Lock tidak heran, sebetulnya, apalagi setelah melihat kenyataan bahwa Bajingan memiliki nasib yang serupa dengannya, dan setelah melihat Mommy bereaksi dengan kotak kubus yang aneh tersebut. Lock memikirkan sedotan yang dimilikinya di kantong dengan pikiran kosong. Apa dia hanya berjodoh dengan sedotan besi aneh itu..?
“Sepertinya kau dapat mengambil satu senjata apapun yang kau sukai,” kata Embry dengan nada tidak yakin. “Kurasa itu lebih baik daripada tidak sama sekali.”
Lock mengangguk dan dia memilih sebuah pedang ringan yang tidak tampak mengesankan saat berada di tangannya. Bajingan juga mengambil senapan yang sempat diambil Pergi Dariku.
“Jadi,” Pergi Dariku mendesah setelah mereka semua berkumpul lagi. “Sekarang bagaimana?”
Bajingan yang terlebih dahulu menggumam bahwa mereka harus segera pergi dari [Panggung Akhir] ini. Teman-temannya yang awalnya membentuk tim dengannya, tewas kehabisan waktu.
Kii! Kiii!Monster delima itu kembali mengikuti Lock; kali ini ia bahkan tidak segan-segan menempel pada pundaknya. Lock tidak tahu mengapa, tetapi dia membiarkannya saja karena monster itu terbukti berguna untuk menangkap Petunjuk dan dapat menjadi umpan bila dibutuhkan. Bahkan terkadang monster itu memberitahunya letak jam pasir.<Hourglass diaktifkan! 10 menit waktu akan ditambahkan.><Zona 3 – ‘Boneka Beruang?’Waktu: 17:21>Sudah beberapa menit berlalu sejak Lock berpencar dengan peserta lainnya. Mereka berpisah dalam situasi yang tidak enak karena mereka tidak bisa mengenyahkan kemungkinan bahwa disaat mereka bertemu kembali, mereka mungkin akan menjadi musuh. Mereka semua setuju untuk mencari lebih banyak Petunjuk. Lock, di lain pihak, fokus kepada hal lainnya.Lock hanya memerlukan waktu yang cukup untuk mengumpulkan Petunjuk Emas. Saat menghadapi musuh terakhir, sisa waktu miliknya aka
“Aaaaa!”“Tolongggggg!”Jeritan-jeritan itu saling sahut menyahut dengan riuh seolah-olah Lock berada di sebuah hutan yang ramai. Namun, permasalahannya adalah Lock tidak melihat siapapun atau apapun. Suara itu melengking mengerikan dan membuat bulu kuduknya naik. Bahkan monster delima bersembunyi di dada Lock dengan tubuh gemetaran mendengar itu semua. Secara instingtif, Lock berusaha menghindari jeritan-jeritan tersebut, tetapi jeritan itu berada dimana-mana. Tiap kali melangkah, ia bisa mendengar jeritan lain yang tumpang tindih dengan jeritan sebelumnya.“Tolong! Jangan makan aku!”“Sakiiitt! Mommy! Daddy!”“Aaaa! Siapa disana!? Siapa!? Tolong!”Jeritan kesakitan itu begitu menyayat hati; itu jeritan kematian yang pilu. Lock meringis dan menutup telinganya, namun jeritan itu sangat menusuk.“Sialan!” geram Lock.Dia tidak tahu apa yang terjadi,
‘Ini pertama kalinya aku bernyanyi untuk seseorang dan dia langsung mencekikku!? Seburuk itukah suaraku hingga dia semarah ini?’Lock tidak bisa tidak berpikir demikian saat Rue duduk diatas dada Lock dan mencekik lehernya dengan kuat. Jejak-jejak air mata terlihat di pipi gadis itu, dan mata merahnya tengah membelalak di depan wajah Lock dengan ekspresi bertekad.“Kkk… Tu-tunggu,” Lock berusaha melepaskan tangan Rue, tetapi gadis itu setengah menekan lengan kanan Lock dengan lututnya. Ia memiliki kekuatan tersembunyi yang tidak terduga. “Ka-kau salah pa-pa-paham. Aku ti..dak.. ugh!” aku tidak berusaha merusak gendang telingamu, Lock bermaksud berkata demikian, tetapi kalimat tersebut terlalu panjang sehingga dia mengurungkan niat untuk menjelaskan.Rue menggertakan giginya. “Mati! Mati! Cepat mati!” ia menggeram. Seluruh bobot tubuhnya ditumpukan pada jemarinya yang mencekram leher kurus Lock. &ldq
“Apa..” Pergi Dariku berkata dengan ragu-ragu. “Apa kita akan menjadi sepertinya nanti? Babak akhir nanti…”“… Berapa Petunjuk emas yang sudah kau dapatkan?”“…Dua..”Lock mengangguk. “Kau masih mempunyai sisa waktu untuk mengumpulkan sisanya.”Pergi Dariku menggeleng dengan cepat. Sosok gadis kuat, keras kepala dan pemarah yang selama ini melekat kuat sebagai karakternya, mendadak runtuh begitu ia melihat kenyataan sesungguhnya dari [Panggung Akhir].“Aku..” dia menggigit bibirnya. “Aku tidak mau menjadi monster.”Lock mengamati Pergi Dariku sesaat dan berkata, “Jika kau tidak menyelesaikannya, kau tidak akan bisa keluar dari mimpi buruk ini.”“Jika aku menjadi monster dan membunuh salah satu dari kalian, mimpi burukku tidak akan pernah berakhir!”“Kalau begitu, jangan,” jawab Lock.
Ia mengenakan pakaian serba hitam.Kemeja hitam, celana hitam, dan mantel panjang bewarna hitam. Ekspresi wajahnya.. Yah, Lock tidak yakin ekspresinya bisa setajam itu. Wajahnya juga bersih tanpa noda dan luka, sangat berkebalikan dengan Lock. Namun, selain itu, Lock seperti sedang bercermin.Setelah keterkejutan yang melandanya berangsur mereda, Lock menarik nafas lega. Dengan sosok ‘Lock hitam’ di hadapannya, Lock yakin apa yang ia hadapi sekarang hanyalah ilusi. Lagipula, paling tidak ia mengetahui dirinya sendiri dengan baik dan dapat mengambil keuntungan dengan kenyataan bahwa ia lemah. Jadi, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Lock yakin dia bisa lolos dari babak ini dengan mudah.Lock menahan diri untuk tidak tertawa. Sambil menyeringai, ia mengangkat tangannya, menyapa sosok ‘Lock’ lain di hadapannya.“Hal – Ugh!”Detik berikutnya, Lock terhuyung ke belakang seperti sayuran layu. Pandangann
“Uhuk! Uhuk!” darah segar keluar dari mulut Lock.“Kau bajingan berdarah dingin yang bahkan tidak berkedip saat melihat kematian orang yang paling kau sayangi.”Suara itu membuat Lock mendongak – namun terlambat. Tendangan kaki menghantam wajahnya hingga tubuhnya terguling dan menabrak pepohonan lain di sebelahnya.‘Sialan! Apa dia kira aku mainan!?’Lock tidak bisa menahan diri untuk berpikir seperti itu, saat ia lagi-lagi terbatuk-batuk darah setelah menabrak pohon besar lainnya. Pandangannya mengabur, namun Lock berusaha bangkit berdiri. Dia tidak perlu bersusah payah melakukannya karena ‘Lock Hitam’ membantunya dengan mencengkram kerah bajunya yang sudah compang-camping seperti kain lap. Dengan mudahnya, pemuda yang sama kurusnya dengan Lock itu, mengangkat Lock dari tanah seolah ia adalah kucing liar kecil.“Menyerahlah.” ujar ‘Lock Hitam’. “Tidak ada tempat ba
“Benar-benar monster merepotkan.”Kiiiiiiii!!!!!!Lock melirik ke belakang melalui bahunya bertepatan dengan suara jeritan monster yang terbelah menjadi dua. Bercak merah keemasan membayangi penglihatan Lock yang masih belum sadar sepenuhnya apa yang terjadi. Ia masih memandangi mata besar si monster delima yang membulat ketakutan sebelum bola matanya berputar ke atas dan hanya menampilkan sklera-nya.Tubuh Lock menegang. Detik berikutnya, tubuhnya di dorong dengan paksa hingga pipinya menempel pada tanah dan aroma rerumputan basah menyerang indra penciumannya.“Seleramu terhadap binatang peliharaan buruk sekali. Demi langit, itu buah bermutasi! Tsk!”Dari tempatnya terbaring datar di rerumputan, Lock bisa melihat tubuh monster delima yang berdarah-darah dan mulai menguap menjadi butiran emas, menyatu dengan langit malam yang sebentar lagi berakhir.Satu menit tersisa..‘Lock Hitam’ menindi
“Avery.”Avery menoleh mendengar panggilan tersebut, mendapati seorang pria berparas tampan dan gagah dengan baju serba hitam, berjalan mendekat. Gadis itu mengerutkan kening melihatnya karena dia yakin tidak memberitahu si mantan pacar yang mendadak menjadi pusat perhatian orang-orang di sekitar mereka karena ketampanannya.Jimmy mengulurkan jemarinya ke wajah Avery yang mulus tidak bercela. “Kau harus beristirahat. Apa kau tidak tidur semalaman? Kau pucat sekali!”Jimmy tidak tahu mantan kekasihnya yang galak dan cantik itu bisa terlihat sangat syok seperti ini. Bahkan sewaktu mereka putus, Avery menguap lebar dan tampak tidak acuh – yang mana langsung membuat Jimmy murka. Tetapi, gadis di hadapannya itu sekarang seperti akan ambruk kapan saja. Matanya sembab dan kosong – yang mana sangat tidak masuk akal bagi Jimmy.Avery menepis tangan Jimmy dengan kesal. Dia tahu dia seharusnya tidak heran melihatnya disini. Jimmy
Ian menghentak-hentakan kaki dengan tidak sabar.“Kenapa kau tidak melakukan apapun!?” serunya marah.Lock berusaha mengabaikan bocah itu selama beberapa hari terakhir, tapi tampaknya tak begitu berhasil. Bukannya berhenti berbuat ulah, Ian malah menjadi-jadi. Benar-benar tipikal bocah menyebalkan. Akhirnya, Lock membuka mata dan menoleh.“Aku sedang melakukan sesuatu.”“Apa? Mengupil? Tidur? Kau tidak melakukan apapun selama beberapa hari ini!”Lock mendesah. Ia tidak menyangka akan tiba hari dimana ia lebih memilih mendengar celotehan Iophel dan Rael dibandingkan orang lain. Bagi Lock sekarang, rengekan Iophel bagaikan nasihat bijak Ibu-ibu, dan kesarkastisan Rael terdengar seperti senandung puji-pujian. Suara Ian? Seperti hewan yang disembelih.“Kau melihat sendiri aku babak belur, ‘kan? Aku sedang menyembuhkan diri.”Ian mengerutkan kening. “Kau terlihat amat san
“Tuan Putri dan kakakku akan melangsungkan upacara pernikahan sebentar lagi – setelah mereka pulang dari Easteria. Hari ini mereka berdua tiba di Istana Easteria dan aku.. aku mulai tidak tenang..” Rigan meragu sejenak. Ia mencondongkan tubuh dan meminta Lock untuk mendekat. “Akhir-akhir ini, Ares melakukan hal yang sangat mencurigakan. Dia sering pergi malam-malam, melewati jalur belakang dan membawa beberapa orang berpakaian serba hitam. Pada saat kembali ke Istana, biasanya ia akan membawa peti-peti besar yang dibawa ke ruang bawah tanah. A, aku mulai berpikir bahwa apapun yang ia lakukan dengan peti itu, berhubungan dengan.. sesuatu yang tidak baik.”Lock mendengarkan Rigan dengan tenang. Ia sama sekali tidak terkejut mendengarkan berita tersebut. Namun, keraguan Rigan saat mengatakan ‘sesuatu yang tidak baik’ itu membangkitkan keingintahuan Lock.‘Apa yang bakal ia katakan? Sepertinya dia hendak menyebutkan sesuatu t
Beberapa jam kemudian, di sebuah ruangan bawah tanah yang berbau pengap dan lembab, Lock Easton membuka matanya. Dia melihat langit-langit rendah dan kotor yang sekarang mulai terlihat familiar baginya yang telah menginap disana selama 2 hari belakangan. Ia melirik sekilas ke sudut ruangan, tempat Ian sedang tertidur. Yakin bahwa bocah tersebut benar-benar tertidur, Lock bangkit berdiri dan menghampiri pintu.“Kau berhasil bertemu dengan kakek itu?” Lock bertanya sambil berjalan naik ke arah pintu.“Kakek itu terlalu mencurigakan.” Suara Rue terdengar dari balik pintu. Lock tertawa kecil. “Memang.”“Aku mendengar pembicaraan anak buah Ares bernama Gin. Mereka berencana untuk menjual bocah itu setelah upacara pernikahan.”Lock melirik Ian yang bergumam sendiri seperti sedang bermimpi buruk. Bocah itu terlihat menyedihkan.“Mereka tidak akan mendapatkan banyak uang dengan menjualnya.
Di bawah lampu remang-remang, sesosok bocah kurus dan kotor yang memiliki ekspresi keras kepala, licik, dan juga menjengkelkan, muncul dari balik bayang-bayang.“Ta-raaa!” Hiro berseru sembari menunjuk Ian. “Kejutan! Ini bocah yang begitu kau sayangi! Pelipur lara saat kau mendengar wanita yang mirip dengan mantan kekasihmu, menikah!”Tetapi, Lock tidak mendengarkan apapun yang dikatakan Hiro. Ia hanya menatap Ian tanpa berkedip.“Bagus sekali,” kata Lock datar. “Apa mereka menyembelih babimu atau apa disini?”Ian memberengut. “Maxi berhasil pergi!” serunya dengan suara melengking menjengkelkan. Bocah itu terlihat marah, yang mana membuat Lock begitu heran. “Kenapa kau lemah sekali? Katamu kau kuat! Kenapa kau membiarkan mereka menculikmu!?”“Maaf?” Hiro memandangi Ian dan Lock bolak balik sambil bersedekap. “Apa aku salah dengar? Siapa yang kuat?”
“Aku sebenarnya tidak yakin apakah air ini dapat membuatmu tersadar, tetapi aku selalu ingin melakukannya.”Dan suara itu. Lock melirik untuk melihat seraut wajah yang ‘sangat’ ia rindukan. Saat melihat wajah berminyak itu, Lock mendadak sadar dia tadi bermimpi.“Ini benar-benar menyegarkan,” ujar Lock. “Terima kasih.”Travis menyipitkan matanya. “Sepertinya kau suka disiram.”Lock berusaha menarik tubuh bagian atasnya. “Tidak, tapi aku suka disadarkan,” katanya. “Aku senang mengetahui bahwa aku tidak melihatmu di dalam mimpi.”“Aku pun tidak suka melihatmu, bahkan di dalam kehidupan nyata.”“Cukup adil.” sahut Lock, nyengir. Ia kemudian mengedarkan pandang ke sekelilingnya.Dia berada di sebuah ruangan lapang berpenerangan remang-remang. Ditilik dari tak adanya jendela dan kelembaban ruangan tersebut, Lock yakin ia ten
Itu sakit sekali hingga nyaris membuat Lock berpikir untuk pura-pura pingsan. Tetapi, ia tak melakukan itu. Belum, karena ia sedang mempersiapkan rasa sakit lain yang mungkin akan muncul sebentar lagi.‘Oh, dan ngomong-ngomong..’Lock tak punya waktu banyak untuk berpikir lebih lama. Jadi, dia mengerahkan kesempatannya yang terakhir untuk menoleh ke arah Maxi yang masih mengamuk.Manipulatif Aura.Bukan hanya Maxi yang terpengaruh, tetapi juga Gin. Mereka terbelalak dengan wajah penuh ketakutan, satu dengan wujud binatang, satunya lagi dalam bentuk manusia. Tentu saja Lock mengabaikan Gin.“Pergi.” katanya, memberi perintah pada Maxi. Suaranya mengandung aura yang begitu intens.Mata Maxi seketika tampak begitu kebingungan dan takut. Ia menguik dan terhuyung mundur selama beberapa detik sebelum ia kemudian berbalik dan pergi melarikan diri.“Jadi, kau melakukan ini semua untuk menyelamatkan babi? Betapa m
Gin berdecak saat melirik para prajurit yang sedang bersusah payah menghadapi hewan raksasa itu. Beberapa prajurit berhasil melukai si babi, tetapi hewan tersebut bertambah marah dan berusaha melukai siapapun yang berada di dekatnya, termasuk kedua orang yang tengah berkelahi di sampingnya.Sampai saat ini, Lock dan Ares sama-sama mampu menghindar dari serangan si babi dan serangan satu sama lain, tetapi Gin kenal Ares. Pria itu mulai tidak sabar, apalagi dikarenakan Lock melompat kesana kemari seperti monyet lepas.“Aku jadi paham mengapa kau mampu menghadapi si Suku Macan itu.” Samar-samar, Gin mendengar suara Lock Easton. “Kau lumayan.”Lock mengayunkan pedangnya. Gerakannya begitu ringan, seolah ia sedang bermain-main. Orang biasa bakal mengira lengan kurus itu hanya mampu merobek kertas dan tak akan mampu membuat luka kecil atau hanya sekedar luka memar. Akan tetapi, Ares menghindarinya; dan tindakannya tepat. Pedang Lock membelah ta
Gin melirik Ares, yang masih tersenyum kecil, tetapi dengan wajah yang semakin kaku – jelas bukan merupakan pertanda baik. “Aku tidak melihat apa manfaatnya kau mengambil hewan liar itu?” kata Ares dingin. “Kami memerlukannya.” Sebuah teriakan memecahkan suasana mencengkram tersebut, membuat para prajurit rendahan cemas. “…Kann!! Lepas..!” Gin kesal. Seperti dugaannya, membawa bocah kotor itu hanya akan menambah masalah. Ia mengedikkan kepala ke arah salah seorang prajurit yang tengah memandanginya dengan ragu-ragu. Prajurit itu mengangguk paham dan memukul karung tersebut dengan keras, menyuruh bocah itu diam. “Tidak perlu repot-repot melakukan itu. Aku akan mengurusnya.” Lock berkata dengan nada yang masih sama ramahnya. Ia mengerling ke arah Ares sembari tersenyum lebar. “Tidak perlu menjelaskan juga, aku bisa memahami. Berikan bocah itu, dan kau bisa melanjutkan apapun yang ingin kau lakukan.” Gin memandang Lock tersebut tanpa berk
Ledakan terjadi dimana bola-bola itu berhenti menggelinding. Ledakan itu tidak besar, tetapi cukup destruktif dan mengeluarkan api hingga desa mulai terbakar. Seakan mengejek, pasukan Ares memodifikasi bom tersebut hingga lebih menyerupai kembang api; seolah mereka ingin menyaksikan desa tersebut terbakar dengan indah. Suara ratapan dan tangis terdengar dari arah para penduduk, sementara beberapa prajurit tertawa dan bertepuk tangan saat menyaksikan kembang api yang mulai membakar desa. Walaupun melihat apa yang terjadi di bawah, baik Soren maupun Lock tidak beranjak sedikitpun. “Ini berkembang ke arah yang kuinginkan.” kata Soren puas. “Oh, ya? Termasuk kembang api itu?” Soren mengacuhkan komentar sarkas Lock, dan berkata, “Kita temui kakek itu setelah ini.” “Untuk apa?” “Kau bodoh? Tentu saja bernegosiasi. Kakek itu pasti akan memberitahu informasi jika kita berjanji akan membebaskan cucunya.” Lock nyaris tak mampu menahan di