk Karina, tetapi hingga perlombaan itu tinggal beberapa Minggu lagi ia belum menemukan guru ilmu sains yang cocok sesuai kriteria yang ia inginkan, ia beberapa kali datang ke agen penyedia guru les, tetapi ia selaku menemukan kendala yang membuatnya tidak bisa mendapatkan guru les.Hingga saat ia keluar dari sebuah gedung, karena pikirannya kacau ia menabrak seorang pria menyebabkan buku-buku yang dipegang oleh pria itu berjatuhan ke lantai. Di sanalah ia berpikir jika takdir menuntunnya, buku-buku yang dipegang o
Mrs. StormTiga buah mobil beriringan melaju dengan kecepatan sedang menyusuri jalanan berkelok-kelok, menanjak, dan menurun. Di dalam Land Rover Discovery, Crystal meringkuk di dalam pelukan suaminya sambil menonton acara televisi yang terpasang di dalam mobil tersebut. Sesekali mereka tertawa karena acara yang mereka tonton adalah acara drama komedi yang sangat menghibur.Sesekali bibir keduanya bertaut, bercumbu, dan saling menggoda. Tetapi, ketika gairah mereka mulai menuntut lebih, keduanya memilih berhenti. Chiaki tahu jika istrinya juga menginginkannya, tetapi ia tidak akan memulainya kecuali Crystal yang memulai karena ia tahu bagaimana rasanya memiliki trauma yang masih segar di dalam ingatan. Seperti dirinya yang membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk kembali memperbaiki kondisi mentalnya yang nyaris tumbang.“Kita akan segera tiba,” ucap Crystal saat mobil melintasi petunjuk arah yang berada di tepi jalan.
Shine After the DarkCrystal dan Chiaki baru saja menikah di sebuah kapel, hanya pernikahan sederhana yang dihadiri oleh kedua orang tua Chiaki dan Edgar, juga Maddie. Tetapi, acara berjalan khidmat juga penuh kebahagiaan yang menaungi mereka.Crystal berdiri di depan cermin, menatap bayangan dirinya yang masih berbalut gaun pengantin. Dulu ia sangat mendambakan bisa menjadi salah satu musisi di Storm Studios, sekarang Tuhan justru berkehendak lain, ia resmi menjadi istri pemilik Storm Studios.Perasaannya nyaris sulit digambarkan, sangat bahagia, seperti pengantin wanita yang lain. Tetapi, ada kabut di benaknya yang masih belum sepenuhnya memudar meski ia menepisnya."Apa yang kau pikirkan, sayangku?" Chiaki mengalungkan kedua lengannya di pinggang Crystal.Crystal tersenyum, telapak tangannya mengelus kulit tangan suaminya, dan matanya menatap bayangan wajah suaminya yang terlihat bers
Treat Each OtherCrystal memasuki rumah dan langsung menuju ke dapur, ia merasa sangat lapar hingga mungkin akan segera pingsan. Sebenarnya mereka bisa saja berhenti di restoran yang mereka lewati, tetapi berhubung keduanya tidak membawa dompet maupun ponsel, Crystal harus bersabar menahan lapar hingga mereka tiba di rumah."Nona, sarapan telah disiapkan," ucap salah satu pelayan saat mendapati Crystal memasuki dapur."Aku tidak ingin memakan Muesli." Crystal menarik hendel pintu lemari pendingin makanan untuk mendapatkan bahan-bahan yang ia inginkan."Nona, biar saya yang melakukannya," ujar pelayan yang tampaknya ketakutan karena mendapati Chiaki memasuki dapur. "Apa yang ingin Anda makan?""Ma Chére, apa yang kau lakukan?" Suara Chiaki tidak kasar, tidak juga lembut, tetapi terdengar tidak menyukai tindakan Crystal.Crystal mengacuhkan Chiaki, ia mengeluar
Our SonChiaki menuntun Crystal ke garasi mobil, mengambil sebuah kunci Ferrari SUV lalu memberikannya pada Crystal. "Aku ingin menikmati duduk di samping pengemudi tercantik di dunia."Crystal menyeringai. "Kau akan terkesima, aku sangat ahli dalam hal balapan liar di jalanan.""Kalau begitu tunjukkan padaku." Chiaki menarik pintu mobil dan segera duduk di bangku samping pengemudi.Crystal menyeringai senang, ia mengemudikan mobil dengan kecepatan tinggi seolah-olah jalanan benar-benar hanya miliknya, apa lagi jalanan itu tidak asing baginya ditambah lagi saat itu masih pukul empat dini hari. Dipastikan hanya ada beberapa mobil yang melintas di jalanan terlebih lagi mereka menuju area pedesaan.Setelah mengendarai mobil hampir satu jam, mereka tiba di pegunungan. Di sana terdapat danau yang airnya tampak masih hitam karena matahari belum muncul, hanya permukaannya yang terli
Speak Through the ToneDua hari telah berlalu, seperti dugaan Chiaki, Crystal memang berpura-pura kuat. Tengah malam ia mendengar sayup-sayup Crystal terisak. Ia membuka matanya dan mendapati Crystal meringkuk di tepi tempat tidur dengan posisi membelakanginya. Ia yakin jika Crystal sering menangis diam-diam di rumah sakit saat ia tertidur pulas di bawah pengaruh obat.Chiaki merasa jika dadanya terasa sangat sakit, lebih sakit dari pada saat ia memangku jasad Chika yang berlumuran darah. Ia tahu rasanya memendam kesakitan sendiri tanpa bisa mengungkapkan kepada orang lain, bahkan kepada orang terdekat.Chiaki beringsut, ia mengalungkan lengannya di pinggang Crystal tanpa mengatakan apa-apa dan memeluk tubuh Crystal erat-erat. Berulang kali ia mendaratkan bibirnya di puncak kepala Crystal berharap bisa menenangkan calon istrinya.Setelah beberapa puluh menit berlalu dan Crystal tidak lagi terisak, Chiaki perl
“Sepertinya aku harus merapikan ini.” Crystal menyentuh jambang Chiaki yang mulai tumbuh. “Kenapa bagian ini cepat sekali tumbuh?” Ia mengalihkan tatapannya ke kepala Chiaki yang kini berubah penampilan, kepala Chiaki bersih tanpa rambut.“Karena mereka suka kau merawatnya, jadi mereka tumbuh dengan cepat,” ujar Chiaki.Ia tersenyum bahagia karena setiap pagi Crystal mencukur bulu yang tumbuh di wajahnya. Tetapi, bukan berarti ia senang dengan penampilan barunya, rambut di kepalanya benar-benar tidak ada karena tim medis memotong dengan asal-asalan saat menjahit luka di kepalanya mengakibatkan ia terpaksa mencukur habis rambutnya dibandingkan harus membiarkan tatanan rambutnya tidak beraturan.“Kurasa setelah rambutmu tumbuh nanti, kau tidak perlu memanjangkannya lagi.”“Kau tidak menyukai rambut panjangku?”Crystal mengecup pipi Chiaki. “Aku menyukai rambutmu yang lembut, tapi aku lebi