Beranda / Thriller / The Princess Of Mafia / The Initial Plan Starts 2

Share

The Initial Plan Starts 2

Penulis: Yunisri Azeyla
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-27 14:50:11

  "Akulah malaikat kematianmu!"

Oxford, Inggris

"Aku masih belum puas. Bolehkah aku menyiksanya kembali?” 

"Biarkan aku yang melanjutkannya," jawab Alinka dingin.

"Arghh. Baiklah, Princess." Xander tampak sedikit kecewa.

Charlotte terdiam, merasakan nyeri pada leher dan juga wajahnya. Dia tak bergeming sedikit pun, matanya terus saja mengeluarkan cairan bening, bibirnya terus mengeluarkan isakan. 

"Wah! Karyamu barusan meninggalkan darah pada wajahnya," ucap Alinka antusias.

"Ofcourse." Xander mengerlingkan matanya.

"Sekarang, giliranku." Alinka merogoh saku jaketnya, mengeluarkan pisau lipat andalannya.

Mata Charlotte membulat sempurna, dia tidak bisa menyembunyikan rasa kagetnya. Cairan bening terus saja turun membasahi wajah cantiknya yang telah berdarah akibat tamparan dari Xander

Apakah hari ini kematianku?

Alinka menatap Charlotte secara intens, dia tersenyum tipis di balik topengnya. Perlahan, ia memajukan langkahnya ke arah Charlotte. Alinka mencondongkan kepalanya pada telinga Charlotte, dia berbisik, "ucapkan selamat tinggal pada dunia, hari ini adalah kematianmu."

Kalimat itu mampu membuat tubuh Charlotte bergetar hebat. Namun, Charlotte masih tersadar, ia tidak seperti kebanyakan wanita lainnya yang rentan pingsan. Charlotte masih menyisakan keberaniannya, ia menatap nyalang ke arah Alinka.

"Siapa kau sebenarnya?" tanya Charlotte gemetar.

"Aku? Harus berapa kali aku tegaskan, bahwa akulah malaikat kematianmu!" Alinka menjawab sinis.

“Apa tujuanmu melakukan semua ini, hah?” tanya Charlotte yang terus bergetar.

“Diam brengsek! Kau hanyalah pengkhianat!”

"Pengkhianat? Apa maksudmu?" tanya Charlotte tak mengerti.

Tidak ada jawaban dari Alinka, ia membuka kerangka pisau lalu di pegangnya erat pisau itu. Tangannya mengusap permukaan pisau tersebut, sudah lama ia tidak bermain dengan benda kesayangannya.

"Biarkan aku bermain denganmu, Nona manis. Nanti kau akan tahu siapa diriku."

Alinka menggoreskan pisau pada wajah Charlotte, dimulai satu goresan, dua goresan, hingga membuat karya berbentuk bintang dan bulan sabit. Darah segar ke luar dari setiap goresannya. Charlotte menggigit bibirnya, ia merasakan perih di sekujur wajahnya. Kini, wajah cantik itu telah dilumuri oleh darah segar akibat wanita di hadapannya, yang tak mempunyai belas kasihan.

"Jika aku salah, tolong maafkan aku ...." Charlotte berbicara sangat lirih.

Alinka tak bergeming, sorot matanya begitu tajam menatap Charlotte. Ia melihat Charlotte yang terus saja menggigit bibirnya, ide terlintas dalam benak Alinka. Dirinya menarik wajah Charlotte pelan, lalu menempelkan pisau tersebut pada bibir target di hadapannya. Dirobeknya bibir tersebut, Alinka muak dengan bibir itu yang terus saja meracau tak jelas.

“Aku akan memaafkanmu,” ucap Alinka dingin. Seulas senyuman terpatri pada raut wajah Charlotte, bibirnya melengkung sedikit ke atas, meskipun darah segar mengalir dari bibirnya.

“Jangan terlalu senang, itu akan berlaku jika kau sudah mati!"

Deg! Kalimat itu menusuk ke dalam hati Charlotte. Senyuman tipis kembali pudar, wajahnya benar-benar pucat. Dia tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya. Perlahan, Alinka mulai mengangkat pisaunya kembali. Alinka menggores kedua lengan Charlotte, meninggalkan beberapa goresan panjang. Akibatnya, banyak darah yang keluar dari lengan Charlotte.

Charlotte hanya bisa merintih kesakitan, pasrah dengan keadaan. Melawan pun ia tak mampu. Wajahnya pucat pasi, darah terus keluar dari wajah dan lengannya, dia menangis terisak, tenggorokannya serasa tercekat.

"Buang jauh-jauh air mata sialan itu!" Seseorang berdecih melihat Charlotte yang terus saja menangis.

"Aku muak melihat tangisan seorang pengkhianat. Lebih baik segera habisi saja, Princess!" Perintahnya. Siapa lagi kalau bukan Xander.

Alinka mundur beberapa langkah, membersihkan pisaunya dengan tisu. Lalu, berjalan menghampiri meja kecil—tak jauh dari tempatnya. Alinka mengambil gelas berisi perasan lemon, dan menghampiri Charlotte kembali.

"Nona manis, kau harus merasakan ini," sinis Alinka.

Byur ... Alinka menumpahkan air perasan lemon pada wajah Charlotte, begitu juga pada lengannya. Alinka tersenyum tipis, tak ada sedikit pun rasa kasihan pada dirinya.

Charlotte merintih kesakitan, air matanya terus ke luar. Ia tidak bisa berteriak, untuk menangis saja merasakan perih pada bagian bibir dan wajahnya. Lengannya juga tak kalah sakit, sungguh perih ia rasakan.

“Sekarang ... ucapkan selamat tinggal pada dunia!” Alinka menekankan ucapannya.

"Jangan ... hiks ...." Charlotte bersusah payah mengeluarkan suaranya, sekedar untuk memohon.

"Shit, buang air mata sialan itu!" Alinka berdecih.

Alinka mulai membuka topengnya perlahan. Sedikit demi sedikit, wajahnya mulai terlihat. Hingga sepenuhnya terbuka sempurna. Charlotte diam tak bergeming sedikit pun, mulutnya menganga tak percaya.

"Kenapa, hm?" tanya Alinka santai.

"A-linka?" Charlotte tergagap.

“Aku malaikat kematianmu. Aku yakin, kau tahu apa kesalahanmu, ‘bukan?” tanya Alinka, dia mengangguk. Alinka tersenyum meremehkan.

"Ucapkan selamat tinggal pada dunia!” perintah Alinka dingin, membuat Charlotte melotot ke arahnya. Dirinya tidak bisa berkata-berkata lagi, bibirnya terasa kelu untuk berbicara, ditambah rasa sakit itu kian menjadi.

Alinka merogoh jaket, mengeluarkan pistol kesayangannya. Pistol yang selalu menemani setiap aksinya, seperti pisau lipat yang selalu ia bawa ke mana pun dan kapan pun ia bepergian. Pistol berjenis Desert Eagle, pistol yang hanya memuat 7 peluru saja. Namun, dampaknya begitu kuat, satu peluru yang di tembakan kekuatannya sama seperti 3-4 peluru biasa. Desert Eagle bukan pistol sembarangan. Selain dibuat dengan cara yang begitu fantastis, pistol ini juga dapat membuat sasarannya tertusuk dan meledak. Sangat mematikan, jangan pernah mempermainkannya, jika nyawamu tidak ingin melayang secara sia-sia. Bayangkan saja, ketika nyawamu melayang akibat tembakan peluru dari pistol tersebut, sepertinya sangat memilukan.

Perlahan, pistol mulai terangkat, tepat pada jantung sang target. Senyuman tercetak jelas pada raut wajah Alinka. Dia senang, melihat targetnya pucat pasi, di saat terakhirnya. Jujur saja, kalau kesalahan lain yang Charlotte lakukan, Alinka bisa saja memaafkannya. Namun, jika sudah urusan pengkhianatan, “mati” sebagai jaminannya.

"Selamat tinggal, Charlotte Anata."

Jarinya dengan lincah menarik pelatuk pistol yang sudah sejak tadi digenggamnya. Dor! Satu kali tembakan tepat di jantung targetnya. Seketika itu juga, Charlotte Anata tinggal sebuah nama. Tembakan itu tepat pada jantung Charlotte, membuatnya meledak. Tubuhnya hancur menjadi puing-puing  bersamaan dengan darah segar yang bercucuran. Alinka menarik senyumannya, ia menatap ke arah Xander.

“Luar biasa, Princess.” Xander mengacak rambut Alinka pelan.

“Bersihkan sesuai keinginan kalian,” ucap Alinka pada anggota Black Tiger yang menyaksikan hal tersebut.

Alinka memasukkan kembali pistolnya ke dalam saku jaket, merapikan jaketnya dengan tenang—seolah tidak pernah terjadi apa-apa. Xander menggenggam tangan Alinka, mereka berjalan kembali menyusuri lorong gelap, satu per satu tangga mereka lewati dengan mudah. Tak menunggu waktu lama, mereka telah sampai di area belakang taman markas utama. Kelap-kelip lampu hias menyinari permukaan wajag mereka. Alinka tersenyum senang, ia menarik napasnya lega. 

“Kau puas?” tanya Xander. Alinka mengangguk.

“Aku sangat puas. Pengkhianat tidak pantas berada di muka bumi ini. Kau tahu sendiri itu, Xander.” Alinka menggenggam erat tangan Xander.

Xander merengkuh badan Alinka, menariknya ke dalam pelukan. Ia tahu betul bagaimana perasaan Alinka saat ini, begitu pun dengan perasaannya. Rasa sedih, senang, benci, emosi, menjadi sebuah kesatuan. Rasa yang tidak dapat terdefinisikan. Rasa yang membuat mereka enggan untuk berbelas kasihan. 

“Huft.”

Suara itu terdengar, mengagetkan dua insan yang sejak tadi masih berpelukan. Pelakunya adalah Bryan, ia menatap kedua orang itu seraya tersenyum menjijikan. Geli yang ia rasakan, ada sedikit rasa iri di dalam hatinya. Mereka berpelukan, kenapa tidak dengan dirinya? Bryan memeluk mereka dari belakang, membuat mereka terjatuh pada rerumputan.

“Shit! Apa yang kau lakukan, Bryan?” Alinka menatap garang ke arahnya.

Bukannya merasa bersalah, Bryan menjawabnya dengan cengiran khas yang bisa memabukkan kaum hawa. Namun, tidak dengan Alinka, justru ia muak dengan senyuman itu.

“Dasar pengganggu,” cibir Xander.

Bryan melenggang begitu saja dari hadapan mereka, seraya tertawa terbahak-bahak. Ia memang senang sekali mengganggu Alinka dan Xander, sungguh hal yang sangat Bryan sukai.

Alinka dan Xander segera bergegas menuju parkiran markas utama. Tujuannya saat ini kembali ke mansion, Xander akan menginap di mansion Alinka, ia juga tidak ingin kembali ke apartemennya, kejauhan. Menginap adalah jalan ninjanya saat ini.

Bab terkait

  • The Princess Of Mafia   Planing

    "Bersikaplah seperti halnya air. Terlihat tenang, namun begitu mengerikan."London, InggrisAura mencekam tampak dari salah satu mansion yang terletak di kawasan Britania Raya, lebih tepatnya London. Sepertinya, ada seseorang yang sedang dilanda amarah besar. Entah apa yang membuatnya semarah itu, dari sejak tadi terus saja mengumpat."Oh, Shit! Berani bermain denganku, ibarat menjemput kematianmu!" umpat gadis bersurai kecokelatan—menatap bayangan seseorang yang telah pergi dari kediamannya."Tunggu saja kematianmu akan segera tiba, Charlotte Anata!" Gadis itu tersenyum miring, menekankan setiap perkataannya.Jika saja kalian berada di dekatnya, sudah pasti merasakan dingin di sekujur tubuh, atau ... lebih memilih lari terbirit-terbirit menjauhinya. Aura dingin dan menusuk dari gadis tersebut bukanlah hal yang biasa. Wajahnya merah padam menahan amarah, giginya bergemeletuk, tangannya mengepal keras. Ia sangat tidak suka pengkhianatan

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-27
  • The Princess Of Mafia   Planing 2

    "Dari sekian banyak manusia di muka bumi, hanya pengusiklah yang pantas untuk mati!"London, InggrisHampir dari semua manusia tujuan hidupnya yaitu kerja, kerja, kerja! Mereka merasa tak sabar ingin menghasilkan uang sendiri, membeli keinginan hasil keringat sendiri. Nyatanya, kerja tak seindah yang di bayangkan. Jika berpikir mempunyai perusahaan besar, lebih nikmat daripada menjadi seorang kuli bangunan, sebenarnya itu tidak sepenuhnya benar. Semakin tinggi usahanya, semakin sulit hal-hal yang harus dihadapi. Memang betul, perihal uang lebih lancar, tetapi pekerjaan mereka lebih menggunakan otak yang keras untuk berpikir tentang detik demi detik kelanjutan perusahaannya. Hasil yang tinggi, mempunyai resiko yang lebih tinggi.Para karyawan mulai berdatangan, mereka segera memasuki ruangan kerjanya masing-masing. Namun, masih saja ada yang berbincang di luar, sekedar melepas rindu dengan kekasih yang telah mengantarkannya ke kantor. Padahal,

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-27
  • The Princess Of Mafia   The Initial Plan Starts

    "Membuat seseorang ketakutan, adalah bagian dari hobby-ku."Oxford, InggrisWaktu telah menunjukkan pukul 11 malam, ruangan bercat hitam dengan pernak-pernik lampu hias, kini dihuni ribuan orang di dalamnya. Mereka telah berkumpul dari sejak tadi siang di markas utama, perintah dari sang Leader-nya. Kini, sang leader telah berdiri di atas podium, menghadap ke arah mereka semua. Dia mengetuk mikrofon dengan jari jemari lentiknya, hening tidak ada pembicaraan di sana, menghormati ketua mereka."BLACK TIGER?" Sang Leader berteriak lantang. Dia memakai pakaian serba hitam anti peluru, wajahnya ditutup oleh topeng bercorak harimau, terbuat dari kulit asli hewan tersebut."Aummmmmm ...." Suara sahutan dari seluruh anggotanya."Who we are?" tanya sang Leader dengan lantang.“Black Tiger! King of World! The Angel of Death!” jawab seluruh anggotanya dengan lantang.Sang Leader yang ta

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-27

Bab terbaru

  • The Princess Of Mafia   The Initial Plan Starts 2

    "Akulah malaikat kematianmu!"Oxford, Inggris"Aku masih belum puas. Bolehkah aku menyiksanya kembali?”"Biarkan aku yang melanjutkannya," jawab Alinka dingin."Arghh. Baiklah, Princess." Xander tampak sedikit kecewa.Charlotte terdiam, merasakan nyeri pada leher dan juga wajahnya. Dia tak bergeming sedikit pun, matanya terus saja mengeluarkan cairan bening, bibirnya terus mengeluarkan isakan."Wah! Karyamu barusan meninggalkan darah pada wajahnya," ucap Alinka antusias."Ofcourse." Xander mengerlingkan matanya."Sekarang, giliranku." Alinka merogoh saku jaketnya, mengeluarkan pisau lipat andalannya.Mata Charlotte membulat sempurna, dia tidak bisa menyembunyikan rasa kagetnya. Cairan bening terus saja turun membasahi wajah cantiknya yang telah berdarah akibat tamparan dari XanderApakah hari ini kematianku?Alinka menatap Charlotte secara intens, dia ter

  • The Princess Of Mafia   The Initial Plan Starts

    "Membuat seseorang ketakutan, adalah bagian dari hobby-ku."Oxford, InggrisWaktu telah menunjukkan pukul 11 malam, ruangan bercat hitam dengan pernak-pernik lampu hias, kini dihuni ribuan orang di dalamnya. Mereka telah berkumpul dari sejak tadi siang di markas utama, perintah dari sang Leader-nya. Kini, sang leader telah berdiri di atas podium, menghadap ke arah mereka semua. Dia mengetuk mikrofon dengan jari jemari lentiknya, hening tidak ada pembicaraan di sana, menghormati ketua mereka."BLACK TIGER?" Sang Leader berteriak lantang. Dia memakai pakaian serba hitam anti peluru, wajahnya ditutup oleh topeng bercorak harimau, terbuat dari kulit asli hewan tersebut."Aummmmmm ...." Suara sahutan dari seluruh anggotanya."Who we are?" tanya sang Leader dengan lantang.“Black Tiger! King of World! The Angel of Death!” jawab seluruh anggotanya dengan lantang.Sang Leader yang ta

  • The Princess Of Mafia   Planing 2

    "Dari sekian banyak manusia di muka bumi, hanya pengusiklah yang pantas untuk mati!"London, InggrisHampir dari semua manusia tujuan hidupnya yaitu kerja, kerja, kerja! Mereka merasa tak sabar ingin menghasilkan uang sendiri, membeli keinginan hasil keringat sendiri. Nyatanya, kerja tak seindah yang di bayangkan. Jika berpikir mempunyai perusahaan besar, lebih nikmat daripada menjadi seorang kuli bangunan, sebenarnya itu tidak sepenuhnya benar. Semakin tinggi usahanya, semakin sulit hal-hal yang harus dihadapi. Memang betul, perihal uang lebih lancar, tetapi pekerjaan mereka lebih menggunakan otak yang keras untuk berpikir tentang detik demi detik kelanjutan perusahaannya. Hasil yang tinggi, mempunyai resiko yang lebih tinggi.Para karyawan mulai berdatangan, mereka segera memasuki ruangan kerjanya masing-masing. Namun, masih saja ada yang berbincang di luar, sekedar melepas rindu dengan kekasih yang telah mengantarkannya ke kantor. Padahal,

  • The Princess Of Mafia   Planing

    "Bersikaplah seperti halnya air. Terlihat tenang, namun begitu mengerikan."London, InggrisAura mencekam tampak dari salah satu mansion yang terletak di kawasan Britania Raya, lebih tepatnya London. Sepertinya, ada seseorang yang sedang dilanda amarah besar. Entah apa yang membuatnya semarah itu, dari sejak tadi terus saja mengumpat."Oh, Shit! Berani bermain denganku, ibarat menjemput kematianmu!" umpat gadis bersurai kecokelatan—menatap bayangan seseorang yang telah pergi dari kediamannya."Tunggu saja kematianmu akan segera tiba, Charlotte Anata!" Gadis itu tersenyum miring, menekankan setiap perkataannya.Jika saja kalian berada di dekatnya, sudah pasti merasakan dingin di sekujur tubuh, atau ... lebih memilih lari terbirit-terbirit menjauhinya. Aura dingin dan menusuk dari gadis tersebut bukanlah hal yang biasa. Wajahnya merah padam menahan amarah, giginya bergemeletuk, tangannya mengepal keras. Ia sangat tidak suka pengkhianatan

DMCA.com Protection Status