Gemericik air terdengar menggema. Daun-daun dari pohon saling bergesekan terkena angin sepoi-sepoi. Mentari perlahan menghangatkan.
“Kak Hans maksa masuk. Bahkan lebih parahnya ia ingin menghadapi Raja seorang diri. Padahal aku sudah kasih pelajaran ke dia. Masih saja dia seberani itu.”
Rhea berjalan menjauh dari Kak Philip, duduk di kursi besi putih di taman Harmonie.
“Manusia emang keras kepala Rhea. Sekali ada mau, pasti segala cara apapun dilakukan.”
“Semua manusia kayak gitu?”
“Yah, nggak juga. Ada juga yang cepat menyerah. Nyalinya hanya seujung kuku.”
Kak Philip sudah selesai memberi makan.
“Sekarang bersihin tangan aku dong!”
“Ih, apa coba. Cuci sana di toilet.”
“Jauh kesananya.”
“Kalau gitu toilet untuk apa?”
“Kalau ada yang dekat kenapa harus jauh? Ayolah. Mau aku pergi saja?”
“
Petualangan Rhea, si peri rusa cantik dan Hans, si pangeran manusia tetap berlangsung. Namun, dikarenakan satu dan lain hal, penulis dengan berberat hati menyampaikan hiatus untuk beberapa saat. Keterampilan mengurus waktu adalah hal yang harus aku pelajari lebih banyak. Aku akan kangen sekali dengan kalian dan karakter-karakterku ini. Oh ya, sembari hiatus. Apa boleh aku tahu kalian berekspetasi cerita the tales of Deer Princess endingnya bakal jadi gimana sih? Apakah kalian mau sad ending atau happily ever-after ending ya? Sekaligus aku mau sapa kalian! Tunggu kelanjutannya ya! 😆Semoga nggak lama-lama hiatusnya. ✌Salam Faver untuk kalian.Aku tunggu komentar yang berarti dari kalian ya. 😊Psst, aku lagi ngejar update untuk satu ceritaku yang judulnya "Antara Dilema dan Cinta." Ceritaku satu ini sedang ikut event lomba yang berakhir bulan Desember ini. Jika, berkenan boleh dibaca, diberi komentar, bintang, dan masukin ke Pustaka buku kalian. ☺Silakan dengan mengetik di kolom
Rhea meninggalkan taman Harmonie. Mukanya ditekuk, suram. Kak Hans tidak ada kabar sama sekali. Menghilang seperti ditelan oleh alam. Lalu, Kak Philip yang biasanya akan terbuka padanya juga tidak mengatakan sesuatu."Aku malas jika sepagi ini aku kembali ke kamar. Pasti Shera akan merecoki dengan wejangan. 'Putri harus makan, kalau tidak Putri akan sakit'. Itu sudah dipastikan akan terjadi, lalu Pearl akan nyambung dengan 'Kalau Putri tidak makan, biar aku saja yang makan'. Dan duar, mereka akan bertengkar dan saling menjambak satu sama lain.'"Kamu sepertinya hafal sekali tingkah laku mereka," sebuah suara telepati menggema di telinganya.Rhea berhenti berjalan. Ia berdiri kaku sesaat. Rasa dingin menjulur ke seluruh tangannya. Ia tidak mempercayai suara yang baru saja didengarnya. Lebih kepada tidak yakin."Kak Hans?" Rhea mencoba untuk menebak. Tapi bukannya ini mustahil? Seorang manusia bisa telepati?"Benar sekali. Kamu masih ingat suaraku dengan baik,
Malam telah tiba. Langit nampak berawan agak kemerahan. Rhea duduk termangu di gajebo dekat kamarnya.Shera dan Pearl sudah tak berada di dekatnya. Mereka sudah terlelap di kediaman dayang."Apa besok aku harus menemui Kak Hans? Apa yang akan dikatakannya? Dan kenapa dia bisa telepati?"Semakin dipikirkan semakin tidak masuk akal baginya. Hans hanyalah seorang manusia biasa dari Kerajaan Theligonia. Bagaimana dia memiliki kekuatan telepati?"Apakah pecahan red stone juga ada di Kerajaan Theligonia? Dan selama ini dia sembunyikan."***"Selamat pagi Putri Rhea, saya tidak menyangka jika Putri memberi kesempatan kepada saya untuk bertemu empat mata," Hans membungkukkan badannya sembilan puluh derajat. Sebagai tanda memberi penghormatan. Setidaknya itu lah tanda kehormatan di Kerajaannya.Rhea memandang Hans dari atas ke bawah. Tidak ada yang berubah. Apakah dia sakit? Kenapa tiba-tiba berbicara formal."Kak Hans,
Gua itu terasa dingin dan gelap. Beberapa sudut terdapat genangan air.Beberapa kali Rhea hampir jatuh terpeleset. Beberapa kali Hans menarik, merangkul, dan memegang tangan Rhea. Beberapa kali Rhea menggunakan tangannya menyingkirkan Hans.Jika saja ia bisa menggunakan kekuatannya, ia akan hempaskan Hans sekarang juga. "Merangkul perempuan itu tidak sopan Kak Hans,""Namun, demi keselamatan. Why not?"Rhea berjalan dengan menghentakkan kakinya. Kasar. Jika saja ia boleh terbang.Hans mengerti perasaan Rhea, ia juga sebenarnya ingin meminta Rhea terbang saja, supaya Rhea tidak harus terpeleset beberapa kali.Hans menemukan sebuah ide. Ia berjalan lebih lambat dibandingkan Rhea. Membiarkan Rhea berjalan di depannya.Hans mencoba terbang untuk kesekian kalinya. Semoga saja berhasil. Ia akan merasa malu apalagi di hadapan perempuan."Rhea," panggil Hans lembut dari belakang.Rhea berhenti dan men
"Siapa kalian?" Hans berteriak saat pasukan berkuda serba hitam menghalangi jalannya.Salah seorang dari mereka yang paling depan turun dari kuda. Berjalan mendekati Hans.Ia memberi hormat dengan membungkukkan badannya sembilan puluh derajat ke depan."Izin, Putra Mahkota. Bukan saya lancang menghalangi perjalanan Putra Mahkota. Namun, kami sedang melakukan patroli. Setiap orang yang masuk dan keluar dari Kerajaan Theligonia maka harus diperiksa,""Atas izin siapa kalian melakukan tindakan ini?" Hans tidak bergeming dari kuda. Ia tetap duduk di atas kuda."Izin, Putra Mahkota. Raja Harry yang memberi titah," Ia menjawab dengan mengatupkan kedua tangannya."Apa yang terjadi Putra Mahkota?" Rhea bertanya dari dalam kereta."Jika mereka mau periksa ke dalam kereta. Periksa saja. Jika ada yang mencurigakan pun saya tidak bisa memberikan keterangan apapun, karena kereta ini juga berasal dari Raja." Rhea melanjutkan.
Aula Theligonia dijaga ketat di luar. Berdasarkan titah Raja, tidak boleh seorang pun masuk ke dalam tanpa izin.Masih ada Raja, Putra Mahkota, dan Kepala Biro di dalamnya."Kepala Biro Wan, saya bertanya kembali, mengapa surat dari Kerajaan Timur belum sampai di meja Raja?" tanya Hans. "Putra Mahkota, jika surat tersebut adalah salah satu dari sekian surat tanpa stempel. Pasti tidak akan sampai ke meja Raja," jawab Kepala Biro Wan dengan tegas dan cepat."Kau tenang saja. Surat itu sudah ada bersama kasim," Hans menimpali.Kepala Biro Wan mengangkat kepalanya. Melihat Hans yang bermuka datar dengan tatapan matanya tajam bagai elang.Seorang kasim mendekati Raja, menyodorkan gulungan kertas yang berada di atas nampan.Raja melirik Hans dan Kepala Biro sebelum mengambil gulungan kertas itu."Baiklah. Mari kita lihat,"Raja membuka gulungan kertas itu. Membaca dengan suara lantang."Hormat kepada Yang Mulia Raja Kerajaan Theligonia. Kerajaan makmur dengan sumber kekayaan dari pertamban
"Kenapa Kak Hans lama sekali? Apa yang diperbuatnya di Aula bersama Raja?"Rhea mondar-mandir di kediamannya. Makanan dan minuman yang sudah diantar dari 10 menit yang lalu juga sudah dihabiskannya."Katanya kamu akan menjelaskan ini semua. Apa aku sebaiknya keluar memeriksa?""Putri, sebaiknya kita tunggu sebentar lagi. Ini bukan Kerajaan Aphrodite, kita tak bisa mondar-mandir dengan leluasa. Apalagi Kerajaan Theligonia ini juga luas," Shera memberi saran.Shera dan Pearl masih dalam berbentuk peri kecil. Mereka duduk di tepi meja makan dengan kaki bergelantungan di bawahnya."Tapi coba kalian pikir. Kita sudah di dalam kediaman ini selama setengah jam. Tidakkah kalian merasa takut? Apalagi," Rhea berjalan mendekat. Berlutut di dekat mereka. Ia berbisik, "aku takut kalau penyamaranku terbongkar."Pearl dan Shera tersentak. Mereka jatuh ke belakang. Lalu, kembali ke ukuran semula. Sekarang mereka duduk di meja dalam ukuran normal
"Pangeran, Putri Rhea berjalan bersama Pangeran Bladwin!" Steve berlari. Lalu, berhenti di belakang Hans."Siapa itu Putri Rhea?" Hans berhenti menyirami tanamannya. "Yang kutahu ada Putri Helena disini." Hans memberikan alat siraman kepada Steve. Lalu, berlalu pergi. Masuk ke dalam kediamannya.Steve menaruh alat siraman itu pada meja kayu. Berjalan menyusul Hans."Maafkan aku, Pangeran. Aku keceplosan."Hans duduk bersila di atas bantal. Belakang meja."Kau selalu begitu Steve. Sudah aku peringatkan beberapa kali, tapi kau, ya sudahlah percuma,""Maafkan aku, Pangeran!" Steve berlutut dengan kedua kakinya."Tadi kau bilang Putri Helena bersama Pangeran Bladwin? Sejak kapan Baldwin tertarik dengan tamu Kerajaan?""Aku kurang tahu, Pangeran. Tapi Pangeran yang mendatangi kediaman Putri. Lalu menjemputnya,"Sepertinya sainganku bertambah. Sial.***"Bagaimana dengan taman ini? Indah buk
Pukul 11.35.25 menit sebelum waktu menunjukkan tengah malam. Tanda Putri Rhea sudah meninggalkan Kerajaan selama satu malam.Bulan purnama bercahaya penuh di langit. Nampak jelas dari gedung pencakar langit Kerajaan Aphrodite.Raja Perseus berjalan perlahan di bawah sinar rembulan. Ia berhenti dan memandang ke langit."Bahkan awan saja tak berani menghalangi cahaya rembulan ini. Iya kan, Pangeran Philip?"Philip yang sedari tadi mengikuti dan sesekali bersembunyi, akhirnya ketahuan."Ayahanda, maafkan jika saya telah lancang mengikuti Anda!" Philip mengatupkan kedua tangannya. Berlutut dengan lutut kanannya.Raja tertawa terbahak-bahak."Ternyata saya masih pintar dan masih peka,""Ayah, bisa kah menanggapi dengan serius?""Pangeran, seharusnya kamu harus lebih santai. Jangan terus mengerutkan wajahmu. Coba lihat ayahmu ini. Masih awet muda karena tidak menekuk wajah terus-menerus,""Ayah, kita tidak lah sama. Ayo, kita segera temui Putri Harmonie,""Siapa bilang kamu boleh ikut?""Ke
"Putra Mahkota datang menghadap Raja," Hans membungkuk ke depan sembari mengatupkan kedua tangannya.Ia menemui Raja di kediaman Raja, yang berarti apapun yang akan dibicarakan Raja pastilah bersifat pribadi yang menyangkut dirinya."Aku memanggilmu kesini untuk segera enyahkan Putri Helen," Tanpa berbasa-basi dan tanpa melihat raut wajah Hans yang kaget Raja mengeluarkan perintah dengan santai."Maaf, Yang Mulia. Kenapa Putri Helena harus dilenyapkan?""Semakin lama dia disini, semakin cinta kalian akan lebih dalam padanya,""Kalian? Apa maksud Ayahanda,""Janganlah pura-pura bodoh dan polos. Selain kau, Pangeran Bladwin juga mencintainya. Apalagi Ratu malah mendukung. Pokoknya saya tidak mau tahu, enyahkanlah dia,""Yang Mulia, maaf jika lancang. Jika Yang Mulia bermaksud enyahkan Putri, enyahkan lah saya terlebih dahulu,""Kau?"***"Dasar brengsek! Apa-apaan Raja ini. Bahkan meminta seluruh
"Enak sekali dia ngomong aku dengan sebutan bodoh." gerutu Rhea.Rhea terus mengikuti mereka sampai ke luar pasar. Orang-orang semakin sedikit yang berlalu lalang.Mentari sudah ada di atas kepala. Peluh mulai mengucuri wajah Rhea."Dunia manusia panas sekali. Gersang." Ia mengusap peluh yang menetes dengan lengan bajunya. Sesekali ia mengibas-ngibaskan telapak tangannya untuk menghasilkan embusan angin.Rhea terus berlari. Sesekali berjalan. Berhenti. Bersembunyi."Orang-orang ini apa tidak tahu aku sedang mengikuti? Mengapa mereka tidak berhenti ataupun balik memaki?"Dari arah belakang tanpa Rhea sadar, seorang gadis melemparnya dengan batu kecil. Batu itu mengenai betis kirinya.Rhea memutar wajahnya ke belakang."Hei, kau. Nona bodoh! Kenapa kau mengikuti kami? Apa maumu?"Anak ini, apa nggak diajari sopan santun oleh orang tuanya? Kenapa bicara dengan yang lebih tua dengan nada seperti itu. Apalag
"Jangan lah memandang wajahku seperti itu. Aku tahu jika aku ganteng. Malahan gosipnya ada belasan wanita cantik yang setiap harinya membicarakan ketampananku," Hans menyombongkan diri walaupun sedikit canggung.Bagaimana tidak? Sudah sekitar 5 menit, Rhea hanya memandanginya tanpa berkata satu kata pun. Bahkan yang lebih menakutkan, Rhea tidak mengedipkan kelopak matanya.Berbeda dengan Rhea. Sejak 5 menit yang lalu, jiwanya berinteraksi dengan Philip lewat telepati."Kamu harus pulang sekarang atau kami yang akan menyusulmu kesana!" ancam Philip."Kak Philip, kenapa kamu terus mengancamku? Apa kamu marah karena aku menolakmu?" Rhea geram. Bukannya menanyakan keadaannya atau pun memberikan informasi. Malah langsung marah tak jelas seperti ini."Tidak sama sekali. Hal itu sudah aku lupakan sejak lama. Aku hanya khawatir jika manusia-manusia itu berbuat sesuatu padamu,""Diamlah Kak Philip. Kakak tidak perlu membuang energi terlal
Kerajaan Aphrodite.Raja mengikuti saran Pangeran Philip. Mereka berdua sekarang duduk saling berhadapan di kediaman Raja."Apa info yang ingin Pangeran sampaikan?""Ternyata benar sesuai dugaan Ayahanda. Kerajaan Theligonia merencanakan perang dengan Kerajaan Aphrodite,""Hmm, lalu?""Kenapa malah lalu Ayahanda? Yah, kita harus siap-siap untuk berperang,""Perang mengakibatkan kerusuhan, perpecahan, dan kehilangan. Semuanya hanya tentang duka. Mengapa bangsa manusia tidak pernah puas?""Dari dulu manusia sudah seperti itu dan saya tidak mau Rhea terjebak juga,""Perkataan bisa menjadi doa Pangeran. Lebih baik mengatakan hal baik saja. Dan perihal hal ini, sebelum perang itu terjadi, kita harus meminta petunjuk Dewa,""Red Stone kita hanyalah serpihan, ukurannya tak lebih dari sekepal tangan pria dewasa. Sedangkan manusia-manusia itu seenaknya mengambil, membagi, dan memecah-mecahkannya,""Yah,
Rhea sudah berada dalam kereta kuda. Namun, kudanya terasa lebih stabil dan cepat."Ini bukan kuda seperti tadi pagi. Apakah kuda ini juga menyerap kekuatan Red Stone?""Iya, Putri. Benar sekali," jawab Hans lewat telepati."Hei, kamu menguping?""Tidak. Aku tidak sengaja mendengarnya karena ternyata pemancar sinyalku masih dalam keadaan nyala. Maaf. Aku lancang sekali,""Kamu memang lancang sekali dan tidak beradab Pangeran. Bahkan kamu mengolok-olok aku,""Ngolok? Kapan?""Sudahlah. Aku malas menjelaskannya padamu. Energiku habis karena aku terlalu lama ada di Kerajaan Manusia""Tenang saja. Setelah kau percaya sama aku, kau boleh pulang. Dan aku harap, kau bisa menjelaskan maksudmu tentang mengolok-olok,""Persetan!""Putri, apa kau lebih mempercayai Pangeran Bladwin daripada aku?""Kenapa malah bawa-bawa Pangeran Bladwin?""Jawab saja!""Jika kamu mau tahu, iya. A
Kerajaan Aphrodite."Yang Mulia Raja, Pangeran Philip datang menghadap!" seorang kasim memasuki Aula Kekaisaran.Raja Heros menurunkan buku hologram yang ia baca. Layar hologram otomatis padam saat Raja menaruhnya kembali ke rak buku kecil di sampingnya.Buku hologram itu sangat efisien. Peri hanya perlu memegang sebuah stik kecil dengan ukiran yang menuliskan tema bacaan yang berbeda-beda.Buku-buku hologram itu merupakan inovasi terbaru dari hasil penelitian Raja Heros dan Pangeran Philip.Selamat tinggal untuk buku Ensiklopedi super tebal, sebentar lagi Para Peri bisa menyimpan ratusan buku hanya dalam ukuran satu tempayan."Biarkan ia masuk," jawab Raja.Kasim tersebut mundur sekitar dua langkah kemudian berbalik dan berjalan keluar."Pangeran, silakan masuk!" Kasim merentangkan tangannya."Terima kasih, Kasim!""Yang Mulia Raja, saya datang menghadap," Philip memberi hormat dengan telapak
"Pearl, aku akan ikut bermeditasi disini. Aku akan menjemput Putri dari alam kekal," Shera melepaskan tangannya dari punggung Rhea.Ia duduk memunggungi Rhea. Duduk bersila."Hei, apa kamu yakin dengan cara ini? Kita hanyalah peri kecil tanpa kekuatan yang berarti. Jika kamu masuk ke alam sana, bukannya kamu yang menyelamatkan Putri, malah sebaliknya,"Benar juga kata Pearl. Mereka hanyalah peri biasa. Peri yang biasa diakui sebagai peri tingkat terendah. Walaupun Rhea tidak masalah dengan kekurangan mereka, namun tidak ada yang bisa menutupi fakta bahwa hanya pelayan Putri Rhea yang kekuatannya hanya sebesar biji wijen.Shera mengurungkan niatnya. Ia turun dari batu. Kembali membantu Pearl menahan berat tubuh Rhea."Jadi, hanya Putri yang bisa menyelamatkan diri sendiri,""Dan jika ada mukjizat,"***Hans cepat-cepat turun dari langit kira-kira jaraknya 5 meter jauh dari Istana. Ia tak mau jika ia terkena masal
Rhea terkulai lemah saat Hans membaringkannya di atas batu besar di dalam gua. Napasnya tersengal kadang sesak. Kekuatannya seperti lenyap seketika.Jantungnya terasa seolah-olah bisa berhenti kapan pun jantungnya mau. Terasa jantungnya akan copot saat ini juga.Rhea berusaha membuka kedua kelopak matanya setelah ia sadar dari jatuh pingsan. Ia mengerjap-ngerjap matanya. Gua yang tidak terlalu terang membuat penglihatannya pulih lebih cepat."Aku ada di gua Red Stone?" Rhea tanya memastikan."Iya Putri. Saat Putri jatuh pingsan, Pangeran Hans juga yang menggendong Putri masuk ke dalam gua," jawab Shera. Ia telah kembali ke ukuran normal. Begitu juga dengan Pearl.Shera berdiri tak jauh dari tempat Rhea terbaring, sedangkan Pearl lebih memilih mengitari gua. Sesekali berjongkok karena kakinya terasa pegal."Apa pecahan Red Stone ini bisa membantuku pulih?""Sedari tadi kami mencoba untuk mempelajari Red Stone ini Putri. R