Brak! Brak! Brak!
Kafetaria itu nyaris hancur. Kaca-kaca pecah berserakan, meja dan kursi banyak yang rusak dan hancur, etalase-etalase terguling.
Berdiri di tengah-tengah ruangan dan sedang bertarung adalah dua orang pria; satu menggunakan topeng hitam, sementara satunya lagi tak lain adalah klon Jo Collin yang malang.
Pukulan dan tendangan itu terjadi sangat cepat hingga Collin yakin mata manusia biasa tidak akan mampu melihat apa yang sebenarnya tengah terjadi, atau siapa memukul siapa. Namun, bagi mata [Yang Terpilih] terlatih seperti Jo Collin, tampak jelas klon miliknya tengah terdesak. Pria bertopeng hitam itu sangat gesit dan terlatih seperti Petarung.
‘Tidak. Jauh lebih kuat,’ Mata Collin menyipit. ‘Pelatihan Diyos, huh?’
Pria bertopeng hitam itu memiliki gaya berkelahi yang sangat mirip dengan pelatihan yang dijalani oleh Petarung Inti – Pelatihan Diyos. Jo Collin ingin menepuk-nepuk dirinya sendiri
Bret! Bret!Lagi-lagi, baju Exv-suit Lock robek setelah Bai Huen menyabetkan kedua pedang panjangnya.Berita baiknya, Lock sekarang dapat bergerak dengan lebih bebas setelah pakaiannya disobek-sobek. Tapi, berita buruknya, kulit Lock mulai melepuh dan terasa perih.‘Sialan, ini sakit sekali.’ Lock memaki dalam hati.Bukan hanya melepuh, pedang Bai Huen yang meliuk-liuk seperti ular telah berhasil mengoyak kulit Lock hingga berdarah-darah. Lock nyaris tidak mampu berdiri dengan tegak sekarang. Ia tidak memiliki apa-apa untuk bertahan dan membela diri, sementara si siluman ular itu lincah dan mematikan.Creng! Creng! Creng!Suara simbal itu pun makin terdengar seperti mars kematian dan malah membuat Bai Huen bertambah semakin menyeramkan tiap detiknya. Gerakannya seperti menari mengikuti irama, dan hal itu semakin membuat Lock jengkel.[Ouch! Pasti sakit, ya, Manusia lemah?]Iophel juga sama
Awalnya, kelegaan menguasai tubuh Lock yang melepuh dan perih. Temperatur kolam sangat rendah hingga Lock merasa luka-lukanya tengah diberi penanganan yang baik.Sayangnya, itu hanya sesaat. Detik berikutnya, air kolam yang jernih dan bewarna biru terang itu seakan berbalik menyerangnya. Gelombang air mencekik leher Lock, membuatnya tidak bisa bernapas. Kaki Lock menendang-nendang di air dengan sia-sia. Setengah panik, ia menyayat air dengan tongkat yang dicurinya dari mahkota Bai Huen. Untungnya, gelombang air yang mencekiknya terlepas dan Lock mampu bergerak lagi.Kolam itu ternyata cukup dalam, dan lebih besar daripada dugaannya. Air-nya jelas bukan air biasa dan Lock menyadari mengapa Iophel memberinya peringatan untuk tidak menyentuhnya karena air itu seakan memiliki kehendak sendiri dan berusaha menyingkirkan Lock.Sebuah tarikan pada tangannya membuat Lock menunduk. Tongkat mahkota Bai Huen menariknya semakin jauh ke dasar. Menuruti instingnya, Lock mengi
Kesebelas makhluk yang ditemuinya beberapa saat yang lalu dalam keadaan membatu, sekarang hidup dan berkeliling di sekitarnya. Gerakan mereka kaku dan tidak selincah Bai Huen, seolah mereka belum seutuhnya ‘hidup’. Meski demikian, manusia serigala yang mencengkram kakinya itu betul-betul kuat. Lock mengerang dan memaki dalam hati ketika sadar tulang pergelangan kakinya retak.Manusia serigala itu mengayunkan tubuh Lock dengan mudah, membuat pemuda itu meluncur kembali ke dasar kolam. Pasir dan abu melayang saat tubuhnya membentur dasar.‘Ugh! Brengsek! Bagaimana mungkin bisa menang melawan mereka sekaligus!?’Makhluk-makhluk mengerikan setengah batu itu masih melayang di tengah-tengah kolam, mencegah Lock untuk naik ke permukaan. Seorang duyung bertampang menyeramkan berputar di sekitar podium-podium untuk menjaga, yang mana sebenarnya tidak diperlukan karena Lock tidak lagi memiliki kekuatan untuk menghancurkan podium. Untuk menggerakan
Sesuatu yang tidak terduga terjadi.Gelombang air yang semula berusaha menghalangi Lock, entah mengapa mendadak berbalik menyerang kesebelas makhluk aneh yang tengah menyerangnya. Makhluk-makhluk itu terpental menjauh seketika saat sapuan gelombang air mengguyur.Rael tidak berkutik sedikitpun. Raut wajahnya datar, tetapi sudut bibirnya tertekuk ke atas. Lock menatapnya selama sepersekian detik, kemudian berpaling dan menghampiri kesebelas podium tersisa.Lock ingin menggunakan tinjunya, namun Asvier berpendar semakin terang dalam genggamannya. Rasa penasaran membuat Lock menyerahkan sisa tugasnya pada Asvier. Ia menarik besi tersebut ke belakang, membuat air berkumpul di ujung tongkatnya, kemudian mengayunkannya ke depan, ke arah 5 podium yang berada di baris kanan.Blar!Gelombang air memecah podium batu itu dengan mudah, bahkan tanpa menyentuhnya sedikitpun, seperti meniup lilin dalam satu tiupan kencang.Kieek! Kieek!
Pada saat itu, Lock yang tengah tertidur dengan pulas selama 3 hari belakangan, mendadak bergerak-gerak dengan gelisah.[Dimana kau menemukan orang lemah sepertinya?][Oh, diamlah! Kau sendiri yang berkata dia cukup lincah dan gesit! Beberapa hari yang lalu, seingatku, kau bahkan memujinya karena dia mampu mempelajari beberapa hal dengan sangat cepat dalam sekali lihat!][Ini dan itu hal lain! Mengapa dia pingsan selama 3 hari padahal aku berada di dalamnya dan menyembuhkannya? Kalau bukan lemah, apa namanya?][Dia memang suka tiduuuur!]‘Ugh, berisik sekali,’ Lock gelisah di dalam tidurnya. Ia sudah terbiasa mendengar suara Iophel dan memiliki cara untuk memblokir suara tersebut. Namun, kali ini berbeda.‘Kenapa aku mendengar 2 suara yang berbeda?’Hal itu membuat Lock tidak tenang. Iophel kembali – itu hal bagus. Tetapi, suara satunya..Mendadak, Lock terlonjak terbangun. Matanya membuka
Jo Collin berusaha keras meluruskan punggungnya yang kaku. Duduk di depan tempat tidurnya adalah pasangan pekerja dari divisi yang paling dibencinya.“Setelah itu? Apa yang kau lakukan?”Collin berusaha menahan diri untuk tidak menguap. ‘Lihat, lihat. Mereka bahkan tidak berhenti bertanya.’Divisi Penyelidik. Mereka lebih angkuh daripada Divisi Pengamat, lebih keras kepala daripada Divisi Petarung, lebih kaku daripada Divisi Pertanian, dan lebih kurang ajar daripada Divisi Pertambangan.“Setelah itu, aku pingsan. Si bedebah itu mencekikku dengan pusaran air.”Penyelidik pria yang sedang menulis sesuatu sedari tadi, akhirnya mendongak. “Kau sudah bilang begitu 5 kali sejak tadi.”“Benarkah?” tanya Collin dengan wajah sok lugu. “Argh! Aku benar-benar tidak ingat. Kejadian itu berlalu dengan sangat cepat.”Kedua penyelidik itu serempak menatap Collin dengan ekspresi
Jo Collin menyunggingkan senyuman misterius. Alih-alih menjelaskan, Collin malah mengamati Lock dengan tatapan yang membuat Lock mengerutkan kening.“Apa?”Tangan Collin bertumpu pada pahanya, sementara matanya berpendar kekuningan saat mengamati Lock. “Menarik sekali, Lock Easton.”“Apanya?”“Aura-mu berubah lagi, kau tahu itu? Kau bisa menipu yang lainnya, tetapi tidak untuk mataku,” Collin mengetuk kacamatanya. “Ada alasan mengapa aku mengenakan kacamata ini. Mataku ini sangat istimewa sehingga bahkan si pemarah Mia tidak memecatku meski aku membuatnya darah tinggi. Oh, aku harus menceritakan padamu bagaimana dia memohon-mohon dengan amat sangat dan dengan mata berkaca-kaca, memintaku untuk..”“Kukira kau rabun?”Collin mengerutkan kening. “Aku baru saja hendak menyampaikan cerita keren yang kuyakin akan memberimu insipirasi. Tapi, yah sudahlah. Oh, ngo
Tangan Collin terhenti di udara saat hendak membuka pintu kamarnya.‘Oho, lihat siapa yang datang mengunjungiku.’ Sudut bibirnya tertekuk ke atas.Collin membuka pintu kamar dengan berlagak.“Selamat siang, sungguh suatu kehormatan mendapat kunjungan mulia seperti ini,” ia membungkuk. “Paragon Julian.”Julian berdiri tepat di depan jendela, menunggu kedatangan Jo Collin dengan ekspresi ramahnya yang biasa. “Salam, Pengamat Jo Collin,” katanya sembari tersenyum lembut. “Padahal aku telah menutupi Auraku sedemikian mungkin. Kau tahu, aku kemari diam-diam. Tetapi, sepertinya aku tidak mungkin bisa menutupinya darimu?”Collin menutup pintu yang berada di belakangnya. “Apakah Anda hendak berkata bahwa saya sangat berbakat?”Julian terkekeh. “Tepat sekali. Aku sudah sering mendengar Pengamat Mia menceritakan tentang dirimu.”Collin beranjak dan berdiri
Ian menghentak-hentakan kaki dengan tidak sabar.“Kenapa kau tidak melakukan apapun!?” serunya marah.Lock berusaha mengabaikan bocah itu selama beberapa hari terakhir, tapi tampaknya tak begitu berhasil. Bukannya berhenti berbuat ulah, Ian malah menjadi-jadi. Benar-benar tipikal bocah menyebalkan. Akhirnya, Lock membuka mata dan menoleh.“Aku sedang melakukan sesuatu.”“Apa? Mengupil? Tidur? Kau tidak melakukan apapun selama beberapa hari ini!”Lock mendesah. Ia tidak menyangka akan tiba hari dimana ia lebih memilih mendengar celotehan Iophel dan Rael dibandingkan orang lain. Bagi Lock sekarang, rengekan Iophel bagaikan nasihat bijak Ibu-ibu, dan kesarkastisan Rael terdengar seperti senandung puji-pujian. Suara Ian? Seperti hewan yang disembelih.“Kau melihat sendiri aku babak belur, ‘kan? Aku sedang menyembuhkan diri.”Ian mengerutkan kening. “Kau terlihat amat san
“Tuan Putri dan kakakku akan melangsungkan upacara pernikahan sebentar lagi – setelah mereka pulang dari Easteria. Hari ini mereka berdua tiba di Istana Easteria dan aku.. aku mulai tidak tenang..” Rigan meragu sejenak. Ia mencondongkan tubuh dan meminta Lock untuk mendekat. “Akhir-akhir ini, Ares melakukan hal yang sangat mencurigakan. Dia sering pergi malam-malam, melewati jalur belakang dan membawa beberapa orang berpakaian serba hitam. Pada saat kembali ke Istana, biasanya ia akan membawa peti-peti besar yang dibawa ke ruang bawah tanah. A, aku mulai berpikir bahwa apapun yang ia lakukan dengan peti itu, berhubungan dengan.. sesuatu yang tidak baik.”Lock mendengarkan Rigan dengan tenang. Ia sama sekali tidak terkejut mendengarkan berita tersebut. Namun, keraguan Rigan saat mengatakan ‘sesuatu yang tidak baik’ itu membangkitkan keingintahuan Lock.‘Apa yang bakal ia katakan? Sepertinya dia hendak menyebutkan sesuatu t
Beberapa jam kemudian, di sebuah ruangan bawah tanah yang berbau pengap dan lembab, Lock Easton membuka matanya. Dia melihat langit-langit rendah dan kotor yang sekarang mulai terlihat familiar baginya yang telah menginap disana selama 2 hari belakangan. Ia melirik sekilas ke sudut ruangan, tempat Ian sedang tertidur. Yakin bahwa bocah tersebut benar-benar tertidur, Lock bangkit berdiri dan menghampiri pintu.“Kau berhasil bertemu dengan kakek itu?” Lock bertanya sambil berjalan naik ke arah pintu.“Kakek itu terlalu mencurigakan.” Suara Rue terdengar dari balik pintu. Lock tertawa kecil. “Memang.”“Aku mendengar pembicaraan anak buah Ares bernama Gin. Mereka berencana untuk menjual bocah itu setelah upacara pernikahan.”Lock melirik Ian yang bergumam sendiri seperti sedang bermimpi buruk. Bocah itu terlihat menyedihkan.“Mereka tidak akan mendapatkan banyak uang dengan menjualnya.
Di bawah lampu remang-remang, sesosok bocah kurus dan kotor yang memiliki ekspresi keras kepala, licik, dan juga menjengkelkan, muncul dari balik bayang-bayang.“Ta-raaa!” Hiro berseru sembari menunjuk Ian. “Kejutan! Ini bocah yang begitu kau sayangi! Pelipur lara saat kau mendengar wanita yang mirip dengan mantan kekasihmu, menikah!”Tetapi, Lock tidak mendengarkan apapun yang dikatakan Hiro. Ia hanya menatap Ian tanpa berkedip.“Bagus sekali,” kata Lock datar. “Apa mereka menyembelih babimu atau apa disini?”Ian memberengut. “Maxi berhasil pergi!” serunya dengan suara melengking menjengkelkan. Bocah itu terlihat marah, yang mana membuat Lock begitu heran. “Kenapa kau lemah sekali? Katamu kau kuat! Kenapa kau membiarkan mereka menculikmu!?”“Maaf?” Hiro memandangi Ian dan Lock bolak balik sambil bersedekap. “Apa aku salah dengar? Siapa yang kuat?”
“Aku sebenarnya tidak yakin apakah air ini dapat membuatmu tersadar, tetapi aku selalu ingin melakukannya.”Dan suara itu. Lock melirik untuk melihat seraut wajah yang ‘sangat’ ia rindukan. Saat melihat wajah berminyak itu, Lock mendadak sadar dia tadi bermimpi.“Ini benar-benar menyegarkan,” ujar Lock. “Terima kasih.”Travis menyipitkan matanya. “Sepertinya kau suka disiram.”Lock berusaha menarik tubuh bagian atasnya. “Tidak, tapi aku suka disadarkan,” katanya. “Aku senang mengetahui bahwa aku tidak melihatmu di dalam mimpi.”“Aku pun tidak suka melihatmu, bahkan di dalam kehidupan nyata.”“Cukup adil.” sahut Lock, nyengir. Ia kemudian mengedarkan pandang ke sekelilingnya.Dia berada di sebuah ruangan lapang berpenerangan remang-remang. Ditilik dari tak adanya jendela dan kelembaban ruangan tersebut, Lock yakin ia ten
Itu sakit sekali hingga nyaris membuat Lock berpikir untuk pura-pura pingsan. Tetapi, ia tak melakukan itu. Belum, karena ia sedang mempersiapkan rasa sakit lain yang mungkin akan muncul sebentar lagi.‘Oh, dan ngomong-ngomong..’Lock tak punya waktu banyak untuk berpikir lebih lama. Jadi, dia mengerahkan kesempatannya yang terakhir untuk menoleh ke arah Maxi yang masih mengamuk.Manipulatif Aura.Bukan hanya Maxi yang terpengaruh, tetapi juga Gin. Mereka terbelalak dengan wajah penuh ketakutan, satu dengan wujud binatang, satunya lagi dalam bentuk manusia. Tentu saja Lock mengabaikan Gin.“Pergi.” katanya, memberi perintah pada Maxi. Suaranya mengandung aura yang begitu intens.Mata Maxi seketika tampak begitu kebingungan dan takut. Ia menguik dan terhuyung mundur selama beberapa detik sebelum ia kemudian berbalik dan pergi melarikan diri.“Jadi, kau melakukan ini semua untuk menyelamatkan babi? Betapa m
Gin berdecak saat melirik para prajurit yang sedang bersusah payah menghadapi hewan raksasa itu. Beberapa prajurit berhasil melukai si babi, tetapi hewan tersebut bertambah marah dan berusaha melukai siapapun yang berada di dekatnya, termasuk kedua orang yang tengah berkelahi di sampingnya.Sampai saat ini, Lock dan Ares sama-sama mampu menghindar dari serangan si babi dan serangan satu sama lain, tetapi Gin kenal Ares. Pria itu mulai tidak sabar, apalagi dikarenakan Lock melompat kesana kemari seperti monyet lepas.“Aku jadi paham mengapa kau mampu menghadapi si Suku Macan itu.” Samar-samar, Gin mendengar suara Lock Easton. “Kau lumayan.”Lock mengayunkan pedangnya. Gerakannya begitu ringan, seolah ia sedang bermain-main. Orang biasa bakal mengira lengan kurus itu hanya mampu merobek kertas dan tak akan mampu membuat luka kecil atau hanya sekedar luka memar. Akan tetapi, Ares menghindarinya; dan tindakannya tepat. Pedang Lock membelah ta
Gin melirik Ares, yang masih tersenyum kecil, tetapi dengan wajah yang semakin kaku – jelas bukan merupakan pertanda baik. “Aku tidak melihat apa manfaatnya kau mengambil hewan liar itu?” kata Ares dingin. “Kami memerlukannya.” Sebuah teriakan memecahkan suasana mencengkram tersebut, membuat para prajurit rendahan cemas. “…Kann!! Lepas..!” Gin kesal. Seperti dugaannya, membawa bocah kotor itu hanya akan menambah masalah. Ia mengedikkan kepala ke arah salah seorang prajurit yang tengah memandanginya dengan ragu-ragu. Prajurit itu mengangguk paham dan memukul karung tersebut dengan keras, menyuruh bocah itu diam. “Tidak perlu repot-repot melakukan itu. Aku akan mengurusnya.” Lock berkata dengan nada yang masih sama ramahnya. Ia mengerling ke arah Ares sembari tersenyum lebar. “Tidak perlu menjelaskan juga, aku bisa memahami. Berikan bocah itu, dan kau bisa melanjutkan apapun yang ingin kau lakukan.” Gin memandang Lock tersebut tanpa berk
Ledakan terjadi dimana bola-bola itu berhenti menggelinding. Ledakan itu tidak besar, tetapi cukup destruktif dan mengeluarkan api hingga desa mulai terbakar. Seakan mengejek, pasukan Ares memodifikasi bom tersebut hingga lebih menyerupai kembang api; seolah mereka ingin menyaksikan desa tersebut terbakar dengan indah. Suara ratapan dan tangis terdengar dari arah para penduduk, sementara beberapa prajurit tertawa dan bertepuk tangan saat menyaksikan kembang api yang mulai membakar desa. Walaupun melihat apa yang terjadi di bawah, baik Soren maupun Lock tidak beranjak sedikitpun. “Ini berkembang ke arah yang kuinginkan.” kata Soren puas. “Oh, ya? Termasuk kembang api itu?” Soren mengacuhkan komentar sarkas Lock, dan berkata, “Kita temui kakek itu setelah ini.” “Untuk apa?” “Kau bodoh? Tentu saja bernegosiasi. Kakek itu pasti akan memberitahu informasi jika kita berjanji akan membebaskan cucunya.” Lock nyaris tak mampu menahan di