Share

3. Takdir

Penulis: Specialfinger
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Sebuah keyakinan dapat dibangun dengan sangat mudah apabila kita mempercayainya. Dan, ketika kita sudah mempercayai keyakinan tersebut, maka kesempatan untuk menjadi nyata semakin besar, dikarenakan adanya ikatan antara masa lalu dan masa sekarang.

Terlihat seorang wanita berambut hitam sebahu dengan kulit putih bersih, dengan senyumannya yang manis. Ia tengah membaca sebuah novel berjudul The Legend Of The Coral Cave dan nama penulisnya Y Lawrence. Ia membuka selembar halaman baru seraya makan camilan yang berada di hadapannya dengan elegan. Ia sudah berkali-kali membaca buku itu.  

Wanita itu menghentikan aktivitasnya sejenak. Tatapannya tertuju pada sebuah mobil mewah berwarna hitam legam, entah mengapa sejak tadi mobil itu terus menjadi objek favoritnya. Hingga seorang pria keluar dari pintu mobil, pria itu mengenakan jas hitam formal dengan kacamata hitam. Dia terlihat mengusap rambutnya ke belakang. 

Namun anehnya, Crystall tersenyum saat melihat itu. Seolah-olah dia tengah menantikan pria itu menghampirinya ke dalam restoran yang memiliki nama Restoran Perpustakaan itu. Walau pun dia tidak bisa menatap wajah pria itu karena posisi sosok itu memunggunginya, dia tetap seakan-akan tengah menunggu kehadiran pria itu.

“Crystall, Nyonya Besar memanggilmu,” sapa salah satu pelayan.

Crystall mengalihkan tatapannya, ia tersenyum dan mengangguk. Akan tetapi ketika Crystall menoleh pada pelayan di sampingnya, tanpa sengaja sosok pria di balik mobil mewah itu menoleh pada Crystall di balik kaca lebar yang berada di restoran tersebut. Kening pria itu terlihat berkerut, lalu dia mengabaikannya dengan berjalan menyeberang menuju University Of Coral London.

***

Terlihat seorang pria tampan dengan garis wajah yang tegas, hidung mancung, alis tebal, semua yang ada padanya terasa begitu sempurna. Tatapannya tajam solah-olah mampu menembus benda yang keras sekali pun, dan senyumannya begitu mahal. Wajahnya yang datar, tetapi berkarisma seakan-akan mampu menarik perhatian para wanita.

Pria itu bernama Edric Winston, seorang polisi yang gagah dan berasal dari keluarga terkaya nomor satu di Britania Raya. Dia sama sekali tidak memiliki kekurangan, semua yang ada pada dirinya adalah kesempurnaan. 

Sejak kecil, melukis adalah keinginan seorang Edric Winston. Dia akan sangat menyukai ketika ayahnya kembali dari kantor dan pulang ke rumah dengan membawa lukisan. Entah dalam bentuk apa pun, Edric sangat menyukainya. Dia berharap agar bisa melukis suatu saat nanti. Dia sudah berusaha semaksimal mungkin untuk melukis objek di hadapannya, tetapi ia selalu gagal. Anehnya hanya satu yang dapat ia lukiskan dengan sangat indah, yakni pemandangan pantai.

Sejak dulu, ia sudah mengikuti banyak les untuk bisa melukis hal lain. Sayangnya, tangan dan imajinasinya seolah-olah bekerja sama agar dia hanya bisa menggambar pantai itu secara terus-menerus. Edric sempat merasa frustrasi dan memilih untuk berhenti melukis, tetapi ia tetap mengoleksi beberapa lukisan yang antik dan cantik.

Saat ini, dirinya tengah menemani adik sepupunya untuk mengunjungi pameran di sebuah galeri. Alasannya ingin menemani Celine Blossom Immanuel sangat simpel, karena dia penasaran dengan lukisan-lukisan yang dipajang di dalam sana. Pasalnya, ia tahu Celine memiliki bakat yang luar biasa dalam melukis, bahkan terkadang dirinya merasa iri dengan kemampuan wanita itu.

Ia berhenti melangkah di depan sebuah galeri yang sangat ramai oleh pengunjung. Gedung yang dipakai  galeri tersebut memiliki cat dengan warna hijau yang membuatnya terlihat asri dan sangat nyaman. Matanya menatap dua lukisan berukuran sedang yang dipanjang  di kanan dan kiri pintu masuk, kedua lukisan itu menggambarkan hutan sesuai dengan cat galeri yang berwarna hijau. Wajah tegasnya seolah-olah berubah menjadi wajah yang penuh semangat untuk menelusuri galeri ini.

“Kau tahu kabar baik dari galeri ini? Mereka menjual semua lukisan yang ada di sini, karena ada beberapa lukisan yang merupakan sumbangan dari kelasku!” seru Celine bersemangat.

“Di mana lukisanmu?” tanya Edric seraya melihat-lihat.

Celine menunjuk lukisan yang berada di tengah-tengah, lukisan itu yang paling menarik perhatian para pengunjung. Dia menarik lengan Edric untuk menerobos masuk ke dalam kerumunan orang-orang tersebut dan kembali menunjuk tanda tangan di ujung lukisan.

“Aku mendapat inspirasi lukisan ini dari salah satu Profesor yang cantik. Dia juga yang mendirikan galeri ini dan mengatur semuanya. Dia mengatakan, bahwa lukisanku yang paling indah di antara yang lain,” ucap Celine bangga akan lukisannya.

Edric memasukkan kedua tangannya pada saku celananya. Lukisan pemandangan senja, dengan langit yang berwarna keunguan di pantai yang indah serta seekor mermaid yang tengah menyisir rambutnya di atas batu karang. Menurutnya lukisan itu terlalu imajinatif. “Bagaimana bisa seperti ini?”

“Tentu saja bisa. Profesor Crystall menceritakan mengenai seekor mermaid dan seorang pria tampan dari sebuah novel dan aku mendapat inspirasinya,” ungkap Celine kemudian menunjuk ke arah seorang wanita cantik dengan rambut hitam panjang sebahu  yang bergelombang. “Itu Profesor Crystall.” 

Karena Celine menunjuk, otomatis tatapan Edric teralih pada wanita yang ditunjuk. Anehnya, pada saat ia melihat ke arah wanita itu dan ternyata wanita itu juga tengah menatapnya, membuat tatapan mereka bertemu selama beberapa saat. Wajah wanita itu terlihat sangat cantik di mata Edric. Kulitnya putih, bibirnya merah tidak menyala, hidungnya agak sedikit mancung, dengan tatapan yang sangat hangat.

Ketika ada angin yang menyapu rambut panjang itu, rasanya Edric ingin sekali membenarkannya agar tidak menutupi kecantikan wanita itu. Dan pada saat wanita itu merapikan rambutnya ke belakang daun telinganya, Edric seperti merasakan sesuatu pada jantungnya seperti perasaan asing yang pernah hinggap, anehnya hanya terasa samar-samar.

Bibir tipis itu menyunggingkan senyuman ramah, membuat Edric benar-benar tidak bisa berhenti menatapnya. Sampai akhirnya wanita itu seperti berjalan mendekatinya juga Celine dengan langkah anggunnya. Mata tajam Edric sama sekali tidak bisa teralih barang sedetik pun. 

Edric diam di tempatnya, tubuh tegapnya terlihat mematung seolah-olah menanti kehadiran wanita tersebut. Akan tetapi, samar-samar Edric melihat wanita cantik itu mengenakan gaun pernikahan yang membuatnya terlihat bersinar terang, ditambah dengan hiasan kecil pada rambut panjang yang tergerai bebas. Jantungnya berdebar kuat, darahnya berdesir dengan cepat, ia gugup.

Wanita itu terlihat ingin menyapa Celine, tetapi tiba-tiba seorang pria datang dan memunggungi Celine juga Edric. Pria itu Noel Othniel yang datang dengan senyuman manisnya pada wanita bernama Crystall tersebut.

“Aku sudah menyelesaikan lukisanku,” lapor Noel seraya memberikan lukisannya.

Crystall terlihat senang saat menilai lukisan tersebut. “Aku suka ini. Mari kita pajang.”

Dan mereka berdua pergi begitu saja dari sana. Melihat hal itu, Edric merasakan rasa sakit pada jantungnya, bahkan sampai membuat ia terjatuh di lantai. Rasa sakitnya sama seperti sebuah keanehan yang seolah-olah terhubung antara masa lalu dengan masa sekarang.

Bab terkait

  • The Legend Of The Coral Cave (INDONESIA)   4. Mata ke Mata

    Pertemuan itu, terkadang dapat memiliki sebuah arti yang tak terduga. Seperti kenangan, atau sisa-sisa memori mengenai kehidupan sebelumnya. Tidak banyak yang percaya mengenai kehidupan yang memiliki kehidupan lagi sebelumnya. Rasanya seperti aneh, tetapi ini adalah takdir yang tidak bisa dihindari.Manusia memang memiliki kesempatan untuk mengubah takdir, akan tetapi hanya satu yang di permasalahkan. Sanggupkah seseorang itu dalam mengubah takdirnya atau tidak. Ketika di kehidupan sebelumnya seseorang memiliki nasib buruk, yang hanya mereka bisa lakukan adalah berharap adanya kehidupan yang lebih baik lagi, tanpa mereka ketahui seharusnya mereka bisa mengubah semua yang ingin diubah.Seorang wanita cantik, dengan rambut hitam sebahu yang bergelombang berjalan menuruni tangga rumahnya satu per satu. Dengan busana kasual, ia berjalan menuju meja makan yang sepi seperti hari-hari sebelumnya. Ia selalu sarapan sendiri. Matanya menatap lukisan yang berada di antara pembatas da

  • The Legend Of The Coral Cave (INDONESIA)   5. Putri Duyung Cantik

    The legend of the coral cave. Kisah ini di tulis pada tahun 1930 dalam buku harian seorang polisi tampan. Awalnya, pria itu menuliskan kisahnya dengan seorang wanita yang ia cintai setiap malam, dengan menatap wajah wanita tersebut.Namun, kisah ini bukanlah cerita biasa dari seorang pemuda yang jatuh hati pada wanita cantik. Melainkan, sebuah kisah yang terjadi karena takdir dan sebuah kisah yang terkenang abadi.Lake Atkinston, wajahnya tampan, hatinya dermawan, dan senyumannya menawan. Semua orang tahu, bahwa Lake adalah pria yang baik dan penuh kasih sayang. Ia selalu mementingkan urusan negara, dibandingkan dengan urusan pribadinya.Dia penyayang, pada siapa pun itu. Dan dirinya tidak pernah membeda-bedakan orang-orang di sekitarnya, sama halnya dengan para penjahat yang berhasil ia tangkap. Lake, adalah seorang polisi yang cukup terkenal pada tahun 1930.Hari itu, dia bersama keluarganya tengah berlibur bersama di pantai Watergate Bay, di Newquay. Pantai it

  • The Legend Of The Coral Cave (INDONESIA)   1. Masa Lalu

    “Dia sangat mirip dengan mermaid wanita lima belas tahun silam, kan?” tanya salah satu anak buah Alferd.“Mermaid wanita itu memang orang tuanya,” jawab Alferd.Saat mendengar hal itu, Larissa langsung mendongak. Kedua matanya membesar karena terkejut dengan pengakuan Alferd. Bibirnya mulai gemetar karena kenangan buruk lima belas tahun yang lalu kembali terbayang oleh dirinya, rasanya sungguh menyakitkan.“Benarkah? Jadi, mermaid-mermaid itu memang bisa berjalan?”“Lebih dari itu,” sela Alferd seraya berjalan mendekati kaca akuarium sembari tersenyum manis pada Larissa. “Mereka bisa berbicara bahasa kita, berjalan layaknya manusia, memasak makanan kita, bahkan melahirkan bayi manusia.”“Jadi, maksudmu adalah dia tengah mengandung cucumu?”Alferd tertawa dengan keras saat mendengarnya. Pertanyaan itu berhasil menggelitiki perutnya.Sementara Larissa semakin dibuat ketakut

  • The Legend Of The Coral Cave (INDONESIA)   2. Rencana Mereka

    Tiba-tiba tubuh Alan di tarik dari belakang oleh seseorang, kemudian dibanting sembarangan. Bahkan seseorang itu tanpa ampun memukuli Alan secara sepihak.“Lake!” pekik Larissa terkejut, dia berusaha untuk mendekati perkelahian tersebut, tetapi gagal karena ekornya terlalu sakit untuk digerakkan.“Aku akan membunuhmu, bajingan!” maki Lake seraya menodongkan pistolnya pada kepala Alan.Alan diam, dia tidak bergerak sama sekali di bawah kekangan Lake. Wajahnya sudah terlanjur babak belur, banyak bagian tubuhnya yang memar akibat serangan Lake yang begitu brutal. Kedua tangannya mengepal, tetapi tidak bisa bergerak sama sekali.“Aku tahu ini semua adalah rencana yang telah kau susun! Kau sengaja menggunakan Aleda sebagai perantara! Dasar psikopat gila!” maki Lake lagi.Alan terkekeh. “Aku hanya ingin merebut milikku kembali.”“Siapa yang kau maksud itu, huh!?” bentak Lake dengan semakin meno

Bab terbaru

  • The Legend Of The Coral Cave (INDONESIA)   5. Putri Duyung Cantik

    The legend of the coral cave. Kisah ini di tulis pada tahun 1930 dalam buku harian seorang polisi tampan. Awalnya, pria itu menuliskan kisahnya dengan seorang wanita yang ia cintai setiap malam, dengan menatap wajah wanita tersebut.Namun, kisah ini bukanlah cerita biasa dari seorang pemuda yang jatuh hati pada wanita cantik. Melainkan, sebuah kisah yang terjadi karena takdir dan sebuah kisah yang terkenang abadi.Lake Atkinston, wajahnya tampan, hatinya dermawan, dan senyumannya menawan. Semua orang tahu, bahwa Lake adalah pria yang baik dan penuh kasih sayang. Ia selalu mementingkan urusan negara, dibandingkan dengan urusan pribadinya.Dia penyayang, pada siapa pun itu. Dan dirinya tidak pernah membeda-bedakan orang-orang di sekitarnya, sama halnya dengan para penjahat yang berhasil ia tangkap. Lake, adalah seorang polisi yang cukup terkenal pada tahun 1930.Hari itu, dia bersama keluarganya tengah berlibur bersama di pantai Watergate Bay, di Newquay. Pantai it

  • The Legend Of The Coral Cave (INDONESIA)   4. Mata ke Mata

    Pertemuan itu, terkadang dapat memiliki sebuah arti yang tak terduga. Seperti kenangan, atau sisa-sisa memori mengenai kehidupan sebelumnya. Tidak banyak yang percaya mengenai kehidupan yang memiliki kehidupan lagi sebelumnya. Rasanya seperti aneh, tetapi ini adalah takdir yang tidak bisa dihindari.Manusia memang memiliki kesempatan untuk mengubah takdir, akan tetapi hanya satu yang di permasalahkan. Sanggupkah seseorang itu dalam mengubah takdirnya atau tidak. Ketika di kehidupan sebelumnya seseorang memiliki nasib buruk, yang hanya mereka bisa lakukan adalah berharap adanya kehidupan yang lebih baik lagi, tanpa mereka ketahui seharusnya mereka bisa mengubah semua yang ingin diubah.Seorang wanita cantik, dengan rambut hitam sebahu yang bergelombang berjalan menuruni tangga rumahnya satu per satu. Dengan busana kasual, ia berjalan menuju meja makan yang sepi seperti hari-hari sebelumnya. Ia selalu sarapan sendiri. Matanya menatap lukisan yang berada di antara pembatas da

  • The Legend Of The Coral Cave (INDONESIA)   3. Takdir

    Sebuah keyakinan dapat dibangun dengan sangat mudah apabila kita mempercayainya. Dan, ketika kita sudah mempercayai keyakinan tersebut, maka kesempatan untuk menjadi nyata semakin besar, dikarenakan adanya ikatan antara masa lalu dan masa sekarang.Terlihat seorang wanita berambut hitam sebahu dengan kulit putih bersih, dengan senyumannya yang manis. Ia tengah membaca sebuah novel berjudul The Legend Of The Coral Cave dan nama penulisnya Y Lawrence. Ia membuka selembar halaman baru seraya makan camilan yang berada di hadapannya dengan elegan. Ia sudah berkali-kali membaca buku itu. Wanita itu menghentikan aktivitasnya sejenak. Tatapannya tertuju pada sebuah mobil mewah berwarna hitam legam, entah mengapa sejak tadi mobil itu terus menjadi objek favoritnya. Hingga seorang pria keluar dari pintu mobil, pria itu mengenakan jas hitam formal dengan kacamata hitam. Dia terlihat mengusap rambutnya ke belakang.Namun anehnya, Crystall tersenyum saat melihat itu.

  • The Legend Of The Coral Cave (INDONESIA)   2. Rencana Mereka

    Tiba-tiba tubuh Alan di tarik dari belakang oleh seseorang, kemudian dibanting sembarangan. Bahkan seseorang itu tanpa ampun memukuli Alan secara sepihak.“Lake!” pekik Larissa terkejut, dia berusaha untuk mendekati perkelahian tersebut, tetapi gagal karena ekornya terlalu sakit untuk digerakkan.“Aku akan membunuhmu, bajingan!” maki Lake seraya menodongkan pistolnya pada kepala Alan.Alan diam, dia tidak bergerak sama sekali di bawah kekangan Lake. Wajahnya sudah terlanjur babak belur, banyak bagian tubuhnya yang memar akibat serangan Lake yang begitu brutal. Kedua tangannya mengepal, tetapi tidak bisa bergerak sama sekali.“Aku tahu ini semua adalah rencana yang telah kau susun! Kau sengaja menggunakan Aleda sebagai perantara! Dasar psikopat gila!” maki Lake lagi.Alan terkekeh. “Aku hanya ingin merebut milikku kembali.”“Siapa yang kau maksud itu, huh!?” bentak Lake dengan semakin meno

  • The Legend Of The Coral Cave (INDONESIA)   1. Masa Lalu

    “Dia sangat mirip dengan mermaid wanita lima belas tahun silam, kan?” tanya salah satu anak buah Alferd.“Mermaid wanita itu memang orang tuanya,” jawab Alferd.Saat mendengar hal itu, Larissa langsung mendongak. Kedua matanya membesar karena terkejut dengan pengakuan Alferd. Bibirnya mulai gemetar karena kenangan buruk lima belas tahun yang lalu kembali terbayang oleh dirinya, rasanya sungguh menyakitkan.“Benarkah? Jadi, mermaid-mermaid itu memang bisa berjalan?”“Lebih dari itu,” sela Alferd seraya berjalan mendekati kaca akuarium sembari tersenyum manis pada Larissa. “Mereka bisa berbicara bahasa kita, berjalan layaknya manusia, memasak makanan kita, bahkan melahirkan bayi manusia.”“Jadi, maksudmu adalah dia tengah mengandung cucumu?”Alferd tertawa dengan keras saat mendengarnya. Pertanyaan itu berhasil menggelitiki perutnya.Sementara Larissa semakin dibuat ketakut

DMCA.com Protection Status