"Bisakah kita duduk di sana, aku ingin mengenalmu," ajak Emilia, tidak lupa ia memberikan senyuman yang entah kenapa membuat Arthur merinding karenannya. Ia hanya menyukai senyum Keana. Keana mendengarnya namun Keana tetap melangkahkan kakinya.
"Tidak bisa aku-"
Tahu Arthur akan menolaknya, Emilia memegang tangan Arthur. "Ayolah," potong Emilia. Gadis yang berdandan modis itu Arthur ke sebuah meja pelanggan.
Setelah duduk Arthur meneliti Emilia, menurutnya wanita di depannya ini jahat. Mau memisahkanya dengan Keana juga. Pikiran Arthur tidak jauh-jauh dari itu. Keana, Keana, dan Keana.
"J
"Apa kau bilang!? Landak pirang?" Jack berkacak pinggang begitu mendengar sebutan Arthur untuknya, mengabaikan Keana yang menutup mulut menahan tawa. Rambut Jack memang pirang tapi dari mana asal landaknya? "Kau memang terlihat seperti landak," kata Arthur. Bisa kalian bayangkan betapa kesalnya Jack saat ini. "Ahahaha." Keana tidak lagi dapat membendung suara tawanya. Jack dan Arthur sangat lucu. Perdebatan mereka entah kenapa menjadi hiburan tersendiri untuk Keana, selama tidak main fisik Keana merasa tidak masalah. "Keana!" Lihat, bahkan Jack dan Arthur serempak memperingati Keana. Keana menghentikan tawanya, tapi perutnya masih bergetar. "Oke, Jack kalau begitu aku pulang dulu." Keana cekikikan lalu keluar dari ruang kerja Jack diikuti Arthur. Tapi sebelum Arthur keluar, Jack
Jack keheranan melihat Angelina datang kerumahnya dengan menangis tersedu-sedu, tampilan Angelina pun tampak kacau. "Kenapa, Angel?" tanya Jack, mereka masih di depan pintu dengan Angelina memeluk erat Jack. "Dia kembali, Jack." Jack tersentak, ia tahu siapa yang dimaksud dengan 'dia'. "Bagaimana bisa?" Jack mengurai pelukannya, menatap tepat dikedua manik Angelina yang berair. Angelina saat ini terlihat sangat rapuh. "Dia meminta kembali dengan Papa, setelah semua yang ia lakukan," lirih Angelina. Jack membawa kekasihnya itu masuk ke dalam rumah. "Minumlah." Jack memberikan Angelina segelas air lalu duduk di sampingnya kemudian mengusap pipi Angelina yang basah. Jack yakin jika Angelina saat ini pasti merasa sangat hancur. Angelina meminum air
Arlan tidur terlentang di atas ranjangnya, matanya menerawang menatap langit-langit kamarnya. Memikirkan pertemuannya dengan Keana. Arlan masih tidak menyangka jika Keana adalah gadis kecilnya, karena itu ia harus mendekatinya pelan-pelan. Dilihat dari karakter Keana yang tidak mudah menerima orang baru. Menurutnya ia sudah memulai awal yang baik, di tambah dengan nomor ponsel Keana yang ada padanya. Hanya saja keberadaan Arthur cukup menganggunya, pria itu terus menempel pada Keana. Awalnya Arlan berniat menjadikan Keana sebagai korban selanjutnya dari bisnis ilegalnya. Bermodal ketampanan untuk menjerat wanita agar masuk perangkapnya dan dengan skill bedah yang dimilikinya tidak sulit baginya untuk menjalankan bisnis jual beli organ. Tapi setelah mengetahui siapa Keana, Arlan mengurungkan niatnya untuk menjadikan Keana korban, Keana sangat
"Bisakah kita bertemu?"Keana mengernyitkan dahinya, heran dengan Arlan yang mengajaknya untuk bertemu. Kemarin mereka sudah bertemu dan berbincang cukup lama. "Maaf, aku sibuk untuk saat ini." Ia memang sibuk, pelanggan saat ini mulai banyak.Untuk sesaat Keana tidak mendengar apa-apa dari telepon hingga ia mendengar Arlan berdehem."Ehm ... Kalau begitu kapan kau ada waktu luang?"Keana menimang-nimang, ia sebenarnya tidak ada waktu untuk bertemu dengan Arlan. Sungguh, ia tidak nyaman. Tapi karena Keana adalah orangnya yang tidak enakkan, akhirnya Keana memberi tahu waktu luangnya. "Nanti aku akan memberi tahumu, sekarang aku sibuk. Aku akan menelepon nanti, ya?"Di seberang sana Arlan tersenyum. "Ya, tidak apa-apa. Aku akan menunggu telepon darimu."Dan panggilan itu berakhir.Keana menghela nafas kemudian ia menyimpan ponselnya kembali ke dalam saku celananya. Ia aka
Keana dan Arthur sama-sama terdiam ketika mereka baru saja keluar dari supermarket. Di hadapannya sudah berdiri Emilia dengan senyum yang entah kenapa tidak disukai oleh Keana, senyuman yang Emilia berikan kepada Arthur."Wow, aku tidak menyangka kita akan bertemu di sini." Emilia membuka percakapan dan mendekat ke arah Arthur.Keana hanya memegang tali tas yang tergantung di tubuh depannya. "Ya, kau juga di sini." Bukan pernyataan tapi pernyataan.Emilia tidak menjawab. "Arthur, apa yang kau lakukan di sini?" tanya Emilia.Arthur mengangkat kantong yang ia bawa. "Aku beli ikan, kami akan makan malam bersama." Arthur sengaja menekankan kata bersama agar Emilia tidak lagi mengganggunya. "Ayo, Keana." Arthur menarik tangan Keana menjauh dari sana.Emilia membiarkannya. Membiarkan Arthur lagi-lagi bersikap tidak ramah terhadapnya. Sikap Arthur yang seperti itu semakin membuatnya tertarik, hanya sa
Sebenarnya Keana ingin menanyakan apa yang Arthur lakukan dengan Emilia kemarin, tapi ia merasa tidak ada hak untuk itu. Selain itu ia juga tidak tahu alasan apa yang harus ia katakan jika Arthur bertanya.Hanya saja, itu tetap mengganjal di hatinya. Soal pikirannya tadi, apakah ia benar jika ia cemburu. Keana juga tidak tahu, ia hanya merasa sedikit tidak suka."Keana kenapa melamun?" Keana tersentak oleh suara Arthur yang menegur dirinya. Ah benar, ia melamun cukup lama dan tidak menyadari jika ia berdiri di ambang pintu penghubung dapur dengan ruangan utama cafe.Arthur memperhatikan Keana dengan seksama, Keana terlihat berpikir sesuatu. Arthur ingin bertanya, tapi Keana lebih dulu pergi."Ah, bukan apa-apa. Aku akan bekerja dulu.""Keana kenapa? Apa aku melakukan sesuatu yang salah? Apakah aku harus bertanya pada Emilia?" gumam Arthur menatap kepergian Keana.Keana terpaku menatap Emilia dan Arthur yang sekarang
Angelina menatap Jack tidak percaya. Jack membentak dirinya, yang jelas pacarnya sendiri demi membela sahabatnya sendiri."Berlebihan? Aku tidak berlebihan. Kau yang berlebihan karena tidak ada batas dengan sahabat perempuanmu itu!" Angelina membalikkan badan dan pergi dari sana meninggalkan Jack yang memegangi keningnya."Astaga! Kenapa ia bisa jadi seperti itu?" Jack benar-benar heran dengan sikap Angelina. Kenapa Angelina bisa menjadi seperti ini Ndan sekarang gadis itu pergi tanpa meminta maaf kepada Keana."Sudahlah." Kemudian Jack pergi dari sana, ia akan mencari Keana dan memastikan Keadaan gadis itu baik-baik saja. Tamparan dari Angelina keras sekali, Jack bisa mendengar suara kerasnya. "Nanti saja aku urus masalah aku dengan Angelina."Jack pergi, untunglah pertengkaran mereka dilakukan di belakang cafetaria, hingga para pengunjung tidak terganggu. Meski Jack tahu beberapa karyawannya mengintip, tapi
Keana terbangun karena ponsel yang berdering di dekat bantalnya, tanpa melihat siapa si penelepon, Keana mengangkatnya."Hm, Halo?" Keana menguap sedikit, ia tertidur rupanya. Dan Keana tidak tahu ini jam berapa."Halo, Keana."Keana mengernyitkan dahinya. "Oh, Arlan?" Keana sudah tahu suara si penelpon, gadis itu memutuskan untuk duduk seraya mengusap wajahnya."Keana, aku sudah menunggu teleponmu, tapi kau tidak kunjung menelepon. Jadi, aku memutuskan untuk menelepon mu."Keana teringat, benar, ia tidak memberi kabar kepada Arlan padahal ia sudah berjanji untuk menelponnya dan ini sudah cukup lama sejak hari itu. "Ah, benar. Maafkan aku Arlan.""Tidak apa-apa, Keana. Jadi, apakah malam ini kau ada waktu?"Keana menatap dinding, mungkin ia akan pergi sebentar. Selain itu jam di ponselnya baru menunjukkan jam
Deburan suara ombak menjadi latar belakang suara perpisahan mereka, Arthur kini telah berada di dalam air, tubuhnya juga sudah menjadi setengah bukan lagi. Di daratan sana Jack dan Angelina memandang mereka berdua dari jauh, membiarkan Keana mengucapkan perpisahannya dengan Arthur. Hari juga telah menjadi gelap dan di pantai ini sangat sepi satu-satunya penerangan adalah bulan purnama yang bersinar terang di atas sana."Keana ...."Keana menghapus air matanya, ia benci ini. Keana selalu membenci perpisahan, perpisahan selalu meninggalkan luka di hatinya dan butuh waktu untuk sembuh, perpisahan selalu meninggalkan lubang di hatinya. Baru beberapa bulan yang lalu ia merasa hatinya penuh sekarang Keana harus kembali merasakan hatinya remuk kembali."Arthur, kau harus kembali. Pergilah yang jauh, jangan sampai ada manusia yang menemukanmu!" Air mata Keana semakin bercucuran ketika ia mengatakan itu, hatinya menolak perpisahan
"Keana, sebaiknya kau di belakang saja, ketika aku melawan mereka kau carilah cara untuk membebaskan Arthur, oke?" Jack mengambil sebuah batang besi yang berada di dekatnya, ia cukup heran mengapa di ruangan ini terdapat banyak besi yang rata-rata sepanjang 1 meter itu .Keana khawatir dengan Jack. "Jack, kau yakin?" tanya Keana. Jack akan melawan dua orang gila di depannya, jika Angelina tahu pasti Angelina akan melarang Jack melakukan itu.Jack tersenyum pada Keana, jenis senyuman yang menenangkan. "Tenang saja, aku masih muda. Melawan orang tua seperti mereka tidak masalah buatku." Jack maju dan Keana tidak dapat mencegah Jack ketika pria itu memulai serangnya.Erwin dan Jeff juga begitu, mereka langsung menuju Jack dengan berlari, tidak lupa besi yang mereka bawa. Dan pertarungan antara mereka pun tidak dapat dielakkan."Matilah!"Sementara itu, Keana lewat di tepi, ia menuju Arthur yang terikat di dalam sebuah kotak. Setengah badan Arthur bera
"Sial, bagaimana ini terjadi?!" Jeff hanya bisa mengumpat ketika laboratorium miliknya diterobos begitu saja oleh beberapa orang-orang yang tidak diketahui siapa dan apa tujuan mereka. Sekarang mereka semua berada di depannya, beberapa dari mereka berpakaian baju hitam dengan lambang seperti berasal dari suatu organisasi."Siapa kalian? Apa kalian berasal dari pemerintahan?" teriak Jeff. Orang-orang itu tidak mendengarkan, mereka malah masuk dan menerobos melewati Jeff dan Erwin yang mencoba menahannya. "Sialan, jangan masuk ke sana. Kalian tidak ada hak untuk melakukan ini!" Erwin menahan salah satu orang yang melewati mereka begitu saja.Orang yang menerobos itu, Detektif Han menatap Jeff dengan pandangan datarnya. "Dan kalian tidak bisa melakukan percobaan ilegal seperti itu terhadap Arthur, sekarang kami akan mengambil Arthur itu kembali."Jeff terkejut, maupun dengan Erwin. "Sial, bagaimana mungkin ...." Jeff tidak tahu bagaimana mereka mengetahui ini, d
Arlan beserta para bawahannya telah diserahkan ke kantor polisi beserta beberapa barang bukti. Gadis yang diculik itu juga dijadikan sebagai saksi dan dimintai keterangan, meski sedikit trauma tapi ia bisa mengatasinya. Sekarang tinggallah Keana yang harus segera mencari keberadaan Arthur."Dari data yang diperoleh memang benar, jika Arlan memiliki ayah yang dulunya adalah seorang ilmuwan. Tapi sekarang ia sudah tidak aktif lagi melakukan penelitian karena dulu ia pernah melakukan penelitian ilegal dan ia dipenjara selama beberapa tahun. Pria itu bernama Jeff Adison."Detektif Han membacakan data yang ia dapatkan dari pihak kepolisian, mudah sekali berurusan jika kau memiliki orang dalam. Dalam waktu secepat itu ia sudah memiliki data lengkap tentang Jeff Adison berserta alamatnya."Tapi kita tidak tahu dimana ia menyembunyikan Arthur."Keana tidak menyangka akan sesulit ini, Arthur memang tidak cocok ada di daratan. Setitik rasa penyesalan menyerang Kean
Arlan menatap waspada pada Detektif Han yang tiba-tiba saja telah ada di markasnya ini, ia tidak tahu bagaimana Detektif ini bisa berada di sini, tapi ia yakin dirinya pasti telah diawasi selatan beberapa hari hingga Detektif Han itu mengetahui markasnya. Tidak hanya itu Keana juga datang dan berdiri di sana."Arlan, apakah kau yang menculik Arthur?" Keana mendekat kepada Arlan dan langsung menodongnya dengan pertanyaan itu.Sekarang semua sudah jelas, pembunuh Emilia sudah diketahui dan semua bukti dan tuduhan itu mengarah kepada Arlan yang kini sedang berdiri di depan pintu masuk markas. Di belakangnya ada 5 orang yang Jack tahu adalah orang yang menyerangnya dengan Arthur, sekarang mereka juga memakai masker dan Jack masih ingat dengan mata mereka semua.Arlan menatap Keana datar. "Tidak," jawabnya singkat.Kedatangan Detektif Han tidak sendiri, ia bersama dengan beberapa bawahannya, Jack juga datang tapi tidak dengan Angelina. Angelina katanya ada uru
Begitu mengkonfirmasi jika Arlan adalah orang yang melakukan penculikan, Detektif Han langsung melakukan penyelidikan menyeluruh terhadap Arlan dan anak buahnya. Diam-diam Detektif Han mengikuti dan memata-matai Arlan Adison. Butuh dua hari hingga akhirnya Detektif Han menemukan sesuatu yang mengejutkannya."Itu adalah tempat semacam markas, tidak tahu apa yang ia lakukan di sana karena dari luar sana itu hanya terlihat seperti rumah biasa. Kami juga menemukan beberapa pria berpakaian serba hitam keluar masuk di sana, sepertinya mereka adalah orang yang terlibat mengingat ia memiliki akses untuk itu."Detektif Han memperlihatkan sebuah Vidio yang telah ia sambungan terhadap proyektor agar semuanya bisa melihatnya dengan jelas. Ia memang telah memasang kamera di sekitar markas Arlan itu dan benar, mereka melihat Arlan keluar masuk dalam beberapa waktu di sana.Keana menatap itu dengan pandangan gelisah. "Jadi, apa mungkin A
Ketika Arthur sadar lagi-lagi ia berada di tempat yang berbeda, kali ini ia berada di dalam sebuah wadah yang terbuat dari kaca dan terisi air. Bedanya kali ini lebih besar hingga ia bisa bergerak bebas. Ah, tidak bebas juga karena ketika Arthur hendak bergerak ia merasa tangannya terikat kuat."Ugh." Arthur mencoba menarik kuat tangannya, tapi rantai yang mengikatnya itu sangat kuat. Tidak hanya itu tangannya juga dipasang semacam sarung tinju itu hingga Arthur tidak mungkin bisa menggunakan cakar beracun miliknya."Argh, kenapa aku ada di sini?" Arthur mencoba mengingat kenapa ia bisa berada di sini hingga sebuah ingatan melintas di benaknya, ia ingat kalau ia di suntik oleh sesuatu yang membuatnya tidak sadarkan diri.Arthur mengedarkan pandangannya, ia di dalam ruangan aneh. Di sekitarnya terdapat tabung-tabung yang terisi.oleh sesuatu benda yang Arthur tidak tahu apa karena ia tidak bisa melihatnya terlalu jelas. Ia b
Cukup sulit untuk membawa Arthur naik ke mobil, jadi satu-satunya cara yang dilakukan oleh Jeff adalah dengan membiusnya. Untuk saja di dalam markas Arlan ini terdapat bius yang biasanya di gunakan oleh Arlan. Sekarang Arthur sudah tidak sadarkan diri di dalam kotak kaca itu, masih dengan wujud Merman-nya."Kalau begitu, kami akan membawanya," ujar Jeff pada Arlan. Sedangkan Arlan tidak berbicara banyak, ia hanya mengedikkan bahunya tanda ia tidak terlalu peduli dengan hal itu."Ayo, Erwin. Bantu aku mengeluarkannya." Erwin yang di panggil pun mendekat. Jeff membuka bagian atas kotak kaca itu dengan kunci yang telah Arlan berikan. Total di sana ada dua gembok yang harus mereka buka.ClakBagian atas kaca itu telah terbuka, sekarang mereka hanya tinggal mengeluarkan Arthur dari sana. Jeff lebih dulu menarik tubuh bagian atas Arthur keluar dan Erwin membantu mengangkat bagian bawahnya."Berat juga, Erwin taruh di lantai dulu." Arthur yang berwujud ma
Arthur tidak tahu sudah berapa lama ia berada dalam kotak kaca ini, yang pasti ia tahu jika ia akan melewatkan ulang tahun Keana. Memikirkannya membuat Arthur sedih padahal ia sudah menyiapkan hadiah untuk Keana.KorekSuara pintu terbuka mengalihkan pikiran Ndan perhatian Arthur, ia menolehkan kepalanya ke arah pintu dan menemukan Arlan berdiri di sana. Perlahan Arlan melangkahkan kakinya dan mendekati Arthur.Spontan Arthur menegakkan kepalanya yang awalnya ia sandarkan ke dinding kaca itu. "Arlan, lepaskan aku!"Arlan mengisap rokok yang ada di bibirnya dan membuang asapnya, ia menatap Arthur dengan pandangan datar. "Setelah ini kau akan dibawa, hanya tinggal menunggu beberapa menit hingga kau menjadi objek penelitiannya."Arlan telah menelepon Jeff, dan begitu mendengar Arlan berhasil menangkapnya Jeff sangat senang. Jeff bahkan langsung bergegas untuk menjemputnya dan Arlan sendang menunggu untuk itu. "Ah, satu lagi. Aku dengar dari anak