Genji—si ketua geng kampus Arkeologi. Pemuda yang suka berurusan dengan kekerasan, bahkan kejahilan yang pernah ada. Duduk di antara tumpukan papan kayu kering. Dua pria mengacungkan tinggi-tinggi dari tongkat berenergi seram itu.
Go Jo Woo menarik energi dari dalam sinar bulan mengarah pada tubuh si pemuda bernama Genji. Dirinya menjulurkan melurus ke arah pemuda itu. Mulutnya berguman dipenuhi dengan mantra ajaib.
Kedua mata Genji terbuka lebar secara spontan. Menjegil, bahkan tidak menggerakkan tubuhnya. Namun, sorotan matanya tidak menyala-nyala. Terdiam, seakan-akan menunggu perintah.
Cahaya kegelapan menerobos ke dalam tubuh Genji.
“Pergilah!” perintah Go Jo Woo kepadanya.
“Pergi dan rebut manik tubuh Cho Ye Joon,” lanjutnya.
“Bawa tubuh Bellona sekaligus satu orang temannya.”
Genji beranjak tegak sembari memperhatikan jelas ke sorotan tepat mata Go Jo Woo. Seorang pe
Stay di sini ya.
Felix yang mendekap kekhawatiran dalam semunya berjalan. Seseorang telah membuatnya spontan naik untuk tidak berdiam diri. Tubuh Bellona yang sudah dibawa menghilang akhirnya mengurung dirinya pada jalan buntu. Tak kuasa menahan hati, ia pun berlari sekencangnya mengejar si ketua geng tersebut. Bersinggah di sudut jalanan, tampangnya mewarnai sekujur wajah dengan raut kebingungan. Salah satu tangannya mengusap kepala secara perlahan. Keningnya bertautan tampak cemas. “Aduh, ke mana sih si Genji? Bellona mau dibawa ke mana ya?!” gerutunya gusar. Tangannya kembali merogoh saku celana, kemudian tak bosan-bosan dirinya untuk menghubungi Nevan. Panggilan yang entah sudah ke berapa kalinya. Felix bahkan tidak pernah menyerah untuk terus menghubungi Nevan. *** Sementara itu, Nevan yang sedang sibuk pada sebuah acar
Keduanya saling menatap, antara Felix dan Kim Dae Jung. Ketika Felix mulai resah setelah berjam-jam memutar dan berlari untuk menemukan si penjaga gumiho. Akhirnya, Kim Dae Jung mulai memahami dengan ucapan Felix.“Kalau begitu, itu pasti ulah Go Jo Woo,” ungkap Kim Dae Jung.“Benarkah? Lalu, bagaimana kita bisa mencarinya?” keluh Felix mengernyitkan dahinya.Kim Dae Jung membukakan pintu rumahnya, lalu mendongakkan dagu sekali agar Felix dapat menurutinya. “Ayo, kita masuk dulu!” pungkasnya.Felix dengan sigap mengikuti langkah Kim Dae Jung untuk menaruh kantong belanjaan. Memasuki rumah Kim Dae Jung yang berada di beberapa lantai apartemen. Felix masih saja terlihat lebih mengkhawatirkan dari sebelumnya.Kim Dae Jung meletakkan beberapa bungkusan ke dalam kulkas. Dirinya secepat beranjak sambil memperhatikan kening yang saling bertautan ada di h
Cho Ye Joon menyiapkan posisi serangan awal. Seluruh kawasan mulai antusias saling berjaga aman. Go Jo Woo mengambil tindakan memasuki penjara Bellona. Dia menjerit pada sosokk Genji. “Serang dia, Bodoh!” serunya melengking.Genji yang tak sempat menoleh mulai mendapat perlawanan dari Cho Ye Joon. Pukulan pertama Cho Ye Joon menghantam keras wajah Genji. Tonjokan yang sampai memiringkan wajah Genji hingga ke balik tubuhnya.Cho Ye Joon menguasai pertahanan pertama. Genji yang melayang karena dorongan keras Cho Ye Joon, akhirnya mulai bersikap tegas. Kepalan tangan yang menggenggam bulat spontan membalas.Kedua mata Cho Ye Joon mencelang lebar, menahan serangan balik tersebut. Kepalan tangan membulat terhenti dari tangan kokoh Cho Ye Joon. Tatapan mata geram mulai melempar sengit. Genji pun memutar kuat tubuhnya ke depan Cho Ye Joon berada. Pusaran angin yang sangat kuat mengibas tubuh Cho Ye Joon
Kerutan yang semakin melengkung dengan bahak tawa yang memekak telinga. Rasanya memuakkan suasana di antara kehadiran si pria dua kepribadian ganda. Bellona tetap saja memperhatikan secara detail dari ketawanya yang menggelegar. Akhirnya Nevan berhenti, sedangkan Cho Ye Joon hanya meringis diam sambil menatap gemas. Wajahnya mulai menatap Bellona yang tersenyum dengan indah. Tawanya berhenti. “Kenapa? Kamu ngejek aku?” tanya Nevan gelisah. “Nggak, elo sedikit lucu dari biasanya. Tapi, lo juga luar biasa banget!” puji Bellona tanpa emosi. Tiba-tiba, Nevan terdiam sambil mendengar bisikan dari jiwa yang menyatu itu. “Nevan, aku ingin mengajak pacarmu melihat keindahan rumahku yang dulu,” gumam Cho Ye Joon. “Hah?” sahut Nevan sesaat. Matanya tiba-tiba merangkak turun, lalu menaikkan kembali pandangan mengarah Bellona. Seraya tangannya menyentuh pergelangan si wanita itu dengan lembut. Nada ci
#Selamatmembaca! Nevan yang masih duduk bersama dengan Bellona menempuh perjalanan menuju tempat tinggal mereka. Di dalam sebuah bus kecil, keduanya saling menatap dengan menahan senyuman. “Napa lo ngelirik gue kayak gitu sih?” keluh Bellona tersipu malu, sesekali wajahnya berpaling dari tatapan Nevan yang terus menyoroti. “Emangnya nggak boleh?” sahut Nevan masih saja bertingkah dan tidak berubah posisi tatapan. Kepalanya memang menyorot penuh ke samping dirinya berada. Sementara Bellona mulai resah dari kelakuan Nevan yang sedikit menggombal. Salah satu tangannya menepis pipi Nevan, mendorongnya sampai ke lain arah. Nevan akhirnya merunduk, sambil membulatkan kedua tangannya, mengepal. “Malu juga kan diperhatiin lama-lama,” sambung Nevan genit. “Lah elo sih ngeliatinnya lama banget! Gue kan jadi risih,” gerutu Bellona memalingkan wajah. “Kalo dipikir-p
Nevan memegangi batu giok kecil, mengepalnya bulat-bulat. Matanya mulai memperhatikan jelas raut dari wajah Kim Dae Jung—si penjaga gumiho itu sendiri. Dalam kepalan yang dipenuhi dengan niat mantap. Seakan rembulan menjadi kesaksian di tengah malam. Rencana demi rencana menjadi pilihan selanjutnya. Namun, si musuh dari belakang tetap mengejar. “Jaga batu ini baik-baik! Lusa, kita harus segera bergegas pergi ke dalam gua itu,” pinta Kim Dae Jung merunduk pelan. Tatapan mata yang sangat berani, membalikkan badan lalu meninggalkan Nevan termenung seorang diri. Cho Ye Joon mulai memperlihatkan diri dari dalam tubuh Nevan. “Hei, kenapa kau melamun saja? Simpan benda itu di tempat yang aman,” tegur Cho Ye Joon kepada Nevan. Sontak, Nevan terkinjat atas suara yang dikejutkan untuk dirinya. Nevan pun kembali menyimpannya ke dalam saku kemeja yang ada di depan dada. Tubuhnya be
Nevan mengeluarkan sesuatu dari dalam saku celananya. Sebuah batu giok berwarna hijau tampak biasa, tetapi lebih bersinar dari umumnya. Dalam genggaman Nevan, ia pun menunjukkannya ke depan Felix berada.“Kita cuma butuh nyatuin batu ini sama jam antik itu. Di dalam tempat itu akan memperkuat kekuatan dari dalam batu supaya bisa membuka lorong waktu sekaligus ngeluarin gumiho dari tubuh gue,” ungkap Nevan kepada Felix.Tatapan Felix masih saja memperhatika ke arah batu yang ditunjukkan oleh Nevan. Dia kembali menutupi batu tersebut dengan genggaman tangannya.Sementara Felix mendongakkan wajah menatap rupa dari sahabatnya.“Gue pasti akan bersiap!” tegas Felix meranggul sekali.*** Dari dunia yang berbeda. Dari alam yang menyatukan energi dua elemen yang tidak bisa disatukan. Satu dunia
Tubuh Nevan yang terjengkang di atas lantai jalan tepat di depan gerbang rumah Felix. Kedua temannya hanya menatap keheranan kenapa tubuh sekuat Nevan bisa saja jatuh pingsan. Yang tidak masuk akal terjadi. Keduanya saling menatap. Tanpa harus menunggu lama lagi, Bellona segera meraih lengan Nevan untuk membantu posisi terbaring segera terbawa. Tanpa harus ada tekanan apapun, Felix pun turut membantu. Namun, Bellona merasakan hal aneh yang bereaksi dari dalam tubuhnya. Spontan ia merasakan hal sedemikian rupanya perubahan. Kedua tangannya yang sempat menyentuh lengan Nevan kini runtuh. Terlepas dari lengan Nevan, sehingga tubuh Nevan kembali jatuh. “Aaaargh!” ringisnya dengan ekspresi yang menyakitkan. Felix menatap curiga dari perubahan tubuh Bellona. Keningnya berkerutan mellihat yang baru saja terjadi. “Bel, e lo kenapa?” tanyanya terheran. Be