“Aku ingin mengucapkan terima kasih kepada kalian” ucapku dengan senyuman tulus.
“Untuk?” Tanya Varro heran.
“Semuanya” Jawabku.
“Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan, kau aneh sekali” Kekeh Varro.
Aku mendekati Varro yang sedang duduk disamping Adrius, lalu berbisik agar suaraku tidak terdengar Anastasia dan Stefany.
“Terima kasih untuk mengumpulkan bukti penyuapan dan perbuatan kotor Jaksa Neo” Bisikku pada Varro.
Varro sangat terkejut, bagaimana bisa Jenny bisa tahu mereka yang mengumpulkan bukti kejahatan yang dilakukan Jaksa Neo. Apakah Jenny mengetahui identitas mereka? Batinnya.
Adrius tidak pernah tertawa selepas itu, dia selalu memasang wajah dinginnya. Tawa Adrius seperti matahari ditengah musim dingin, mencairkan es yang sedang membeku. “Profesor apa kau baru saja tertawa?” Sungguh pertanyaanku yang bodoh. “Apa aku tidak boleh tertawa” Adrius masih tertawa. Aku menggeleng kuat “Kau sangat tampan saat tertawa” pujiku. “Benarkah? terima kasih” Adrius mengulum senyumnya. “Apa ini? Apa kalian saling menggoda di hadapan kami?” Varro menyelidik. “Kau juga tampan saat tersenyum kak Varro” Ucapku kesal. “Aku tau aku tampan dan aku tidak butuh pujianmu” Cibir Va
You're just too good to be true(Kau terlalu indah tuk jadi kenyataan)Can't take my eyes off of you(Tak bisa ku berhenti memandangmu)You'd be like heaven to touch(Kau seperti surga yang ingin kusentuh)I wanna hold you so much(Aku sangat ingin mendekapmu)At long last love has arrived(Akhirnya cinta tlah datang)I thank God I'm alive
“Jenny, Mom ingin dia menjadi menantuku” Ucap Rosa menggebu-gebu.“Dia memang calon menantu idaman” Alex mengangguk setuju.“Bukankah kalian mendukungku untuk melepaskannya” Ucapku dingin.“Kami ralat perkataan kami” kekeh Rosa dan Alex.Aku memutar bola mataku malas, ponselku berdering kulihat layar ponselku menampilkan nama Brian. Lalu kugeser gambar ponsel berwarna hijau ke sebelah kanan.Jenny : “Ya Profesor”Brian : “Stefany masuk rumah sakit, bisakah kau datang kesini?”Jenny : “Apa? Tolong kirimkan alamat rumah sakitnya padaku”
“Kak Gerrald apa Profesor Brian atau Profesor Adrius tidak mengatakan apapun padamu?” Aku malah bertanya kepada Gerrald.Gerrald menggelengkan kepalanya. Adrius dan Brian pulang sangat larut. Sepertinya Gerrald sudah tertidur jauh sebelum mereka berdua pulang.“Tolong ceritakan padaku apa yang terjadi” teriak Anastasia frustasi.Stefany menghela nafas panjang, lalu menghempaskan tubuhnya ke atas tempat tidurnya, menelungkupkan kedua tangannya menutupi wajah cantiknya“Aku telah melakukan kesalahan sangat besar. Apakah Profesor Brian akan memaafkanku?” Lirihnya.“Kau dalam keadaan tidak sadar Stefany, Profesor Brian pasti mengerti” Ujarku menenangkan.
Gerrald menjawab panggilan teleponnya, ternyata Jenny yang menghubunginya.Gerrald : “Baiklah Jenny, kirim saja melalui emailku”Jenny : “Okey, kau tahu kan apa yang harus kau lakukan?”Gerrald : “Aku mengerti, kau bisa menyerahkan semua padaku”Jenny : “Anggota pasukan khusus memang yang terbaik”Gerrald menutup sambungan telepon.“Ada apa?” Tanya Adrius penasaran.“Jenny akan membalas dendam pada bajingan-bajingan yang telah menyakiti Stefany” Jawab Gerrald.Uhuk. Brian tersedak teh jahe yang sedang diminumnya.
Jenny melemparkan ponselnya saat Stefany meminta pertolongannya, dia menyambar cardigan berwarna pink di dalam lemari dan langsung memerintahkan pak Doni untuk mengantarnya ke rumah Stefany.“Pak, ke rumah Stefany” Pintaku kepada pak Doni.Aku sangat panik saat Stefany memutuskan sambungan telepon begitu saja. Kepalaku berdenyut karena aku baru tertidur selama dua jam.Malam tadi aku menggantung bajingan-bajingan yang menyakiti Stefany di sebuah lembah yang curam dengan posisi terbalik. Setelah puas menyiksanya bersama Arsen, aku putuskan untuk menggantung mereka di suatu tempat yang jarang terjamah oleh manusia.Sengaja aku tidak mematikan ponsel mereka, agar keluarga mereka dapat melacak dan menjemput mereka pulang.
“Kau mau apa?” Tanya Adrius gugup.Aku menarik tubuhku menjauh dari Adrius.“Aku belum siap dihajar olehmu” Kekehku sambil menarik tubuhku menjauh dari Adrius.Kulihat Adrius menghela nafas panjang, apa tadi dia menahan nafasnya?“Apa yang sedang mereka lakukan? Mengapa mereka lama sekali? Apa mungkin mereka melanjutkan adegan panas didalam mobil?” Keluhku kesal menunggu Stefany yang tak kunjung datang.Adrius menyentil dahiku.“Jangan berfantasi liar, kau belum cukup umur” Ledek Adrius.“Aku hampir 20 tahun Profesor” Jawabku sambil mengelus dahiku yang terkena sentilan Adrius
“Sudah aku usulkan kepada ayahku, namun pemegang saham yang lain tidak menyetujuinya, karena hanya akan menambah beban operasional tanpa memberikan laba” Ucap Stefany tanpa memalingkan pandangan dari laptopnya.“Ayahku pemilik bisnis restoran dan resort, kita tidak bisa berkolaborasi” Aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal.“Kau sudah sangat membantu dengan menemaniku disini sekarang” Stefany menatapku dengan lembut.“Semoga saja aku memiliki cucu berbakti sepertimu kelak” Kekehku sambil menepuk-nepuk rambut Stefany.Sekitar satu jam kami berada di perpustakaan, Stefany menggelengkan kepalanya saat melihatku tertidur dengan tumpukan komik.Stefany meregangkan ototnya lalu beran