Tanpa setitik keraguan di wajahnya, Eira mengeluarkan busur beningnya, mengarahkannya tepat ke danau – tempat dimana wajah Paragon Rizt terlihat.
“Tunggu. Apa yang kau –“
Namun, bukan Eira namanya bila gadis itu berhenti dan menunggunya berbicara. Ia menembakkan energi ke arah danau. Walaupun terdengar absurd, namun panah yang berasal dari busur gadis itu terbang mengenai dada Paragon Rizt – yang jelas berada di dimensi lain.
Itu sama sekali bukan ilusi. Melihat ekspresi Paragon Rizt yang penuh kesakitan dan amarah, sudah cukup memberitahu Uisho apa yang terjadi – secara garis besar.
Eira menyerang Paragon.
Uisho seketika mengeluarkan senjatanya. “Kenapa kau…!”
“Tunggu sebentar,” kata Eira tanpa menoleh. Ia masih tetap tenang sambil mengamati air danau. “Kau akan melihat sesuatu yang lebih menarik sebentar lagi daripada wajah kakek yang menggemaskan itu.”
T
Orang-orang itu memandang keduanya dengan curiga. Tangan mereka memegang perlengkapan bertani, seperti garu, celurit, dan sebagainya.“Bukan cara menyambut tamu yang ramah, ya?”“Berhenti melempar komentar kurang ajar.”Setelah Soren berkata demikian, ia turun dari kuda dengan gerakan anggun. Padahal, Lock baru saja hendak protes karena menurut hematnya, tampang angkuh Soren jelas beberapa tingkat di atas kategori kurang ajar. Dibandingkan tatapan Soren yang menghina, komentar Lock yang paling brengsek-pun terdengar seperti lantunan karya sastra yang indah.“Pergi dari sini bila kalian ingin menawarkan sesuatu!” hardik salah seorang penduduk. “Kami tidak akan menerima apapun yang kalian tawarkan!”[Oh, aku pernah mendengar kalimat itu sebelumnya di Earthkine! Hei, hei, Manusia! Dimana aku mendengrnya?][Saat kau menonton petugas asuransi ditolak di televisi?]“Benar! Kami tidak aka
“Bukankah ini menyangkut dimensi tempat kau tinggal? Perlukah seseorang memberitahumu bahwa apabila Makhluk Gosong muncul, gubuk reotmu ini tidak akan mampu melindungimu – bahkan dalam waktu setengah menit?” Lock bangkit berdiri untuk membuka jendela yang masih tertutup karena Soren benar-benar mengabaikannya. Jendela itu kotor, jelas tidak pernah dibuka maupun dibersihkan. Lock berhasil membukanya dengan susah payah lalu menghirup udara hutan dalam-dalam. “Kau salah,” jawab Kakek Lau. “Gubuk reotku ini tidak akan bertahan bahkan dalam satu detik. Aku tahu banyak mengenai hal seperti itu.” Lock seketika tertawa mendengarnya. Kakek Lau menatap Lock dengan mata berkilat senang. Lain halnya dengan Soren yang ekspresi wajahnya tampak jengkel permanen. “Aku tidak peduli berapa lama kau akan bertahan,” kata Soren dingin. Suasana mendadak terasa lebih berat. “Tetapi, jika kau ingin kami membantu dimensi tempat kalian tinggal, kau harus membagikan semua infor
Ucapan dan cara Kakek Lau menyingkirkan barang-barang si bocah sembunyi-sembunyi membuktikan bahwa kakek itu tidak ingin cucunya bertemu dengan Lock dan Soren.‘Yang mana itu artinya, bocah ini tahu sesuatu,’ Lock tersenyum. ‘Dan mungkin tidak bisa menutup mulutnya serapat kakeknya.’Lock sadar Kakek Lau tidak akan memberikan informasi sebanyak yang mereka inginkan. Ada sesuatu yang membuatnya tidak dapat memercayai Soren dan Lock, dan Lock tidak menyalahkannya karena Soren memang terlihat seperti orang brengsek tukang ikut campur.“Aku melihatmu keluar dari rumah tadi,” jawab Lock, menunjuk ke belakang dengan ibu jarinya. “dan secara diam-diam.”Bocah itu menggertakkan gigi sebelum ia mengangkat dagunya tinggi-tinggi. “Baiklah, laporkan saja pada Kakek!” ujarnya melengking. “Aku tak peduli!”“Benarkah? Lalu, mengapa kau keluar mengendap-ngendap seperti itu? Wajahmu juga
“Dia tidak mungkin mati,” jawab Lock. “Kau tidak lihat tubuh besarnya? Bagaimana mungkin pukulan kecil seperti itu membuatnya mati?”[Kau menggunakan ‘Caera’ untuk memukulnya. Dia bisa saja mati meskipun kekuatan tinjumu terasa seperti cubitan bayi untukku.]Lock mengabaikan komentar Rael. Walaupun dia tidak dapat mengelabui Rael dan Iophel, perkataan Lock jelas terdengar masuk akal di telinga si bocah.Nguik..Babi itu mengeluarkan suara lemah, yang segera disambut oleh desahan dan tangisan lega sahabatnya. Yang tidak diketahui bocah itu adalah, Lock juga lega karena babi hutan itu tidak mati. Sedikit.‘Jika dia mati, bocah ini tidak akan buka mulut.’“Mengapa kau menghajarnya seperti itu!? Dasar orang asing barbar! Tidak heran Kakek menyuruhku untuk menjauhi kalian!”Lock bersandar pada sebuah pohon dan melipat tangannya di depan dada. “Bukankah kau terlebih
“Anda cantik sekali, Nona Aeri.”Aeri mendongak mendengar ucapan pelayannya. Matanya bertemu dengan matanya sendiri di cermin. Rambutnya sudah dikepang dengan rapi membentuk mahkota, lengkap dengan jalinan bunga yang menambah kesan elegan dan cantik di rambut panjangnya yang bergelombang.Pelayan Aeri membantu nona-nya bangkit berdiri, lalu menyemprotkan minyak wangi beraroma segar ke tubuh rampingnya yang sudah mengenakan gaun panjang bewarna putih gading.“Nona,” seorang pelayan datang menghampiri Aeri sambil membungkukan tubuh. “Tuan Muda Ares datang menjemput Nona.”Aeri mengangguk. “Baiklah. Aku akan keluar beberapa menit lagi.”Pelayan tua setia-nya datang menghampiri dan membetulkan posisi gaun Aeri. “Anda sungguh beruntung, Nona. Tuan Muda Ares sangat mencintai Nona.”Aeri tersenyum, tetapi tidak menjawab. Matanya kembali menatap cermin, melihat tatapan kosong seorang wanita
Dua hari telah berlalu sejak malam perjamuan terakhir dengan Raja Ergo. Setelah makan malam tersebut, tidak ada satupun [Yang Terpilih] yang mendatangi jamuan makan malam bersama sang Raja, meski mereka diundang secara terbuka untuk datang kapanpun mereka mau. Sebenarnya, mereka tidak datang bukan karena mereka sangat sibuk – karena mereka sama sekali tidaklah sibuk – melainkan karena Soren melarang. Sejak kedatangan [Yang Terpilih] di Dimensi Waveryn, tidak ada penyerangan oleh Makhluk Gosong lagi. Dua hari lamanya mereka berenam bergiliran menyusuri tempat-tempat mencurigakan di malam hari hingga subuh, tetapi nihil. Fakta ini tentunya membuat Soren jengkel. “Kau pasti senang bisa mengintai di gorong-gorong dan tempat sampah seperti keinginanmu, ‘kan, Lock Easton?” tanya Soren pada suatu hari. “Jadi, lakukanlah.” Dan Lock menjadi sasaran kejengkelan Soren. Lock belum memberitahu siapapun mengenai hasil percakapannya dengan Ian. Buka
Malam hari di Dimensi Waveryn sebenarnya sangatlah indah. Bintang-bintang dan bulan bersinar lebih terang daripada di Earthkine, semilir angin sejuk dan aroma dedaunan sejuk tanpa polusi begitu menyegarkan.Dahulu, sebelum terjadi peristiwa penyerangan oleh Makhluk Gosong, para penduduk Westeria gemar mengadakan pasar malam. Mereka membuka toko, menggantung lampion-lampion dan dekorasi, juga mengadakan permainan dan pertunjukan. Kegemaran mereka itu sempat ditunda selama beberapa saat karena Makhluk Gosong, namun malam itu, pasar malam dibuka kembali, yang disambut dengan baik dan penuh sukacita.Seorang wanita berjalan menembus kerumunan sembari mengenakan jubah sutra yang memiliki tudung untuk menyembunyikan wajahnya. Rambut panjang yang menjadi ciri khasnya dikepang dengan rapi mengikuti gaya rambut penduduk setempat.“Wah, ini benar-benar ramai… Nona, apakah tidak berbahaya..?”Aeri menggandeng tangan pelayan pribadinya, Chiza, menc
Aeri menunduk dalam, tak mampu mengangkat wajah. Di sampingnya, Lock sedikit membungkuk agar dapat mengamati wajah Aeri dengan lebih baik.“Kau tidak apa-apa? Wajahmu memerah.”Aeri menggeleng. “Aku hanya sedikit kepanasan.”Lock tidak mendesak Aeri lebih jauh dan duduk lebih santai dengan kedua tangan yang di rentangkan ke belakang untuk menyangga tubuh. “Benar, ini panas sekali.” katanya, setuju dengan ucapan Aeri. Ia menghirup udara dalam-dalam, berusaha membuat badannya kembali dingin.Aeri mengintip pemuda tersebut dengan sembunyi-sembunyi. “Kenapa kau berlari seperti itu?” tanyanya penasaran.Lock menatap Aeri selama sepersekian detik sebelum ekspresi teringat melintas di wajahnya. “Ah, sial. Aku lupa,” ujarnya. Ia memijit pangkal hidungnya dengan jengkel sesaat, sebelum raut wajahnya kembali datar. “Yah, apa boleh buat.”Aeri mengerjap bingung mendapat jawaban ter