Setelah pertemuan dan obrolan menarik dengan Yerenika tersebut, Lumiere terus saja termenung sepanjang hari. Bahkan sesekali ia terlihat tidak fokus terhadap apa yang sedang dikerjakan olehnya. Entah itu menumpahkan air yang hendak diminum olehnya, atau bahkan salah meletakkan barang begitu mereka pulang ke apartemen.
Bahkan pagi ini, Lumiere sampai tidak sadar jika dirinya telah masuk ke dalam kapel yang masih kosong. Sepertinya tidak ada kegiatan doa pagi hari ini. Wajah cantiknya itu tampak kosong, menatap lantai dengan pandangan kosong dan sorot mata yang redup. Benar-benar mencirikan seorang manusia yang sedang dikuasai oleh beban pikirannya.
Barulah Lumiere tersadar saat seseorang menepuk pundaknya. Gadis itu tersentak terkejut, refleks menolehkan kepalanya dan mendapat si pucat, atau Bapak Rohani, tengah berdiri belakangnya, sembari memamerkan sebuah senyuman lembut.
“Apa yang membawamu datang kemari sepagi ini?” tany
Esok harinya. Sekitar pukul sembilan pagi. Ketika Lumiere hendak membuang sampah untuk diangkut oleh petugas. Telinganya mendadak menangkap sebuah obrolan hangat para ibu-ibu kompleks yang berkumpul di depan halaman rumah. Alhasil, Lumiere pun menghampiri perkumpulan tersebut ketika salah satu dari mereka melambaikan tangan kepadanya.“Nak Sharon ... terima kasih banyak karena sudah menyelamatkan anak-anak kami dari kultus sesat itu,” ujar seorang wanita paruh baya bersurai cokelat madu yang melambaikan tangan kepadanya tersebut.“Ya?”“Apakah kamu belum mendengarnya?” tanya wanita bersurai pirang, yang tampak paling muda di antara sekumpulan ibu-ibu tersebut. “Pagi ini, tentara negara kita menggerebek gereja sesat itu! Itu semua berkat penyusupanmu dengan tunanganmu itu, Tuan Sirius.”Mata Lumiere lantas membulat, merasa terkejut dengan apa yang baru saja ia dengar tersebut, “Sungguh?
Lumiere menggigit bibirnya, berusaha menahan suara-suara aneh yang meluncur dengan bebas dari mulutnya. Tubuhnya terguncang pelan, memekik tertahan setiap kali sesuatu di bawah sana mengenai titik kenikmatannya.Entah sejak kapan, siapa yang memulai, dan bagaimana bisa berakhir seperti ini. Yang Lumiere bisa ingat selama ini adalah; tubuhnya terguncang penuh kenikmatan akibat pergerakan seseorang di bawah sana.Lumiere menatap sayu pada pria bersurai kelabu yang sibuk bergerak di bawah sana. Peter, pria yang sedang asyik bercinta dengannya, terlihat jauh lebih seksi daripada biasanya. Surai kelabunya yang lepek karena keringat, menutupi dahi hingga mata, bulir-bulir keringat yang membasahi tubuh berototnya. Tubuh berkeringatnya tersebut semakin membuat Peter terlihat seksi. Tidak menutup kemungkinan Lumiere merasa semakin bernafsu dan ingin terus bergumul dalam olahraga panas dengan Peter.Kamar berukuran sedang tersebut dipenuhi oleh s
Hari di mana pesta yang diadakan oleh pejabat gedung putih yang bernama Aaron Patterson tersebut, telah tiba.Peter tengah sibuk merapikan kembali penampilannya, sembari menunggu Lumiere selesai bersiap-siap di kamar. Sejak dua jam yang lalu, mereka disibukkan untuk berdandan semaksimal mungkin, demi menghadiri pesta dansa sekaligus memberikan hukuman pada Aaron. Dan Peter selesai lebih awal daripada Lumiere yang tengah dibantu Jill untuk merias diri. Alhasil, Peter harus menunggu tunangannya tersebut agar mereka bisa berangkat bersama ke aula pesta.“Apa aku membuatmu menunggu terlalu lama?”“Tidak ju—“Peter tampak mematung, terpukau dengan kecantikan Lumiere yang terbalut sebuah gaun berwarna hitam dengan gradasi abu-abu di ujung gaun yang menjuntai ke lantai. Sebuah sarung tangan berwarna senada dengan gaun tersebut, membungkus rapi kedua tangan Lumiere. Tampak kontras karena warna kulit Lumiere yang puti
Aula pesta secara perlahan menghening begitu Aaron berdiri di mimbar untuk menyampaikan sepatah kata, untuk membuka pesta ini secara resmi.“Saya ucapkan terima kasih kepada para tamu undangan yang berkenan untuk menghadiri pesta ulang tahun putri tunggal saya, Itzaya Patterson,” ujar Aaron kemudian mengambil sebuah gelas berisikan jus jeruk yang ia ambil dari seorang pelayan, yang ternyata adalah Jill. Pria bertubuh gempal tersebut mengangkat tinggi gelas jus tersebut ke udara. “Mohon maaf untuk ketidaknyamanan kalian karena tidak menemukan alkohol sedikit pun. Mari kita buka pesta ini secara resmi dengan segelas jus jeruk!”Sorakan mulai terdengar, bersamaan dengan musik waltz yang kembali dimainkan. Menandakan jika dansa pertama segera dimulai setelah pesta dibuka.Peter yang berdiri di sudut aula pesta, bersama dengan Lumiere, lantas menatap sang gadis yang tampak terlihat menunggu hasil dari rencana mereka.
Reynox berdecak. Mengembuskan napasnya kasar, merasa kesal karena hubungan diam-diamnnya dengan Sydney terendus oleh Lumiere, sebelum ia menceritakan semuanya kepada gadis bersurai cokelat madu tersebut.“Aku tertarik dengannya lima tahun yang lalu. Saat Lucius pertama kali menjabat sebagai direktur MI6,” ujar Reynox memulai kisah asmaranya ketika melihat mata Lumiere yang berbinar. “Saat itu, Sydney baru saja dipindahkan dari MI5 karena unit itu dibubarkan setelah kematian banyak anggotanya dalam misi penyusupan di Kalkota. Lalu, Oscar meminta Lucius untuk menyelidiki kematian para anggota MI5. Dan kau tahu, Lumie? Yang ditugaskan dalam misi itu adalah aku dan Sydney.”“Ah ... saat itu kamu absen dari rencanaku karena mendapatkan perintah dari MI6?” tanya Lumiere terlihat antusias untuk mendengar kelanjutan kisah asmara temannya tersebut. “Aku ingat itu. Aku ingat.”Reynox mengangguk, “Sejak
Reynox dan Sydney tengah berlayar dengan sebuah perahu melintasi Sungai Thames, menuju ke suatu tempat. Reynox tidak diberitahu, ia hanya membiarkan Sydney yang membimbing supir kapal ini menuju ke suatu tempat.Pria itu menangkap gelagat aneh dari rekan kerjanya tersebut, “Ada apa di Sungai Thames?”Namun, Sydney tidak memberikan jawaban yang tepat atas pertanyaan Reynox tersebut, “Sudah dekat.”Kapal yang mereka tumpangi kemudian berbelok dan memasuki sebuah lubang pembuangan air yang cukup besar, sepertinya sering dilewati oleh kapal untuk melakukan pembersihan. Reynox sedikit takjub karena baru mengetahui hal tersebut.“Ini ... tempat apa?” tanya Reynox dengan mata yang terus memperhatikan sekitarnya dengan tatapan terpukau. Namun, tidak ada jawaban selama beberapa saat kemudian. Meninggalkan Reynox dalam keheningan sembari memandangi takjub saluran pembuangan air tersebut.Hingga akhirnya, k
76km Selatan London, Pinggiran Kota Brighton. Suara deru cerobong asap sebuah pabrik tampaknya menjadi polusi suara di sekitaran tempat tersebut. Namun sepertinya, Reynox dan Sydney tampak tidak begitu terganggu dengan suara bising tersebut. Keduanya tampak sedang mengawasi sebuah pabrik yang disinyalir merupakan tempat produksi senjata imitasi Rusia tersebut. “Tuh. Jelas bukan buruh biasa,” ujar Reynox merujuk pada dua penjaga bersenjata di pintu gerbang pabrik tersebut. “Dalam registrasi, pabrik ini sudah ditutup ... sepuluh tahun yang lalu mereka menyuplai senjata untuk angkatan laut,” ujar Sydney seraya membaca tulisan di secarik kertas yang diberikan oleh Heinry. “Jdope memang hebat. Dia bisa mengenali pabrik hanya dari ciri komponennya.” “Dia maniak senjata sih,” timpal Reynox kemudian menyeringai senang dan mulai beranjak dari tempat persembunyiannya, “Karena ini pabrik ilegal, kerja kita jadi gampang.” Sydney panik ket
Pelabuhan Southampton.“Ini adalah rencana buatan Lumiere terkait kasus ini,” ujar Lucius seraya menyerahkan sebuah koper kecil kepada Sydney yang langsung menerimanya. “Lalu, Jdope juga sudah menyiapkan peralatan untuk menjalankan setiap rencana. Pilihlah rencana mana yang akan dipakai atas keputusan kalian, berdasarkan situasi di sana.”“Sudah kuterima,” ujar Sydney.“Di sini ada juga surat dari Lumiere untukmu, jangan lupa untuk membacanya.”“Baik. Saya segera berangkat, JK.”Setelahnya, Sydney keluar dari kereta kuda yang ditumpangi oleh Lucius tersebut. Gadis berkacamata tersebut langsung menghampiri Reynox yang tampak tenang menunggunya di dekat dermaga.“Ayo kita berangkat,” ajak Sydney seraya menarik Reynox untuk bergegas menaiki kapal milik MI6 yang berlayat ke India.Tidak perlu menunggu waktu lama, kapal tersebut langsung berlayar menin