Memang malam menjadi situasi yang mendukung dari irama ketakutan. Di balik mayat seorang pria lagi-lagi ditarik ke dalam bungkusan beresleting. Semua orang mulai menduga kembali aksi yang serupa.
Dari ujung dinding perumahan, terlihat seorang gadis yang sama itu mendelik kedua bola matanya dengan melebar lagi lurus.
Seorang pria detektif mendekatinya, “Kau melihat sesuatu?” tanya pria agak tua itu ke arahnya.
Si gadis malah tak menyahut dari buah pertanyaan untuk dijadikan pernyataan. Akan tetapi, salah satu dari mereka yang berjaga berkeliling mencoba membangun si gadis dari lamunan ketakutannya.
“Neng, kamu kenapa? Kok jadi begini, lah tadi kamu malah bisa ngomong,” keluh salah satu bersarung.
“Mungkin dia lagi syok, Pak. Kita bawa pulang aja dia dulu ke rumah sakit atau ke rumah,” usul dari seorang wanita detektif.
“Iya, kau benar! Sepertinya kejadian ini sudah berulang kali ter
Apa?? Apa Nevan bisa mendengar kata hati si wanitanya? Lalu, bagaimana dengan Bellona itu sendiri? Ikuti terus kisah selanjutnya! Jangan lupa review ceritanya biar lebih seru lagi. Saya tunggu ya! Follow juga IG :@rossy_stories.
#Selamat membaca!Mungkin sebuah hubungan yang kini mereka sadari. Naluri Nevan mulai terperdaya oleh pikiran Cho Ye Joon yang benar-benar memiliki takdir yang serupa dengannya.Di hadapan wajah Bellona, Nevan bahkan tidak mengedipkan matanya. Seseorang menghampiri dan menghamburkan lamunan dari keduanya.“Eh, lu pada nggak mau masuk ke kelas?” sapa Felix berdiri di samping Bellona.Terkinjat, keduanya mengamburkan lamunan secara sengaja. Saat kedua bola mata seakan lurus dan saling mengantarkan emosi dalam hati. Nevan pun melebarkan senyuman ke arah Felix yang datang.“O, Felix,” sahut Nevan ramah.Bellona mulai merasakan kehangatan di wajah Nevan yang kali ini benar-benar tampak spesial. Spesial dengan perubahan yang membuatnya semakin jatuh hati.“Yuk ah, kalo gitu!” putus Bellona mengajak dari keduanya.Maka, dari ketiga rekan sekampus itu pun mengiringi lorong bangunan luas menuju kelas
#Selamat membaca!“Gue pikir, kalian semua harus tahu kalau orang yang udah bikin gue begitu ada di dekat sini!” tunjuk Genji lurus ke bola mata Nevan.Kini akan menjadi tantangan untuk Nevan berhadapan dengan seorang pria tangkas lagi sombong. Si ketua gangster terkenal di sejagat kampus itu menantang keras ke arah Nevan.“Emang lo punya bukti?!” lontar Nevan ketus.Genji membelalakkan matanya menatap wajah Nevan dengan penuh emosional buruknya. Namun, bagi Nevan di hadapannya kali ini bukanlah apa-apa. Hanya sebatas jempol yang berdiri terbalik.Nevan bahkan tidak merasa mundur ataupun takut.“Eh, elo nggak bisa sembarangan nuduh, Bro!” timpal Hendrik hendak membela.Nevan lebih dulu mengacungkan salah satu tangan ke atas supaya para kawannya tidak ikut campur dalam masalah pribadinya.“Gue mau denger bukti yang bisa gue percaya,” sebut Nevan percaya diri.“Jangan t
Felix hadir di hadapan sang dosen baru bernama Agam itu sendiri. Dengan wajah sungguh-sungguh memperhatikan raut seriusnya. Si dosen itu mendekati Felix dengan tujuan untuk menceritakan semua tentang gumiho lebih nyaman.“Mereka memiliki ikatan yang sangat kuat,” ungkap si dosen.Felix terpelangah dengan ucapan Kim Dae Jung mengenai hal itu, lalu memajukan satu langkah mendekatinya.“Apa maksudmu?” lontar Felix.“Itulah yang sedang aku teliti. Mungkinkah, Bellona termasuk orang yang memiliki reinkarnasi dari wanita Cho Ye Joon,” pikir si dosen—Agam alias Kim Dae Jung.Felix lagi-lagi mengernyitkan dahinya hingga memutar-mutar bola mata seakan tak percaya.“Aku sungguh tak mengerti dengan apa yang kau katakan,” gerutu Felix mengerutkan kening.“Tunggu! Maksudmu, Bellona hasil reinkarnasi wanita yang dicintai oleh si gumiho
#Happyreading!Keputusan yang tidak masuk dalam rencana kini bermula. Bellona memandang wajah Nevan tepat di hadapannya. Felix yang menatap lurus ke arah keduanya seakan mengubah nasib dalam sekejap.Akan tetapi, keputusan mereka sudah dikencangkan dengan tali yang sangat kuat. Telah hadir malam gelap menyelimuti sebagian awan yang tadinya putih.Tepat di bawah rembulan bersinar agak mencodong ke permukaan. Ketiganya hadir di tengah ruangan yang sangat tak berpenghuni.Nevan mulai menduduki posisinya di atas kursi manja dengan penuh ketenangan.“Lo nggak apa-apa, kan?” tanya Bellona sedikit khawatir.“Nggak, aku oke,” sahut Nevan tenang.Bellona melirik ke wajah Felix sembari menjulurkan tangan yang sudah menggenggam tali yang cukup besar. Felix membalas tatapan dengan sebuah harapan.“Lo yakin?” tanya Felix lagi.“Kalo nggak yakin, kenapa kita ngelakuin ini? Hanya satu malam,&rd
Serangan malam yang sangat ganas lagi mengerikan. Sosok Cho Ye Joon akhirnya hadir dengan mata merah kehitamannya. Jiwa yang berbeda dari dalam satu raga Nevan. Mendarah daging di dalam aliran darah yang merambat cepat.Cho Ye Joon mulai menyentuh badan leher Bellona, tetapi angin menerobos dirinya secara cepat. Angin tolakan yang hendak menghindari tangannya dari badan leher Bellona yang meringis kesakitan.“Cho Ye Joon, hentikan semua itu! Dia adalah wanitamu!!” sebut dari seorang pria.Tampaknya seseorang datang untuk menyelamatkan kedua dari rekan Nevan itu sendiri. Lantas, apa yang akan dilakukan oleh Cho Ye Joon sendiri? Akankah ia berpaling dari serangan ganas tersebut?Badan lehernya berputar lalu menarik kembali cengkeramannya dari badan leher Bellona yang masih menutupi matanya.Kini, tubuh Cho Ye Joon mulai beranjak sesaat lalu menatap seorang pria itu sendiri. Kim Dae Ju
Bellona berbalik menatap wajah Nevan ketika mendengar ucapan tentang Felix sudah berada di sisi dosen baru itu. Lantas, apa pernyataan itu akan membuat Bellona tetap tenang? Namun, di dalam sorotan mata Nevan menjadi sangat melirih karena wujud dari kesalahannya.“Bellona,” lirih Nevan.Bellona pun mendekati tubuh Nevan, meraih tangannya dengan perlahan.“Ayo, kita lihat keadaan Felix. Dia itu temen kecilku, dan termasuk sahabatmu,” sebut Bellona mengharap banyak.Nevan pun membalas genggaman tangan dari Bellona untuk menengok situasi pada Felix yang menjadi korban. Keduanya kembali melewati hutan yang tak jauh dari kampus tersebut.Dengan langkah tanpa rasa takut lagi waspada, keduanya lurus berjalan menuju tempat tujuan mereka. Langkah demi langkah menyusuri ruas dedaunan yang memanjang. Hingga terlihat tembok pagar yang sudah tak jauh lagi dari pandangan.Nevan
Kepulangan Bellona yang dipertemukan dengan kejadian buruk. Sosok ibu dan ayah yang sering beradu mulut itu memperlihatkan tingkah kegeraman mereka. Bellona mengurung diri dalam kamar dengan telinga yang tertutup oleh headset menyambung ponsel genggam.Di luar ruangan masih terdengar ocehan yang tidak mengenakkan, membising suasana. Bellona tidak akan keluar dari kamar karena sang ibu bertekad untuk mengusir ayahnya.Pada hakikatnya, pertengkaran mereka terjadi juga.“Ihh, menyebalkan! Lebih baik aku yang kena marah daripada harus ngeliatin mereka bertengkar,” gerutu Bellona dalam hati.Bellona memukul meja belajarnya sembari mendengar musik karena tak ingin mendengar radio berisik yang menggangu pendengaran. Akan tetapi, di luar tampak sang ibu masih saja menjerit. Walau tak terdengar oleh ayahnya, ibunya tetap saja melanjutkan ocehan yang tidak berguna.Semakin amarah memuncak, Be
Bellona masih berdiri di tengah jembatan perkotaan bersama seorang lelaki—teman kecilnya. Kini, di antara dua sahabat yang masih bersama akhirnya memutuskan untuk berhenti di setengah perjalanan.“Kita pulang aja, yuk!” ajak Felix.“Gue sebenernya males pulang ke rumah,” keluh Bellona mendengus.Keduanya malah berjalan di tengah trotoar jalanan. Masing-masing merasa asyik dengan curhatan isi hati yang sedang dialami.“Bellona!!”“Bel!!”Terdengar seseorang memanggil namanya. Tiba-tiba, keduanya berhenti dan saling menatap.“Lo denger orang yang manggil nama gue nggak?” tanya Bellona curiga.“Iya, tapi di mana ya?” keluh Felix sambil mencari-cari.Kepala Bellona bahkan berkeliling mencari seseorang yang memanggil dirinya. Tapi, ia malah memutuskan untuk melanjutkan kembali kepulangan mereka. “Udah ah! Entah siapa yang manggil-manggil nggak