Share

Bab 51: Tamparan 1

Aвтор: Miss.EA
last update Последнее обновление: 2025-03-12 21:00:00

Apa, sih, yang ada di pikiran Blue sampai dia mengizinkan wanita murahan itu kembali ke rumah ini? batin Talia penuh emosi. Pikirannya bergejolak, membayangkan siapa yang dimaksud Amara sebagai mommy.

Bagaimana Talia tidak emosi jika ia menduga bahwa yang dimaksud mommy adalah ibu kandung Amara—wanita yang sangat ia benci.

“Aunty?” Suara lembut Amara menyentak lamunan Talia. Bocah itu menyentuh tangannya dengan lembut, menatapnya sambil mengernyit bingung. “Aunty kenapa?” tanyanya polos.

Talia tersadar dan buru-buru mengubah ekspresinya. Ia mengulas senyum tipis, menutupi kegelisahan hatinya. “Tidak, Sayang, Aunty tidak apa-apa,” jawab wanita itu, berbohong.

Lalu, derap langkah terdengar dari dalam rumah. Blue keluar dari pintu utama, melangkah dengan santai, diikuti oleh Emely yang berjalan di sampingnya. Tangan pria itu melingkar mesra di pinggang ramping wanita tersebut.

Melihat kehadiran Talia, Blue tampak terkejut. “Talia?” u
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Заблокированная глава

Related chapter

  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 52: Tamparan 2

    Namun, Blue tiba-tiba berdeham singkat, menarik perhatian semua orang. Pria itu menunduk sedikit, menatap Amara dengan lembut. “Sayang, ke mobil dulu sama Mommy dan Nanny, ya? Daddy mau bicara sebentar dengan Aunty,” ujarnya sambil mengusap kepala putrinya. Amara mengangguk antusias. “Iya, Daddy!” Bocah itu lalu menggandeng tangan Gina untuk pergi bersama menuju mobil. Blue kemudian beralih pada Emely. “Aku tidak akan lama,” katanya dengan nada meyakinkan. Emely mengangguk pelan. “Oke,” balasnya. Suaranya pelan, nyaris seperti bisikan. Sebelum pergi, ia menatap Talia dengan senyum sopan. “Permisi, Kak Talia, kami duluan.” Talia tertegun sejenak. Jarang sekali ia bertemu dengan wanita muda yang bersikap sopan seperti ini. Biasanya, wanita yang mendekati Blue cenderung angkuh atau penuh kepura-puraan. Siapa sebenarnya wanita ini? pikir Talia, mulai penasaran. “Sebentar,” tahan Talia tiba-tiba, menghentikan langkah Emely. Ia mengarahka

    Последнее обновление : 2025-03-12
  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 53: Tamparan 3

    Keduanya menyusuri koridor menuju toilet yang letaknya tidak terlalu jauh. Begitu tiba di sana, Emely mendorong pintu dan masuk lebih dulu. Namun, langkahnya tiba-tiba terhenti hanya dua langkah dari pintu. Matanya menatap lurus ke arah wastafel dan sorotnya langsung berubah tajam. Di sana, berdiri seorang wanita dengan rambut tergerai, sibuk mencuci tangan di wastafel. Wanita itu—Petra—langsung membeku saat menyadari keberadaan Emely. Tatapan mereka bertemu. Petra jelas terlihat gugup. Matanya membelalak sejenak lalu ia buru-buru menunduk. Tangannya gemetar dan ia tanpa sadar menelan saliva dengan kasar. Wajahnya memucat, sementara gerak-geriknya yang canggung menunjukkan rasa takut yang kini menguasainya. Emely, yang sebelumnya berniat tidak memperpanjang masalah kejadian di club, tiba-tiba saja kehilangan kendali saat tatapannya bertemu dengan mata Petra. Rasa marah dan pengkhianatan yang ia pendam seolah-olah membara, menyeruak tanpa bisa dihentikan.

    Последнее обновление : 2025-03-12
  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 54: Uncle Blue Cemburu? 1

    Di sebuah gedung pencakar langit yang menjulang megah di pusat Manhattan, kantor pusat Sinclair Ocean Technologies berdiri gagah sebagai salah satu landmark modern kota. Pada lantai teratas, ruang kerja Blue Sinclair memancarkan kemewahan dan profesionalisme seorang CEO sekaligus Direktur Utama. Ruangannya luas dengan dinding kaca yang menawarkan pemandangan panorama Kota New York, termasuk Empire State Building yang terlihat di kejauhan. Meja kerja besar dari kayu mahoni gelap yang dihiasi aksen logam berkilauan berdiri kokoh di tengah-tengah ruangan. Di belakangnya, sebuah kursi eksekutif berlapis kulit hitam menegaskan wibawa sang pemimpin. Di sudut ruangan, ada minibar dengan pilihan minuman premium; di sisi lain terdapat rak buku tinggi yang dipenuhi literatur tentang teknologi kelautan, manajemen, dan beberapa penghargaan prestisius perusahaan. Karpet tebal dengan motif abstrak berwarna abu-abu dan biru melapisi lantai, menambah kesan elegan pada ruangan.

    Последнее обновление : 2025-03-13
  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 55: Uncle Blue Cemburu? 2

    Blue meraih ponsel yang masih berdering, membawanya ke depan wajah untuk memastikan nama yang tertera sebelum menjawab panggilan itu. Ia menekan ikon hijau dan menempelkan perangkat tersebut ke telinga. “Halo,” sapanya dengan suara berat. “Lagi sibuk?” Suara Emely terdengar lembut di seberang, membuat Blue melirik sekilas ke jam tangannya tanpa sadar. “Tidak terlalu,” jawab Blue. Tubuhnya bersandar ke kursi dengan posisi santai. “Ada apa?” “Aku mau izin. Malam ini aku ada acara di luar,” jawab Emely. Suaranya terdengar sedikit tergesa-gesa. “Seminar penting. Aku mewakili kampus untuk bertemu dengan pembicara utama. Ini tugas kuliahku, Blue.” Blue, yang duduk di kursinya sambil memandang Kota New York dari balik jendela kaca besar di kantornya, mengerutkan kening. “Apa benar ini bagian dari studimu?” tanyanya. “Iya, ini bagian dari tugas kelompokku, tapi aku yang ditunjuk sebagai perwakilan,” jelas Emely. Ia menarik napas sebelum me

    Последнее обновление : 2025-03-13
  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 56: Godaan Emely 1

    “Emely, kamu kenapa kelihatan kesal begitu?” Suara Arwen tiba-tiba terdengar, membuat Emely sedikit terkejut. Tanpa disadari, sahabatnya itu sudah berdiri di belakangnya. Sebelum menjawab, Emely menoleh ke arah Arwen. Wajahnya masih menunjukkan ekspresi kesal. “Blue nyuruh aku datang ke kantornya,” jawabnya dengan nada datar. Arwen berjalan mendekat lalu menjatuhkan tubuhnya di kursi tepat di depan meja Emely. Keningnya berkerut mendengar penuturan itu. “Kenapa dia nyuruh kamu ke kantornya? Ada apa?” tanyanya penasaran. Emely mengangkat bahu santai, meski nada suaranya menyiratkan amarah yang ditahan. “Aku nggak tahu. Padahal aku mau buru-buru pulang untuk persiapan acara malam ini, eh, dia malah nyuruh aku ke kantornya. Menyebalkan!” Keluhan itu diakhiri dengan decakan yang menandakan betapa sebalnya ia saat ini. Arwen menghela napas pelan, mencoba menenangkan sahabatnya. “Mungkin dia mau ngomong sesuatu yang penting sama kamu. Cobalah b

    Последнее обновление : 2025-03-14
  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 57: Godaan Emely 2

    Saat melangkah masuk, Emely langsung disambut dengan kemewahan lobi Sinclair Ocean Technologies. Lantainya terbuat dari marmer hitam yang mengilap, sementara dindingnya dihiasi panel kayu beraksen emas. Di tengah ruangan, berdiri patung abstrak besar yang tampak artistik, memberikan sentuhan modern. Lampu gantung kristal berbentuk spiral tergantung di atasnya, memancarkan pencahayaan yang sempurna. Mata Emely bergerak cepat, menyerap setiap detail kemewahan itu. Elegan sekali. Tidak ada yang berlebihan, tapi semua terasa mewah. Tipikal Blue, batinnya—meski tak rela memuji pria itu terang-terangan. Porter melangkah dengan sigap, membimbingnya menuju lift eksekutif. Sepanjang jalan, Emely menyadari beberapa pasang mata karyawan di lobi tertuju padanya. Ada rasa penasaran di wajah mereka, bahkan beberapa terlihat mengagumi sosoknya. Gaun formal kasual tampak pas di tubuhnya, membuatnya terlihat seperti tamu VIP yang bukan orang biasa. “Silakan, Nona,” ujar

    Последнее обновление : 2025-03-14
  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 58: Godaan Emely 3

    “Jangan bermain-main denganku, Emely,” Emely tampak tak menggubris hardikan Blue. Alih-alih terintimidasi, ia malah bergerak bangkit dari pangkuan pria itu. Gerakannya perlahan tetapi pasti, penuh keanggunan. Kini, ia mengubah posisi duduknya. Dari yang semula menyamping dengan sikap defensif, kini terbuka. Tubuhnya berhadapan langsung dengan Blue. Posisi itu membuatnya terlihat lebih berani dan menggoda, seolah-olah ia sengaja mengambil kendali atas situasi. Tatapan Blue terpaku. Emely menyapu rambut ke satu sisi, memperlihatkan leher jenjangnya yang memukau. Kedua tangannya perlahan bergerak ke belakang, mencari ritsleting gaunnya. Jemarinya memainkan ritsleting itu dengan tenang, seolah-olah ingin memberikan cukup waktu bagi Blue untuk menikmati pemandangan di depannya. Sepanjang aksi itu, tatapan Emely tak pernah lepas dari wajah pria di hadapannya. Ritsleting gaun itu akhirnya turun, memperlihatkan sebagian punggung Emely yang mulus dan tanpa cela. Udara ya

    Последнее обновление : 2025-03-15
  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 59: Godaan Emely 4

    Blue hanya bisa memejamkan mata sesaat, mencoba mengendalikan diri meskipun sulit. Napasnya makin berat, tetapi pria itu tetap diam, membiarkan Emely melanjutkan apa yang ia mulai. Jemari lentik Emely bergerak perlahan tetapi pasti, mengikuti batang keperkasaan Blue yang kini ia genggam. Gerakannya penuh perhitungan, naik-turun dengan ritme yang memabukkan. Sesekali ia memberikan tekanan lembut, meremas dengan hati-hati, seperti memastikan Blue merasakan setiap sentuhannya. “Shhh!” Desisan penuh kenikmatan akhirnya lolos dari bibir Blue. Suara itu begitu dalam, seperti luapan emosi yang tak lagi bisa ditahan. Matanya terpejam erat, rahangnya mengeras, dan tubuhnya sedikit menegang di bawah kendali Emely. Emely hanya tersenyum tipis melihat reaksi Blue. Wanita itu tahu ia memegang kendali penuh sekarang, dan ia menikmatinya. “Sangat keras,” bisiknya ringan. Suaranya seperti embusan angin. Jemarinya masih bergerak, memberikan tekanan lembut di beberapa ti

    Последнее обновление : 2025-03-15

Latest chapter

  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 126: Peringatan Untuk Lidya 4

    Di sana, berdiri Zara, dengan senyum sumringah menyambut kedatangan mereka.Amara menoleh ke arah teras dan melihat sang Nenek melambaikan tangan lembut ke arahnya. Gadis kecil itu mengangguk pelan sambil membuka pintu mobil dengan hati-hati. “Mommy, tidak apa-apa ‘kan kalau aku bawa boneka ini?” tanyanya polos sambil merapikan boneka yang masih digenggam erat.“Iya, tidak apa-apa, sayang. Bawa saja,” jawab Emely lembut sambil keluar dari mobil dan menutup pintunya. Ia meraih tangan kecil Amara, menggenggamnya erat, lalu membawa gadis kecil itu melangkah bersamanya menuju teras Mansion.Saat mereka mendekat, Zara yang telah menunggu di teras utama menyambut dengan antusias. Wajahnya tampak sumringah.“Selamat siang, Mom,” sapa Emely ramah.Mom. Sebuah panggilan yang awalnya terasa canggung kini mulai terdengar natural. Setelah beberapa kali pertemuan, panggilan "Aunty" yang semula Emely gunakan untuk Zara perlahan berubah menjadi "Mom." P

  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 125: Peringatan Untuk Lidya 3

    New York, USA…Emely fokus mengemudi. Kedua tangannya menggenggam setir dengan erat, sementara matanya menatap lurus ke jalan yang terbentang di depannya. Di kursi belakang, Amara duduk terdiam. Gadis kecil itu terlihat tenang, namun dari raut wajahnya, jelas ia sedang memperhatikan Ibunya.Biasanya, perjalanan bersama Amara dipenuhi dengan tawa atau percakapan ringan. Namun, hari ini berbeda. Amara tidak berani mengajak Ibunya berbicara. Ekspresi Emely tampak dingin, penuh beban yang tidak biasa.Ddrrttt…Ponsel Emely yang tergeletak di konsol tengah mobil tiba-tiba bergetar. Ia melirik sekilas pada layar yang menyala.“Biru Tua is calling…”Nama kontak itu jelas tertulis di layar. Ternyata pria itu yang sedang menelepon. Namun, Emely tidak berniat mengangkatnya. Ia mendengus pelan, matanya kembali fokus ke jalan. Perasaan jengkel kembali menyeruak di hatinya.‘Dasar Blue jelek! Tua! Brengsek!’ maki Emely dalam hati. ‘K

  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 124: Peringatan Untuk Lidya 2

    Rahang Erlan langsung mengetat mendengar jawaban itu. Matanya menyipit penuh kecurigaan. Pikiran di kepalanya mulai berputar cepat. Jadi, selama satu bulan penuh ini, Emely telah membohonginya? Selama itu juga Blue diam-diam mendekati putrinya tanpa sepengetahuannya?Kemarahan Erlan semakin membuncah, membuat napasnya terdengar memburu panas. Kedua tangannya yang menggantung di sisi tubuh terkepal begitu kuat hingga buku-buku jarinya memutih.‘Keparat…’ geramnya dalam hati. Namun Erlan belum selesai. Ia masih memiliki banyak pertanyaan yang ingin dilontarkan. Selang beberapa detik, ia kembali bertanya, “Apakah Blue sering mendatangi apartemen Emely?”Ketiga pria itu kembali saling melirik, ragu-ragu untuk menjawab. Kali ini, mereka terdiam cukup lama, membuat emosi Erlan semakin meledak. Ia menggebrak meja keras dengan kedua tangannya, membuat mereka semua terlonjak.“Jawab pertanyaanku!” bentaknya, suaranya menggema di ruangan besar itu

  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 123: Peringatan Untuk Lidya 1

    Milan, ItaliaSelama beberapa minggu terakhir, Erlan merasa ada sesuatu yang tidak biasa pada putrinya, Emely. Biasanya, gadis itu selalu menghubungi Ibunya, Lucia, setiap pagi tanpa absen. Namun, belakangan ini, kebiasaan itu mulai berubah. Kadang-kadang, Emely tidak menelepon, atau ketika Lucia menghubunginya lebih dahulu, panggilannya tidak langsung dijawab. Hal itu menimbulkan pertanyaan besar di benak Erlan: Ada apa dengan Emely?Namun, rasa curiga Erlan semakin kuat setelah pertemuannya dengan Han Jae-Min, seorang pria yang merupakan mitra bisnisnya sekaligus ingin diperkenalkan pada Emely. Saat berbicara dengan Erlan waktu itu, Han Jae-Min mengungkapkan kejadian saat di acara seminar, sehingga tak ayal membuat Erlan terkejut.“Paman Erlan, saya harus jujur,” ujar pria asal Korea itu. “Emely tampaknya sudah memiliki kekasih. Saya tidak ingin menyinggung lebih jauh, jadi saya memutuskan untuk menjaga jarak.”Ucapan itu membuat Erlan tertegun.

  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 122: Ancaman Erlan 3

    "Aku mau bahas soal Lidya," ujar Blue langsung tanpa basa-basi."Aku rasa tidak ada yang perlu kamu jelaskan, dan mantan istrimu itu tidak ada urusannya denganku. Itu urusanmu, dan kamu urus saja sendiri," ucap Emely dengan nada sarkastik, suaranya dingin saat menatap tajam ke arah Blue. Setelah melontarkan kalimat itu, ia memutar tubuh, berniat melangkah menuju pintu.Namun, Blue dengan sigap menahan pinggang rampingnya, menarik tubuh Emely kembali menghadap padanya. Dengan satu hentakan lembut, ia membuat Emely tetap berada di tempat. "Kemarin dia menelponku hanya untuk menanyakan Amara. Tidak lebih dari itu," ujar Blue, mencoba menjelaskan.Emely mendengus kecil, ekspresinya datar dan sinis. "Kalaupun lebih, juga tidak masalah," balasnya cepat.Blue terdiam, merasa terjebak. Ia tidak tahu bagaimana cara meluluhkan hati si Kucing Liar-nya ini yang sudah terlihat begitu murka. Kecewa oleh perlakuannya."Aku tidak akan melarangm

  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 121: Ancaman Erlan 2

    Selang beberapa menit kemudian, lamunannya buyar saat terdengar suara ceria Amara dari belakang. "Mommy, aku sudah selesai!" seru gadis kecil itu sambil melangkah mendekat.Emely tersentak kecil, lalu menoleh. Senyum kecil terulas di wajahnya saat ia melihat Amara berdiri di samping sofa dengan ekspresi penuh semangat."Sudah rapi, ya?" tanyanya sambil memerhatikan penampilan gadis kecil itu. Amara mengangguk antusias. "Iya, Mommy. Aku sudah siap. Ayo, kita berangkat sekarang!" ucapnya.Emely tersenyum sembari mengangguk pelan. "Ayo," ucapnya lembut, lalu mengulurkan tangan. Amara segera menyambutnya, menggenggam tangan ibunya.Namun, sebelum mereka sempat melangkah, Gina, pengasuh Amara. "Nona, apakah saya akan ikut ke Mansion?"Emely menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Gina. "Tidak perlu. Kamu istirahat saja dirumah. Mungkin kami akan pulang agak malam," jawabnya tenang.Gina mengangguk patuh, tetapi ia tidak

  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 120: Ancaman Erlan 1

    Sinclair Ocean TechnologiesDi dalam ruang kerjanya yang luas dan mewah, Blue duduk dengan raut wajah tegang. Porter, asisten pribadinya, baru saja melaporkan sebuah kabar yang membuat pria itu terkejut. Lidya, mantan istrinya, diketahui mendatangi sekolah Amara dan, lebih buruknya lagi, bertemu dengan Emely di sana.Blue mengangkat pandangan tajam, menatap Porter. “Bagaimana ceritanya Lidya bisa tahu alamat sekolah Amara, Porter?!” sergahnya dengan nada tegas, matanya menyiratkan kemarahan.Porter, yang berdiri di depan meja kerja Blue, tampak canggung. Ia menggeser kakinya sedikit, berusaha mencari kata-kata yang tepat untuk menjawab. Namun, sebelum ia sempat berkata apa pun, Blue mendesah kasar, mengalihkan pandangannya ke arah jendela besar di belakang meja. Tangannya terangkat, mengacak-acak rambutnya sendiri, membuatnya tampak lebih frustrasi.‘Sial!’ desisnya dalam hati. Pikiran Blue berputar cepat, membayangkan apa yang mungkin telah terja

  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 119: Pertemuan Emely dan Lidya 4

    Disisi lain, Emely akhirnya tiba di sekolah Amara. Setelah memarkirkan mobilnya di tempat biasa, ia keluar dengan tergesa-gesa, langkah kakinya cepat menuju meja resepsionis. Sesaat, ia menyibakkan rambut yang jatuh di wajahnya, berusaha mengatur napas."Selamat siang, Mrs. Emely," sapaan ramah dari resepsionis langsung menyambut kedatangannya. Wanita itu mengenali Emely sebagai ibu dari Amara.Emely tersenyum kecil, meskipun ia tampak sedikit tergesa. "Selamat siang," balasnya sopan. "Amara masih menunggu di ruang biasa, kan?" tanyanya langsung.Resepsionis itu mengangguk, tetapi ragu-ragu sejenak. "Benar, Mrs. Emely. Amara sedang menunggu di ruang lounge siswa. Tapi barusan ada seorang wanita yang meminta izin untuk bertemu dengannya. Saya sudah memastikan, namanya Lidya."Deg!Mendengar nama itu, tubuh Emely seolah membeku sesaat, tetapi hanya sebentar. Ekspresi terkejut yang sempat terlintas di wajahnya segera digantikan dengan ketenangan. Ia mengangguk cepat

  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 118: Pertemuan Emely dan Lidya 3

    The Sterling AcademySetelah berhari-hari mencari informasi, akhirnya Lidya menemukan alamat sekolah Amara. Tempat itu bernama The Sterling Academy, sebuah institusi elit yang terletak di kawasan mewah Upper East Side, New York. Bangunan sekolah tampak megah dengan arsitektur klasik bergaya kolonial. Pilar-pilar putih menjulang tinggi menghiasi fasad bangunan, membuatnya lebih menyerupai Mansion pribadi daripada sebuah sekolah.Halaman depannya yang luas dihiasi taman-taman rapi dengan bunga berwarna-warni, sementara sebuah air mancur besar berdiri megah di tengah. Anak-anak dengan seragam rapi mulai keluar dari gedung, diantar oleh guru atau asisten pribadi mereka. Di depan gerbang, deretan mobil-mobil mewah berjejer menunggu untuk menjemput mereka pulang.Di tengah hiruk-pikuk siang itu, Lidya berdiri canggung di dekat pintu masuk utama. Tangannya mencengkeram ponsel dalam genggamannya dengan erat, berusaha mengumpulkan keberanian. Setelah menarik napas panjang, i

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status