"Apa?" tanya Keana memastikan.
Arthur mengangkat tangannya, memberi kode agar Keana mendekat kepada durinya. "Temani aku, Keana."
Entah kenapa sifat manja Arthur ini membuat Keana senang, Keana berbalik dan kembali duduk di tepi ranjang Arthur. "Baiklah, aku temani." Keana mengusap-usap sayang kepala Arthur, hak itu membuat Arthur mendekatkan dirinya kepada Keana dan memeluk pinggangnya.
"Keana, rasanya sangat nyaman."
"Oh, ya. Arthur, ada sesuatu untukmu." Keana mengambilnya tasnya yang sedari tadi memang berada di atas ranjang, ia mengeluarkan sebuah amplop ya g telah di beri nama 'Arthur' oleh Jack.
Arthur membuka sedikit matanya. "Apa?" tanya Arthur tanpa minat, ia rasanya ingin seperti ini saja. Tidur dengan memeluk Keana.
"Ini untukmu, Jack yang memberikannya. Ini adalah bonus yang kita dapatkan karena acara ulang tahun kemarin." Keana menarik tangan Arthur yang melingkari pinggangnya lalu meletakan amplop itu di atasnya.
A
Arthur berdiri di depan rumah seraya menanti Keana yang sedari tadi tidak juga menampakkan diri, ini sudah jam setengah sembilan malam dan seharusnya Keana sudah pulang. Arthur tidak dapat menghubungi Keana karena ia tidak memiliki ponsel."Keana, kenapa lama sekali?" Arthur mondar-mandir selama lebih dari setengah jam, tapi tetap saja rasa gelisah itu tidak hilang. "Apakah Keana masih bekerja?"Ini tidak biasa, tiba-tiba saja rasa khawatir menyeruak. Arthur yang sudah tidak tahan memutuskan untuk mengambil jaket dan beberapa lembar uang yang Keana simpan di dalam lemari. Keana sengaja memberi tahu Arthur, karena mungkin saja pria itu butuh nantinya.Arthur keluar rumah setelah sebelumnya ia menguncinya, Arthur berencana untuk menyusul Keana ke Cafetaria. Arthur tidak peduli jika ini sudah larut, ia sangat mengkhawatirkan gadisnya.Beberapa menit dalam bus terasa sangat lama bagi Arthur, mungkin ini efek karena ia yang khawatir dengan Keana. Begitu bus
Jack meremas kepalanya frustasi di sampingnya Angelina menenangkannya, Arthur juga begitu ia hanya bisa menunduk, ia telah kehilangan Keana. Mereka kini berada di dalam rumah Jack, di depan mereka telah ada beberapa detektif swasta yang tengah berdiskusi dan mengajukan beberapa pertanyaan terhadapnya."Kami akan melakukan penyelidikan secepatnya, untuk barang-barang ini biar kami simpan terlebih dahulu. Kami akan bekerja sama dengan kepolisian." Seorang pria yang merupakan ketua dari unit Detektif itu berdiri diikuti oleh beberapa bawahannya.Jack dan Arthur huga ikut berdiri. "Ku mohon, temukan Keana secepatnya,"ujar Arthur.Detektif itu mengangguk. "Kami akan berusaha." Setelah itu mereka undur diri dari sana.Arthur menunduk sedih. "Ini salahku, seharusnya aku menjaga Keana dengan baik. Kalau saja kemarin aku menjemputnya lebih cepat ... Kalau saja ...." Arthur tidak mampu melanjutkan perkataannya, ia tidak
"Kamu menemukan jejak seperti sesuatu yang diseret, selain itu kami menemukan sebuah balok kayu yang diduga sebagai alat yang digunakan pelaku untuk menyerang." Detektif itu menunjukkan beberapa foto terkait hilangnya Keana."Jika kita perhatikan lebih detail ada sedikit noda darah di sana, tapi kita masih belum bisa memastikan apakah itu milik korban."Arthur tertunduk lemas mendengarnya, apalagi soal darah yang ada pada balok kayu itu. Arthur tidak mampu membayangkan apa yang Keana."Bagaimana dengan CCTV?" tanya Jack. Bisa saja CCTV bisa membantunya untuk menemukan jejak pelakunya.Detektif itu mengeluarkan laptopnya. "Kami baru mendapatkannya dari beberapa toko di sekitar cafe milikmu, ini adalah rekaman ketika Keana pulang. Kami tidak bisa mendapatkan rekaman di lokasi kejadian karena di sana sepi, tidak ada CCTV di sana mengingat tidak ada bangunan dalam radius 50 meter."Jack mengangguk
Sudah tiga hari semenjak Keana menghilang, tapi tidak juga menemukan titik terang. Para detektif telah bekerja keras, hasil pemeriksaan sidik jari tidak ditemukan karena tidak ada satupun jejak sidik jari di sana. Arthur sangat tertekan karena hal itu.Emilia juga sering mengunjungi Arthur, berpura-pura menghiburnya dengan harapan Arthur akan melunak terhadapnya. Namun, itu tidak mudah. Arthur tidak mempedulikan Emilia sama sekali. Jujur saja Emilia agak kesal, tapi ia tetap bersabar."Kami akan kembali ke lokasi di mana Keana hilang, mungkin kami akan mencari sesuatu yang kami lewatkan di sana," ujar Detektif itu.Jack mengangguk. "Terimakasih, Detektif Han.""Ya, kalau begitu kami pergi dulu." Detektif Han berserta tiga anak buahnya pergi dari rumah Jack, mereka rutin memberikan perkembangan mengenai kasus hilangnya Keana."Aku ikut," ujar Arthur. Ia buru-buru berdiri dan mengikuti Detektif Han. "Aku juga ingin membantu mencarinya." Arthur
"Keana masih juga belum di temukan, ya?" Emilia membuka percakapan antara dirinya dan Angelina.Angelina mengangguk. "Ya, padahal Jack dan Arthur sudah bekerja keras. Mereka bahkan menyewa Detektif Swasta." Dosen mereka belum datang, jadi mereka bebeas berbincang seraya menunggunya.Emilia sudah tahu akan hal itu, oleh karena itu ia mendesak agar Keana lekas menyetujui untuk ke luar negeri. Tidak hanya itu, alasan Emilia untuk tidak membunuh Keana adalah ia ingin Keana membuat Arthur membencinya, tapi Keana dengan keras kepalanya tidak mau mendengarkan dirinya dan memilih untuk menahan siksaan. Emilia masih ingat percakapan mereka kemarin.Emilia memegangi sebuah balok kayu, ia menatap Keana yang dalam kondisi menyedihkan itu. "Aku tidak tahu apa sulitnya kau mengikuti perintahku, ini sangat mudah. Aku akan membebaskan mu dan kau harus ke luar negeri. Tapi sebelum itu kau harus membuat Arthur membencimu."
"Katakan! Katakan di mana kau menyembunyikan Keana." Arthur mencengkram kuat kerah leher pria yang diketahui sebagai penculik Keana. Ya, mereka telah menemukan orang yang sama dengan orang yang di vidio. Ini adalah berkat kerja sama dengan pihak kepolisian.Jack yang melihat Arthur terbakar karena emosi menarik tubuh Arthur menjauh dari orang ya g sudah babak belur, jangan disanya siapa pelakunya karena itu adalah Arthur sendiri.Beberapa menit yang lalu, ketika mereka mendapatkan data pria itu mereka langsung menuju rumahnya. Begitu tiba di sana Arthur langsung memberikan pria itu pukulan. Jack dan Detektif Han beserta beberapa polisi lainnya tidak dapat mencegah karena Arthur lebih dulu turun dan langsung menghajarnya.Polisi yang lain juga menahan tersangka penculikan Keana itu agar tidak melarikan diri, meski ia memang sudah tidak dapat melarikan diri dengan kondisi tubuh seperti itu. Arthur benar-benar marah."Tenanglah, Arthur. Sekarang kita bawa ia ke
Di lorong rumah sakit ini, Arthur menunggu dengan perasaan khawatir yang teramat sangat. Jelas sekali dari raut wajahnya dan sikap yang Arthur lakukan, beberapa kali Arthur bolak-balik, mengacak rambut, bahkan mencoba mengintip. Jack dan Arlan juga sama khawatir, tapi tidak seperti Arthur.Arlan menatap Arthur yang ia ketahui telah menjadi kekasih, Keana. Ia telah tahu sejak beberapa hari yang lalu, rasa kesal menghampirinya tapi ia tidak mau membuat kekacauan ketika Keana hilang. Jadi, Arlan hanya bungkam.Tidak lama kemudian pintu ruang UGD terbuka, seorang dokter dengan masker yang menutupi wajahnya keluar dari sana. Tanpa membuang waktu, Arthur langsung bertanya."Bagaimana keadaan Keana?"Jack dan Arlan juga mendekati dokter itu, mereka juga ingin mengetahui kabar Keana.Dokter itu membuka maskernya. "Syukurlah ia sudah melewati masa kritisnya. Meski ia kehilangan banyak darah tapi untungl
"Aku benar-benar tidak ingin mempercayainya, tapi ternyata Emilia benar-benar pelakunya." Angelina terkejut sekali ketika mendengar kabar bahwa Emilia adalah dalang penculikan ini."Ya, Emilia memang pelakunya. Motifnya sendiri adalah karena ia terobsesi terhadap Arthur dan ia melihat Keana sebagai penggalan ia untuk mendapatkan apa yang ia inginkan," tambah Jack. Mereka baru saja pulang dari kantor polisi dan sekarang mereka sedang dalam mobil untuk kembali ke rumah sakit."Pantas saja Emilia akhir-akhir ini terlihat aneh." Angel mengingat-ingat Emilia yang menurutnya banyak mengalami perubahan itu.Jack yang sedang mengemudikan mobil menaikan alisnya. "Apa maksudmu, Angel?" Ia menatap kekasihku yang menolehkan kepala terhadapnya."Ya, ia sering menanyakan kasus pencarian Keana dan ia terlihat lebih bahagia, sesekali aku mendapati ia tersenyum seperti memikirkan sesuatu. Tapi terkadang ia juga peduli dan pedu
Deburan suara ombak menjadi latar belakang suara perpisahan mereka, Arthur kini telah berada di dalam air, tubuhnya juga sudah menjadi setengah bukan lagi. Di daratan sana Jack dan Angelina memandang mereka berdua dari jauh, membiarkan Keana mengucapkan perpisahannya dengan Arthur. Hari juga telah menjadi gelap dan di pantai ini sangat sepi satu-satunya penerangan adalah bulan purnama yang bersinar terang di atas sana."Keana ...."Keana menghapus air matanya, ia benci ini. Keana selalu membenci perpisahan, perpisahan selalu meninggalkan luka di hatinya dan butuh waktu untuk sembuh, perpisahan selalu meninggalkan lubang di hatinya. Baru beberapa bulan yang lalu ia merasa hatinya penuh sekarang Keana harus kembali merasakan hatinya remuk kembali."Arthur, kau harus kembali. Pergilah yang jauh, jangan sampai ada manusia yang menemukanmu!" Air mata Keana semakin bercucuran ketika ia mengatakan itu, hatinya menolak perpisahan
"Keana, sebaiknya kau di belakang saja, ketika aku melawan mereka kau carilah cara untuk membebaskan Arthur, oke?" Jack mengambil sebuah batang besi yang berada di dekatnya, ia cukup heran mengapa di ruangan ini terdapat banyak besi yang rata-rata sepanjang 1 meter itu .Keana khawatir dengan Jack. "Jack, kau yakin?" tanya Keana. Jack akan melawan dua orang gila di depannya, jika Angelina tahu pasti Angelina akan melarang Jack melakukan itu.Jack tersenyum pada Keana, jenis senyuman yang menenangkan. "Tenang saja, aku masih muda. Melawan orang tua seperti mereka tidak masalah buatku." Jack maju dan Keana tidak dapat mencegah Jack ketika pria itu memulai serangnya.Erwin dan Jeff juga begitu, mereka langsung menuju Jack dengan berlari, tidak lupa besi yang mereka bawa. Dan pertarungan antara mereka pun tidak dapat dielakkan."Matilah!"Sementara itu, Keana lewat di tepi, ia menuju Arthur yang terikat di dalam sebuah kotak. Setengah badan Arthur bera
"Sial, bagaimana ini terjadi?!" Jeff hanya bisa mengumpat ketika laboratorium miliknya diterobos begitu saja oleh beberapa orang-orang yang tidak diketahui siapa dan apa tujuan mereka. Sekarang mereka semua berada di depannya, beberapa dari mereka berpakaian baju hitam dengan lambang seperti berasal dari suatu organisasi."Siapa kalian? Apa kalian berasal dari pemerintahan?" teriak Jeff. Orang-orang itu tidak mendengarkan, mereka malah masuk dan menerobos melewati Jeff dan Erwin yang mencoba menahannya. "Sialan, jangan masuk ke sana. Kalian tidak ada hak untuk melakukan ini!" Erwin menahan salah satu orang yang melewati mereka begitu saja.Orang yang menerobos itu, Detektif Han menatap Jeff dengan pandangan datarnya. "Dan kalian tidak bisa melakukan percobaan ilegal seperti itu terhadap Arthur, sekarang kami akan mengambil Arthur itu kembali."Jeff terkejut, maupun dengan Erwin. "Sial, bagaimana mungkin ...." Jeff tidak tahu bagaimana mereka mengetahui ini, d
Arlan beserta para bawahannya telah diserahkan ke kantor polisi beserta beberapa barang bukti. Gadis yang diculik itu juga dijadikan sebagai saksi dan dimintai keterangan, meski sedikit trauma tapi ia bisa mengatasinya. Sekarang tinggallah Keana yang harus segera mencari keberadaan Arthur."Dari data yang diperoleh memang benar, jika Arlan memiliki ayah yang dulunya adalah seorang ilmuwan. Tapi sekarang ia sudah tidak aktif lagi melakukan penelitian karena dulu ia pernah melakukan penelitian ilegal dan ia dipenjara selama beberapa tahun. Pria itu bernama Jeff Adison."Detektif Han membacakan data yang ia dapatkan dari pihak kepolisian, mudah sekali berurusan jika kau memiliki orang dalam. Dalam waktu secepat itu ia sudah memiliki data lengkap tentang Jeff Adison berserta alamatnya."Tapi kita tidak tahu dimana ia menyembunyikan Arthur."Keana tidak menyangka akan sesulit ini, Arthur memang tidak cocok ada di daratan. Setitik rasa penyesalan menyerang Kean
Arlan menatap waspada pada Detektif Han yang tiba-tiba saja telah ada di markasnya ini, ia tidak tahu bagaimana Detektif ini bisa berada di sini, tapi ia yakin dirinya pasti telah diawasi selatan beberapa hari hingga Detektif Han itu mengetahui markasnya. Tidak hanya itu Keana juga datang dan berdiri di sana."Arlan, apakah kau yang menculik Arthur?" Keana mendekat kepada Arlan dan langsung menodongnya dengan pertanyaan itu.Sekarang semua sudah jelas, pembunuh Emilia sudah diketahui dan semua bukti dan tuduhan itu mengarah kepada Arlan yang kini sedang berdiri di depan pintu masuk markas. Di belakangnya ada 5 orang yang Jack tahu adalah orang yang menyerangnya dengan Arthur, sekarang mereka juga memakai masker dan Jack masih ingat dengan mata mereka semua.Arlan menatap Keana datar. "Tidak," jawabnya singkat.Kedatangan Detektif Han tidak sendiri, ia bersama dengan beberapa bawahannya, Jack juga datang tapi tidak dengan Angelina. Angelina katanya ada uru
Begitu mengkonfirmasi jika Arlan adalah orang yang melakukan penculikan, Detektif Han langsung melakukan penyelidikan menyeluruh terhadap Arlan dan anak buahnya. Diam-diam Detektif Han mengikuti dan memata-matai Arlan Adison. Butuh dua hari hingga akhirnya Detektif Han menemukan sesuatu yang mengejutkannya."Itu adalah tempat semacam markas, tidak tahu apa yang ia lakukan di sana karena dari luar sana itu hanya terlihat seperti rumah biasa. Kami juga menemukan beberapa pria berpakaian serba hitam keluar masuk di sana, sepertinya mereka adalah orang yang terlibat mengingat ia memiliki akses untuk itu."Detektif Han memperlihatkan sebuah Vidio yang telah ia sambungan terhadap proyektor agar semuanya bisa melihatnya dengan jelas. Ia memang telah memasang kamera di sekitar markas Arlan itu dan benar, mereka melihat Arlan keluar masuk dalam beberapa waktu di sana.Keana menatap itu dengan pandangan gelisah. "Jadi, apa mungkin A
Ketika Arthur sadar lagi-lagi ia berada di tempat yang berbeda, kali ini ia berada di dalam sebuah wadah yang terbuat dari kaca dan terisi air. Bedanya kali ini lebih besar hingga ia bisa bergerak bebas. Ah, tidak bebas juga karena ketika Arthur hendak bergerak ia merasa tangannya terikat kuat."Ugh." Arthur mencoba menarik kuat tangannya, tapi rantai yang mengikatnya itu sangat kuat. Tidak hanya itu tangannya juga dipasang semacam sarung tinju itu hingga Arthur tidak mungkin bisa menggunakan cakar beracun miliknya."Argh, kenapa aku ada di sini?" Arthur mencoba mengingat kenapa ia bisa berada di sini hingga sebuah ingatan melintas di benaknya, ia ingat kalau ia di suntik oleh sesuatu yang membuatnya tidak sadarkan diri.Arthur mengedarkan pandangannya, ia di dalam ruangan aneh. Di sekitarnya terdapat tabung-tabung yang terisi.oleh sesuatu benda yang Arthur tidak tahu apa karena ia tidak bisa melihatnya terlalu jelas. Ia b
Cukup sulit untuk membawa Arthur naik ke mobil, jadi satu-satunya cara yang dilakukan oleh Jeff adalah dengan membiusnya. Untuk saja di dalam markas Arlan ini terdapat bius yang biasanya di gunakan oleh Arlan. Sekarang Arthur sudah tidak sadarkan diri di dalam kotak kaca itu, masih dengan wujud Merman-nya."Kalau begitu, kami akan membawanya," ujar Jeff pada Arlan. Sedangkan Arlan tidak berbicara banyak, ia hanya mengedikkan bahunya tanda ia tidak terlalu peduli dengan hal itu."Ayo, Erwin. Bantu aku mengeluarkannya." Erwin yang di panggil pun mendekat. Jeff membuka bagian atas kotak kaca itu dengan kunci yang telah Arlan berikan. Total di sana ada dua gembok yang harus mereka buka.ClakBagian atas kaca itu telah terbuka, sekarang mereka hanya tinggal mengeluarkan Arthur dari sana. Jeff lebih dulu menarik tubuh bagian atas Arthur keluar dan Erwin membantu mengangkat bagian bawahnya."Berat juga, Erwin taruh di lantai dulu." Arthur yang berwujud ma
Arthur tidak tahu sudah berapa lama ia berada dalam kotak kaca ini, yang pasti ia tahu jika ia akan melewatkan ulang tahun Keana. Memikirkannya membuat Arthur sedih padahal ia sudah menyiapkan hadiah untuk Keana.KorekSuara pintu terbuka mengalihkan pikiran Ndan perhatian Arthur, ia menolehkan kepalanya ke arah pintu dan menemukan Arlan berdiri di sana. Perlahan Arlan melangkahkan kakinya dan mendekati Arthur.Spontan Arthur menegakkan kepalanya yang awalnya ia sandarkan ke dinding kaca itu. "Arlan, lepaskan aku!"Arlan mengisap rokok yang ada di bibirnya dan membuang asapnya, ia menatap Arthur dengan pandangan datar. "Setelah ini kau akan dibawa, hanya tinggal menunggu beberapa menit hingga kau menjadi objek penelitiannya."Arlan telah menelepon Jeff, dan begitu mendengar Arlan berhasil menangkapnya Jeff sangat senang. Jeff bahkan langsung bergegas untuk menjemputnya dan Arlan sendang menunggu untuk itu. "Ah, satu lagi. Aku dengar dari anak