You're just too good to be true
(Kau terlalu indah tuk jadi kenyataan)
Can't take my eyes off of you
(Tak bisa ku berhenti memandangmu)
You'd be like heaven to touch
(Kau seperti surga yang ingin kusentuh)
I wanna hold you so much
(Aku sangat ingin mendekapmu)
At long last love has arrived
(Akhirnya cinta tlah datang)
I thank God I'm alive
“Jenny, Mom ingin dia menjadi menantuku” Ucap Rosa menggebu-gebu.“Dia memang calon menantu idaman” Alex mengangguk setuju.“Bukankah kalian mendukungku untuk melepaskannya” Ucapku dingin.“Kami ralat perkataan kami” kekeh Rosa dan Alex.Aku memutar bola mataku malas, ponselku berdering kulihat layar ponselku menampilkan nama Brian. Lalu kugeser gambar ponsel berwarna hijau ke sebelah kanan.Jenny : “Ya Profesor”Brian : “Stefany masuk rumah sakit, bisakah kau datang kesini?”Jenny : “Apa? Tolong kirimkan alamat rumah sakitnya padaku”
“Kak Gerrald apa Profesor Brian atau Profesor Adrius tidak mengatakan apapun padamu?” Aku malah bertanya kepada Gerrald.Gerrald menggelengkan kepalanya. Adrius dan Brian pulang sangat larut. Sepertinya Gerrald sudah tertidur jauh sebelum mereka berdua pulang.“Tolong ceritakan padaku apa yang terjadi” teriak Anastasia frustasi.Stefany menghela nafas panjang, lalu menghempaskan tubuhnya ke atas tempat tidurnya, menelungkupkan kedua tangannya menutupi wajah cantiknya“Aku telah melakukan kesalahan sangat besar. Apakah Profesor Brian akan memaafkanku?” Lirihnya.“Kau dalam keadaan tidak sadar Stefany, Profesor Brian pasti mengerti” Ujarku menenangkan.
Gerrald menjawab panggilan teleponnya, ternyata Jenny yang menghubunginya.Gerrald : “Baiklah Jenny, kirim saja melalui emailku”Jenny : “Okey, kau tahu kan apa yang harus kau lakukan?”Gerrald : “Aku mengerti, kau bisa menyerahkan semua padaku”Jenny : “Anggota pasukan khusus memang yang terbaik”Gerrald menutup sambungan telepon.“Ada apa?” Tanya Adrius penasaran.“Jenny akan membalas dendam pada bajingan-bajingan yang telah menyakiti Stefany” Jawab Gerrald.Uhuk. Brian tersedak teh jahe yang sedang diminumnya.
Jenny melemparkan ponselnya saat Stefany meminta pertolongannya, dia menyambar cardigan berwarna pink di dalam lemari dan langsung memerintahkan pak Doni untuk mengantarnya ke rumah Stefany.“Pak, ke rumah Stefany” Pintaku kepada pak Doni.Aku sangat panik saat Stefany memutuskan sambungan telepon begitu saja. Kepalaku berdenyut karena aku baru tertidur selama dua jam.Malam tadi aku menggantung bajingan-bajingan yang menyakiti Stefany di sebuah lembah yang curam dengan posisi terbalik. Setelah puas menyiksanya bersama Arsen, aku putuskan untuk menggantung mereka di suatu tempat yang jarang terjamah oleh manusia.Sengaja aku tidak mematikan ponsel mereka, agar keluarga mereka dapat melacak dan menjemput mereka pulang.
“Kau mau apa?” Tanya Adrius gugup.Aku menarik tubuhku menjauh dari Adrius.“Aku belum siap dihajar olehmu” Kekehku sambil menarik tubuhku menjauh dari Adrius.Kulihat Adrius menghela nafas panjang, apa tadi dia menahan nafasnya?“Apa yang sedang mereka lakukan? Mengapa mereka lama sekali? Apa mungkin mereka melanjutkan adegan panas didalam mobil?” Keluhku kesal menunggu Stefany yang tak kunjung datang.Adrius menyentil dahiku.“Jangan berfantasi liar, kau belum cukup umur” Ledek Adrius.“Aku hampir 20 tahun Profesor” Jawabku sambil mengelus dahiku yang terkena sentilan Adrius
“Sudah aku usulkan kepada ayahku, namun pemegang saham yang lain tidak menyetujuinya, karena hanya akan menambah beban operasional tanpa memberikan laba” Ucap Stefany tanpa memalingkan pandangan dari laptopnya.“Ayahku pemilik bisnis restoran dan resort, kita tidak bisa berkolaborasi” Aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal.“Kau sudah sangat membantu dengan menemaniku disini sekarang” Stefany menatapku dengan lembut.“Semoga saja aku memiliki cucu berbakti sepertimu kelak” Kekehku sambil menepuk-nepuk rambut Stefany.Sekitar satu jam kami berada di perpustakaan, Stefany menggelengkan kepalanya saat melihatku tertidur dengan tumpukan komik.Stefany meregangkan ototnya lalu beran
“Sedang datang bulan” Jawabku asal.Varro melirikku dengan tatapan sinis, aku hanya terkekeh melihat tingkah Varro.“Semua orang tahu kalau kau dengan Varro itu seperti anjing dengan kucing. Kalian tidak pernah akur, aneh sekali melihat kalian berduaan sambil minum kopi” Kekeh Gerrald.“Kak Gerrald, aku berkencan dengan kak Varro. Kami baru saja meresmikan hubungan kami” Ucapku serius.Gerrald terbahak mendengar perkataanku, dan kulihat Adrius pun mengulum senyumnya. Hey mengapa Adrius tidak cemburu? Aku mengharapkan Adrius cemburu dan menyiksa Varro.“Mengapa kau tertawa, apa kau tidak tahu jika benci bisa berubah menjadi cinta” Ucapku datar.
“Benarkah?” Anastasia memelankan suaraku.Ibu Stefany mengangguk dengan kuat.“Bagaimana bisa? Sejak kapan mereka menjadi dekat?” Anastasia berbisik.Aku mengeluarkan ponselku, memperlihatkan foto Brian dan Stefany yang sedang berduaan di perpustakaan.“Kau tahu, kemarin Stefany meninggalkanku di perpustakaan dan berkencan dengan Profesor Brian” Cibirku.“Jenny, kirimkan foto itu padaku” Pinta Ibu Stefany.Segera aku kirimkan foto itu kepada Ibu Stefany, kulihat dia mengirimkannya untuk Ayah Stefany.“Kalian berdua harus membantu Stefany, aku harap Profesor Brian menjadi menantu kam
“Kita akan segera punya cucu!” tambah Moms, lalu mereka berpelukan.“Anak mereka akan memiliki gen yang luar biasa” kekeh Vincent.“Aku setuju, gen unggulan, perpaduan dari Adrius dan Alcie” tambah Gerrald.“Bagaimana kalian tahu lokasi penyanderaan Mom dan yang lainnya?” tanyaku“Kau lupa, pamanmu ini mantan consigliere Odsen?” jawab Adrius.“Ah! Benar juga” kekehku.“Saat kami tiba di markas dan menyadari kau tidak ada di sana, lalu menemukan pesan dari Christoper di ponselmu, aku merasa darahku kering saat itu” ucap Adrius.“Adrius semakin kalut saat Vincent saja tidak tahu dimana letak Altar Odsen” tambah Brian.“Tentu saja, hanya keluarga inti Odsen yang mengetahui lokasinya” ucapku.“Lalu Vincent menghubungi pamanmu” ucap Brian.“Kau bisa hidup tenang sekarang, berbahagialah dengan ke
Adrius dan teman temannya pasti mencariku, jika Odsen tahu aku tidak datang sendirian, aku takut Christoper melukai orang tua dan sahabat sahabatku.Altar Odsen adalah tempat yang hanya diketahui oleh keluarga inti Odsen dan para consigliere, tempat itu biasanya digunakan untuk berkumpul dan membahas hal yang sangat penting. Terletak di sebuah pulau rahasia, jika ingin sampai kesana harus melewati hutan bakau dan menaiki perahu selama tiga puluh menit.“Kau sudah semakin tua sepertinya, lama sekali kau sampai disini” ejek Christoper saat aku tiba di Altar Odsen.“Dimana orang tua dan teman temanku” ucapku to the point.“Maafkan aku, mereka tidak ada disini” ejek Christoper.Christoper lalu mengajakku ke sebuah ruangan, disana ada sebuah layar yang menampilkan orang tua dan sahabat sahabatku.“Kalian baik baik saja?” teriakku saat melihat mereka di layar.Mom, Dad, Stefany dan Anastasia k
Tok Tok! pintu kamar diketuk oleh Gerrald.“Kapten ada dokter Vincent, dia bilang ada yang harus dia sampaikan” ucap Gerrald.Aku dan Adrius bergegas menuju ruang meeting.“Seperti yang telah kita duga, Odsen memutus ekornya, setelah keluar dari rumah sakit, Isabela menyerahkan diri ke polisi, dia mengaku melakukan penyuapan seorang diri, dan Odsen sama sekali tidak terlibat” ucap Vincent penuh emosi.“Apa polisi percaya begitu saja?” tanya Brian.“Mereka masih melakukan penyelidikan” jawab Vincent.“Seharusnya aku bunuh saja wanita itu kemarin” ucapku.Semua orang kompak melirik ke arahku.“Jadi, kau yang menganiaya Isabela hingga tangannya melepuh” tanya Brian.“Wanita menjijikkan seperti dia harusnya musnah saja dari dunia ini” cibirku.“Jangan pernah membuat seorang mafia cemburu” kekeh Vincent.“Aku bu
Suasana di ruang meeting menjadi canggung, selain menyampaikan hasil investigasi, semua orang bungkam, aku sangat paham, mereka menuntut penjelasan dariku, terutama Adrius, wajahnya sangat dingin, sangat tidak bersahabat.“Oke, kerja bagus semuanya, kita akan mulai misi ini saat Gerrald dan Varro diterima bekerja di pabrik Obat” ucapku menutup meeting.“Alcie, apa benar kau adalah Jenny?” lirih Gerrald.“Ya” ucapku sambil membuang nafas kasar.“Wah! kau keterlaluan sekali!” protes Varro.“Sejak kapan kau berani meninggikan suaramu di depanku?” ucapku dingin kepada Varro.Varro lalu menutup mulutnya.“Jika aku mengaku dari awal, kalian tidak akan hormat dan respek lagi padaku” cibirku.“Benar juga” kekeh Gerrald.“Alcie, saat kita bertemu di gedung milik Edward untuk membeli informasi, kami melihatmu memacu motor ke arah pegunungan A
“Apa jadinya jika Jenny bertemu Alcie” batin Adrius.“Kau sedang apa di luar sendirian malam malam?” tanya Adrius.“Aku merindukan ibuku, ayahku dan juga kekasihku” lirihku.“Mereka tidak tahu kau sedang hamil?” tanya Adrius.Aku menganggukkan kepalaku.“Kau belum memberi tahu mereka?” tanya Adrius.“Akan ku beritahu setelah semua ini selesai” ucapku.“Mengapa kau tidak memberitahukan kabar bahagia ini secepatnya?” tanya Adrius.“Mereka pasti akan memintaku untuk berhenti balas dendam” Jawabku.“Itu karena mereka menyayangimu” ucap Adrius.“Jika aku tidak membalas dendam, hidupku tidak akan tenang, jika Odsen tahu aku masih hidup, dia tidak akan membiarkanku hidup bahagia dengan orang orang yang aku cintai” ucapku.Adrius menganggukkan kepalanya.“Kau mengerti alasanku untuk t
“Aku tahu kau memiliki dendam yang besar untuk Christian, tapi jangan seperti ini, jika kau pergi kesana tanpa persiapan, kau yang akan terbunuh” ucap Brian.“Biar kami yang membereskan Christian, kau disini saja memantau kami” tambah Varro.“Hanya aku yang bisa masuk kesana, aku tidak ingin kalian mati konyol, mereka tidak akan memperdulikan kalian pasukan khusus atau apa, mereka tidak akan segan membunuh kalian” ucapku dingin.“Kami tidak ingin kehilanganmu untuk kedua kalinya, bisakah kau memikirkan bayi yang ada di perutmu? jika hal buruk terjadi, kami tidak hanya akan kehilanganmu, tapi juga bayimu” ucap Adrius lembut.Hatiku terkoyak mendengar ucapan Adrius, aku terdiam begitu lama, tenggorokanku terasa seperti tercekik dan aku tidak bisa lagi menahan lelehan air mataku.“Alcie” Adrius menyentuh bahuku.“Kau tidak memiliki dendam sepertiku, apa orang terdekatmu pernah me
“Odsen memiliki sebuah pabrik obat di daerah Paralay, diatas kertas, pabrik tersebut menjual ibuprofen dan antibiotik, namun sebenarnya pabrik itu memproduksi heroin” jelasku.“Bagaimana cara kita menghancurkannya?” tanya Adrius.“Pabrik tersebut terletak di dekat bendungan air, aku berencana menenggelamkannya” ucapku sambil mengangkat sebelah garis bibirku.“Apa tidak ada pemukiman warga di sekitarnya?” tanya Brian.“Apa mereka akan mendirikan pabrik narkoba di dekat pemukiman warga?” tanya Vincent.“Oke, berarti kita tidak usah repot mengevakuasi warga” ucap Brian.“Kita akan menyusup menjadi karyawan pabrik tersebut,lalu membuat seluruh karyawannya keluar dan menjauh dari pabrik dengan cara apapun, setelah itu baru kita tenggelamkan” ucapku.“Kau terdengar seperti Kapten tim khusus sekarang, mana ada mafia yang memikirkan nyawa karyawan pabrik
“Apa apaan ini?” teriak Brian.“Ada apa?” tanyaku pada Adrius.Adrius mengangkat bahunya. Brian menekan sebuah nomor di ponselnya lalu pergi meninggalkan kami.“Ada apa?” tanya Adrius pada Gerrald.“Stefany sedang menghabiskan liburan musim panas di Hawai bersama keluarganya, lalu dia memasang foto di media sosialnya dengan hanya menggunakan bikini” kekeh Gerrald.“Stefany adalah kekasih Brian” jelas Adrius padaku.Aku hanya menganggukkan kepalaku.“Brian sangat posesif ternyata” komentarku.“Semua laki laki sama, mereka tidak mau kecantikan wanitanya dilihat banyak orang” kekeh Adrius.“Apa yang akan kau lakukan jika kekasihmu memakai bikini seperti itu?” tanyaku pada Adrius.“Aku akan menandai seluruh tubuhnya dengan tanda kepemilikanku agar dia tidak berani berpakaian terbuka” ucap Adrius.Aku memb
Adrius memasuki pegadaian Jupiter dengan langkah mantap, salah satu kancing bajunya di pasangi oleh penyadap dan kamera, sehingga kami bisa melihat dan mendengar apapun yang terjadi disana.Aku dan Vincent menunggu di gedung sebelah untuk memantau situasi, kami sedang menatap layar laptop yang terhubung dengan kamera yang dipasang di baju Adrius, sedangkan Brian, Varro, dan Gerrald bersiap mengepung pegadaian Jupiter.“Bagus sekali, semua karyawan Jupiter masuk kerja hari ini” ucap Vincent senang.“Kita dapat tangkapan ikan besar” kekehku.Saat Adrius memberi aba aba, Brian dan yang lainnya mengepung dan memaksa semua karyawan Jupiter untuk menyerah, namun tidak disangka komplotan preman datang menyerang, dan terjadilah baku hantam antara tim Obsidian dan para preman.Gerrald berfokus pada menyelamatkan warga sipil yang berada disana, sedangkan Varro, Brian dan Adrius menghajar para preman.“Aku tidak bisa melih