Beranda / Fiksi Sejarah / The Lord of The Criminal / Someone Who Hiding in The Dark Act 12.

Share

Someone Who Hiding in The Dark Act 12.

Penulis: xynaerylynix
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Aula pesta secara perlahan menghening begitu Aaron berdiri di mimbar untuk menyampaikan sepatah kata, untuk membuka pesta ini secara resmi.

“Saya ucapkan terima kasih kepada para tamu undangan yang berkenan untuk menghadiri pesta ulang tahun putri tunggal saya, Itzaya Patterson,” ujar Aaron kemudian mengambil sebuah gelas berisikan jus jeruk yang ia ambil dari seorang pelayan, yang ternyata adalah Jill. Pria bertubuh gempal tersebut mengangkat tinggi gelas jus tersebut ke udara. “Mohon maaf untuk ketidaknyamanan kalian karena tidak menemukan alkohol sedikit pun. Mari kita buka pesta ini secara resmi dengan segelas jus jeruk!”

Sorakan mulai terdengar, bersamaan dengan musik waltz yang kembali dimainkan. Menandakan jika dansa pertama segera dimulai setelah pesta dibuka.

Peter yang berdiri di sudut aula pesta, bersama dengan Lumiere, lantas menatap sang gadis yang tampak terlihat menunggu hasil dari rencana mereka.

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • The Lord of The Criminal   Between Reynox and Sydney Act 1.

    Reynox berdecak. Mengembuskan napasnya kasar, merasa kesal karena hubungan diam-diamnnya dengan Sydney terendus oleh Lumiere, sebelum ia menceritakan semuanya kepada gadis bersurai cokelat madu tersebut.“Aku tertarik dengannya lima tahun yang lalu. Saat Lucius pertama kali menjabat sebagai direktur MI6,” ujar Reynox memulai kisah asmaranya ketika melihat mata Lumiere yang berbinar. “Saat itu, Sydney baru saja dipindahkan dari MI5 karena unit itu dibubarkan setelah kematian banyak anggotanya dalam misi penyusupan di Kalkota. Lalu, Oscar meminta Lucius untuk menyelidiki kematian para anggota MI5. Dan kau tahu, Lumie? Yang ditugaskan dalam misi itu adalah aku dan Sydney.”“Ah ... saat itu kamu absen dari rencanaku karena mendapatkan perintah dari MI6?” tanya Lumiere terlihat antusias untuk mendengar kelanjutan kisah asmara temannya tersebut. “Aku ingat itu. Aku ingat.”Reynox mengangguk, “Sejak

  • The Lord of The Criminal   Between Reynox and Sydney Act 2.

    Reynox dan Sydney tengah berlayar dengan sebuah perahu melintasi Sungai Thames, menuju ke suatu tempat. Reynox tidak diberitahu, ia hanya membiarkan Sydney yang membimbing supir kapal ini menuju ke suatu tempat.Pria itu menangkap gelagat aneh dari rekan kerjanya tersebut, “Ada apa di Sungai Thames?”Namun, Sydney tidak memberikan jawaban yang tepat atas pertanyaan Reynox tersebut, “Sudah dekat.”Kapal yang mereka tumpangi kemudian berbelok dan memasuki sebuah lubang pembuangan air yang cukup besar, sepertinya sering dilewati oleh kapal untuk melakukan pembersihan. Reynox sedikit takjub karena baru mengetahui hal tersebut.“Ini ... tempat apa?” tanya Reynox dengan mata yang terus memperhatikan sekitarnya dengan tatapan terpukau. Namun, tidak ada jawaban selama beberapa saat kemudian. Meninggalkan Reynox dalam keheningan sembari memandangi takjub saluran pembuangan air tersebut.Hingga akhirnya, k

  • The Lord of The Criminal   Between Reynox and Sydney Act 3.

    76km Selatan London, Pinggiran Kota Brighton. Suara deru cerobong asap sebuah pabrik tampaknya menjadi polusi suara di sekitaran tempat tersebut. Namun sepertinya, Reynox dan Sydney tampak tidak begitu terganggu dengan suara bising tersebut. Keduanya tampak sedang mengawasi sebuah pabrik yang disinyalir merupakan tempat produksi senjata imitasi Rusia tersebut. “Tuh. Jelas bukan buruh biasa,” ujar Reynox merujuk pada dua penjaga bersenjata di pintu gerbang pabrik tersebut. “Dalam registrasi, pabrik ini sudah ditutup ... sepuluh tahun yang lalu mereka menyuplai senjata untuk angkatan laut,” ujar Sydney seraya membaca tulisan di secarik kertas yang diberikan oleh Heinry. “Jdope memang hebat. Dia bisa mengenali pabrik hanya dari ciri komponennya.” “Dia maniak senjata sih,” timpal Reynox kemudian menyeringai senang dan mulai beranjak dari tempat persembunyiannya, “Karena ini pabrik ilegal, kerja kita jadi gampang.” Sydney panik ket

  • The Lord of The Criminal   Between Reynox and Sydney Act 4.

    Pelabuhan Southampton.“Ini adalah rencana buatan Lumiere terkait kasus ini,” ujar Lucius seraya menyerahkan sebuah koper kecil kepada Sydney yang langsung menerimanya. “Lalu, Jdope juga sudah menyiapkan peralatan untuk menjalankan setiap rencana. Pilihlah rencana mana yang akan dipakai atas keputusan kalian, berdasarkan situasi di sana.”“Sudah kuterima,” ujar Sydney.“Di sini ada juga surat dari Lumiere untukmu, jangan lupa untuk membacanya.”“Baik. Saya segera berangkat, JK.”Setelahnya, Sydney keluar dari kereta kuda yang ditumpangi oleh Lucius tersebut. Gadis berkacamata tersebut langsung menghampiri Reynox yang tampak tenang menunggunya di dekat dermaga.“Ayo kita berangkat,” ajak Sydney seraya menarik Reynox untuk bergegas menaiki kapal milik MI6 yang berlayat ke India.Tidak perlu menunggu waktu lama, kapal tersebut langsung berlayar menin

  • The Lord of The Criminal   Between Reynox and Sydney Act 5.

    Reynox turun terlebih dahulu dari kereta kuda. Mengulurkan tangannya untuk membantu Sydney turun dari kereta kuda tersebut. Sebuah kewajiban bagi seorang pria bangsawan, terutama seorang suami, untuk mengawal seorang wanita jika datang ke sebuah pesta. Dari mulai naik ke kereta kuda, hingga turun dari kereta kuda, dan terus menemaninya hingga pesta selesai.Dan Reynox tampaknya tidak begitu keberatan hal tersebut. Dia bahkan terlihat natural melakukan perannya sebagai seorang suami. Sampai-sampai membuat Sydney takjub sekaligus berpikir, sudah berapa banyak wanita yang dikencani oleh Reynox selama ini?“Ayo pergi,” ajak Reynox setelah mereka saling berpegangan tangan dan Sydney berhasil turun dari kereta kuda dengan selamat, meskipun ia memakai heels setinggi tujuh senti tersebut.Sydney mengangguk, kembali memastikan penampilannya yang lebih berani daripada biasanya. Gaun yang ia pakai saat ini terlalu terbuka di b

  • The Lord of The Criminal   Between Reynox and Sydney Act 6.

    “Daniel? Kamu masih hidup? Bagaimana bisa ....” Reynox memungut kembali pistol yang sempat terjatuh dari tangannya tersebut. Kemudian mengarahkannya pada Daniel yang kini mencengkeram rambut Sydney dan menodongkan pistol pada kepala gadis itu.“Kapten, turunkan pistolmu itu,” ujar Danile menyeringai miring. “Jatuhkan pistol itu atau wanita ini akan mati!”“Kamu.” Reynox mengernyit marah begitu menyadari sebuah fakta, “Kamu telah bekerja untuk Marques ... sudah berapa lama? Apakah sebelum kamu bergabung dengan pasukanku?” Reynox menuruti permintaan Daniel untuk menurunkan pistolnya.“Bagus sekali, Kapten. Anda menebak dengan benar. Seperti yang Anda dengar dari pembicaraan di aula, cara perang Afghanistan ini berlangsung tampaknya akrab, bukan?”Wajah Reynox seketika menggelap, “Sebuah permainan jungkat-jungkit untuk kontrol.”Daniel tersenyum senang

  • The Lord of The Criminal   Between Reynox and Sydney Act 7.

    Daniel mengerutkan dahinya. Tampak kebingungan dengan maksud dari ucapan Reynox yang memintanya untuk memilih jalur kematian yang akan ia pilih. Pria itu mengarahkan pandangannya ke atas dan ke bawah. Ke wajah dingin Reynox dan juga pistol yang disodorkan kepadanya tersebut.“Jika kau memilih untuk mati dengan cara bunuh diri ... aku akan melihat apa yang kalian sebut sebagai 'tujuan besar' itu sampai sampai akhir,” ujar Reynox semakin menyodorkan pistol tersebut agar segara diambil oleh Daniel. “Bahkan jika kamu mati dengan kematian yang tidak berarti di sini, jika itu berarti ide kalian menjadi kenyataan, dapatkah kamu berharap lebih?”Daniel mengambil pistol tersebut, dengan tangan yang bergetar hebat karena perasaan takut. Begitu berhasil mengambilnya, Daniel mengarahkan moncong pistol tersebut pada pelipisnya. Keringat dingin secara tiba-tiba mengalir dari sana. Pria itu terlihat begitu takut dengan pilihannya sendiri, juga

  • The Lord of The Criminal   Between Killian and Miya Act 1.

    “Terima kasih, Miss Sydney,” ujar Oscar ketika Sydney menyajikan teh untuknya di atas meja. Mata tajam pria bersurai hitam legam tersebut kemudian terarah pada Lucius yang senantiasa berdiri di hadapannya yang sedang terduduk. “Aku memang memanggilmu untuk datang ke kantorku, bukan sebagai atasan dan bawahan, melainkan sebagai teman. Jadi ... santai saja, Lucius.”Lucius tersenyum senang mendengarnya, “Baiklah. Kalau begitu, akan kulakukan seperti yang kamu katakan.” Kemudian pria beriris mata merah itu mendudukkan dirinya di kursi yang berhadapan dengan Oscar.“Aku sudah membaca laporanmu tentang kasus pembunuh berantai yang menghantui East End selama dua bulan terakhir ini,” ujar Oscar kemudian mengambil cangkir teh untuk ia minum tersebut. “Dan pelakunya benar-benar tidak terduga.”Lucius menyeringai, “Sekelompok masyarakat kelas menengah yang menginginkan kesetaraan status, na

Bab terbaru

  • The Lord of The Criminal   Aurora Association Act 2.

    Kedua alis Lumiere saling bertaut. Gadis bersurai cokelat madu tersebut tampaknya sangat tidak menyukai apa yang baru saja ia dengar.Inggrid Rovein, pria yang menjadi target misi mereka kali ini tersebut, sedari tadi melontarkan bualan tentang kesehatan dan sumber ketakutan manusia. Pria beralis tebal tersebut pria tersebut mengatakan, kematian merupakan sumber ketakutan palin dasar yang diderita oleh manusia. Meskipun seorang manusia telah menjaga kesehatannya, dan bahkan memiliki kekayaan yang banyak, mereka tidak dapat menghindari kematian yang kedatangannya tidak bisa diprediksi tersebut.Dan hal yang semakin membuat Lumiere merasa muak adalah, pria itu dengan santainya mengatakan bahwa, ia telah menemukan cara untuk hidup kembali setelah mengalami kematian. Perhatian Lumiere pun kini tertuju pada sebuah peti mati yang telah terbuka, menampilkan sesosok mayat seorang perempuan, usianya diperkirakan baru menginjak delapan belas tahun. Kulitnya terl

  • The Lord of The Criminal   Aurora Association Act 1.

    Miya, bahkan sampai Lucian pun memandang takjub kapal pesiar mewah dan berukuran besar di hadapan mereka.“Jadi ... ini adalah kapal RMS Titanic yang pernah karam ribuan tahun yang lalu?” tanya Miya seraya memalingkan pandangannya ke arah Reynox. “Kau beruntung sekali bisa ikut naik ke kapal besar itu.”Reynox berdecak, memilih untuk mengabaikan Miya. Kedua netra emasnya yang tajam itu mengamati seluruh bagian dari tubuh kapal berukuran super besar tersebut. Reynox tahu soal tenggelamnya sebuah kapal, yang kisahnya menjadi legendaris hingga ribuan tahun tersebut. Dan Reynox sendiri menjadi ragu, apakah kapal kedua dari RMS Titanic ini akan memiliki nasib yang sama seperti kakaknya, atau tidak.“Tolong antarkan barang bawaan kami di kamar nomor A12 kelas satu,” ujar Peter pada seorang petugas kapal yang menghampirinya. Setelah memastikan petugas kapal tersebut mengangkut barang bawaannya dan Lumiere, Peter meng

  • The Lord of The Criminal   The Story about Lucius and His Lover Act 9.

    Lumiere membenarkan kembali letak topeng pesta yang sedang dipakai olehnya. Gadis bersurai cokelat madu tersebut kemudian memantapkan kembali hatinya, memantapkan niatnya untuk mengunjungi pasar gelap yang dikelola oleh pemerintah Inggris.“Tidak perlu takut,” bisik Peter yang memaksa untuk ikut. Pria itu membantu istrinya tersebut untuk merapikan penampilannya tersebut. “Kita hanya perlu melakukan penyelidikan, tanpa membuat keributan apa pun selain mau membeli manusia yang akan dijajakan oleh mereka.”Lumiere mengangguk, mendongakkan kepalanya untuk menatap wajah tampan Peter yang bersembunyi dibalik tudung jubah yang pria itu kenakan tersebut. “Sepertinya, setelah ini kamu harus memotong rambutmu.”“Benarkah? Sayang sekali kalau dipotong,” ujar Peter seraya menaik turunkan alisnya, bermaksud menggoda Lumiere. “Padahal kamu sangat menyukai rambut panjangku ini.”“Atau uba

  • The Lord of The Criminal   The Story about Lucius and His Lover Act 8.

    “Ini informasi terkait Inggrid Rovein yang kamu minta.”Lumiere menerima satu bundel dokumen yang diserahkan oleh Ashen tersebut. Gadis bersurai cokelat madu itu langsung membacanya. Tenggelam dalam ribuan kosa kata yang tertulis di sana, menyampaikan informasi tentang sesosok Inggrid Rovein yang terasa misterius sekaligus terasa tidak asing tersebut.“Dia ... satu jenis dengan Charles Evanescene,” ujar Ashen yang membuat Lumiere dan Peter menatapnya terkejut. “Ada sedikit perbedaan di antara mereka. Charles melakukan pemerasan untuk melihat kesengsaraan orang lain. Sedangkan Inggrid ... dia murni melakukannya untuk mendapatkan seseorang.”“Hah?” Kedua alis Peter terangkat, merasa bingung dengan maksud dari perkataan Ashen tersebut. “Apa maksudnya?”“Perdagangan manusia,” jawab Ashen dengan wajah yang menggelap karena menahan amarahnya. “Inggrid melakukan hal te

  • The Lord of The Criminal   The Story about Lucius and His Lover Act 7.

    Darius menggigiti kuku-kuku jari tangannya. Pria paruh baya tersebut terlihat cemas lantarana putra dan calon menantunya tersebut menghilang sejak kemarin.“Sayang, sudahlah,” ujar Viona terlihat santai memandangi jari-jari tangannya yang terlihat indah tersebut. “Mereka pasti sedang pergi ke suatu tempat untuk menikmati waktu bersama. Sebentar lagi juga mereka akan pulang.”“Ini sudah hampir siang hari, Viona!” bentak Darius yang membuat Viona tersentak terkejut. “Mana mungkin mereka pergi selama ini.”“Ya terus kita harus bagaimana? Mencari mereka? Kita saja tidak tahu mereka pergi ke mana!” Viona balik membentak, karena merasa kesal setelah dibentak oleh Darius tersebut. “Kita tidak bisa berbuat banyak untuk saat ini. Lebih baik kamu duduk tenang dan menunggu kedatangan mereka. Mereka pasti pulang.”Perdebatan mereka kemudian terhenti saat mendengar suara ketukan p

  • The Lord of The Criminal   The Story about Lucius and His Lover Act 6.

    Kediaman Keluarga Wysteria, sekaligus markas MI6, digegerkan oleh kedatangan Arnold Rudeus yang membuat keributan di pagi hari. Bahkan pria bertempramen buruk itu sampai merangsek maju dan menerobos masuk. Sampai-sampai membuat Reynox harus turun tangan karena sama-sama bertubuh besar.Tujuan Arnold melakukan hal tersebut adalah, untuk merebut kembali Alyn yang diculik oleh Lucius kemarin pagi. Namun pada kenyataannya, Lucius hanya menyelamatkan Alyn dan kekejaman Arnold. Yang tidak segan-segan melakukan tindak kekerasan terhadap wanita.“Tenangkan dirimu, Bung!” bentak Reynox seraya menahan tubuh besar Arnold yang hendak menerobos masuk semakin dalam. Bahkan, Reynox harus mengeluarkan seluruh kekuatan tubuhnya agar bisa menghentikan pergerakan Arnold.“Minggir! Aku harus membawa pulang Alyn!” rutuk Arnold berusaha terus melangkah maju.“Jangan membuat kekacauan di kantorku, Tuan Muda Rudeus!”Ba

  • The Lord of The Criminal   The Story about Lucius and His Lover Act 5.

    Alyn mengernyit ketakutan ketika apa yang terjadi pada hari itu, hari di mana ia disiksa oleh Arnold, kembali terlihat di matanya. Bukan hanya melihat adegan tersebut, Alyn juga mampu merasakan perasaan takut yang ia rasakan pada saat itu.Dan ketika adegan itu beralih, di mana Arnold menindih tubuhnya tersebut, Alyn tersentak dan terbangun dari tidurnya. Bahkan terduduk dalam satu kali gerakan hingga membuat kepalanya berdenyut nyeri. Dan pada saat itu pula Alyn mulai menyadari, ini bukanlah kamarnya.Alyn menolehkan kepalanya saat merasakan pergerakan pada kasur di sisi kanan. Membulatkan matanya saat melihat Lucius yang sedang menggeliat tidak nyaman, terlihat sekali bahwa tidur pria berwajah tampan tersebut terusik karena dirinya.“Sudah bangun?” tanya Lucius seraya membuka matanya, dan mendapati wajah ketakutan Alyn. “Kamu bermimpi buruk?”GREP!Lucius tersenyum lembut saat Aly

  • The Lord of The Criminal   The Story about Lucius and His Lover Act 4.

    “Dari mana saja kamu? Seharian tidak pulang ke rumah dan tanpa kabar pergi ke mananya.”Tubuh Alyn membeku saat terdengar pertanyaan bernada rendah dan penuh amarah, ketika ia baru saja memasuki kediaman Baron Rudeus tersebut. Alyn mendadak kikuk, tidak tahu harus menjawab apa untuk pertanyaan yang dilontarkan oleh tunangannya tersebut.“Aku diajak pergi oleh Suster Diana untuk mengunjungi pusat kota. Karena terlalu malam ketika sampai di panti, aku menginap di sana,” jawab Alyn setelah terdiam selama beberapa saat hanya untuk mengumpulkan keberaniannya tersebut. “Maafkan aku jika telah membuatmu khawatir, Arnold.”“Kau kira aku mudah dibohongi hah!” pekik Arnold merasa geram dengan kebohongan Alyn yang mudah terendus olehnya tersebut. “Kau pikir aku bodoh? Aku mendatangi panti asuhan tempat di mana kamu berasal itu semalam! Mereka mengatakan jika kamu tidak mengunjungi mereka. Dan justru per

  • The Lord of The Criminal   The Story about Lucius and His Lover Act 3.

    Tubuh Alyn kembali membeku, dengan senyuman manisnya yang melebar ketika ia kembali mendapati Lucius tengah menunggunya di depan gerbang panti asuhan. Gadis bersurai hitam legam tersebut tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya, karena kembali bertemu dengan Lucius. Bahkan, Alyn terlihat menari-nari kecil sembari mendekati Lucius. Membuat pria yang berada di hadapannya kini itu, tidak bisa menyembunyikan senyumannya.“Sesenang itukah kamu bertemu denganku?” tanya Lucius begitu Alyn berdiri di hadapannya.Alyn mengangguk antusias, “Kita bertemu lagi, Lucius.”“Senang bertemu denganmu, Alyn.”Keduanya kemudian berjalan-jalan memutari taman, sembari menikmati jajanan pinggir jalanan untuk mengganjal perut mereka. Saling bertukar cerita, walaupun percakapan itu didominasi oleh Alyn. Namun, mereka terlihat begitu serasi dan dekat, terlihat seakan-akan mereka adalah sepasang suami istri yang masih merasakan p

DMCA.com Protection Status