Beranda / Lain / The Third King / 43. RAJA KETIGA DAN USAHA RAVANIA DALAM UJIAN PERTAMA

Share

43. RAJA KETIGA DAN USAHA RAVANIA DALAM UJIAN PERTAMA

Penulis: mahesvara
last update Terakhir Diperbarui: 2021-11-28 06:08:58

Sejak kepindahan Ravania ke kediamannya yang baru, istana yang tadinya ramai karena ulah Ravania kini berubah menjadi sepi lagi sama seperti ketika Ravania belum datang ke istana. 

Arsyanendra dengan sengaja memindahkan Ravania ke luar dari istana untuk menghindari pendapat dari ketiga kandidat lainnya yang kelak akan membuat alasan jika Ravania akhirnya memenangkan posisi Ratu Hindinia. Dengan memberikan kediaman yang layak dan bahkan tidak kalah dengan kediaman dari sepuluh kepala keluarga kaum aristokrat, dilengkapi dengan pengawal dan pelayan yang dipercaya, Arsyanendra melepas kepergian Ravania dari sisinya untuk sementara. 

Dengan meminta bantuan dari Virya dan Surendra, Arsyanendra dapat memantau segala aktivitas Ravania ketika berada di kediamannya dan juga ketika melaksanakan ujian pertama dari pemilihan Ratu Hindinia. 

Lima hari sebelum penentuan berburu ujian pemilihan Ratu Hindinia. . .

“Baga

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • The Third King    44. RAJA KETIGA DAN HASIL UJIAN PERTAMA

    Sama seperti sebelumnya, acara penilaian ujian tahap pertama berlangsung dengan cukup meriah. Rakyat yang tinggal di ibu kota Jako Arta dan sekitarnya datang berbondong – bondong ke gedung di mana acara penilaian diadakan. Bahkan ruangannya yang harusnya hanya bisa menampung satu juta orang tidak bisa menampung banyaknya rakyat Hindinia yang datang dengan wajah antusias. Alhasil, sekretaris kerajaan kemudian membuat layar khusus di mana semua rakyat Hindinia yang berada di luar bisa melihat dan mengetahui hasil dari ujian pertama pemilihan Ratu Hindinia. Setelah pidato singkat dari Arsyanendra dan beberapa pejabat penting Hindinia serta empat kandidat calon Ratu Hindinia, pemungutan suara rakyat yang hanya berbasis di Ibu Kota Jako Arta pun dimulai. “Sekarang mari kita mulai pemungutan suara rakyat kepada keempat kandidat calon Ratu Hindinia. . .” ucap pembawa acara. Pemungutan suara dilakukan di luar gedung yang dipimpin oleh sekretaris ker

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-28
  • The Third King    45. RAJA KETIGA DAN UJIAN KEDUA PEMILIHAN RATU

    “Mohon tenang semuanya. . .” Pembawa acara berusaha untuk menenangkan seluruh rakyat Hindinia yang hadir dalam ujian pertama pemilihan Ratu Hindinia. Namun usaha dari pembawa acara itu tidak begitu berhasil, karena rakyat Hindinia yang didominasi oleh kaum proletar terlalu terkejut mendengar apa yang baru saja disampaikan oleh Arsyanendra sebagai Raja Hindinia. “Mohon tenang rakyatku,” ucap Arsyanendra berusaha untuk menenangkan seluruh rakyatnya yang terkejut. “Ucapanku masih belum selesai. Mohon tenang dan biarkan aku menyelesaikan dulu ucapanku.” Ucapan Arsyanendra yang penuh dengan kewibawaan berhasil membuat rakyat Hindinia yang hadir dalam ujian tahap pertama pemilihan ratu kemudian tenang seperti semula. “Untuk kandidat kedua, Nona Variza Widyanatha menggunakan dana miliknya sebesar satu juta lima ratus ruyah. Aliran dana ini berasal dari dana tabungan milik Nona Variza Widyanatha. Berikut buktinya. . .” Ar

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-29
  • The Third King    46. RAJA KETIGA DAN RAPAT KEPALA KAUM ARISTOKRAT

    “Apa – apaan itu tadi?” teriak Arkatama Agastya dengan wajah penuh amarah. “Benar, aku benar – benar tidak menyangka Yang Mulia membuat pengumuman seperti itu,” tambah Ethan Bimasena yang juga dengan wajah penuh amarah. Brukkk. . . Ishwar Urvilla yang juga sama marahnya kemudian menendang salah satu kursi yang berada di hadapannya hingga menabrak tembok dan nyaris saja hancur. “Yang Mulia benar – benar keterlaluan. Mempermalukan Tuan Shankara Danapati di depan umum seperti itu. . .” ucap Ishwar yang kemudian duduk di samping Ethan Bimasena. “Siapa yang akan menyangka jika Yang Mulia yang selalu memasang wajah penuh dengan senyuman itu kini mulai menusuk kita satu persatu,” ucap Ganendra Narain yang kemudian duduk di hadapan Arkatama. “Kau beruntung Tuan Gyan Widyanatha, putrimu tidak meminta bantuan dana darimu dan justru menggunakan dana pribadinya. . .” ucap Jazziel Catra yang duduk di samping Arka

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-29
  • The Third King    47. RAJA KETIGA DAN PENGADILAN TERBUKA

    Berita mengenai perbuatan Tuan Shankara Danapati kemudian segera tersebar dalam waktu yang cukup singkat. Begitu pula dengan pengadilan terbuka yang diadakan oleh Arsyanendra selaku Raja Ketiga Hindinia. Berita mengenai pengadilan terbuka yang sudah lama tidak dilakukan sejak kepemimpinan Jahan Balakosa kemudian mendapatkan banyak perhatian dari Rakyat Hindinia baik kaum proletar maupun kaum aristokrat. Kaum proletar merasa jika pengadilan terbuka ini akan membuka kesempatan bagi mereka untuk lebih menyalurkan suara dan aspirasi mereka setelah selama kurang lebih sepuluh tahun hidup dalam sangkar yang dibuat oleh Jahan Balakosa. Sedangkan kaum aristokrat yang selama ini hidup nyaman karena ulah Jahan Balakosa, kini merasa takut karena kaum proletar mulai mendapatkan keberanian mereka yang telah lama direnggut oleh Jahan Balakosa. Sementara itu bagi Arsyanendra, kesalahan yang dibuat oleh Shankara Danapati ini layaknya pemberian Tuhan dan kesempatan pentin

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-29
  • The Third King    48. RAJA KETIGA DAN JALAN KEBERANIAN KAUM PROLETAR

    Setelah menanyakan informasi untuk memastikan bahwa orang yang berada di hadapannya adalah benar – benar Shankara Danapati, Arsyanendra kemudian meminta Shankara Danapati untuk membaca sumpah agar berkata yang sejujur - jujurnya dan berkata yang sebenar – benarnya atas semua pertanyaan yang kelak akan diajukan oleh Arsyanendra kepada Shankara Danapati dalam pengadilan terbuka hari ini. “Saya, Shankara Danapati dengan ini bersumpah akan mengatakan yang sebenar – benarnya dan sejujur – jujurnya dalam pengadilan ini. Bila saya melanggar sumpah ini, saya akan bersedia dihukum sesuai dengan hukum yang berlaku di Hindinia.” Setelah Shankara Danapati mengucapkan sumpahnya, Arsyanendra mulai membacakan dakwaan yang ada dalam berkas istana kepada Shankara Danapati dan kemudian mulai mengajukan pertanyaan kepada Shankara Danapati. “Apakah Tuan Shankara Danapati dapat menjelaskan ke mana perginya uang yang berada dalam pengawasan Departemen Perekonomia

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-30
  • The Third King    49. RAJA KETIGA DAN LANGKAH LAIN

    Mendengar ucapan dari Arsyanendra yang begitu meyakinkan, satu per satu tangan dari kaum proletar kemudian terangkat ke atas. Sepuluh orang. Dua puluh orang. Lima puluh orang. . . . Dan kemudian sepanjang mata Arsyanendra memandang ke arah kaum proletar, rasanya yang terlihat di mata Arsyanendra hanyalah tangan kaum proletar yang mengacung ke atas dan berusaha untuk berbicara kepada Arsyanendra. Arsyanendra mengangkat tangannya lagi dan memberikan isyarat yang sama seperti sebelumnya. Isyarat itu berhasil memberikan membuat ratusan dan mungkin ribuan kaum proletar yang berdiri di hadapan Arsyanendra akhirnya berhenti untuk bicara kepada Arsyanendra dan kemudian menjadi tenang. “Wahai rakyatku,” panggil Arsyanendra sembari melemparkan senyumannya. “Aku punya banyak waktu untuk mendengarkan keluhan kalian semua.” Tanpa diberi perintah dan seolah mengerti apa yang ada di dalam pikiran Arsyanendra saat

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-30
  • The Third King    50. RAJA KETIGA DAN EMPAT ORANG DI SISINYA

    “Ahh, aku terkejut. Ini pertama kalinya Tuan Yasawirya meninggikan nada suara Tuan sekaligus memperlihatkan raut wajah yang ketakutan di hadapanku.” “Maafkan sikapku yang lancang ini, Yang Mulia. Tapi saya benar – benar khawatir dengan perbuatan Yang Mulia ini. Yang Mulia baru naik takhta kurang dari setahun dan sekarang Yang Mulia sudah berani menantang kaum aristokrat bahkan sebelum kekuatan kaum proletar kembali. Ini tindakan yang gila dan berbahaya, Yang Mulia.” “Aku tahu hal itu dengan baik, Tuan Yasawirya. Tapi. . .” Arsyanendra yang tadinya duduk di hadapan Yasawirya Pramanaya kemudian bangkit dari duduknya dan kemudian berjalan mendekat ke Yasawirya Pramanaya. “Justru tindakan Tuan saat ini pun sama gilanya dengan tindakanku. Kenapa Tuan membahayakan posisi Tuan dan datang kemari? Tindakan Tuan saat ini mungkin bisa membuat Tuan berada dalam posisi yang sama bahayanya dengan posisiku.” “Janji, Yang Mulia. Sepuluh tahun yang lalu, aku

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-30
  • The Third King    51. RAJA KETIGA DAN KELUHAN KAUM PROLETAR

    Virya terdiam mendengar ucapan Arsyanendra dengan senyuman di wajahnya. Virya tahu dengan baik bahwa tinggal di istana sangat menyiksa Arsyanendra karena istana ini pula adalah tempat di mana Davendra Balakosa yang merupakan ayah dari Arsyanendra meregang nyawanya. “Yang Mulia akan pergi ke mana?” tanya Virya dengan suara lembutnya. “Ke mana saja asal menjauh dari istana ini. Menjauh dari segala urusan berat yang membuatku bertambah tua sebelum waktunya.” Arsyanendra kemudian tersenyum lagi setelah mengatakan kata “bertambah tua sebelum waktunya” kepada Virya. Sementara Virya Balakosa yang mendengar ucapan Arsyanendra itu kemudian tertawa kecil dan berkata, “Yang Mulia tidak terlihat tua sebelum waktunya. Tidakkah Yang Mulia tahu bahwa Yang Mulia adalah satu dari beberapa orang dengan wajah yang sangat tampan di mata rakyat Hindinia?” “Aku tahu itu, Virya dan karena wajahku yang tampan ini, kelak aku akan kesulita

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-01

Bab terbaru

  • The Third King    80. RAJA KETIGA DAN KISAH MILIKNYA

    Ravania yang baru bisa kembali seminggu kemudian setelah menemani Zia Pramanaya yang terluka, berharap bisa bertemu dengan Arsyanendra ketika kembali ke ibu kota. Namun bukan kebahagiaan yang didapatkan Ravania ketika kembali ke ibu kota.Ini tidak mungkin, pikir Ravania.Begitu tiba di ibukota, seluruh bendera hitam di pasang di sepanjang jalan. Bendera yang sama seperti bendera di mana Raja Pertama dan Raja Kedua dinyatakan meninggal.“Maafkan aku, Nona Zia. Aku harus segera ke istana. Yang Mulia, aku harus bertemu dengan Yang Mulia.”Ravania berlari lebih dulu menuju ke istana dengan harapan bahwa apa yang terlintas di dalam benaknya saat ini adalah salah. Ravania mengabaikan para penjaga gerbang istana yang menundukkan kepalanya ketika melihat Ravania tiba. Ravania terus berlari dan mengabaikan banyak pelayan istana dan pengawal istana yang menundukkan kepalanya kepada Ravania dan memberikan salamnya kepada Ravania.

  • The Third King    79. RAJA KETIGA DAN RAJA KEEMPAT

    Ravania bersama dengan Virya dan Narendra butuh waktu dua hari untuk memastikan seluruh pasukan bantuan datang, membaginya menjadi empat dan membawanya ke ibu kota. Dalam perjalanannya, pasukan bantuan yang dikomandoi oleh Narendra masih harus melawan pasukan milik empat dewan penjaga perbatasan Hindinia yang akan berangkat ke ibu kota.Untuk melawan pasukan perbatasan yang dipimpin oleh empat kepala keluarga kaum aristokrat, Narendra dan pasukan tambahannya membutuhkan waktu tiga hari untuk menjatuhkan semua pasukan perbatasan. Di hari terakhir, Narendra bersama dengan pasukan bantuannya berhasil menyelamatkan pasukan yang dipimpin oleh Zia Pramanaya yang ditawan oleh pasukan perbatasan milik empat kepala keluarga kaum aristokrat.“Nona Zia,” teriak Ravania.“Akhirnya kalian datang, meski sedikit terlambat. . .”“Jangan banyak bicara, Nona Zia. Luka – luka Nona bisa semakin parah karena Nona ber

  • The Third King    78. RAJA KETIGA TURUN KE MEDAN PERANG

    Persediaan makanan yang semakin menipis, jumlah pasukan yang terluka yang semakin banyak serta suara ledakan dari perang di ibu kota terdengar oleh Arsyanendra bersama dengan Surendra yang terus menyusun pasukannya bersama dengan panglimanya.“Pasukan milik Nona Zia juga mengalami hal yang sama, Yang Mulia. Mereka tidak akan bertahan lebih dari tiga hari menahan pasukan perbatasan yang datang dari empat penjuru arah.”“Lalu bagaimana jika pasukan milik Zia berhasil ditembus, berapa lama lagi kita bisa menahan pasukan milik Arkatama dan pasukan milik perbatasan?”Arsyanendra memikirkan kemungkinan terburuk dalam peperangan yang akan terjadi beberapa hari ke depan.“Paling lama tiga hari setelah pasukan milik Nona Zia ditembus, Yang Mulia. Jumlah makanan yang semakin menipis, obat – obatan yang juga semakin banyak serta banyak menimbang jumlah pasukan yang tersisa bersama dengan jumlah granat dan p

  • The Third King    77. RAJA KETIGA BERPERANG

    Keesokan harinya, Ravania bersama dengan Ardizya, Virya dan Narendra Balakosa pergi keluar istana dengan menggunakan jalur rahasia yang tersembunyi di hutan istana.“Guru, apa benar jika kita meninggalkan Yang Mulia seorang diri?”“Ini perintah Yang Mulia. Apapun yang terjadi kita harus melaksanakan perintahnya. Terlebih lagi. . . aku dan Virya punya tugas khusus yang harus kami kerjakan ketika berhasil keluar dari Jako Arta.”“Tugas? Tugas apa itu?”“Membawa pasukan dari negara tetangga,” jawab Virya Balakosa.“Apa maksudnya dengan itu, Nona Virya??”“Selain kalah jumlah, pasukan milik Yang Mulia lebih banyak berisi kaum proletar yang tidak ahli dalam berperang. Jadi Yang Mulia sengaja mengirimku keluar untuk meminta bantuan kepada negara tetangga dan membuatku untuk bernegosiasi dengan mereka.”Mulut Ravania tertutup sembari m

  • The Third King    76. RAJA KETIGA DAN PERSIAPAN PERANG

    “Bagaimana dengan pasukan kita, Surendra? Jika seandainya kita berperang dalam waktu dekat, apakah kita akan siap untuk melawan mereka?”Arsyanendra yang menyadari perang sudah dekat kemudian mulai menyusun strategi dengan keadaan pasukan miliknya.“Mereka siap, Yang Mulia. Meski pasukan kita mungkin hanya setengah dari jumlah pasukan milik kaum aristokrat, tapi pasukan di bawah pimpinan Yang Mulia sudah siap untuk berperang.”“Kalau begitu seperti taktik perang sebelumnya, masukkan semua pasukan kita melalui jalan rahasia yang terhubung dengan hutan istana dan biarkan mereka membangun tenda di hutan istana untuk persiapan perang. Lalu siapkan titahku untuk dibawa oleh Virya dan Ravania nantinya. Sebelum perang terjadi, kita harus sudah mengeluarkan Ravania dan Virya dari ibu kota jika kita ingin menang dalam perang ini.”“Saya mengerti, Yang Mulia.”Surendra hendak kelua

  • The Third King    75. RAJA KETIGA DAN ULTIMATUM KAUM ARISTOKRAT

    “Lalu ke mana Indhira Darmawangsa yang asli selama ini berada?” tanya Narendra. “Kenapa kau harus bersusah payah membuat kembaran dari Indhira Darmawangsa untuk menggantikannya membantumu dan membuat keadaan semakin rumit, Arsyanendra??” “Tuan Narendra,” sela Surendra untuk kedua kalinya. Surendra hendak membuka mulutnya untuk berbicara menggantikan Arsyanendra namun niat Surendra yang terbaca oleh Arsyanendra lebih dulu, dengan cepat dihentikan oleh Arsyanendra dengan mengangkat tangannya lagi dan memberikan isyarat kepada Surendra untuk kedua kalinya. “Tapi, Yang Mulia. . .” kata Surendra. “Harus aku yang mengatakannya sendiri, Surendra,” jawab Arsyanendra kepada Surendra. Setelah berusaha untuk menenangkan Surendra, Arsyanendra kemudian mengalihkan pandangannya kepada Narendra dan memberikan jawaban yang diinginkan oleh Narendra. “Indhira Darmawangsa sudah meninggal sepuluh tahun yang lalu.” “Men

  • The Third King    74. RAJA KETIGA DAN RAHASIA KELAHIRAN RAVANIA

    Setelah mempermalukan tujuh kepala kaum aristokrat di depan istana, Arsyanendra kemudian memerintahkan kepada Surendra untuk membawa Bagram ke dalam istana dan menyembunyikannya di kamar Ravania. Sementara itu, Arsyanendra bersama dengan Ravania kemudian menikmati pesta yang diadakan untuk penobatan Ratu Hindinia yang digelar oleh istana. Dalam pesta penyambutannya, Arsyanendra kemudian mengenalkan banyak orang kepada Ravania dari presiden negara tetangga, Raja dari negara tetangga dan perwakilan dari beberapa negara yang sengaja datang ke Hindinia hanya untuk mengucapkan selamat kepada Ravania. Setelah empat jam pesta lamanya digelar, Ravania yang sudah sangat merasa lelah dengan jadwalnya yang padat selama sehari ini kemudian diperbolehkan untuk kembali ke kamarnya dan beristirahat. “Aku akan mengantarmu, Ratuku,” ucap Arsyanendra yang tiba – tiba muncul di samping Ravania dan menggandeng tangan Ravania. “. . .” Ravan

  • The Third King    73. RAJA KETIGA DAN KEHADIRAN ARDIZYA HARGANDI

    Arsyanendra yang sedang duduk di takhtanya kemudian bangkit ketika mendengar bisikan dari Surendra.“Mohon maafkan saya, Yang Mulia. Tapi Tuan Narendra mengirim pesan bahwa sesuatu yang buruk mungkin sedang terjadi saat ini gerbang istana.”Berusaha untuk tetap tersenyum dan bersikap seolah tidak terjadi apapun, Arsyanendra kemudian bertanya kepada Surendra.“Apa yang terjadi?”“Delapan kepala kaum aristokrat menghadap Nona Indhira yang baru saja memasuki istana.”“Kita pergi ke sana. Sepertinya kaum aristokrat sudah berusaha untuk melancarkan rencananya untuk menjatuhkan ratuku dan berusaha untuk memberi tahu padaku jika aku tidak akan pernah bisa menang dari mereka.”Setelah membalas ucapan Surendra, Arsyanendra kemudian melangkahkan kakinya dan berjalan menuju ke luar aula di mana saat ini Ravania sedang bersama dengan Narendra menghadapi tujuh kepala kelu

  • The Third King    72. RAJA KETIGA DAN PENOBATAN RATU HINDINIA

    “Bagaimana?” tanya Surendra dari luar ruang ganti Ravania ketika Ravania sedang mengenakan gaun untuk penobatan dan mencoba jubah kerajaan yang tidak berbeda dengan yang selama ini dikenakan oleh Arsyanendra. “Apakah Nona Indhira merasa kurang pas?”“Tidak, Tuan Surendra. Tuan bisa memberitahu pada Yang Mulia, jika semua pakaian yang harus aku kenakan besok telah sesuai dan cocok denganku.”“Baiklah kalau begitu, Nona. Setelah ini saya akan memberi kabar kepada Yang Mulia jika Nona sudah mencoba semua pakaian yang ada. Lalu, Nona. . .”“Ya, Tuan Surendra,” potong Ravania yang masih berada di dalam ruang ganti sembari mengganti pakaiannya kembali.“Saya hanya ingin memberitahu kepada Nona, jika besok Nona akan mendapatkan pengawal pribadi seperti saya.”“Siapa yang akan jadi pengawal pribadi, Tuan Surendra?” tanya Ravania penasaran.

DMCA.com Protection Status