Vienza melihat dari jendela kamarnya banyak orang berlalu lalang seperti sangat sibuk. Dia heran dengan apa yang terjadi, saat Vienza ingin bergerak melangkah kram diperutnya mulai dia rasakan lagi.
Akhir-akhir ini tubuhnya memang selalu aneh, dia berjalan perlahan untuk duduk ditempat tidur."Akhtar." Lirihnya saat kram diperutnya semakin menjadi.Dia keringat dingin dan membaringkan tubuhnya ditempat tidur itu.Akhtar sendiri sedang berada di dalam mobil menuju kesuatu tempat. Ibunda dan ayahnya menolak untuk hadir karena mereka tidak setuju dengan tindakan Akhtar. Mereka menilai Akhtar terlalu gegabah mengambil keputusan.Tapi Akhtar tetap pada pendiriannya, meski semalam dia tidak tenang karena merindukan Vienza. Dia terus memikirkan apa yang sedang dilakukan Vienza, dan bagaimana keadaannya sekarang. Apakah dia benar-benar sudah pulih atau belum. Itulah yang terus dia pikirkan, dan tentu nya yang paling dia pikirkan adalah, bagaimana dia menjelaskaAkhtar merasakan benar-benar tidak nyaman setelah telpon Vienza dimatikan oleh Vienza ."Tania, kau tahu kan kalau tadi Vienza yang menelpon ?"Tania mengangkat bahunya acuh."Mana ku tahu, lagi pula kenapa ?"Akhtar mencengkram rahang Tania membuat Tania terkejut."Jangan membuatku menyesal karena menikahi mu Tania."Akhtar melepaskan cengkeramannya dan pergi dari kamar yang dia pakai untuk menginap dirumah orangtua Tania ini.Jika kalian berpikir Akhtar menikmati malam pertamanya dengan Tania maka itu salah. Tidak sedikitpun Akhtar bisa melupakan Vienza, dia terus memikirkan bagaimana reaksi Vienza saat dia tahu Akhtar sudah menikah lagi tanpa sepengetahuannya.Bohong jika Tania tidak menggodanya dengan memakai lingerie seksi dan menyentuh seluruh sisi sensitif ditubuhnya. Tapi Akhtar seperti sudah mati rasa, karena yang dia pikirkan adalah saat-saat dia menghabiskan malam bersama Vienza.Akhirnya Akhtar memakai kamar lainnya dirumah Ta
Jika ada yang berkata aku pengecut maka itu benar, aku bahkan tidak berani mengatakan aku jatuh cinta padanya saat terakhir kali kami bertemu. Akhtar tersadar saat Ibundanya memegang pundaknya. "Ayah sudah katakan padamu untuk tidak bertindak gegabah. Ayah bisa tahu kau pasti menyesali semuanya bukan." Akhtar hanya diam lalu menatap ayah dan ibundanya. "Aku akan terbiasa tanpanya kelak ayah, ibu." "Apa maksudmu kau tidak akan menjemput atau meminta maaf kepada Vienza Akhtar?" Akhtar hanya diam membuat ayah dan ibundanya tidak percaya. "Kau benar-benar keras kepala Akhtar, apa yang telah dilakukan Vienza sehingga membuatmu seperti ini." Akhtar hanya diam saat ibundanya sudah benar-benar emosi. "Ayah aku permisi kembali ke Istana, ada beberapa pekerjaan yang harus kulakukan. Salah satunya membongkar kejahatan paman tiriku itu." Akhtar pergi meninggalkan ayah dan ibundanya yang tidak tahu harus berbuat apalagi. Akhtar tampak begitu keras dan
Vienza dan Zia sedang berenang dipantai. Mereka sudah lama sekali tidak berpergian bersama, Zia sangat bahagia saat ini. Yah meski dia prihatin juga mendengar kabar buruk dirumah tangga Vienza. Terbesit sebuah ide di otak encer Zia, dia memanggil Aston yang ikut berlibur ke Hawaii bersama mereka. "Aston.... Ton... Ton..." Aston yang kesal karena dipanggil Ton.. Ton... Sama Zia langsung datang dengan wajah cemberut. "Apa sih !"Zia membisikkan sesuatu kepada Aston dan Aston tersenyum paham. "Bayarannya mana." Aston memajukan bibirnya. Zia mencium pipi Aston dan tertawa. Tawa yang sangat disukai Aston. Aston mendekati Vienza kakak sepupunya yang sedang berenang menggunakan bikini yang kembar dengan Zia. Hanya berbeda warna saja."Vie.. Udah lama ya gak jumpa kita." Vienza tersenyum dan mengangguk. "Gimana usaha loe buat dapetin Zia?" "Ah... Susah ah... Udah tau gue cinta mati sama dia, dianya malah pacaran sama cowok lain
"APA LAGI?" Bentak Vienza kesal. Lalu satu kalimat dari Akhtar yang membuat jantung Vienza berdetak tidak karuan. "Sorry... But i miss you."Vienza memikirkan kalimat yang dikatakan Akhtar ditelpon tapi dia langsung mematikan sambungan telpon Akhtar itu. Dia tidak tahu kenapa dia melakukan hal itu, yang pasti saat ini dia tidak ingin memikirkan Akhtar. Vienza mengembalikan ponsel adiknya yang sekarang sedang berkejar-kejaran dengan Aston. Vienza sangat mendukung seaindainya Aston lah pria yang dicintai Zia, tapi Zia sampai sekarang belum juga menerima cinta Aston yang setiap setahun sekali pasti dinyatakan pria itu. "Apakah dia meminta mu kembali kak?" Zia dirangkul Aston sambil berjalan disebelah Vienza. "Tidak, dia hanya mengatakan merindukanku." Aston tertawa dan cubitan Zia pun mendarat diperut six pack Aston. "Lalu?" Tanya Zia serius. Jika ada makhluk paling kepo saat ini. Maka itu adalah Zia, karena dia san
Sudah sebulan berlalu semenjak laporan dari Shahid Akhtar masih sibuk mengurusi teror dikeluarganya. Yang paling dia takutkan saat ini adalah keselamatan Vienza. Karena ayahnya dan Ghafur sudah kembali ke Istana dengan pengawalan ketat. Berita Vienza diikuti pun sudah disampaikan ke kerajaan Fortania, dan penjagaan didalam istana Fortania sudah diperketat. Sulit bagi siapapun masuk di Wieldburg ataupun Fortania. Paman Ayaz adik tiri dari ayahnya sudah ditahan karena terbukti memberontak kepemimpinan Akhtar dan juga sudah terbukti ingin mencelakakan Akhtar juga Vienza saat mereka pergi ke kota Yamun untuk berbulan madu tempo hari. Dan penyelidikan Shahid sama sekali tidak mendapatkan bukti kalau Ayaz adalah pelaku teror kepada keluarganya. Tania sempat ingin dicelakai saat dia sedang pergi ke masjid kota. Mobilnya dijegat dan pengawal Tania dilukai. Tania berhasil kabur dengan luka ditangannya, dan juga memar diwajahnya. Ghafur sekarang
Vienza dan keluarganya sedang dirumah sakit menunggui Zyan. Zyan tidak terluka parah karena dia memakai baju pelindung. Tapi peluru itu cukup sedikit mengoyak kulit bahunya. Alvian menatap serius Zyan yang sedang makan disuapi oleh Zira. Sedangkan Zia dan Vienza duduk manis didekat brankar Zyan. Vienza merasa bersalah karena ini. "Oh ya ayah apakah sudah mendapatkan kabar dari kerajaan Wieldburg?" Tanya Zyan mengingatkan Alvian. Tapi percakapan mereka terintruksi karena ponsel Vienza berbunyi. Vienza melihat nama Mahira disana dan dia langsung mengangkatnya. "Ya halo, APA !?" Vienza sedikit berteriak dan berdiri dari duduknya tadi. Lalu setelah sambungan telpon terputus dia duduk kembali bagai patung yang jatuh. Zia memegang bahu Vienza dan Alvian mendekati putri nya itu. "Ibunda Akhtar meninggal dunia siang ini." Vienza meneteskan airmatanya dan Zia memeluknya erat. Leo masuk kedalam ruangan itu membuat A
Zia dan Vienza bergegas masuk kedalam Istana. Dihalaman istana sudah ada kerenda ibu suri dan disebelah kerenda itu ada Akhtar dengan wajah sedihnya, ada Ghafur juga ayah mertuanya. Semua orang berdiri dan hormat saat peluru ditembakkan keudara.Saat itulah Vienza mendekati Akhtar, Akhtar yang awalnya tidak terlalu memperhatikan sekitarnya akhirnya melihat seseorang yang ikut berdiri disebelahnya dengan menggunkan cadar. Akhtar menatap wanita itu dan melihat bola matanya. "Vienza...... "Akhtar memastikan apa yang dia lihat benar, dan jawaban dari pertanyaan itu benar saat Vienza membuka cadarnya. Akhtar melihat ada bercak darah di cadar maupun pakaian Vienza. "Aku akan menceritakannya nanti, sebelum aku kembali ke Fortania."Vienza menatap kerenda ibu mertuanya dan mencium puncak kepala kerenda itu. "Maafkan semua kesalahan Vienza ibunda, dan terimakasih atas semuanya." Airmata Vienza mengalir mengingat kedekatan dan kemurahan hati
Suasana di Wieldburg sedang sangat tegang, semua akses masuk ataupun keluar Wieldburg ditutup, keluarga kerajaan tidak ada yang boleh keluar dari istana. Sudah dua minggu Akhtar mencari tahu semuanya, dan sudah dua harilah akses masuk dan keluar dari Wieldburg ditutup. Akhtar tidak ingin saat semua ini terbongkar para penjahat itu melarikan diri mereka harus bertanggung jawab atas semua ini. Thomas datang keruang kerja Akhtar dan memberikan semua kumpulan penyelidikan polisi tentang masalah ini dan hasilnya belum diketahui. Akhtar membuka lembar demi lembar apa yang tertulis dikertas dalam map itu. Dan Akhtar menutupnya. "Terimakasih Thomas, katakan juga kepada Shahid aku berterimakasih. Aku akan berbicara dengan pamanku sebentar lagi." "Baik baginda," Thomas menunduk memberi hormat. Tapi dia kembali bersuara, membuat Akhtar cemas. "Baginda, saya mendapatkan kabar kalau Ratu Vienza sedang sakit. Dan sudah dua hari beliau dirawat dirumah sakit di K
Seluruh keluarga kerajaan tampak berkumpul di depan ruang persalinan rumah sakit Wieldburg Hospital, rumah sakit yang biasanya menangani keluarga kerajaan.Hari ini Vienza akan melahirkan penerus kedua tahta kerajaan Wieldburg, Vienza sedang ditemani Akhtar didalam ruang persalinan, karena Vienza melahirkan secara normal. Ratu Zira, dan Raja Alvian ada disana untuk menemani anak mereka, Putri Mahira, Pangeran Ghafur dan juga Pangeran Zyan ikut menantikan kelahiran anak Vienza dan Akhtar."Ibund, ayah, bagaimana ?" Suara seorang wanita membuat mereka semua menoleh." Zia, kenapa kamu kesini. Lihat perutmu itu." Kata Zira mengomeli Zia putrinya yang sedang hamil besar. Zia malah tersenyum dan langsung memeluk ayah dan ibunda nya."Maaf ibunda, saya sudah katakan kalau lebih baik menunggu telpon dari ibunda atau Zyan, tapi Zia bersih keras ingin pergi." Reikhan memperlihatkan wajah menyesalnya kepada keluarga Zia."Tidak apa Rei, putri ku yang satu ini memang suka me
Vienza menatap kearah depannya dimana pemandangan Akhtar dan putranya bermain-main. Vienza mengelus perutnya yang juga terdapat kehidupan baru disana, Vienza sedang mengandung lagi anak Akhtar. Usia kehamilannya sudah memasuki enam bulan, semuanya berjalan lancar. Setelah kejadian buruk dulu yang membuat Akhtar sangat memperketat penjagaan istana juga tidak lagi terlihat main-main kepada seorang penghianat. Bahkan untuk hukuman kepada Mentri yang tidak menjalankan sumpah nya sebagai dewan istana, Akhtar tidak segan untuk menghukum penggal mereka didepan masyarakat. Peraturan baru itu diharapkan akan membuat semua mentri benar-benar menjalankan tugas mereka dan melayani masyarakat Wieldburg dengan baik. Sebagai seorang Raja tanggung jawab untuk mensejahterakan rakyatnya ada padanya dan juga kemajuan kerajaan Wieldburg bergantung padanya, cara berpikir dan juga ketangkasannya sangat diperlukan untuk memimpin kerajaannya agar lebih baik lagi dari sebelumnya.Tapi dibalik sik
Akhtar menunggu didepan ruang operasi bersama yang lainnya. Sudah dua jam Vienza didalam sana, dan dia sudah sangat cemas. Lampu operasi belum juga mati hingga setengah jam kemudian lampu yang terus diperhatikan Akhtar mati. Akhtar berdiri membuat yang lain mengikuti apa yang dilakukan Akhtar. Lima belas menit terus berdiri Akhtar masih terus menunggu kehadiran Dokter yang mengatakan kalau Vienza baik-baik saja dan akhirnya dokter bedah yang menangani Vienza juga dokter Khanita menemui Akhtar yang memang menunggu mereka berdua. Dari wajah dokter itu saja Akhtar sudah tahu kalau ini bukan berita baik, Zyan ikut berdiri disampingnya. "Operasi berjalan lancar Yang Mulia, tapi kondisi Ratu Vienza sangat lemah. Dan saat ini sedang kritis," ucap dokter Khanita yang memberikan penjelasan. "Apa maksudnya?" tanya Akhtar nyaris tidak terdengar. "Kita akan menunggu tiga jam lagi. Jika memang tidak ada tanda-tanda kalau Ratu Vienza akan sadar dan detak jantungnya tidak naik maka
Suara brankar didorong dan langkah beberapa orang yang seperti berlari membuat suasana semakin terasa tegang. Vienza sudah dipasangkan oksigen dan juga infus dilengannya. Vienza masih sadar namun matannya seolah mengatakan kalau dia sudah tidak sanggup lagi. "Ah.......," jerit Vienza dan perawat tahu kalau itu adalah air ketuban Vienza. Tidak ingin terlalu lama salah satu dokter kandungan terbaik dirumah sakit itu yang ikut mendorong brankar Vienza mulai menyuruh para perawat menyiapkan ruang persalinan untuk Vienza. Setelah masuk kedalam ruang persalinan Dokter Khanita keluar lagi bersama Akhtar. "Yang Mulia Raja, karena air ketuban Ratu Vienza sudah pecah saya meminta anda untuk mengambil keputusan. Apakah diperbolehkan kalau kami melakukan persalinan normal.""Karena jika harus operasi saya takut keadaan Ratu tidak stabil, karena banyaknya darah yang sudah keluar saat ini." Akhtar tampak berpikir dan Zyan mengeluarkan suaranya. "Bukankah Vienza sedang tidak
"Thomas kita harus segera menuju perbatasan Alaska dan Wieldburg. Pangeran Zyan akan segera menuju kesana juga"Thomas mengangguk patuh dan berbicara kepada pilot helikopter itu. Kenapa perasaanya semakin tidak tenang seperti ini . "Berapa lama lagi kita akan segera sampai di perbatasan?" tanya Akhtar tak sabar. "Yang Mulia, jika kecepatan kita stabil terus seperti ini kita akan sampai sekitar empat puluh lima menit lagi." Akhtar mengangguk paham dengan apa yang dikatakan Thomas. Akhtar mengangkat ponselnya saat nama Zyan tampil dilayar ponselnya. "Ya Zyan ? Bagaimana?" "Aku dan Raja Pedro sudah sampai di perbatasan, tapi tidak ada speedboat atau apapun itu disini." "Apa kau yakin Vienza kearah perbatasan ini." Akhtar sekarang merasa ragu, benarkah Vienza kearah sana. Tapi dia tidak mungkin salah melihat. Atau apa mungkin cincin itu jatuh? Tapi jika jatuh pasti cincin itu tidak aktif. Karena cincin yang dipesan Akhtar khusus itu hanya a
Saat Akhtar memikirkan kemungkinan buruk terjadi pada istrinya , dia teringat meninggalkan sebuah cincin yang dipakai Vienza. Dengan cepat Akhtar membuka ponselnya dan mengecek cincin GPS yang dia berikan kepada Vienza. Omar dan Thomas melihat apa yang sedang dilakukan Akhtar,mereka bingung apa yang sedang Akhtar lakukan diponselnya.'Aktif' Akhtar bisa tahu cincin itu masih dipakai Vienza dan dia bersyukur Vienza masih berada di Wieldburg, tapi mata Akhtar memicingkan matanya saat dia tahu letak keberadaan Vienza. Istrinya itu menuju hutan rahasia yang Akhtar pernah beritahu, ada apa Vienza sampai kesana. Pasti sesuatu yang buruk tengah terjadi kepada Vienza."Thomas siapkan helikopter khusus untukku. Sekarang juga kita harus ke Fortania, beritahu Fasya segera aku akan kembali.""Tapi baginda, akses menuju Wieldburg sementara ditutup.""Jangan membantah Thomas, aku perintahkan kau secepat mungkin menyiapkan kepulanganku. Dan satu lagi, katakan kepada Fasya untuk
Vienza sedang duduk tersenyum di kursinya menyaksikan beberapa kata sambutan dari orang-orang penting di King Arthur Hospital di Yamun. Setelah Akhtar berangkat tak lama kemudian rombongan dirinya dan Mahira juga pergi menuju Yamun untuk menghadiri acara amal yang setiap tahunnya selalu digelar Rumah Sakit itu. Rumah Sakit King Arthur ini adalah salah satu rumah sakit besar modern yang dulunya dibangun pertama kali di Kerajaan Wieldburg, King Arthur kakek buyutnya Akhtar adalah Raja yang sangat peduli akan kesehatan rakyatnya.Dan dirumah sakit ini masyarakat kurang mampu bisa mendapatkan bantuan dari kerajaan untuk masalah biaya berobat mereka, dengan memenuhi semua persyaratan dari Kerajaan. Mahira disebelah Vienza terlihat serius mendengarkan pidato-pidato sedari tadi. Tak lama acara pun selesai setelah Vienza memberikan pidatonya juga serta beberapa bingkisan kepada para perawat dan juga dokter yang sudah dengan sepenuh hati menyembuhkan dan merawat para pasien. Beber
Pagi ini Vienza sedang senam kehamilan ditemani Akhtar di area taman pribadi milik Ratu. Usia kehamilan Vienza sudah menginjak tujuh bulan, dan selama itu juga Akhtar tidak pernah meninggalkannya. Dia menyerahkan urusan keluar negri kepada Ghafur sebagai wakilnya, dan Ghafur terpaksa menunda pekerjaannya sebagai penyanyi. Akhtar selalu menyiapkan penjaga serta pelayan yang berjumlah hampir sepuluh orang di Istana Ratu jika dia pergi menghadiri rapat Dewan atau urusan lainnya. Selama Vienza hamil dia juga selalu menuruti keinginan istrinya sesulit apapun itu. Yang terakhir yang membuatnya malu sendiri adalah Akhtar diminta Vienza untuk memakai jubah tidur seorang Ratu, tapi setelah Akhtar memakai nya Vienza malah menangis dan meminta maaf. Vienza adalah anugrah baginya, Vienza melengkapinya. Dia tidak tahu bagaimana jadinya dia jika Vienza meninggalkannya. Akhtar membersihkan keringat dikening Vienza. Dia berdiri tegap dan terus membantu Vienza melakukan gerakan. Ma
Vienza bangun dari tidurnya karena mencium aroma yang dia inginkan. Akhtar sudah bangun dan menyentuh wajah istrinya itu. "Pagi sayang." Akhtar ingin terawa melihat wajah penasaran dari Vienza. "Kau lapar? Aku sudah menyiapkan sarapanmu dan juga susu hamil mu." Akhtar membawakan nampan yang berada dibelakang dirinya lalu duduk disamping Vienza. Mata Vienza berbinar menatap bakso yang ada dinampan itu. Vienza langsung mengambil nampan yang ada dipangkuan Akhtar. Dia langsung bersiap memakan bakso itu, tanpa mengucapkan terimakasih kepada Akhtar yang sudah membawakan dirinya makanan itu. Tapi Akhtar tidak masalah karena sekarang dia melihat Vienza yang sangat bahagia memakannya, bagaimana bisa istrinya ini begitu semangat hanya memakan semangkuk bakso. "Sayang, kenapa bakso ini masih hangat. Apa kau menyuruh koki istana memanaskannya?" Tanya Vienza disela makannya. "Aku tidak mungkin memberikanmu makanan panasan seperti itu sayang. Kau hamil dan aka