Mobil Dominique telah sampai di kediaman Hameed. Bella yang sudah menunggu di teras gegas menyambut kedatangan anak dan menantunya itu.
"Be careful, Sweetheart," ucap Bella kepada Aubrey.Dengan perlahan dia membantu Aubrey turun dari mobil dan duduk di kursi roda yang telah diambil Dominique."Mami, jangan perlakukan aku seperti orang sakit parah. I'm ok, Mi!" ujar Aubrey membelai lembut tangan Bella."Kau anak perempuan satu-satunya Mami. Jadi harus menuruti kata Mami, ya." Bella tersenyum kemudian membelai rambut Aubrey."Ayo, sekarang masuk!" lanjutnya."Dominique." Aubrey memberi isyarat."Welcome to my life," ujar Dominique sambil mengedikkan bahunya.Pada akhirnya, Aubrey pasrah diperlakukan bak layaknya anak kecil yang sedang sakit. Sekali-sekali, dia menjelaskan kepada Bella bahwasanya dia harus berlatih menggerakkan tubuh agar cepat membaik keadaannya.Dua minggu telah berlalu dari peristiwa penusukan Aubrey. Dominique, Reno, dan Tony sudah mencari kabar ke seluruh tempat bahkan ke organisasi gelap. Namun, hasilnya masih nihil. Sang pelaku selain belum tertangkap, juga tidak terendus jejaknya. Mereka semakin putus asa karena apapun yang mereka lakukan terlihat sia-sia. "Damn it. Hanya mencari seorang bajingan kecil saja aku tidak mampu. Pria macam apa aku ini!" seru Dominique. "Easy, Man. Bukannya kita tidak mampu, tetapi orang tersebut tampaknya memiliki pelindung yang kuat," ujar Tony. "Ya, ada benarnya ucapan Tuan Tony." Reno menimpali. "Bullshit. Di New Orleans ini, akulah kekuatan itu. Tidak ada satupun yang luput dari pandanganku!" Seru Dominique. "Tapi, kau lihat Man. Kita belum menemukan orang tersebut. Bahkan, bayangannya saja kita tidak melihatnya. "Arrrggghhh."Dominique meremas rambutnya. Dia terlihat sangat kesal dan terus mengumpat. Tony dan Reno ya
Setelah selesai menyiapkan makan malam. Aubrey membersihkan diri, kemudian berpakaian dan berdandan sesuai anjuran Bella. Gaun tidur yang dibelikan sang mertua berwarna hitam dan berenda di sisi-sisi sampingnya. Aubrey melapisi gaun malamnya dengan pakaian dress selutut yang lebih tebal. Tinggal bersama dengan mertua, membuat Aubrey harus memperhatikan cara berpakaian yang sopan. Selesai mematut diri di cermin, Aubrey turun dan bersiap menyambut Dominique pulang kantor. Bersama Bella, dia bercengkrama di ruang keluarga."Bagaimana, kau sudah mencoba pakaian yang Mami berikan?" tanya Bella antusias. "Sudah Mi, saat ini aku sedang memakainya. Tapi, aku melapisinya lagi karena malu dengan papi." Aubrey menjawab malu-malu. "Good. Semoga setelah malam ini, kalian dapat cepat memiliki seorang anak, ya!"Aubrey mengaminkan ucapan Bella. Mereka kembali fokus dengan apa yang mereka tonton. Debaran jantung
"You wanna do it?" tanya Dominique sambil menatap dalam ke arah mata Aubrey. Aubrey mengangguk, lalu mendaratkan bibir mungilnya di bibir Dominique. Dengan lembut sang suami menyambut kecupan hangatnya dengan lumatan lembut yang menggelora. Kini, tangan-tangan kekar itu sudah berpindah tempat menelusuri area-area lainnya. Sambil terus melumat bibir mungil Aubrey, Dominique memberikan sentuhan-sentuhan yang membangkitkan gairah Aubrey. Sudah lama Dominique menahan hasratnya. Kini, semua mimpi seakan menjadi nyata. Tubuh Aubrey yang selalu menjadi candu di setiap malam-malam Dominique terpampang nyata di hadapannya. Konyol rasanya, begitu pikiran Dominique. Aubrey sudah menjadi istrinya, tetapi rasa gugup dan sungkan datang menghampiri. Tidak seperti malam waktu Dominique mengambil kesucian Aubrey, semua berlangsung begitu cepat dan tanpa sungkan. Apakah karena malam itu setan di pikiran Dominique yang telah menguasai? Entahlah, yang p
"Selamat pagi, Tuan Muda Nyonya." Pelayan membungkukkan sedikit badannya saat melihat Dominique dan Aubrey menuju meja makan. "Pagi semua, Mi, Pi," ucap Dominique dan Aubrey. Pagi itu, mereka menikmati sarapannya dengan nikmat sambil menceritakan beberapa hal yang dilalui kemarin. Di tengah perbincangan, seorang pelayan menghampiri mereka. "Permisi, Tuan. Ada Tuan Tony menunggu di ruang tamu." Pelayan berbicara kepada Dominique."Suruh dia kemari! Agar kita dapat sarapan bersama!" perintah Dominique. "Baik, Tuan." Pelayan gegas melaksanakan perintah tuannya dan menjemput Tony. Tony menyapa semua orang yang berada di ruang makan. Bella juga menawarkannya untuk ikut sarapan bersama. Dia pun akhirnya ikut bergabung untuk menghormati tuan rumah. Selesai sarapan, Dominique membawa Tony ke ruang kerjanya. Aubrey yang tidak ingin ikut campur masalah suaminya memilih pergi berkebun bersama Bella. "Katakanlah. Apa
Dominique belum bisa berterus terang dengan Aubrey karena masalah ini dia masih membutuhkan lebih banyak bukti. Bagaimanapun juga Damien adalah orang yang sukar tersentuh, jika memang dia pelakunya. Aubrey mengecup lembut bibir dan pipi Dominique sebelum berangkat. Pelukan hangat juga tidak terlewat dia tinggalkan untuk sang pujaan hati. Mobil mereka pun melesat ke tujuan masing-masing. Dominique meminta Tony untuk mengatur pertemuan dengan Damien siang nanti. Bagaimanapun juga, masalah ini tidak dapat dibiarkan berlarut-larut. Dia harus segera menyelesaikan secepatnya. Jangankan hanya seorang Damien. Seluruh dunia pun akan Dominique lawan untuk seorang Aubrey. Tony dengan cepat mengiyakan permintaan Dominique. Dia lebih tahu sahabatnya itu, jika ada sesuatu yang menyinggung tentang hidupnya pasti dia tidak akan tinggal diam. Namun, di dalam hati Tony juga ada sedikit kekhawatiran. Dia takut, Cassandra sepupunya turut serta dalam masalah
"Kau ingat pertama kali datang ke kediaman Calandre, Kak?" tanya Aubrey kepada Reno yang duduk di sampingnya. "Tentu saja. Saat itu, Kakek sedang mengunjungi yayasan. Entah mengapa, ketika beliau melihatku untuk pertama kali terlihat kesedihan mendalam di matanya." Reno memandang jauh ke depan. "Aku tidak mengerti saat itu. Namun, ketika beliau membawaku ke kediaman ini dan menceritakan semua, aku mengerti. Kami berdua memiliki lubang yang sama. Saat itu juga, aku berjanji akan menjaga keluarga ini dengan segenap hati seperti keluarga Calandre menjagaku." Reno mengingat masa lima belas tahun silam. "Aku pada masa itu hanya mengerti tentang kesepian. Selalu menyalahkan kakek karena hampir tidak punya waktu untukku. Oleh karena itu, aku selalu meminta segala hal yang di luar nalar dan herannya kakek dengan mudah begitu saja mengabulkan segala pintaku." Aubrey bercerita dengan rasa penuh sesal. Mereka saling mengutarakan isi h
Suara nada tunggu terdengar dari sebuah ponsel yang dihubungi Reno. Lama dia menunggu, tetapi tidak ada yang menjawab telepon tersebut. Reno mengulang beberapa kali, hasilnya masih tetap sama. Dia pun memutuskan untuk tidak menghubungi nomor itu lagi. Setelah merapikan beberapa berkas, Reno gegas meninggalkan mansion Calandre untuk menuju Hotel Le Bristol. Dua minggu sudah kepergian Abraham, selama itu pula dia berdiam diri dan hanya kerja dari rumah. "Bi. Katakan pada Nona Aubrey kalau sudah bangun, aku ke Le Bristol dulu ya! Ada sesuatu yang harus kuurus di sana." Reno berpamitan kepada salah satu pelayan. "Baik, Tuan.""Oh iya, jangan lupa masak makanan kesukaan Nona. Sudah lama dia tidak pulang, maka kita harus berikan pelayanan yang terbaik.""Baik, baik, Tuan.""Oke, aku pergi dulu!"Reno pun pergi dari mansion Calandre menuju Le Bristol. Suasana di mansion Calandre pun kembali
Dominique dan Tony menuju perusahaan Damien untuk membahas masalah Aubrey. Sedikit banyaknya, Dominique sudah memberitahukan detail kecilnya. Keduanya sampai di Damien Corporation setelah menempuh setengah jam perjalanan. Mereka langsung disambut oleh asisten Damien di lobi perusahaan. "Selamat siang, dengan Tuan Dominique?" tanya asisten Damien. "Hmmm," jawab Dominique sambil mengangguk. "Silakan Tuan, lewat sebelah sini." Asisten tersebut menunjukkan jalan. Bunyi pantovel dari sepatu mereka terdengar menggema mengisi seluruh lobi. Semuanya tampak lengang, tiada suara yang ditimbulkan dari para karyawan yang sedang beristirahat menuju kantin. Pasalnya, kehadiran asisten Damien begitu mendominasi, ditambah dengan aura dingin Dominique yang terpancar dari raut wajahnya. Dua menit perjalanan menggunakan lift. Mereka sampai di ruangan persegi yang luas dan didominasi oleh warna krem. Dominique langsung menghempa