“Darimana kau tahu jika Kerajaan Timur akan bersekutu dengan baik dengan Kerajaan kita?” Raja bertanya. Cukup kasar. Rapat telah selesai setengah jam yang lalu. Kini di dalam penginapan Raja, hanya ada Raja Harry dan Pangeran Hans. “Tentu saja dari pesan yang kita dapatkan dari Raja Kerajaan Timur. Bukankah Raja juga membaca pesan tersebut?” “Jika saya menemukan keanehan dari mereka. Mereka berdua akan berurusan langsung dengan pedang saya. Kau awasi mereka. Dan jangan sesekali kau mengecohkanku. Caramu dengan menerobos hutan terlarang saja sungguh sangat bodoh.” Raja berlalu pergi. “Apa?” Raja tahu aku ke Kerajaan Aphrodite? Hans bergegas pergi dari kediaman Raja. Di luar terlihat sepi. Semua pelayan yang tadiny ada di depan pintu semuanya telah bubar. Menyisakan Steve yang berdiri kaku. Steve? Adakah sesuatu yang akan kau sampaikan? “Mari kita kembali ke kediamanmu, Pangeran. Cuaca sedang panas hari ini.” Hans segera berjalan melewati Steve. Menuruni tangga, lantas berbelok
“Raja, Pangeran mohon izin masuk!” seorang dayang kepercayaan Raja berkata cukup lantang di depan kediaman Raja.“Biarkan dia masuk!” suara Raja terdengar lantang.Hans berjalan maju. Penjaga di masing-masing pintu membuka lebar-lebar pintu utama di kediaman Raja.Sepersekian detik kemudian, pintu tertutup kembali.Hans membungkuk sembilan puluh derajat di hadapan Raja. Sebelum ia duduk di atas bantal yang empuk.Semilir angin berembus pelan di luar sana. Udara sudah dingin sejak tadi.Raja menuangkan teh dari teko keramik, kemudian menyodorkannya pada Hans.“Minumlah, selagi hangat!”“Aku tidak sedang ingin berbasa-basi, Ayahanda!”Pandangan Hans kaku. Ia menatap serius Ayahanda. Duduknya tegap, menandakan keseriusannya.“Tidak baik menolak pemberian tuan rumah. Minumlah.”Raja menuangkan teh di gelas kedua. Menghirupnya. Lantas, menyeruputnya.Mau tidak mau Hans minum suguhan teh dari Raja.“Ini bukannya...”“Iya, teh buatan Ratu. Tentu saja kau tahu artinya apa bukan?” Raja menyeri
Pagi-pagi benar, saat matahari sudah menampakkan diri dari peraduannya. Udara masih terasa sejuk. Embun juga masih dengan santainya menempel di pucuk-pucuk daun.“Kak, disini sebenarnya asri juga. Cuman mereka terlalu buta akan semua berbau dengan tanaman. Padahal tanah mereka sangat subur. Tumbuh apa saja akan tumbuh dengan cepat. Buah serba manis. Bunga serba wangi.” Marsha menyeletuk di antara barisan dayang yang juga berjalan mengikuti di belakangnya.Marsha dan Philip sedang dalam perjalanan menuju ke kediaman Raja.“Sst...mereka bisa tahu apa yang baru kamu bicarakan.”“Tenang, aku sudah menutup gendang telinga mereka. Jadi, mereka tidak akan mendengar perkataan kita.”“Marsha! Kita nggak diizinkan menggunakan kekuatan kita di luar dari tanah kita.”“Aku hanya menggunakan sedikit. Auraku tidak akan bisa tercium oleh siapapun.”“Sebentar lagi kita akan sampai. Cepat buka penghalang gendang telinga mereka.”“Iya, tentu saja. Tetapi Kak Philip janji. Tidak akan ada kemarahan seper
Rapat selesai. Pertemuan itu memakan waktu hampir setengah hari. Dimulai saat matahari terbit sampai ditutup dengan matahari seperempat hari lagi kembali ke peraduannya. Crit Crit Suara burung kecil terdengar merdu di sebuah ranting pohon. Tertampak mengintip lucu dari balik jendela kamar Marsha. Sedang Marsha sedang memangku dagunya di kedua tangannnya yang terlipat menyender jendela. “Kak Philip, mengapa dunia manusia indah?” “Yah, semua dunia itu indah Marsha. Hanya orang-orangnya saja yang terlalu egois. Selalu menaruh kepentingan sendiri di atas kepentingan orang lain, egois, dan lebih parahnya lagi tidak menghargai lingkungan yang telah diberikan dewa.” Kak Philip berjalan mendekati Marsha. Ikut memperhatikan pemandangan yang disuguhkan. Pohon dan gunung terpampang indah disana. Menyejukkan mata. Sesekali angin melewati di antara mereka. Terasa sejuk dan menenangkan, namun tak terlihat. “Jadi kalian pulang?” Hans masuk ke dalam ruangan. “Apakah kamu tidak memiliki sopan s
Pesta bunga Reveihan akan digelar sekitar satu jam lagi.Rhea sudah berubah penampilan. Tidak sedang mengenakan baju berkudanya ataupun baju latihan pedangnya. Ia tampil lebih anggun malam ini.Ia mengenakan gaun berwarna hijau dan putih. Terbalut indah dengan selendang transparannya. Gaunnya memanjang sampai ke bawah. Menutupi kakinya. Rambutnya yang berwarna abu-abu, berkilau diterpa oleh cahaya. Beberapa di antaranya dikepang. Dibalut dengan bunga-bunga kecil, bunga Reiveihan kecil.Riasannya yang halus dan tipis semakin mempercantik keindahannya. Ia masih mematung di depan cerminnya, saat ia sebenarnya sudah sangat siap bergabung ke pesta. Para tamu sudah berdatangan. Mereka sangat antusias dengan mekarnya bunga Reveihan. Bunga suci di Kerajaan Aphrodite.“Shera, Kak Philip dan Marsha belum nampak ya?” Di dalam kamarnya tidak ada orang. Namun, ia merasa jika sedari tadi Shera dan Pearl mengintip dari balik pintu. “Jika kalian mau masuk. Masuk aja. Ngapain ngintip-ngintip?”Di luar
Pukul 18.00. Saat petang sedang berada di puncaknya. Matahari berwarna oranye menghiasi langit. Walau hanya nampak setengah, pantulan cahayanya sungguh membuat mata nyaman.Hanya di Kerajaan Aphrodite, matahari bisa terlihat lebih besar dan indah. Bukan karena hanya kerajaan ini yang memiliki kekuatan magis. Namun, karena kemurnian mereka dalam menjaga alam semesta.Kerajaan terindah di antara kerajaan indah lainnya.Untuk beberapa menit para tamu yang menghadiri pesta menatap dengan kusyuk. Sudah aturan secara lisan, sebagai apresiasi syukur kepada alam semesta.Perlahan-lahan matahari mulai menutup diri di balik lautan. Pelan-pelan pantulan matahari di sungai menghilang. Tergantikan dengan pantulan sinar bulan.Raja Perseus menaiki panggung. Panggungnya sungguh sederhana. Terbuat dari rangkaian anyaman ranting pohon. Saat Raja melangkah ke atasnya. Pelan-pelan ranting itu naik.“Selamat malam para hadirin. Selamat datang di istana Ap
Pesta berjalan normal. Iring-iringan para pelayan hilir mudik menjamu para tamu. Udara di sekitar tercium sangat segar. Mekarnya bunga Reveihan menambah pengharapan baru di Kerajaan Aphrodite.Saat pesta berjalan normal, tidak ada yang tahu jika dari atas portal kerajaan ada tiga peri yang masuk. Bukan sembarang peri yang bisa membuka portal yang telah dilindungi ratusan tahun lamanya. Hanya keturunan Raja dan yang terpilih bisa melakukannya. Kak Philip baru saja masuk beserta Rhea dan Marsha. Berjalan berjingkrak-jingkrak. Masuk lewat pintu belakang kediaman masing-masing.“Pearl, hatiku jadi nggak tenang. Putri sudah lama di luar. ini sudah lewat setengah jam. Aku takut jika Putri dalam keadaan bahaya.”“Shera, aku juga khawatir tapi aku percaya Putri Rhea baik-baik saja. Kalau Putri sudah pakai baju dinasnya, semuanya akan kalah.”“Itu kan di Kerajaan Aphrodite Pearl!”“Iya juga sih. Tapi memangnya para manusia bodoh itu bisa apa? Jika dalam keadaan terjepit hanya berteriak dan mer
Gemericik air terdengar menggema. Daun-daun dari pohon saling bergesekan terkena angin sepoi-sepoi. Mentari perlahan menghangatkan.“Kak Hans maksa masuk. Bahkan lebih parahnya ia ingin menghadapi Raja seorang diri. Padahal aku sudah kasih pelajaran ke dia. Masih saja dia seberani itu.”Rhea berjalan menjauh dari Kak Philip, duduk di kursi besi putih di taman Harmonie.“Manusia emang keras kepala Rhea. Sekali ada mau, pasti segala cara apapun dilakukan.”“Semua manusia kayak gitu?”“Yah, nggak juga. Ada juga yang cepat menyerah. Nyalinya hanya seujung kuku.”Kak Philip sudah selesai memberi makan.“Sekarang bersihin tangan aku dong!”“Ih, apa coba. Cuci sana di toilet.”“Jauh kesananya.”“Kalau gitu toilet untuk apa?”“Kalau ada yang dekat kenapa harus jauh? Ayolah. Mau aku pergi saja?”“
Pukul 11.35.25 menit sebelum waktu menunjukkan tengah malam. Tanda Putri Rhea sudah meninggalkan Kerajaan selama satu malam.Bulan purnama bercahaya penuh di langit. Nampak jelas dari gedung pencakar langit Kerajaan Aphrodite.Raja Perseus berjalan perlahan di bawah sinar rembulan. Ia berhenti dan memandang ke langit."Bahkan awan saja tak berani menghalangi cahaya rembulan ini. Iya kan, Pangeran Philip?"Philip yang sedari tadi mengikuti dan sesekali bersembunyi, akhirnya ketahuan."Ayahanda, maafkan jika saya telah lancang mengikuti Anda!" Philip mengatupkan kedua tangannya. Berlutut dengan lutut kanannya.Raja tertawa terbahak-bahak."Ternyata saya masih pintar dan masih peka,""Ayah, bisa kah menanggapi dengan serius?""Pangeran, seharusnya kamu harus lebih santai. Jangan terus mengerutkan wajahmu. Coba lihat ayahmu ini. Masih awet muda karena tidak menekuk wajah terus-menerus,""Ayah, kita tidak lah sama. Ayo, kita segera temui Putri Harmonie,""Siapa bilang kamu boleh ikut?""Ke
"Putra Mahkota datang menghadap Raja," Hans membungkuk ke depan sembari mengatupkan kedua tangannya.Ia menemui Raja di kediaman Raja, yang berarti apapun yang akan dibicarakan Raja pastilah bersifat pribadi yang menyangkut dirinya."Aku memanggilmu kesini untuk segera enyahkan Putri Helen," Tanpa berbasa-basi dan tanpa melihat raut wajah Hans yang kaget Raja mengeluarkan perintah dengan santai."Maaf, Yang Mulia. Kenapa Putri Helena harus dilenyapkan?""Semakin lama dia disini, semakin cinta kalian akan lebih dalam padanya,""Kalian? Apa maksud Ayahanda,""Janganlah pura-pura bodoh dan polos. Selain kau, Pangeran Bladwin juga mencintainya. Apalagi Ratu malah mendukung. Pokoknya saya tidak mau tahu, enyahkanlah dia,""Yang Mulia, maaf jika lancang. Jika Yang Mulia bermaksud enyahkan Putri, enyahkan lah saya terlebih dahulu,""Kau?"***"Dasar brengsek! Apa-apaan Raja ini. Bahkan meminta seluruh
"Enak sekali dia ngomong aku dengan sebutan bodoh." gerutu Rhea.Rhea terus mengikuti mereka sampai ke luar pasar. Orang-orang semakin sedikit yang berlalu lalang.Mentari sudah ada di atas kepala. Peluh mulai mengucuri wajah Rhea."Dunia manusia panas sekali. Gersang." Ia mengusap peluh yang menetes dengan lengan bajunya. Sesekali ia mengibas-ngibaskan telapak tangannya untuk menghasilkan embusan angin.Rhea terus berlari. Sesekali berjalan. Berhenti. Bersembunyi."Orang-orang ini apa tidak tahu aku sedang mengikuti? Mengapa mereka tidak berhenti ataupun balik memaki?"Dari arah belakang tanpa Rhea sadar, seorang gadis melemparnya dengan batu kecil. Batu itu mengenai betis kirinya.Rhea memutar wajahnya ke belakang."Hei, kau. Nona bodoh! Kenapa kau mengikuti kami? Apa maumu?"Anak ini, apa nggak diajari sopan santun oleh orang tuanya? Kenapa bicara dengan yang lebih tua dengan nada seperti itu. Apalag
"Jangan lah memandang wajahku seperti itu. Aku tahu jika aku ganteng. Malahan gosipnya ada belasan wanita cantik yang setiap harinya membicarakan ketampananku," Hans menyombongkan diri walaupun sedikit canggung.Bagaimana tidak? Sudah sekitar 5 menit, Rhea hanya memandanginya tanpa berkata satu kata pun. Bahkan yang lebih menakutkan, Rhea tidak mengedipkan kelopak matanya.Berbeda dengan Rhea. Sejak 5 menit yang lalu, jiwanya berinteraksi dengan Philip lewat telepati."Kamu harus pulang sekarang atau kami yang akan menyusulmu kesana!" ancam Philip."Kak Philip, kenapa kamu terus mengancamku? Apa kamu marah karena aku menolakmu?" Rhea geram. Bukannya menanyakan keadaannya atau pun memberikan informasi. Malah langsung marah tak jelas seperti ini."Tidak sama sekali. Hal itu sudah aku lupakan sejak lama. Aku hanya khawatir jika manusia-manusia itu berbuat sesuatu padamu,""Diamlah Kak Philip. Kakak tidak perlu membuang energi terlal
Kerajaan Aphrodite.Raja mengikuti saran Pangeran Philip. Mereka berdua sekarang duduk saling berhadapan di kediaman Raja."Apa info yang ingin Pangeran sampaikan?""Ternyata benar sesuai dugaan Ayahanda. Kerajaan Theligonia merencanakan perang dengan Kerajaan Aphrodite,""Hmm, lalu?""Kenapa malah lalu Ayahanda? Yah, kita harus siap-siap untuk berperang,""Perang mengakibatkan kerusuhan, perpecahan, dan kehilangan. Semuanya hanya tentang duka. Mengapa bangsa manusia tidak pernah puas?""Dari dulu manusia sudah seperti itu dan saya tidak mau Rhea terjebak juga,""Perkataan bisa menjadi doa Pangeran. Lebih baik mengatakan hal baik saja. Dan perihal hal ini, sebelum perang itu terjadi, kita harus meminta petunjuk Dewa,""Red Stone kita hanyalah serpihan, ukurannya tak lebih dari sekepal tangan pria dewasa. Sedangkan manusia-manusia itu seenaknya mengambil, membagi, dan memecah-mecahkannya,""Yah,
Rhea sudah berada dalam kereta kuda. Namun, kudanya terasa lebih stabil dan cepat."Ini bukan kuda seperti tadi pagi. Apakah kuda ini juga menyerap kekuatan Red Stone?""Iya, Putri. Benar sekali," jawab Hans lewat telepati."Hei, kamu menguping?""Tidak. Aku tidak sengaja mendengarnya karena ternyata pemancar sinyalku masih dalam keadaan nyala. Maaf. Aku lancang sekali,""Kamu memang lancang sekali dan tidak beradab Pangeran. Bahkan kamu mengolok-olok aku,""Ngolok? Kapan?""Sudahlah. Aku malas menjelaskannya padamu. Energiku habis karena aku terlalu lama ada di Kerajaan Manusia""Tenang saja. Setelah kau percaya sama aku, kau boleh pulang. Dan aku harap, kau bisa menjelaskan maksudmu tentang mengolok-olok,""Persetan!""Putri, apa kau lebih mempercayai Pangeran Bladwin daripada aku?""Kenapa malah bawa-bawa Pangeran Bladwin?""Jawab saja!""Jika kamu mau tahu, iya. A
Kerajaan Aphrodite."Yang Mulia Raja, Pangeran Philip datang menghadap!" seorang kasim memasuki Aula Kekaisaran.Raja Heros menurunkan buku hologram yang ia baca. Layar hologram otomatis padam saat Raja menaruhnya kembali ke rak buku kecil di sampingnya.Buku hologram itu sangat efisien. Peri hanya perlu memegang sebuah stik kecil dengan ukiran yang menuliskan tema bacaan yang berbeda-beda.Buku-buku hologram itu merupakan inovasi terbaru dari hasil penelitian Raja Heros dan Pangeran Philip.Selamat tinggal untuk buku Ensiklopedi super tebal, sebentar lagi Para Peri bisa menyimpan ratusan buku hanya dalam ukuran satu tempayan."Biarkan ia masuk," jawab Raja.Kasim tersebut mundur sekitar dua langkah kemudian berbalik dan berjalan keluar."Pangeran, silakan masuk!" Kasim merentangkan tangannya."Terima kasih, Kasim!""Yang Mulia Raja, saya datang menghadap," Philip memberi hormat dengan telapak
"Pearl, aku akan ikut bermeditasi disini. Aku akan menjemput Putri dari alam kekal," Shera melepaskan tangannya dari punggung Rhea.Ia duduk memunggungi Rhea. Duduk bersila."Hei, apa kamu yakin dengan cara ini? Kita hanyalah peri kecil tanpa kekuatan yang berarti. Jika kamu masuk ke alam sana, bukannya kamu yang menyelamatkan Putri, malah sebaliknya,"Benar juga kata Pearl. Mereka hanyalah peri biasa. Peri yang biasa diakui sebagai peri tingkat terendah. Walaupun Rhea tidak masalah dengan kekurangan mereka, namun tidak ada yang bisa menutupi fakta bahwa hanya pelayan Putri Rhea yang kekuatannya hanya sebesar biji wijen.Shera mengurungkan niatnya. Ia turun dari batu. Kembali membantu Pearl menahan berat tubuh Rhea."Jadi, hanya Putri yang bisa menyelamatkan diri sendiri,""Dan jika ada mukjizat,"***Hans cepat-cepat turun dari langit kira-kira jaraknya 5 meter jauh dari Istana. Ia tak mau jika ia terkena masal
Rhea terkulai lemah saat Hans membaringkannya di atas batu besar di dalam gua. Napasnya tersengal kadang sesak. Kekuatannya seperti lenyap seketika.Jantungnya terasa seolah-olah bisa berhenti kapan pun jantungnya mau. Terasa jantungnya akan copot saat ini juga.Rhea berusaha membuka kedua kelopak matanya setelah ia sadar dari jatuh pingsan. Ia mengerjap-ngerjap matanya. Gua yang tidak terlalu terang membuat penglihatannya pulih lebih cepat."Aku ada di gua Red Stone?" Rhea tanya memastikan."Iya Putri. Saat Putri jatuh pingsan, Pangeran Hans juga yang menggendong Putri masuk ke dalam gua," jawab Shera. Ia telah kembali ke ukuran normal. Begitu juga dengan Pearl.Shera berdiri tak jauh dari tempat Rhea terbaring, sedangkan Pearl lebih memilih mengitari gua. Sesekali berjongkok karena kakinya terasa pegal."Apa pecahan Red Stone ini bisa membantuku pulih?""Sedari tadi kami mencoba untuk mempelajari Red Stone ini Putri. R