Sekumpulan benda-benda antik sudah terpajang rapi di dalam etalase bening. Para pria dan wanita terhormat berdiri sambil memperhatikan ke masing-masing benda antik yang bernilai tinggi.
Namun, dari salah satu wanita terkesima ketika melirik Felix yang sedang menegak tinggi. Membusungkan dada tepat di depan sebuah etalase kaca bening. Sebuah jam antik aneh berdiri tegak di dalamnya.
Memiliki jarum jam yang lancip dan pendek. Dengan latar ruangan berlukis aneka gambar naga, memiliki angka Romawi terjejer rapi, bentuk yang sangat unik, dua sudut yang melancip, dua sisi kaki yang bulat dengan warna abu-abu gelap. Memiliki batu mengilap putih berada di tengah-tengah bulatan jarum. Diikuti oleh mereka yang memiliki minat pada sebuah jam tersebut.
“Wah, ini sangat menarik!” tutur dari seorang wanita.
Jam yang memiliki bentuk kepala rumah adat Cina, sedangkan kakinya yang berbentuk bulat.
“Ini san
Gimana? gimana? Elu pada pasti penasaran gimana kisah selanjutnya kan?? he he. Udah, stay di sini aja dulu ya. Gue nggak ke mana-mana kok. Semoga bulan ini sama bulan depan update lancar setiap hari, oke! Ikuti terus pokoknya cerita ini. Jangan lupa vote ya guys. Elu pada kan baek hati dan tidak sombong. Murah hati lagi, oke. Follow IG : @rossy_stories buat kenalan sama Rossystories.
Sang ibu yang memelotot tajam kini meredup lalu mengempaskan tubuh secara tidak sadar. Nevan terkinjat ketika melihat ibunya roboh tepat di depan mata. “Hagh!” “Ibu!” seru Nevan meloncatkan penglihatan. Mata merah seketika padam menjadi normal, dimana langkahnya menuju tubuh ibu yang terbaring di tanah halaman rumah. Tas kecil milik ibunya terjatuh di samping tubuh, sedangkan dirinya merangkul badan leher. “Ibu,” lirihnya mencoba memapah tubuh Henni. Akhirnya, dengan kekuatan barunya. Ia pun membawa tubuh ibu yang jatuh pingsan menuju ke dalam rumah. [Apa yang sudah aku lakukan?] Dalam hati Nevan merasa gusar. “Hei, jangan tampakkan perubahan yang tiba-tiba! Apalagi di depan semua keluargaku, ini sangat berbahaya,” gerutu Nevan kepada diri sendiri. “Ini bukan keinginanku,” sahut Cho Ye Joon dari dalam tubuhnya. Nevan menyusuri langkah menuju sofa emp
“Aku adalah manusia yang memiliki darah iblis,” ungkap Go Jo Woo. Sang iblis tercengang, begitu pun dengan Nevan dan Cho Ye Joon yang terkinjat mendengarnya. Kedua mata saling menatap tajam, Go Jo Woo meluruskan pandangan mengeluarkan aroma darah iblis yang lebih kental. Sang iblis itu pun memundurkan bayangannya, sehingga kembali pada sisi tongkat. Di ujung tembok gubuk, Nevan memperhatikan dengan mata merah yang menegang. Satu langkah hendak maju. Namun. “Jangan bertingkah konyol!” cegah Cho Ye Joon kepada sosok Nevan. Satu tubuh yang menyatu akhirnya berbalik untuk mengulurkan niat penyerangan. [Aku tidak tahu harus bagaimana?] Dalam hati Nevan berkata. “Tenang saja! Kita masih punya cara dengan mencari arah timur bersama dengan benda tumuan dari Felix,” pungkas Cho Ye Joon. Nevan menegakkan tubuhnya, lalu menatap perjalanan kembali. Dalam bukit yang terjal, mereka tetap menuruni tanpa adanya
Nevan menatap lurus dari kedua temannya yang baru saja tiba. Petang menyambut kedatangan mereka. Felix yang memegangi hangat dari benda asing ditemukannya. Berdiri di samping Bellona yang tidak mengatakan apapun.Kim Dae Jung kini berhadapan ke arah kedua dari sahabat Nevan.“Kalian datang di waktu yang sangat tepat!” sambut Kim Dae Jung.Bellona keheranan sampai-sampai harus memandang wajah Felix berikut Nevan. Pria yang ada di balik punggung Kim Dae Jung—Nevan sendiri melangkah maju.“Minggu depan,” sebut Nevan.“Kita sudah tidak punya banyak waktu,” sambung Kim Dae Jung.Felix memperhatikan benda yang dipeluk olehnya. “Benda ini datang dari dunia yang sangat aneh. Kemunculan sejarah perkembangan jam belum pernah ada. Ini sebuah keajaiban,” tuturnya.Felix mendongakkan kepala sambil mengungkap keasingan dari jam aneh it
Nevan menduduki kursi di antara dua sahabatnya mendampingi malam bersama. Meja batu bulat kecil keramik bertengger rapi di sudut dinding. Nevan mengeluarkan beberapa kaleng minuman ke atas meja. “Karna gumiho elo jadi orang yang paling hebat!” puji Felix meraih kaleng yang sudah berdiri di atas meja. “Ya, lo memang pandai ngemuji gue,” sahut Nevan menahan tawa. Bellona menjulurkan tangan ke arah Nevan dengan memperlihatkan raut memintanya. “Sekarang gue,” pintanya. “Ya, elo pasti selalu kebagian,” sahut Nevan melebarkan senyuman. “Sebentar lagi natal tiba, apa kita nggak usah merayakannya bersama? Ayah gue ada bisnis di luar kota. Jadi, mau nggak mau, gue harus ada di sana,” sambung Felix menimpalinya. “Ya, gue hanya liat kalian dengan kesibukan masing-masing,” lanjut Bellona. Nevan merundukkan pandangan sembari membuka pengunci dari penutup kaleng. Minuman soda mulai terde
Genji—si ketua geng kampus Arkeologi. Pemuda yang suka berurusan dengan kekerasan, bahkan kejahilan yang pernah ada. Duduk di antara tumpukan papan kayu kering. Dua pria mengacungkan tinggi-tinggi dari tongkat berenergi seram itu. Go Jo Woo menarik energi dari dalam sinar bulan mengarah pada tubuh si pemuda bernama Genji. Dirinya menjulurkan melurus ke arah pemuda itu. Mulutnya berguman dipenuhi dengan mantra ajaib. Kedua mata Genji terbuka lebar secara spontan. Menjegil, bahkan tidak menggerakkan tubuhnya. Namun, sorotan matanya tidak menyala-nyala. Terdiam, seakan-akan menunggu perintah. Cahaya kegelapan menerobos ke dalam tubuh Genji. “Pergilah!” perintah Go Jo Woo kepadanya. “Pergi dan rebut manik tubuh Cho Ye Joon,” lanjutnya. “Bawa tubuh Bellona sekaligus satu orang temannya.” Genji beranjak tegak sembari memperhatikan jelas ke sorotan tepat mata Go Jo Woo. Seorang pe
Felix yang mendekap kekhawatiran dalam semunya berjalan. Seseorang telah membuatnya spontan naik untuk tidak berdiam diri. Tubuh Bellona yang sudah dibawa menghilang akhirnya mengurung dirinya pada jalan buntu. Tak kuasa menahan hati, ia pun berlari sekencangnya mengejar si ketua geng tersebut. Bersinggah di sudut jalanan, tampangnya mewarnai sekujur wajah dengan raut kebingungan. Salah satu tangannya mengusap kepala secara perlahan. Keningnya bertautan tampak cemas. “Aduh, ke mana sih si Genji? Bellona mau dibawa ke mana ya?!” gerutunya gusar. Tangannya kembali merogoh saku celana, kemudian tak bosan-bosan dirinya untuk menghubungi Nevan. Panggilan yang entah sudah ke berapa kalinya. Felix bahkan tidak pernah menyerah untuk terus menghubungi Nevan. *** Sementara itu, Nevan yang sedang sibuk pada sebuah acar
Keduanya saling menatap, antara Felix dan Kim Dae Jung. Ketika Felix mulai resah setelah berjam-jam memutar dan berlari untuk menemukan si penjaga gumiho. Akhirnya, Kim Dae Jung mulai memahami dengan ucapan Felix.“Kalau begitu, itu pasti ulah Go Jo Woo,” ungkap Kim Dae Jung.“Benarkah? Lalu, bagaimana kita bisa mencarinya?” keluh Felix mengernyitkan dahinya.Kim Dae Jung membukakan pintu rumahnya, lalu mendongakkan dagu sekali agar Felix dapat menurutinya. “Ayo, kita masuk dulu!” pungkasnya.Felix dengan sigap mengikuti langkah Kim Dae Jung untuk menaruh kantong belanjaan. Memasuki rumah Kim Dae Jung yang berada di beberapa lantai apartemen. Felix masih saja terlihat lebih mengkhawatirkan dari sebelumnya.Kim Dae Jung meletakkan beberapa bungkusan ke dalam kulkas. Dirinya secepat beranjak sambil memperhatikan kening yang saling bertautan ada di h
Cho Ye Joon menyiapkan posisi serangan awal. Seluruh kawasan mulai antusias saling berjaga aman. Go Jo Woo mengambil tindakan memasuki penjara Bellona. Dia menjerit pada sosokk Genji. “Serang dia, Bodoh!” serunya melengking.Genji yang tak sempat menoleh mulai mendapat perlawanan dari Cho Ye Joon. Pukulan pertama Cho Ye Joon menghantam keras wajah Genji. Tonjokan yang sampai memiringkan wajah Genji hingga ke balik tubuhnya.Cho Ye Joon menguasai pertahanan pertama. Genji yang melayang karena dorongan keras Cho Ye Joon, akhirnya mulai bersikap tegas. Kepalan tangan yang menggenggam bulat spontan membalas.Kedua mata Cho Ye Joon mencelang lebar, menahan serangan balik tersebut. Kepalan tangan membulat terhenti dari tangan kokoh Cho Ye Joon. Tatapan mata geram mulai melempar sengit. Genji pun memutar kuat tubuhnya ke depan Cho Ye Joon berada. Pusaran angin yang sangat kuat mengibas tubuh Cho Ye Joon