Keana melongo, sedangkan Arthur telah melepaskan jabatan tangannya dengan Jack. Tapi buru-buru Keana menguasai diri. Tapi, sungguh, Arthur yang tiba-tiba berbicara itu sangat mengejutkannya. Semenjak tadi pria itu hanya diam, seperti tidak tahu apa-apa.
"Kalian sendiri kenapa ada di sini?" Jack bertanya kepada Keana. Sedikit curiga karena tidak biasanya Keana berjalan-jalan dengan seorang pria yang terlihat seperti 25 tahu ini.
"A-aku hanya ingin jalan-jalan, dan kebetulan aku bertemu dengan Arthur di sini," jelas Keana dengan kebohongannya, dalam hati ia meringis karena banyaknya kebohongannya hari ini. Maafkan aku, Jack.
"Benarkah? Bukan kencan?" Angelina bersidekap menatap pasangan di depannya, dengan cepat Keana melepaskan genggaman tangan Arthur.
"Tentu saja bukan!" bantah Keana.
"Okay, kalau begitu aku dan Angelina pergi dulu." Jack dan Angelina pun berlalu, meninggalkan Arthur dan Keana di gerbang masuk pantai. Keana menarik tangan Arthur ke tempat yang sepi.
"Sejak kapan?" tanya Keana penuh selidik.
Arthur menatap Keana. "Apa?" jawab Arthur.
"Sejak kapan kau bisa berbicara?" Keana dengan kesal kembali bertanya, tidak tahukah dia bahwa Keana sudah naik darah?
"Tadi pagi," kata Arthur enteng. Dan Keana sudah pasti benar-benar naik darah.
"Tadi pagi? Dan kau hanya diam?!" Keana menatap tajam Arthur, sedangkan Arthur menatap polos ke arah Keana.
Keana menarik nafas kemudian membuang-buang, ia kaan menenangkan diri. Tidak baik marah-marah. Setelah berhasil, Keana berujar kepada Arthur. "Ah, sudahlah sekarang kita pulang saja." Keana duluan berjalan, membiarkan Arthur mengikutinya di belakang.
~~~
"Honey, kau yakin pria tadi adalah teman Keana?" Saat ini Jack dan Angelina sedang berjalan-jalan di tepi pantai. Ia masih terpikir sahabat perempuannya tadi.
Angelina menoleh menatap Jack. "Entahlah, mungkin iya," jawab Angelina seadanya.
"Entah kenapa aku merasa tidak yakin, aku tahu bagaimana kepribadian Keana, dia tidak bisa menerima orang dengan mudah." Jack mengusap dagunya, berfikir mengenai Keana dan Arthur.
"Saat bersamaku kau masih saja memikirkan Keana," Angelina cemberut, membuat Jack mengusap pucuk kepala Angelina dengan sayang.
"Jangan cemburu, dia hanya sahabatku," kata Jack menenangkan kekasihnya yang pecemburuan ini.
~~~
Keana baru menyadari bahwa beberapa orang memperhatikan dirinya, ah, tidak! Lebih tepatnya memperhatikan Arthur. Keana berhenti lalu menoleh ke sekitarnya dan benar saja, mereka memperhatikan Arthur dengan pandangan aneh. Tatapan Keana beralih ke Arthur yang juga berhenti.
Pantas saja, batin Keana.
Seharusnya Keana lebih peka, pakaian yang dipakai Arthur terlihat sangat aneh di tubuhnya, apalagi pakaian itu tertinggal zaman dan kekecilan. Rambut Arthur yang ia potong seadanya juga terlihat tidak bagus.
"Arthur, kau nyaman dengan pakaian itu?" tanya Keana membuat Arthur menatap bingung pada Keana.
"Nyaman?" Arthur bertanya balik. Ia merasa biasa saja.
"Ya, maksudku kau tidak malu berpakaian seperti itu?" Keana menggaruk kepala bagian belakangnya.
"Malu?"
"Ya, semacam kau tidak ingin memakainya karena dilihat oleh orang," ujar Keana menjelaskan.
Arthur paham. "Tidak apa-apa," jawab Arthur seraya memberikan senyumnya.
"Baiklah, sebaiknya kita cepat pulang, ada beberapa hal yang harus ku tanyakan padamu." Keana melangkahkan kakinya di trotoar, sedangkan Arthur mengekor di belakangnya.
~~~
"Nama?"
"Arthur."
"Asal?"
"Laut."
"Usia?"
"Tidak tahu."
"Hah ...." Keana menghela napas, Arthur yang duduk berhadapan di depannya menatap semangat pada Keana. Saat ini mereka duduk di ruang makan, saling berhadapan dengan meja sebagai pemisahnya.
"Kenapa kau bisa tiba di sini?" Keana lanjut bertanya. Keana penuh dengan rasa ingin tahu dan selama Arthur ada di sini kenapa ia tidak bertanya, bukan?
"Karena dibawa Keana," jawab Arthur polos.
Keana berdecak kesal mendengar penuturan Arthur. "Aish, maksudku bagaimana kau bisa di tepi pantai itu?" Keana mengepalkan tangannya. Arthur ternyata sangat menyebalkan jika bisa bicara.
"Karena ada manusia yang mengejar," jawab Arthur.
"Kenapa harus lari ke pantai?" Keana mendekatkan wajahnya pada Arthur. Cukup heran, padahal Arthur bisa saja masuk ke lautan yang dalam. Lautan dalam hingga manusia tidak bisa mengejarnya.
"Tidak tahu, seperti ada yang menarikku untuk berenang ke sana." Arthur ikut-ikutan mendekatkan wajahnya hingga jarak mereka semakin dekat.
"Lalu?"
"Lalu bertemu Keana," ujar Arthur. Keana tersentak dan menyadari bahwa jaraknya sangat dekat dengan Arthur. Buru-buru Keana menjauhkan wajahnya. Apa-apaan itu tadi.
Keana memutar bola matanya. "Sudahlah, nanti dilanjutkan, sebaiknya aku memasak makan malam." Keana bangkit dari duduknya.
"Keana, boleh pinjam ponsel?" Langkah Keana terhenti mendengar ucapan Arthur barusan, dengan cepat ia berbalik menatap Arthur.
"Ponsel? Kau sudah tahu ponsel?"
Arthur mengangguk, sepertinya ia masih penasaran dengan beberapa film yang ada di ponsel Keana. Benda pipih berbentuk persegi panjang itu dapat memuaskan rasa ingin tahunya.
"Baiklah." Keana menyodorkan ponselnya, sebelumnya ia membuka aplikasi YouTube dan membiarkan Arthur menonton film yang telah diunduhnya.
Keana meninggalkan Arthur yang menonton film di meja makan, ia akan memasak untuk makan malamnya dan Arthur.
~~~
"Keana, apakah benar menikah itu hidup bersama sampai tua?" tanya Arthur, film yang ditontonnya sering membahas pernikahan. Di sana ia melihat dua orang, laki-laki dan perempuan hidup berbahagia sampai tua.
Keana meneguk air. "Hmm, ya begitulah." Keana lanjut menyuapkan sendok kedalam mulutnya.
"Kalau begitu, aku mau menikah dengan Keana saja," ujar Arthur ceria, membuat Keana tersedak. Arthur memang tidak berpikir dulu.
"Uhuk ... Uhukk." Keana kembali menyambar air minum dan meneguknya.
"Keana tidak apa-apa?" Arthur menatap khawatir pada Keana. Keana mengangguk.
"Pernikahan itu bukan hal yang main-main, aku mau menikah dengan orang yang aku cintai dan pastinya ia juga manusia," terang Keana lalu ia lanjut memakan makan malamnya. Tanpa ia sadari Arthur menjadi murung.
"Kalau aku manusia, apakah Keana mau menikah denganku?" gumam Arthur.
"Aku akan bekerja, kau tunggu saja di rumah, aku juga sudah meninggalkan makan untuk makan siang mu nanti," ujar Keana seraya memakai sepatunya, tidak mungkin rasanya jika ia membawa Arthur ikut bersamanya nanti Jack pasti akan bertanya-tanya. Jack memang cerewet, tapi begitu peduli kepada. Sahabat pirangnya itu memang selalu begitu."Apakah tidak boleh ikut?" Arthur menatap Keana memohon. Ia ingin ikut dengan Keana.Keana menggeleng. "Tidak bisa, ini pakailah ponselku dari pada kau bosan dirumah." Keana menyodorkan ponselnya kepada Arthur. Arthur menerimanya tapi jelas sekali raut tidak rela di wajahnya."Tapi-""Di rumah saja, nanti aku usahakan cepat pulang," potong Keana. Arthur sudah seperti anak kecil saja ya g minta dibawa.Arthur menunduk, ada rasa tidak rela di dalam hatinya ketika Keana melangkahkan kakinya keluar dari rumah. Arthur tidak ingin kesepian."Dah ...
TokTokTok"Arthur!" Keana mengetuk pintu depan rumahnya, namun tidak ada jawaban. Kembali Keana mengetuknya tapi sama saja. Tidak ada respon. Keana memutuskan untuk mendorong pintu yang tidak dikunci itu lalu masuk dalam rumah."Astaga!" Di atas lantai sana, Arthur sedang tidur dengan posisi tengkurap, Keana menggelengkan kepalanya lalu mendekati Arthur. Padahal ada kasur angin yang bisa digelar untuk tidur, tapi Arthur malah memilih untuk tidur di lantai."Hei, Arthur," panggil Keana pada Arthur yang tak kunjung bangun. Keana menggoyangkan bahu Arthur, pria ini harus bangun.Usaha Keana berhasil, Arthur perlahan membuka matanya, menguceknya lalu duduk. "Keana!" Arthur yang melihat Keana langsung saja menghambur memeluknya, hingga gadis itu terjungkal ke belakang dengan posisi Arthur yang menindihnya."Aduh, berat," protes Keana sembari mendorong dada Arthur yang menghimpitnya. Ap
"Keana, pria tadi siapa?" tanya Arthur begitu mereka telah sampai di rumah, saat ini jam menunjukan pukul 6 sore dengan langit yang tadinya berwarna biru telah berganti dengan warna oranye. Mereka cukup lama menghabiskan waktu.Keana menatap Arthur, ia bisa menangkap nada jengkel yang pria itu katakan. Meski tidak terlalu kentara. "Arlan? Dia hanya kenalan, tadi tidak sengaja aku bertemu denganya, kenapa?" Keana balik bertanya setelah menjelaskan siapa pria tadi.Arthur mengalihkan pandangannya, ia menatap dinding rumah. "Dia seperti orang jahat," komentar Arthur. Keana mengerinyit heran, kenapa Arthur bisa berfikiran seperti itu?"Jahat? Bagaimana kau bisa tahu?""Dia itu selalu mengajak Keana berbicara tidak hanya itu ia juga mencoba mendekati Keana, seolah-olah ingin merebut Keana dariku." Kalimat terakhir hanya mampu Arthur katakan hati.Keana terkekeh, kenapa Arthur aneh begini. A
"Jack, ada yang ingin ku bicarakan dengan mu," ujar Keana. Saat ini ada yang harus ini bicarakan dan ini penting.Jack menaikan alisnya, kenapa Keana tidak langsung mengatakannya saja? "Apa?"Keana melirik sekitarnya, di sini terlalu ramai. "Bisakah kita bicara di ruanganmu saja?" pinta Keana."Baiklah." Mereka pergi ke ruangan Jack. "Jadi apa?" tanya Jack, ia duduk di kursi kerjanya. Sedangkan Keana berdiri di depan.Keana terlihat agak ragu, gadis itu sesekali menghela nafas. "Aku ingin mengajukan pengurangan jam kerja, maksudku aku ingin bekerja sampai jam 3 dan kau boleh memotong gajiku." Keana menunduk dan meremas tangannya sendiri, Jack memang sahabatnya tapi tetap saja ia merasa tidak enak.Jack terdiam sama halnya dengan Keana yang berharap-harap cemas. "Baiklah, tapi apa alasannya?" Akhirnya Jack bersuara. Keana mengangkat wajahnya. Apa yang harus ia katakan? Apakah ia harus jujur jika
"Jack!"Keana terkejut begitu Jack datang dan memukul keras kepala Arthur dengan vas bunga hingga vas bunga itu pecah. Jack menghampiri Keana dan langsung menyingkirkan tubuh Arthur, mendorongnya hingga Arthur jatuh di lantai."Kau tidak apa-apa?" Jelas sekali raut cemas di wajah Jack, ia memindai tubuh Keana dari atas ke bawah. Jack membuka blazernya dan menutup bagian tubuh Keana yang terbuka.Jack merogoh ponselnya. "Aku akan lapor polisi." Jack mendial nomor polisi.Keana yang melihat itu panik. "Tunggu!" cegah Keana. Sebenarnya Keana merasa ada yang aneh, kenapa Arthur bisa melakukan ini. Arthur itu polos. Keana tahu itu.Jack menatap Keana. "Ada apa? Keana?" Jack heran, ini pelecehan dan pelaku harus dilaporkan. Kenapa Keana mencegahku."Ugh." Arthur mengusap kepalanya, lalu berdiri. Kepalanya sedikit terasa sakit kerena ia merasa terkejut luar biasa tadi. Ketika mel
"Ugh ...." Jack memegang kepalanya, saat kejadian tadi melintas di benaknya, langsung saja Jack terlonjak bangun. "Keana!" Jack menarik Keana dan menyembunyikan tubuh Keana di belakangnya. Arthur bukan manusia, dan bisa saja ia membahayakan Keana. Begitulah yang ada di pikiran Jack.Keana mendengus melihat apa yang dilakukan oleh Jack, padahal ia baru bangun dari pingsannya. Arthur sendiri menatap tidak suka pada Jack, Jack sama saja dengan pria jahat itu, mau memisahkanya dengan Keana, begitu pikirnya."Sudahlah Jack, jangan berlebihan." Keana memberikan teguran pada Jack. Ia maju agar ia berada di tengah-tengah Jack dan Arthur.Jack menatap Keana dengan kesal. "Aku tidak berlebihan, Keana. Bagaimana kau bisa tinggal dengan makhluk seperti dirinya?" sergah Jack. Keana memegangi keningnya, kenapa Jack bisa seoverprotektif ini padanya, jika Angelina melihat pasti akan terjadi salah paham."Keana punyak
Pria 26 tahun itu mengusap wajahnya, lagi-lagi mimpi itu, mimpi yang selalu menghiasi tidur lelapnya. Gadis yang selalu hadir dalam mimpi-mimpinya, gadis yang memandangnya berbeda dan satu-satunya gadis yang tidak peduli dengan statusnya anak siapa. Ia bangkit dari ranjangnya, ia harus mempersiapkan sesuatu. Hari ini ada operasi dan ia harus melakukannya.Pria itu melangkahkan kakinya memuju sebuah ruangan, tak lama kemudian ia keluar dengan memakai baju operasi lengkap dengan sarung tangan dan masker. Pria dengan warna rambut cokelat itu melangkah menuju tempatnya yang akan melakukan operasi."Tidak! Kumohon jangan lakukan ini." Suara itu menjadi penyambutnya ketika ia memasuki ruangan dimana ia akan melakukan operasi. Di atas ranjang sana, terbaring seorang wanita dengan tangan dan kaki yang terikat. Di sampingnya berdiri beberapa pria yang berpakaian sama seperti dirinya.Dia mengambil beberapa pisau bedah yang akan
"Hehehe, Arthur memang suka bercanda." Keana berusaha mencairkan suasana. "Ah, aku ke belakang dulu," lanjutnya. Keana pergi ke belakang karena ada beberapa hal yang harus diurusnya. Arthur juga akan mengikutinya namun tanganya ditahan oleh Emilia. Arthur menaikkan alisnya dengan pandangan bertanya."Bisakah kita duduk di sana, aku ingin mengenalmu," ajak Emilia, tidak lupa ia memberikan senyuman yang entah kenapa membuat Arthur merinding karenannya. Ia hanya menyukai senyum Keana. Keana mendengarnya namun Keana tetap melangkahkan kakinya."Tidak bisa aku-"Tahu Arthur akan menolaknya, Emilia memegang tangan Arthur. "Ayolah," potong Emilia. Gadis yang berdandan modis itu Arthur ke sebuah meja pelanggan.Setelah duduk Arthur meneliti Emilia, menurutnya wanita di depannya ini jahat. Mau memisahkanya dengan Keana juga. Pikiran Arthur tidak jauh-jauh dari itu. Keana, Keana, dan Keana."J
Deburan suara ombak menjadi latar belakang suara perpisahan mereka, Arthur kini telah berada di dalam air, tubuhnya juga sudah menjadi setengah bukan lagi. Di daratan sana Jack dan Angelina memandang mereka berdua dari jauh, membiarkan Keana mengucapkan perpisahannya dengan Arthur. Hari juga telah menjadi gelap dan di pantai ini sangat sepi satu-satunya penerangan adalah bulan purnama yang bersinar terang di atas sana."Keana ...."Keana menghapus air matanya, ia benci ini. Keana selalu membenci perpisahan, perpisahan selalu meninggalkan luka di hatinya dan butuh waktu untuk sembuh, perpisahan selalu meninggalkan lubang di hatinya. Baru beberapa bulan yang lalu ia merasa hatinya penuh sekarang Keana harus kembali merasakan hatinya remuk kembali."Arthur, kau harus kembali. Pergilah yang jauh, jangan sampai ada manusia yang menemukanmu!" Air mata Keana semakin bercucuran ketika ia mengatakan itu, hatinya menolak perpisahan
"Keana, sebaiknya kau di belakang saja, ketika aku melawan mereka kau carilah cara untuk membebaskan Arthur, oke?" Jack mengambil sebuah batang besi yang berada di dekatnya, ia cukup heran mengapa di ruangan ini terdapat banyak besi yang rata-rata sepanjang 1 meter itu .Keana khawatir dengan Jack. "Jack, kau yakin?" tanya Keana. Jack akan melawan dua orang gila di depannya, jika Angelina tahu pasti Angelina akan melarang Jack melakukan itu.Jack tersenyum pada Keana, jenis senyuman yang menenangkan. "Tenang saja, aku masih muda. Melawan orang tua seperti mereka tidak masalah buatku." Jack maju dan Keana tidak dapat mencegah Jack ketika pria itu memulai serangnya.Erwin dan Jeff juga begitu, mereka langsung menuju Jack dengan berlari, tidak lupa besi yang mereka bawa. Dan pertarungan antara mereka pun tidak dapat dielakkan."Matilah!"Sementara itu, Keana lewat di tepi, ia menuju Arthur yang terikat di dalam sebuah kotak. Setengah badan Arthur bera
"Sial, bagaimana ini terjadi?!" Jeff hanya bisa mengumpat ketika laboratorium miliknya diterobos begitu saja oleh beberapa orang-orang yang tidak diketahui siapa dan apa tujuan mereka. Sekarang mereka semua berada di depannya, beberapa dari mereka berpakaian baju hitam dengan lambang seperti berasal dari suatu organisasi."Siapa kalian? Apa kalian berasal dari pemerintahan?" teriak Jeff. Orang-orang itu tidak mendengarkan, mereka malah masuk dan menerobos melewati Jeff dan Erwin yang mencoba menahannya. "Sialan, jangan masuk ke sana. Kalian tidak ada hak untuk melakukan ini!" Erwin menahan salah satu orang yang melewati mereka begitu saja.Orang yang menerobos itu, Detektif Han menatap Jeff dengan pandangan datarnya. "Dan kalian tidak bisa melakukan percobaan ilegal seperti itu terhadap Arthur, sekarang kami akan mengambil Arthur itu kembali."Jeff terkejut, maupun dengan Erwin. "Sial, bagaimana mungkin ...." Jeff tidak tahu bagaimana mereka mengetahui ini, d
Arlan beserta para bawahannya telah diserahkan ke kantor polisi beserta beberapa barang bukti. Gadis yang diculik itu juga dijadikan sebagai saksi dan dimintai keterangan, meski sedikit trauma tapi ia bisa mengatasinya. Sekarang tinggallah Keana yang harus segera mencari keberadaan Arthur."Dari data yang diperoleh memang benar, jika Arlan memiliki ayah yang dulunya adalah seorang ilmuwan. Tapi sekarang ia sudah tidak aktif lagi melakukan penelitian karena dulu ia pernah melakukan penelitian ilegal dan ia dipenjara selama beberapa tahun. Pria itu bernama Jeff Adison."Detektif Han membacakan data yang ia dapatkan dari pihak kepolisian, mudah sekali berurusan jika kau memiliki orang dalam. Dalam waktu secepat itu ia sudah memiliki data lengkap tentang Jeff Adison berserta alamatnya."Tapi kita tidak tahu dimana ia menyembunyikan Arthur."Keana tidak menyangka akan sesulit ini, Arthur memang tidak cocok ada di daratan. Setitik rasa penyesalan menyerang Kean
Arlan menatap waspada pada Detektif Han yang tiba-tiba saja telah ada di markasnya ini, ia tidak tahu bagaimana Detektif ini bisa berada di sini, tapi ia yakin dirinya pasti telah diawasi selatan beberapa hari hingga Detektif Han itu mengetahui markasnya. Tidak hanya itu Keana juga datang dan berdiri di sana."Arlan, apakah kau yang menculik Arthur?" Keana mendekat kepada Arlan dan langsung menodongnya dengan pertanyaan itu.Sekarang semua sudah jelas, pembunuh Emilia sudah diketahui dan semua bukti dan tuduhan itu mengarah kepada Arlan yang kini sedang berdiri di depan pintu masuk markas. Di belakangnya ada 5 orang yang Jack tahu adalah orang yang menyerangnya dengan Arthur, sekarang mereka juga memakai masker dan Jack masih ingat dengan mata mereka semua.Arlan menatap Keana datar. "Tidak," jawabnya singkat.Kedatangan Detektif Han tidak sendiri, ia bersama dengan beberapa bawahannya, Jack juga datang tapi tidak dengan Angelina. Angelina katanya ada uru
Begitu mengkonfirmasi jika Arlan adalah orang yang melakukan penculikan, Detektif Han langsung melakukan penyelidikan menyeluruh terhadap Arlan dan anak buahnya. Diam-diam Detektif Han mengikuti dan memata-matai Arlan Adison. Butuh dua hari hingga akhirnya Detektif Han menemukan sesuatu yang mengejutkannya."Itu adalah tempat semacam markas, tidak tahu apa yang ia lakukan di sana karena dari luar sana itu hanya terlihat seperti rumah biasa. Kami juga menemukan beberapa pria berpakaian serba hitam keluar masuk di sana, sepertinya mereka adalah orang yang terlibat mengingat ia memiliki akses untuk itu."Detektif Han memperlihatkan sebuah Vidio yang telah ia sambungan terhadap proyektor agar semuanya bisa melihatnya dengan jelas. Ia memang telah memasang kamera di sekitar markas Arlan itu dan benar, mereka melihat Arlan keluar masuk dalam beberapa waktu di sana.Keana menatap itu dengan pandangan gelisah. "Jadi, apa mungkin A
Ketika Arthur sadar lagi-lagi ia berada di tempat yang berbeda, kali ini ia berada di dalam sebuah wadah yang terbuat dari kaca dan terisi air. Bedanya kali ini lebih besar hingga ia bisa bergerak bebas. Ah, tidak bebas juga karena ketika Arthur hendak bergerak ia merasa tangannya terikat kuat."Ugh." Arthur mencoba menarik kuat tangannya, tapi rantai yang mengikatnya itu sangat kuat. Tidak hanya itu tangannya juga dipasang semacam sarung tinju itu hingga Arthur tidak mungkin bisa menggunakan cakar beracun miliknya."Argh, kenapa aku ada di sini?" Arthur mencoba mengingat kenapa ia bisa berada di sini hingga sebuah ingatan melintas di benaknya, ia ingat kalau ia di suntik oleh sesuatu yang membuatnya tidak sadarkan diri.Arthur mengedarkan pandangannya, ia di dalam ruangan aneh. Di sekitarnya terdapat tabung-tabung yang terisi.oleh sesuatu benda yang Arthur tidak tahu apa karena ia tidak bisa melihatnya terlalu jelas. Ia b
Cukup sulit untuk membawa Arthur naik ke mobil, jadi satu-satunya cara yang dilakukan oleh Jeff adalah dengan membiusnya. Untuk saja di dalam markas Arlan ini terdapat bius yang biasanya di gunakan oleh Arlan. Sekarang Arthur sudah tidak sadarkan diri di dalam kotak kaca itu, masih dengan wujud Merman-nya."Kalau begitu, kami akan membawanya," ujar Jeff pada Arlan. Sedangkan Arlan tidak berbicara banyak, ia hanya mengedikkan bahunya tanda ia tidak terlalu peduli dengan hal itu."Ayo, Erwin. Bantu aku mengeluarkannya." Erwin yang di panggil pun mendekat. Jeff membuka bagian atas kotak kaca itu dengan kunci yang telah Arlan berikan. Total di sana ada dua gembok yang harus mereka buka.ClakBagian atas kaca itu telah terbuka, sekarang mereka hanya tinggal mengeluarkan Arthur dari sana. Jeff lebih dulu menarik tubuh bagian atas Arthur keluar dan Erwin membantu mengangkat bagian bawahnya."Berat juga, Erwin taruh di lantai dulu." Arthur yang berwujud ma
Arthur tidak tahu sudah berapa lama ia berada dalam kotak kaca ini, yang pasti ia tahu jika ia akan melewatkan ulang tahun Keana. Memikirkannya membuat Arthur sedih padahal ia sudah menyiapkan hadiah untuk Keana.KorekSuara pintu terbuka mengalihkan pikiran Ndan perhatian Arthur, ia menolehkan kepalanya ke arah pintu dan menemukan Arlan berdiri di sana. Perlahan Arlan melangkahkan kakinya dan mendekati Arthur.Spontan Arthur menegakkan kepalanya yang awalnya ia sandarkan ke dinding kaca itu. "Arlan, lepaskan aku!"Arlan mengisap rokok yang ada di bibirnya dan membuang asapnya, ia menatap Arthur dengan pandangan datar. "Setelah ini kau akan dibawa, hanya tinggal menunggu beberapa menit hingga kau menjadi objek penelitiannya."Arlan telah menelepon Jeff, dan begitu mendengar Arlan berhasil menangkapnya Jeff sangat senang. Jeff bahkan langsung bergegas untuk menjemputnya dan Arlan sendang menunggu untuk itu. "Ah, satu lagi. Aku dengar dari anak