Felix hadir di hadapan sang dosen baru bernama Agam itu sendiri. Dengan wajah sungguh-sungguh memperhatikan raut seriusnya. Si dosen itu mendekati Felix dengan tujuan untuk menceritakan semua tentang gumiho lebih nyaman.
“Mereka memiliki ikatan yang sangat kuat,” ungkap si dosen.
Felix terpelangah dengan ucapan Kim Dae Jung mengenai hal itu, lalu memajukan satu langkah mendekatinya.
“Apa maksudmu?” lontar Felix.
“Itulah yang sedang aku teliti. Mungkinkah, Bellona termasuk orang yang memiliki reinkarnasi dari wanita Cho Ye Joon,” pikir si dosen—Agam alias Kim Dae Jung.
Felix lagi-lagi mengernyitkan dahinya hingga memutar-mutar bola mata seakan tak percaya.
“Aku sungguh tak mengerti dengan apa yang kau katakan,” gerutu Felix mengerutkan kening.
“Tunggu! Maksudmu, Bellona hasil reinkarnasi wanita yang dicintai oleh si gumiho
Apakah yang akan terjadi setelah ini? Ikuti terus kisah seru selanjutnya! Follow *** : @rossy_stories.
#Happyreading!Keputusan yang tidak masuk dalam rencana kini bermula. Bellona memandang wajah Nevan tepat di hadapannya. Felix yang menatap lurus ke arah keduanya seakan mengubah nasib dalam sekejap.Akan tetapi, keputusan mereka sudah dikencangkan dengan tali yang sangat kuat. Telah hadir malam gelap menyelimuti sebagian awan yang tadinya putih.Tepat di bawah rembulan bersinar agak mencodong ke permukaan. Ketiganya hadir di tengah ruangan yang sangat tak berpenghuni.Nevan mulai menduduki posisinya di atas kursi manja dengan penuh ketenangan.“Lo nggak apa-apa, kan?” tanya Bellona sedikit khawatir.“Nggak, aku oke,” sahut Nevan tenang.Bellona melirik ke wajah Felix sembari menjulurkan tangan yang sudah menggenggam tali yang cukup besar. Felix membalas tatapan dengan sebuah harapan.“Lo yakin?” tanya Felix lagi.“Kalo nggak yakin, kenapa kita ngelakuin ini? Hanya satu malam,&rd
Serangan malam yang sangat ganas lagi mengerikan. Sosok Cho Ye Joon akhirnya hadir dengan mata merah kehitamannya. Jiwa yang berbeda dari dalam satu raga Nevan. Mendarah daging di dalam aliran darah yang merambat cepat.Cho Ye Joon mulai menyentuh badan leher Bellona, tetapi angin menerobos dirinya secara cepat. Angin tolakan yang hendak menghindari tangannya dari badan leher Bellona yang meringis kesakitan.“Cho Ye Joon, hentikan semua itu! Dia adalah wanitamu!!” sebut dari seorang pria.Tampaknya seseorang datang untuk menyelamatkan kedua dari rekan Nevan itu sendiri. Lantas, apa yang akan dilakukan oleh Cho Ye Joon sendiri? Akankah ia berpaling dari serangan ganas tersebut?Badan lehernya berputar lalu menarik kembali cengkeramannya dari badan leher Bellona yang masih menutupi matanya.Kini, tubuh Cho Ye Joon mulai beranjak sesaat lalu menatap seorang pria itu sendiri. Kim Dae Ju
Bellona berbalik menatap wajah Nevan ketika mendengar ucapan tentang Felix sudah berada di sisi dosen baru itu. Lantas, apa pernyataan itu akan membuat Bellona tetap tenang? Namun, di dalam sorotan mata Nevan menjadi sangat melirih karena wujud dari kesalahannya.“Bellona,” lirih Nevan.Bellona pun mendekati tubuh Nevan, meraih tangannya dengan perlahan.“Ayo, kita lihat keadaan Felix. Dia itu temen kecilku, dan termasuk sahabatmu,” sebut Bellona mengharap banyak.Nevan pun membalas genggaman tangan dari Bellona untuk menengok situasi pada Felix yang menjadi korban. Keduanya kembali melewati hutan yang tak jauh dari kampus tersebut.Dengan langkah tanpa rasa takut lagi waspada, keduanya lurus berjalan menuju tempat tujuan mereka. Langkah demi langkah menyusuri ruas dedaunan yang memanjang. Hingga terlihat tembok pagar yang sudah tak jauh lagi dari pandangan.Nevan
Kepulangan Bellona yang dipertemukan dengan kejadian buruk. Sosok ibu dan ayah yang sering beradu mulut itu memperlihatkan tingkah kegeraman mereka. Bellona mengurung diri dalam kamar dengan telinga yang tertutup oleh headset menyambung ponsel genggam.Di luar ruangan masih terdengar ocehan yang tidak mengenakkan, membising suasana. Bellona tidak akan keluar dari kamar karena sang ibu bertekad untuk mengusir ayahnya.Pada hakikatnya, pertengkaran mereka terjadi juga.“Ihh, menyebalkan! Lebih baik aku yang kena marah daripada harus ngeliatin mereka bertengkar,” gerutu Bellona dalam hati.Bellona memukul meja belajarnya sembari mendengar musik karena tak ingin mendengar radio berisik yang menggangu pendengaran. Akan tetapi, di luar tampak sang ibu masih saja menjerit. Walau tak terdengar oleh ayahnya, ibunya tetap saja melanjutkan ocehan yang tidak berguna.Semakin amarah memuncak, Be
Bellona masih berdiri di tengah jembatan perkotaan bersama seorang lelaki—teman kecilnya. Kini, di antara dua sahabat yang masih bersama akhirnya memutuskan untuk berhenti di setengah perjalanan.“Kita pulang aja, yuk!” ajak Felix.“Gue sebenernya males pulang ke rumah,” keluh Bellona mendengus.Keduanya malah berjalan di tengah trotoar jalanan. Masing-masing merasa asyik dengan curhatan isi hati yang sedang dialami.“Bellona!!”“Bel!!”Terdengar seseorang memanggil namanya. Tiba-tiba, keduanya berhenti dan saling menatap.“Lo denger orang yang manggil nama gue nggak?” tanya Bellona curiga.“Iya, tapi di mana ya?” keluh Felix sambil mencari-cari.Kepala Bellona bahkan berkeliling mencari seseorang yang memanggil dirinya. Tapi, ia malah memutuskan untuk melanjutkan kembali kepulangan mereka. “Udah ah! Entah siapa yang manggil-manggil nggak
Sorotan mata lurus dari Nevan kini terlepas. Dan yang terlihat dari wajah Kirana, membungkukkan badan sambil menarik bibir ujung hingga melengkung lagi melebar. “Hati-hati di jalan, ya, Nak!” sahut Kirana dengan hangat. Bellona meneratap pandangan yang ada di depan matanya, sesekali melirik wajah Nevan yang berbuat demikian. Tanpa harus membentak dan berusaha untuk meminta izin dengan cara yang licik. Ternyata, dirinya pandai bermain hipnotis kepada seseorang. Bellona meraih lengannya dengan cepat dan meminta untuk tidak melakukannya. “Tenang saja! Aku tidak akan melakukan pada dirimu,” bisik Nevan perlahan. “Tante mau masuk duluan, ya!” ucap Kirana dengan ramahnya. Tanpa disadari olehnya kalau ia sudah mengizinkan putri sulungnya pergi begitu saja bersama pria beserta sekawannya. Nevan membukakan pintu untuk si Bellona yang mendengus nanar. Namun, tidak akan menolak dariny
Nevan mengendurkan bibirnya sembari menatap wajah Bellona yang sedikit menurun. Pandangan keduanya seakan terjatuh dan saling menatap begitu menurun. Kedua tangan yang saling memegang erat dengan penuh kehangatan.Nevan melirik penuh ke wajah Bellona membawa pandangan merasuk ke balik kalbu terdalam. Sore yang meredup kini berganti kegelapan malam yang bersinar cahaya lampu di sekeliling jalanan.Terpancar kelap-kelip cahaya yang tersorot hingga ke arah pasangan yang saling memandang.“Aku menyukaimu,” sebut Nevan.“Aku ingin bersamamu sampai aku pergi dari dunia ini,” tuturnya melanjutkan.Bellona menatap terpana sekaligus terenyuh dengan ucapan kekasih yang ada di depan matanya. Nevan yang memang bagian terindah dalam hidupnya kini menjadi pertanyaan yang berbeda dari dirinya.Bellona mengerutkan kening ketika ia sedikit mencurigai ucapan dari kekasih yang ada d
Hendrik melebarkan sayap-sayap senyuman kepada satu wanita yang masih tersisa di dekat dirinya. Melihat Rendy yang semakin memperlihatkan kegelisahan dari penolakan wanita, kini bagi Hendrik ia mendapatkan poin yang lebih besar dari kedua temannya. Tidak termasuk Nevan dan Bellona yang sudah meninggalkan mereka di ujung kekecewaan masing-masing. Yaa, setelah perut kenyang, hati menjadi senang. Tapi, sepertinya ini berbeda dari yang dibayangkan. Perut kenyang menjadi semakin sesak napas. Hendrik dan Anjani mendekati Rendy yang merengut putus asa. Dengan bersedekap tangan dari tingkah Anjani, ia pun mulai menaikkan alis begitu meninggi meyakinkan. “Eh, ngapain sih harus segitunya? Kalo elo nggak bisa sama mereka, emang ada berapa sih cewek di kota ini? lo bisa pilih,” tutur Anjani. Rendy mendongakkan dagu perlahan menatap kedua teman yang saling berhadapan dengan dirinya. Ucapan Anjani membu
#Happy reading. Kembali ke kota Depok. Sekumpulan teman bersama-sama kembali. Nevan menduduki kursi paling ujung bersama ketiga rekannya. Di sampingnya, Bellona melirik pelan ke wajahnya. “Kamu nggak apa-apa?” tanya Bellona. Nevan menggelengkan kepalanya. Mereka tiba-tiba turun dengan tanpa rasa sadar kalau perkotaan menjadi gelap kehitaman. Satu per satu menerawang gulungan awan yang menutupi langit kala itu. Nevan mulai melirik Kim Dae Jung dengan sorotan mata aneh lagi curiga. Kemudian cahaya putih terang mendatangi mereka, dimana orang-orang telah menjauh semua karena takut. Namun mereka masih berada di sana. Nevan, Bellona, Felix, dan Kim Dae Jung sendiri. Apsara itu kembali di depan mata. Sosok makhluk kayangan itu berdiri menyambut kepulangan mereka. Menatap lurus mengarah Nevan. “Kau harus melawan musuhmu di malam ini juga. Kita tidak punya waktu, kecuali kau ak
Pelarian mereka setelah menjauh dari ketiga musuh. Nevan dan Kim Dae Jung mulai memberhentikan diri di ujung pemukiman warga. Setelah bertemu banyak orang, mereka tampak lelah sekaligus gelisah. “Sepertinya kita sudah lebih aman,” tutur Nevan. Kim Dae Jung meranggul kepala, sembari melepaskan lengan Felix bersama dengan tindakan Nevan. Bellona dan Felix yang merasakan kelelahan akhirnya membungkuk sambil memegang kuat ransel besar. “Kau tidak kenapa-kenapa kan?” tanya Nevan khawatir. Bellona memegangi lutut sambil meringis kelelahan, tetapi kepalanya menggeleng. “Nggak apa-apa, Van. Aku nggak apa-apa,” sahutnya. Nevan memegangi lengan kekasihnya, membantunya bangkit dengan tegak. “Gimana kalo kita cari kos-an saja?” usul Felix. “Ide bagus!” sahut Nevan. “Kalian pergilah, aku harus membuang aroma tubuh kalian agar Go Jo Woo dan iblis itu tidak bisa menemu
Makhluk kayangan itu memperlihatkan dirinya dengan baju putih panjang. Rambut putih dengan mata bersinar cerah. Menatap lurus ke hadapan Nevan yang sekaligus menyatu dengan gumiho dari masa lalu tersebut.“Untuk apa kalian memanggilku kemari?” tanya Apsara mengerutkan kening.“Kami membutuhkan bantuanmu,” pinta Nevan mendongakkan wajahnya.Di balik dua sisi Nevan berada. Bellona dan Felix mulai terpelangah. Ketiganya mulai beranjak setelah berdekam merunduk ke hadapan Apsara tersebut.Malam yang redup ini mempertemukan mereka pada kejutan menakjubkan. Nevan mulai menegakkan tubuhnya, membusungkan dada ke depan pandangan. Tangannya mulai menunjuk dirinya sendiri.“Di dalam tubuhku ini ada dua jiwa yang menyatu,” ungkap Nevan.“Lalu, apa kalian ingin memintaku agar mengeluarkan kalian dari satu tubuh?” tanggap Apsara.Nevan
Sebuah gua yang jauh dari pemukiman warga. Akan tetapi, ditutupi oleh dedaunan menghijau dan lebat. Nevan mulai mendekati mulut gua bersama kedua temannya. Langkah pertama mereka tiba di tempat yang mereka inginkan. “Kita harus nemuin sumber Apsara itu,” putus Nevan. Felix dan Bellona pun mengikuti langkah Nevan memasuki gua tersebut. Di antara kegelapan gua menyelimuti kesepian mereka. Penglihatan mulai meredup. Akhirnya, cahaya senter terbias menyorot ke jalanan gua. “Van, apa lo yakin?” tanya Felix ragu. “Ini bukan keputusan gue, tapi si Cho Ye Joon,” sebut Nevan membalikkan badan. Wajahnya dipenuhi dengan segala rahasia yang segera terbuka. Kembali menelusuri ruangan gua yang gelap. Dipenuhi dengan kelelawar bergelantungan sekaligus berterbangan. Nevan mulai berhenti di sudut dinding ruangan. Tangannya menggenggam lonceng emas diarahkan ke depan pandangan. K
Ransel, sepatu boots hitam mengilap, dua pria menggunakan celana Tactical, satu wanita menggunakan celana denim. Dari arah bawah terlihat langkah saling menyatu dalam kebersamaan mengiringi jalan. Mulai terpampang jelas dari arah balik punggung baju kemeja berwarna kelabu di tengah. Dua pria menutupi posisi wanita di tengah. Menggunakan langkah santai mereka sembari memegangi ransel tebal. Angin melambai pesona anak muda tampan dan cantik. Sampai pada penampilan wajah-wajah mereka bertiga. Bellona melebarkan senyuman mengiringi langkah. Nevan meraih tangan Bellona dan saling menatap. Sementara Felix menari bersamaan langkah mereka. Seruan angin menyentuh pipi secara lembut. Menyentuh lebih hangat melihat pasangan yang saling menjalin hubungan terbaik mereka. Berhenti di penghujung jalan. Tak beberapa lama bus pun berhenti perlahan. Nevan melirik satu per satu orang yang ada di
Suasana yang telah diperlihatkan dengan jelas di depan pandangan batinnya. Nevan melewati malam setelah mengadakan ritual sesaat. Kini, ia pun bergegas perlahan layaknya manusia normal kembali.Nevan berhenti di sudut jalan perkotaan. Terbias lampu jalanan mengiringi langkah menyelinap di antara wajah cerianya.Rona berkilauan gemerlapnya redup malam. Dirinya mengelilingi pandangan ke seluruh pandangan mata. Seisi perkotaan menemaninya pada tujuan yang sudah ditemukan.Kedua tangannya mengepal bulat. “Go Jo Woo, kau memang cerdik dan licik!” geramnya memandangi kegeraman di kala malam menyelimuti.Langkahnya kembali tergerak menuju kepulangan. Di sisi pertemuan yang menjadi kisah akhir dari musuhnya.Senyuman miring dengan tatapan sinisnya. “Heuh! Kau pikir akan menang?” sebutnya meledek. Nadanya terdengar menyeru semangat. Menutupi malam menjadi kesenduan ke
Kedua jiwa saling mengobrol, meresapi perasaan mereka masing-masing. Dari hubungan yang pernah terjalin indah dan sempurna. Seakan runtuh, terbuai oleh satu pertanyaan kebimbangan. Wajah itu lebih terlihat menegang. Ketika mulut telah melebar, kini giliran rahangnya mengatup perlahan. Cho Ye Joon meruntuhkan segala pandangan setelah mendengar lontaran kata Nevan. Mungkin, hati lebih sensitif dari sebuah penglihatan. Perasaan sungguh lebih tertekan dengan sangat mendorong keinginan. Raga hanya menampung segala beban kekuatan. Namun, mereka tak lagi melangkah akibat sebuah lara. “Kau benar!” sahut Cho Ye Joon melusuh. “Aku mengerti,” timpal Nevan. “Kau mungkin satu raga denganku. Walau kita berbeda, kurasa kita memiliki tujuan dan kisah yang sama,” lirih Nevan merunduk lesu. “Kim Dae Jung, aku ingin bicara dengannya.” Kepalanya seakan terbawa oleh pemikiran yang jauh. Bah
Tubuh Nevan yang terjengkang di atas lantai jalan tepat di depan gerbang rumah Felix. Kedua temannya hanya menatap keheranan kenapa tubuh sekuat Nevan bisa saja jatuh pingsan. Yang tidak masuk akal terjadi. Keduanya saling menatap. Tanpa harus menunggu lama lagi, Bellona segera meraih lengan Nevan untuk membantu posisi terbaring segera terbawa. Tanpa harus ada tekanan apapun, Felix pun turut membantu. Namun, Bellona merasakan hal aneh yang bereaksi dari dalam tubuhnya. Spontan ia merasakan hal sedemikian rupanya perubahan. Kedua tangannya yang sempat menyentuh lengan Nevan kini runtuh. Terlepas dari lengan Nevan, sehingga tubuh Nevan kembali jatuh. “Aaaargh!” ringisnya dengan ekspresi yang menyakitkan. Felix menatap curiga dari perubahan tubuh Bellona. Keningnya berkerutan mellihat yang baru saja terjadi. “Bel, e lo kenapa?” tanyanya terheran. Be
Nevan mengeluarkan sesuatu dari dalam saku celananya. Sebuah batu giok berwarna hijau tampak biasa, tetapi lebih bersinar dari umumnya. Dalam genggaman Nevan, ia pun menunjukkannya ke depan Felix berada.“Kita cuma butuh nyatuin batu ini sama jam antik itu. Di dalam tempat itu akan memperkuat kekuatan dari dalam batu supaya bisa membuka lorong waktu sekaligus ngeluarin gumiho dari tubuh gue,” ungkap Nevan kepada Felix.Tatapan Felix masih saja memperhatika ke arah batu yang ditunjukkan oleh Nevan. Dia kembali menutupi batu tersebut dengan genggaman tangannya.Sementara Felix mendongakkan wajah menatap rupa dari sahabatnya.“Gue pasti akan bersiap!” tegas Felix meranggul sekali.*** Dari dunia yang berbeda. Dari alam yang menyatukan energi dua elemen yang tidak bisa disatukan. Satu dunia