Pangeran Wiguna berjalan dengan gagahnya menuju pendopo istana. Pengawalan ketat bak seorang raja berhasil ia pertontonkan, itu sangat penting baginya yang haus akan pengakuan. Ia ingin semua orang tahu bahwa dirinyalah raja yang berkuasa saat ini. Senyum penuh kebanggaan tak pernah lepas dari bibirnya. Kilauan emas dari mahkota yang menghiasi kepalanya pun semakin menguatkan langkah kakinya menapaki satu per satu anak tangga menuju singgasananya. Bagi Pangeran Wiguna, mahkota itu bukan sekedar hiasan kepala, benda itu adalah separuh jiwanya. Sedari kecil ia selalu bermimpi untuk bisa menjadi seorang raja. Melihat ramanya duduk di singgasana kerajaan membuatnya semakin terpacu untuk bisa mengikuti jejaknya suatu saat nanti. Selama bertahun-tahun ia telah manggantungkan mimpi dan harapan yang begitu besar. Ia rela mengorbankan jiwa dan raganya, atau bahkan jiwa dan raga orang lain demi bisa menyematkan mahkota itu di kepalanya. Baginya, di dunia ini tak ada yang lebih berarti dibandi
Di alun-alun kuta raja sedang diadakan berbagai macam hiburan rakyat guna memperingati hari jadi kerajaan sekaligus merayakan kesembuhan Ratu Sekar Ayu. Sedangkan di dalam istana sendiri sedang berlangsung pertunjukan wayang kulit untuk menjamu para tamu yang menghadiri acara tersebut. Ratu duduk di barisan depan bersama dengan keluarga kerajaan. Malam itu Ki Dalang memainkan cerita Ramayana. Kisah itu menceritakan tentang perjuangan Rama dalam menyelamatkan Shinta istrinya dari tangan Rahwana. Dikisahkan bahwa Rahwana begitu terpikat oleh kecantikan Shinta hingga ia nekat mengambil Shinta dari sisi Rama lalu menawannya di dalam istana miliknya. Semua orang sibuk membicarakan keburukan Rahwana, namun Ratu Sekar Ayu memandangnya berbeda. Ia melihat ada cinta yang begitu besar pada diri Rahwana untuk Shinta hingga ia rela mempertaruhkan nyawanya, bertarung dengan Rama memperjuangkan cintanya pada Shinta. Semua orang menganggap Rahwana adalah sosok yang jahat, namun nyatanya se
Para prajurit sedang bersuka cita merayakan dicabutannya aturan pelarangan meninggalkan istana yang dibuat oleh ratu sebelumnya. Ratu juga telah memberikan hak libur mereka seperti sedia kala, jadi mereka akan lebih sering bertemu dengan keluarga mereka setelah berbulan-bulan lamanya tertahan di dalam istana. Setelah mendengar kabar itu, Damar tak tahu harus bagaimana menyikapinya. Turut bersuka cita merayakannya bersama prajurit yang lain ataukah malah bersedih karena ia tak akan lagi memiliki alasan untuk tidak pulang menemui Mpu Geger dan juga Utari. Perasaannya jadi tak menentu, ia mempertanyakan alasan ratu dibalik pencabutan aturan itu. Sebelumnya ratu berdalih bahwa aturan itu ia buat demi memperketat keamanan kerajaan dan juga keamanan ratu sendiri. Jika peraturan itu dicabut, apakah itu berarti ratu telah merasa aman ? Ratu tak akan pernah aman selama masih memelihara singa betina di istananya.Pagi itu Damar berjalan menuju istana ratu, ia bermaksud mempertanyakan a
Damar memacu kudanya seperti orang kesetanan. Setelah rencana pernikahan ratu dan Pangeran Panca resmi diumumkan, hatinya kian tak menentu. Di satu sisi ia ingin melihat ratu bahagia, namun di sisi lain ia belum siap untuk kehilangan ratu. Bohong jika ia berkata hatinya tak sakit. Membayangkan ratu duduk bersanding dengan lelaki lain, tidur seranjang dengan lelaki lain, menghabiskan sisa hidupnya bersama orang lain membuat Damar sangat putus asa. Damar membenci takdir yang tak membiarkan dirinya dan ratu bahagia.Sementara itu di kediaman Mpu Geger,Mpu Geger tampak mengkhawatirkan keadaan Utari. Pasalnya, sudah beberapa hari putrinya itu tak terlihat sehat. Utari sering muntah dan tak memiliki selera makan. Tubuhnya lemah dan sering kelelahan. Jamu yang diminumnya pun sepertinya tak berpengaruh. Beberapa kali Mpu Geger meminta Utari untuk menemui tabib, namun Utari selalu menolak dengan berbagai alasan.“Minumlah dulu, Nduk.” Mpu Geger memberikan se
Anak buah Mpu Geger datang bersama Mbah Puh dukun beranak di desa itu. Tanpa mau membuang waktu, Damar langsung memintanya untuk memeriksa Utari yang masih merintih kesakitan di dalam kamarnya. Tak butuh waktu lama, Mbah Puh kemudian keluar dengan membawa kabar yang sangat mengejutkan.“Maaf, mbah belum berhasil menyelamatkan janin di perut istrimu,” kata Mbah Puh yang seketika membuat Damar tercengang.Damar bingung, janin apa yang dimaksud. Mana mungkin ada janin di perut Utari, padahal ia belum pernah menyentuh Utari sebelumnya.Lain halnya dengan Damar, Mpu Geger tampak tak terkejut saat mendengar kabar itu. Selama ini ia memang telah menaruh curiga pada Utari, dan benar saja kecurigaannya itu terbukti. Satu yang sangat ia sayangkan, mengapa Utari tak mengatakan saja yang sebenarnya. Setidaknya ia bisa mencarikan jalan keluar agar kehamilannya itu tak sampai diketahui oleh Damar. Jika sudah begini Damar tak akan ragu lagi untuk meninggalkan
“Aku telah mengumumkan pernikahanku dengan Pangeran Panca. Seorang ratu harus bisa mempertanggung jawabkan ucapannya, Damar,” kata ratu.“Kau tak akan bahagia jika memaksakan hubungan itu, Yang Mulia. Seperti …”“Kau dan Utari ?” potong ratu. “Maafkan aku, jika saja aku tahu dari awal, mungkin saat ini kau sedang berbahagia dengan Utari.”“Tidak. Pertemuan kita adalah takdir. Kumohon jangan berpaling dari takdir itu dan hiduplah bahagia bersamaku, Yang Mulia.”Damar sampai menitikan air mata saat mengucapkan hal itu pada ratu. Ia terus memohon, namun ratu tetap teguh pada pendiriannya. Semua itu ratu lakukan demi kebaikan semua orang, ia ingin segera mengakhiri drama yang terjadi di dalam hidupnya dan melangkah maju bersama Pangeran Panca. Tekadnya sudah bulat, bahkan Damar sekalipun tak bisa menggoyahkannya. Merelakan memanglah sulit, namun memaksakan diri untuk terus bersama juga b
Damar diam-diam berjalan sendirian menuju kediaman ibu suri. Para penjaga tanpa ragu mempersilahkannya masuk karena ibu suri telah menunggunya di dalam kediamannya. Setelah memastikan keadaan aman, Damar segera masuk untuk menemui ibu suri di ruangan pribadinya."Salam, Gusti.""Hal penting apa yang ingin kau katakan padaku ?" Ibu suri tak ingin berlama-lama, ia sudah sangat penasaran untuk mengetahui niat dan tujuan Damar datang menemuinya."Ini, Gusti." Damar menyerahkan selembar kertas yang ia dapat dari pusat kota pada ibu suri. Ibu suri tampak terkejut setelah membaca selebaran itu."Pria itu mengaku sebagai putra Ki Panut. Dia bilang Gusti pasti tahu siapa Ki Panut.""Omong kosong. Aku tidak mengenalnya," jawab ibu suri tampak gusar setelah Damar menyebut nama Ki Panut."Sebenarnya hamba telah mengetahui segalanya, Gusti.""Mengetahui apa ?"Damar tak menjawab pertanyaan itu, ia hanya menatap kertas di t
Damar semakin puas setelah mendengar pengakuan ibu suri. Tak disangka rencananya bisa berjalan semulus itu. Ternyata mengelabuhi ibu suri tak sesulit yang ia bayangkan sebelumnya. Wanita itu sudah termakan oleh kedengkian di dalam hatinya, maka dengan sedikit bumbu kemunafikan saja sudah cukup untuk menggiringnya masuk ke dalam perangkap yang telah Damar buat.Setelah mendapatkan apa yang ia inginkan, Damar pun segera mengakhiri sandiwara itu. Dengan aba-aba darinya para prajurit segera masuk ke dalam kediaman ibu suri."Ada apa ini ??" Ibu suri masih belum menyadari bahwa ia telah terperangkap dalam permainan Damar."Tangkap wanita ini !!" perintah Damar. Para prajurit pun segera menangkap ibu suri setelah mendapat perintah itu."Apa-apaan ini ?? Berani-beraninya kalian menyentuhku dengan tangan kotor kalian." Ibu suri berteriak, menyumpahi para prajurit dan siapa saja yang telah berani menyentuhnya. Kejahatannya telah terbongkar namun ia masih saja bera
Ratu Sekar Ayu berdiri menatap pantulan dirinya di dalam cermin dengan tatapan kosong. Dalam hatinya bertanya, sudah benarkah keputusan yang ia ambil ? Hari itu adalah hari dimana putusan hukuman bagi ibu suri akan dibacakan. Hatinya gamang, menghukum orang yang sangat ia sayangi tidaklah mudah. Namun memaafkan begitu saja perbuatannya juga bukanlah pilihan yang bijak. Ratu hanya manusia biasa yang bisa merasakan sakit. Jika hanya dirinya yang disakiti, mungkin ia masih bisa memaafkan, namun saat mengingat kembali penderitaan kedua orang tua dan juga saudara-saudara kandungnya, sulit bagi ratu untuk bisa memaafkan. Ibu suri telah membuat kehidupan ratu begitu sulit, ia menjadi yatim piatu hanya beberapa bulan setelah ia dilahirkan. Ratu tak pernah merasakan kasih sayang kedua orang tua kandungnya, bahkan wajah mereka saja ratu tak ingat. Beruntung ada Raja Widharma dan Ratu Pancawati yang begitu tulus menyayanginya. Mereka bersedia menggantikan peran kedua orang tuanya tanpa
"Akulah yang kau cari, Utari," kata Ratu berdiri di hadapan Utari sambil memegangi dadanya. Walau telah siuman, namun efek racun di dalam tubuhnya tak bisa secepat itu hilang. Para tabib telah berusaha memintanya untuk pergi menyelamatkan diri, namun ratu justru lebih memilih untuk menyelesaikan masalahnya dengan Utari. "Bedebah !! Baiklah, aku tak akan bermain-main lagi denganmu !!" teriak Utari marah mengetahui kesembuhan ratu. Tanpa banyak basa-basi, ia langsung mengayunkan pedangnya ke arah ratu. Dua wanita itu bertarung, keadaan ratu yang belum pulih sepenuhnya membuatnya kuwalahan menghadapi Utari. Damar berusaha bangkit karena begitu mengkhawatirkan keadaan ratu, namun ia tak berdaya karena luka di tubuhnya dan juga hadangan dari anak buah Utari. Tak butuh waktu lama, Utari pun berhasil mengakhiri perlawanan Ratu Sekar Ayu. Ratu terkulai dengan cucuran darah dari mulut dan hidungnya, ia tak berdaya di bawah ancaman pedang Utari. "Kau suda
Utari berhasil memasuki istana Welirang. Istana yang sedang kosong ditinggal para penghuninya berperang di medan peperangan dengan mudah berhasil diobrak abrik oleh Utari dan pasukannya. Tujuannya sudah jelas, menemukan keberadaan Ratu Sekar Ayu. "Katakan dimana ratu kalian ??" teriak Utari sambil mengancam para dayang di istana. Mereka yang ketakutan pun akhirnya dengan berat hati menunjukkan keberadaan Ratu Sekar Ayu. Saat Utari mendobrak pintu, Ratu Sekar Ayu masih terbujur di atas ranjangnya. Tubuhmya masih membiru dengan aroma busuk yang mulai keluar dari luka di lengannya. Utari tersenyum puas menyaksikan sendiri betapa dahsyatnya upas sewu bekerja pada tubuh ratu. "Lihatlah dirimu sekarang. Apa yang ingin kau sombongkan dariku ?" kata Utari sambil memainkan pedangnya di wajah ratu. "Ini semua tak seberapa. Kau tahu betapa sengsaranya aku selama ini ?? Kematianmu pun tak cukup untuk menghapus luka batinku." Utari menatap ratu dengan penuh kebenc
Pertempuran antara pasukan Welirang dan pasukan Jagalan akhirnya pecah. Pertumpahan darah yang ditakutkan oleh banyak orang pun akhirnya terjadi juga. Saat itu medan perang dipenuhi riuhnya suara pedang, lesatan anak panah dan teriakan para prajurit yang berjuang membela pasukannya masing-masing.Di sela-sela ayunan pedangnya, Raja Widharma tampak mencari-cari keberadaan Pangeran Wiguna. Perang sudah berlalu cukup lama, namun ia tak juga melihat keberadaan putranya itu.Raja Widharma semakin merangsek masuk membelah pasukan lawan, berharap bisa segera menemukan keberadaan Pangeran Wiguna. Ia ingin sekali menghukum putranya itu karena tak mengindahkan larangannya untuk memberontak. Bukannya Pangeran Wiguna, Raja Widharma justru bertemu dengan Utari. Ia sedikit terkejut karena ternyata pasukan itu dipimpin oleh seorang wanita alih-alih Pangeran Wiguna. Raja Widharma ingin beranjak pergi namun Utari memaksanya untuk tetap berada di sana.Utari dan Raja Widharma sal
Keesokan harinya tanpa ada yang tahu peristiwa yang menimpa Pangeran Wiguna,Utari berjalan keluar dari kadipaten dengan baju zirah lengkap dengan senjata di kedua tangannya. Ribuan pasukan Jagalan telah bersiap di depan kadipaten setelah mendapatkan perintah perang dari Utari. Utari berdalih Pangeran Wiguna telah ada di perbatasan menunggu mereka bergabung dengan pasukan sekutu. Para prajurit yang tak tahu apa-apa menurut saja apa kata Utari yang katanya telah ditunjuk untuk memimpin pasukan Jagalan.Utari tak ingin membuang waktu, ia dan ribuan pasukannya segera bergerak menuju Welirang. Hentakan kaki kuda dan sorot tajam matanya sudah cukup menggambarkan betapa siapnya ia untuk bertempur melawan pasukan kerajaan. Ia sangat yakin dapat memporak-porandakan Welirang dengan ribuan prajurit yang telah dilatih dan dipersiapkan oleh ibu suri selama ini menggunakan dana gelap kerajaan Welirang. Sokongan dari pasukan sekutu pun sudah lebih dari cukup dan membuatnya semakin p
Damar dihajar habis-habisan oleh Nyi Gandaruhi. Pertarungan yang tak seimbang itu membuat Damar babak belur. Sementara itu, fajar sudah mulai terlihat di ufuk timur, sinar yang terpancar dari bunga Geniri pun mulai meredup. Satu per satu kelopaknya mulai menutup, bunga itu harus segera dipetik sebelum menutup sepenuhnya. Jika malam itu menjadi malam terakhir ia mekar, maka hilang sudah kesempatan mereka untuk menyelamatkan nyawa Ratu Sekar Ayu. Nyi Gandaruhi nampaknya tahu betul akan hal itu sehingga ia terus berusaha menghalangi Damar agar tak sampai menyentuh bunga itu. Damar tak mau menyerah, dengan sisa kekuatan yang ada, ia kembali bangkit dan berusaha melawan Nyi Gandaruhi. Ratu Sekar Ayu sedang menunggunya, bagaimanapun caranya ia harus bisa mendapatkan bunga itu. Tak apa jika raganya harus hancur di tangan Nyi Gandaruhi, asalkan ia dapat membawa pulang penawar racun itu. Semua orang sedang menggantungkan haparan besar padanya, ia tak mau mematahkan harapan itu.
Utari tersenyum puas saat menerima laporan dari orang suruhannya perihal keadaan Ratu Sekar Ayu. Walau bidikannya tak tepat sasaran, namun ternyata sedikit luka di tubuh ratu sudah cukup untuk menumbangkannya. Untuk beberapa saat ratu masih bisa memperpanjang napas, namun Utari yakin itu tak akan lama karena usaha Damar akan sia-sia belaka, Nyi Gandaruhi tak akan semudah itu dikalahkan. Tak disangka ternyata bidikannya akan mengenai dua mangsa sekaligus, karena pergi ke hutan Larangan sama saja dengan bunuh diri."Damar, sampai saat inipun kau masih memihaknya," gumam Utari sambil melumat habis bunga di tangannya. Tak bisa dipungkiri rasa cemburu itu masih ada. Melihat Damar rela mengorbankan nyawa demi ratu membuat kebencian di dalam dirinya kian bergejolak. Ia semakin berambisi untuk menghancurkan Ratu Sekar Ayu dan kerajaannya.Setelah menerima kabar soal kondisi ratu, Utari segera menemui Pangeran Wiguna untuk membicarakan rencana besar yang akan ia jal
Damar berangkat menuju Hutan Larangan dengan beberapa prajurit bersamanya.Perjalanan panjang melelahkan serta berbagai halangan yang menghadang tak menggoyahkan langkah Damar demi mendapatkan penawar racun itu. Tiga hari perjalanan yang biasanya ditempuh oleh kebanyakan orang, berhasil ia persingkat. Ia mengambil resiko besar mempertaruhkan diri membelah lebatnya hutan yang belum banyak terjamah oleh manusia. Bukan tanpa hambatan, sepanjang perjalanan mereka banyak menemui hal-hal ganjil yang tak masuk di nalar manusia. Mereka sempat melihat manusia berbadan ular, terkadang pasar di tengah hutan, bahkan istana emas dengan dayang-dayang cantik yang hampir saja menyilaukan mata para prajuritnya. Beruntung Damar dapat menyadarkan para prajurit sebelum mereka terjerumus ke dalam dunia mereka.Setelah melalui banyak rintangan, akhirnya Damar dan pasukannya sampai di lereng Hutan Larangan. Mereka segera memeriksa, menyebar ke berbagai arah untuk menemukan Bunga Geniri. Seki
Hari sudah menjelang petang saat Damar tiba di depan gerbang istana Welirang. Ia langsung dihadang oleh para penjaga yang sedang bertugas saat itu. Para penjaga sangat terkejut, setelah bertahun-tahun tak diketahui keberadaannya Damar tiba-tiba berdiri di hadapan mereka. Mereka semakin kaget saat mendapati Ratu Sekar Ayu terkulai lemah di atas kuda yang Damar naiki. Mereka menyangka Damar sedang menyandera ratu untuk tujuan tertentu. Kepala penjaga segera memerintahkan para prajurit untuk segera menyelamatkan ratu."Tunggu !! Ratu sedang membutuhkan pertolongan," teriak Damar, namun tetap tak digubris oleh para prajurit.Damar benar-benar kehilangan kesabaran, ia akhirnya nekat mendobrak gerbang istana lalu menerobos masuk ke dalam istana. Tak ada gunanya berdebat dengan para penjaga, keselamatan ratu jauh lebih penting baginya.Kuda itu terus melaju memasuki istana. Para penjaga pun tak tinggal diam, mereka mengejar Damar sehingga menimbulkan keributan di dalam
Ratu berjalan keluar dari pendopo kadipaten, langkahnya tiba-tiba terhenti, wajahnya sangat terkejut saat ia tanpa sengaja mendapati Utari berdiri di ambang pintu. Setelah bertahun-tahun menghilang tanpa jejak, bagaimana bisa ia bertemu dengannya lagi di Kadipaten Jagalan. Ratu benar-benar membeku melihat Utari berdiri di hadapannya.Tak hanya ratu, Utari pun sempat membeku beberapa saat. Jantungnya bergetar hebat saat berhadapan langsung dengan Ratu Sekar Ayu. Setelah sekian waktu berlalu, ratu masih tetap terlihat sama, wajah itu mengingatkannya kembali pada luka masa lalu, mengingatkan kembali pengkhianatan Damar dan semua penderitaannya. Utari semakin dengki melihat kecantikan Ratu Sekar Ayu, ingin rasanya ia cabik-cabik wajah orang yang sedang berdiri di hadapannya itu.Utari sebenarnya tak berniat menampakkan diri sebelum ambisinya terpenuhi. Ia ingin menjadikan dirinya sebagai kejutan terbesar saat ia berhasil membalas dendam pada ratu, namun karena kebencian ya