Putri Sekar Ayu sedang berlatih pedang bersama beberapa prajurit pilihan di halaman belakang istananya. Semakin hari kemampuan bela diri dan ilmu pedang yang ia kuasai semakin mumpuni. Gerak tangan dan kaki lincahnya membuat para prajurit kuwalahan menghadapinya. Gemulai indah gerakannya saat mengayunkan pedang membuat lawan-lawannya kehilangan fokus. Saat mereka lengah, saat itulah putri langsung melumpuhkan mereka dengan mudah.
Putri Sekar Ayu memang berbeda. Jika para putri kerajaan biasanya lebih suka menghabisakan waktu di keputren, melakukan aktifitas sebagaimana seorang putri pada umumnya, maka Putri Sekar Ayu lebih tertarik dengan pedang, berkuda atau memanah. Itu bukan berarti ia tak bisa melakukan tugas-tugas sebagai seorang putri, ia tetap melakukannya namun ia menginginkan sesuatu yang lebih dan ingin terlihat berbeda dari putri-putri lain di istana.
"Prajurit pilihan ? kemampuan kalian tak ada seujung jariku," kata Putri Sekar Ayu pada salah satu prajurit setelah berhasil ia kalahkan.
"Hebat ... hebat," kata seseorang datang sambil bertepuk tangan setelah diam-diam menyaksikan proses latihan putri bersama para prajurit.
"Terimakasih, Senopati," kata putri dengan raut bahagia setelah mendapatkan pujian itu.
"Tapi, haruskah Gusti memakai trik kuno itu ?" gurau Senopati Ageng.
"Itulah senjata paling ampuh yang kumiliki, Senopati," jawab putri membalas gurauan Senopati Ageng.
Trik kuno yang senopati maksud adalah mengalahkan lawan dengan kecantikan yang putri miliki. Memang benar, siapa yang tak terpukau dengan kecantikan putri. Bahkan kecantikannya itu akan bertambah berkali-kali lipat saat ia memegang sebilah pedang di tangannya. Putri pun paham betul akan hal itu, maka tak ada salahnya menjadikan kecantikannya sebagai salah satu senjata andalan yang ia miliki.
"Kalau begitu segeralah kembali ke keputren, Gusti. Jangan biarkan kecantikan Gusti itu luntur karena terik matahari."
"Haha ... Oh ya Senopati, aku sangat menyukai pedang ini."
"Mpu Geger memang tidak pernah mengecewakan, Gusti."
"Aku berniat mengirimkan hadiah untuknya."
"Kebetulan sekali Gusti, besok Mpu Geger mantu putri keempatnya."
"Oh ya ?" tanya putri antusias. "Galuh, kemarilah." Putri memanggil kepala dayang di istananya.
"Hamba, Gusti," kata Galuh menghadap.
"Siapkan sutera terbaik sebagai hadiah pernikahan untuk putri Mpu Geger. Mungkin aku juga akan datang besok."
"Sendiko, Gusti."
"Kau bermain pedang lagi, Putri ?" kata Ibu Suri Suhini, nenek Putri Sekar Ayu tiba-tiba datang berkunjung ke istananya.
Putri terlihat gugup, ia tahu setelah ini neneknya pasti akan memarahinya habis-habisan karena lagi-lagi ia ketahuan berlatih pedang. Menurut ibu suri, seorang putri harus selalu tampil menawan dan terhormat. Memegang pedang bagi seorang putri dianggap menyalahi kodrat. Berkali-kali ibu suri melarangnya namun putri tetap tak mau menurut. Putri malah melakukan kegemarannya itu secara diam-diam tanpa sepengetahuan ibu suri. Kali ini ibu suri benar-benar telah kehilangan kesabarannya.
"Aku sedang merenggangkan otot saja, Eyang," kilah Putri Sekar Ayu sambil memanja pada neneknya.
"Entahlah apa dosaku hingga kau lebih sayang pada pedang dan kudamu."
"Jangan bicara seperti itu Eyang, aku sangat menyayangi Eyang."
"Kali ini aku tak bisa tinggal diam. Kau harus dihukum, Putri. Kau dilarang meninggalkan keputren sebelum mendapatkan ijin dariku."
"Tapi, Eyang ..."
"Galuh awasi putri," kata ibu suri tanpa bisa dibantah lagi.
"Ampun Gusti, hamba ..." sela Senopati Ageng, namun segera dipotong oleh ibu suri.
"Besok temui aku di kediamanku, Senopati," kata ibu suri sebelum pergi. Ia sudah mengetahui bahwa Senopati Ageng lah yang selama ini melatih putri bermain pedang.
"Apa yang harus kulakukan, Senopati ?" keluh putri.
"Untuk saat ini turuti saja, Gusti. Nanti hamba pikirkan cara lain."
"Baiklah."
Putri nampak kesal, namun tak ada pilihan lain selain menuruti perintah eyangnya itu. Ia dapat membantah semua orang di dalam istana tapi tidak dengan eyangnya, ia sangat menghormatinya. Bukan hanya putri, semua anggota keluarga kerajaan juga sangat menghormatinya. Ketegasannya serta tatapan dingin yang ia miliki menjadikannya orang yang sangat disegani di istana. Semua kebijakan kerajaan tak akan terlaksana tanpa persetujuannya. Kekuasaan ibu suri bahkan melebihi raja yang seharusnya memiliki peran utama dalam sebuah kerajaan. Sebesar itulah kekuasaan ibu suri, usia sama sekali tak menghalangi sepak terjangnya di kerajaan.
Ibu Suri dulunya adalah selir dari kakek Putri Sekar Ayu. Dari Ibu Suri Suhini lahirlah Raja Widharma dan tiga saudaranya. Sedangkan Putri Sekar Ayu adalah keturunan dari neneknya yang seorang permaisuri, mendiang Ratu Sawitri. Ratu Sawitri hanya memiliki seorang putra, yakni ayah Putri Sekar Ayu. Ratu Sawitri telah lama tiada jauh sebelum putri lahir, jadi Putri Sekar Ayu hanya dapat merasakan kasih sayang seorang nenek dari ibu suri saja. Setelah kematian Ratu Sawitri, ibu suri lalu menggantikannya sebagai permaisuri.
Suara gamelan terdengar dari rumah Mpu Geger. Hari bahagia yang dinanti-nantikan telah tiba. Beberapa waga desa berjalan beriringan menuju tempat hajatan, sementara itu Mpu Geger sebagai tuan rumah telah menyambut kedatangan mereka dengan jamuan dan pertunjukan tari yang ia datangkan langsung dari Blambangan. Pesta itu tergolong mewah jika dibandingkan dengan pernikahan yang pernah digelar oleh warga desa lainnya. Sebagai orang terpandang di desanya, tentu Mpu Geger tak akan mengadakan pesta yang biasa-biasa saja. Apalagi ini adalah pernikahan Utari, putri bungsu kesayangannya.Damar dan Utari tampak sibuk menyalami tamu yang datang. Utari terlihat cantik dalam balutan busana indah hasil rancangannya sendiri. Semua orang tahu kemampuan Utari dalam membatik, maka ia ingin membuat dirinya istimewa dalam pernikahannya ini lewat karya yang ia buat sendiri. Selendang berwarna hijau semakin menambah sempurna penampilannya di hari bahagia itu. Akhirnya ia dapat merasakan bagaimana r
Di alun-alun kuta raja sedang diadakan pesta rakyat untuk menyambut masa panen tiba. Biasanya tempat itu akan ramai oleh warga dari seluruh penjuru negeri untuk menyaksikan hiburan atau sekedar untuk berjalan-jalan saja. Sebagai pengantin baru Utari ingin sekali datang ke sana bersama Damar. Selain untuk jalan-jalan, Utari juga ingin pamer kemesraan pada para gadis di desanya yang selama ini menggandrungi Damar, ia ingin menunjukkan pada mereka bahwa sekarang Damar adalah miliknya, mereka tak bisa lagi menggoda suaminya seperti yang mereka lakukan dulu sebelum Damar menikahinya.Untuk menyenangkan hati istrinya, sore itu Damar mengiyakan ajakan Utari. Mereka pergi dengan menunggangi kuda, Utari duduk di belakang sementara Damar di depan memegang kendali. Sepanjang jalan Utari tak sedikit pun melepaskan kedua lengannya dari tubuh Damar. Para gadis yang menyaksikan pemandangan itu hanya bisa menatap iri sambil sesekali berbisik membicarakan kemesraan mereka berdua. Walau
"Putri ..." Pangeran Respati segera berlari untuk menyelamatkan putri. Ia merasa sangat bersalah karena telah meninggalkan putri seorang diri. Jika sampai terjadi sesuatu pada putri, ia tak akan bisa memaafkan dirinya sendiri. Namun langkahnya tiba-tiba terhenti saat ia melihat seorang pria berhasil menghalau dahan pohon itu. Akhirnya Pangeran Respati bisa sedikit bernafas lega saat melihat putri baik-baik saja.Putri membuka matanya. Sementara itu di hadapannya seorang pria sedang berdiri mengerahkan seluruh tenaganya menghalau batang pohon agar tak sampai menyentuh kulit putri. Putri masih belum bisa berkata-kata, untuk beberapa saat ia hanya terpaku memandangi pria yang berdiri di hadapannya itu. Tak disangka tatapan mata pria itu mampu membuat jantung putri berdebar."Kau ... Gelang ... Candi," kata putri sambil berusaha mengingat wajah pria itu di antara dedaunan yang jatuh berguguran. Damar sedikit terkejut, ia tak menyangka ternyata putri masih mengingat pertemu
Siang hari yang cukup terik, Mpu Geger meminta Parwan untuk memandikan kuda miliknya di sungai. Sungai itu lumayan jauh namun Parwan begitu bersemangat mengemban tugas itu. Selain tempatnya sejuk jika beruntung ia juga akan bertemu dengan bidadari-bidadari sungai yang sedang beraktifitas di sana, mandi atau mencuci pakaian. Karena tak kunjung kembali, Damar meminta ijin Mpu Geger untuk menyusulnya, ia khawatir kalau-kalau sahabatnya itu diculik oleh bidadari penghuni sungai. Mpu Geger hanya tertawa, ia mengerti apa maksud Damar, lalu mempersilahkan menantunya itu untuk segera menjemput Parwan di sungai. Damar tahu Parwan pasti baik-baik saja, ia hanya ingin keluar sebentar karena setelah menikah dengan Utari ia jarang menghabiskan waktu di luar seperti dulu.Damar menghampiri Parwan diam-diam. Saat itu Parwan sedang menebar pesona pada gadis-gadis yang sedang mencuci pakaian di seberang sana. Damar melempar air dengan beberapa batu sehingga cipratannya membasahi pakaian
Putri diam-diam menunggangi kudanya keluar istana menyamar menjadi rakyat biasa. Ia mengambil kesempatan ini selagi ratu masih belum sehat. Jika ketahuan setidaknya ibundanya itu tak akan memarahinya karena ia sedang sakit. Itu sudah biasa ia lakukan namun kali ini berbeda, ada satu hal yang tak bisa dijelaskan dengan akal, bisa dibilang itu panggilan hati. Daripada terus menerus tak bisa tidur, lebih baik ia mengikuti kata hatinya."Permisi, Ki. Apa benar ini jalan menuju rumah Mpu Geger ?" tanya putri pada seorang pencari rumput yang kebetulan berpapasan dengannya."Betul. Rumahnya ada di ujung jalan sana, Nyai," jawab lelaki tua itu yang tak lain adalah Ki Suro, ayah Damar."Baiklah. Terimakasih banyak, Ki."Putri segera melanjutkan perjalanannya. Sementara Ki Suro masih terus memperhatikan putri dari kejauhan. Perasaannya sedikit terganggu setelah bertemu dengan putri. Memang ia tak bisa mengenali wajah putri di balik cadarnya, namun pria tua itu memi
"Kau baik-baik saja ?" kata Damar masih sambil menopang tubuh putri dengan kedua tangannya.Jantung putri seolah berhenti berdetak, ia pandangi wajah pria yang sedang mendekap tubuhnya itu. Untuk sesaat ia kehilangan fokus karena saking terkejutnya Damar tiba-tiba berdiri di hadapannya, hingga akhirnya ia tersadar saat para perampok mulai menyerang mereka berdua. Damar dan putri bekerja sama melawan para perampok itu. Keduanya terlihat kompak walau mereka belum pernah berlatih bersama sebelumnya. Dengan ilmu bela diri yang Damar miliki serta keahlian pedang yang putri kuasai akhirnya para perampok itu berhasil dibuat lari tunggang langgang. Lagi-lagi Damar berhasil menyelamatkan hidup putri dari mara bahaya."Kaki Nyai ..." Damar menatap khawatir."Ah, kakiku sedikit terkilir tadi.""Duduklah, aku akan membantu mengobati kaki Nyai."Putri duduk di sebuah batu, sementara Damar mengurut kakinya yang terkilir. Dari balik cadarnya, putri memperhatikan
Ibu Suri Suhini berbincang dengan Pangeran Wiguna, putra pertama Raja Widharma di ruangan pribadinya. Mereka membahas masa depan Kerajaan Welirang serta penobatan Putri Sekar Ayu sebagai ratu yang tak lama lagi akan segera dilaksanakan. Pangeran Wiguna merasa khawatir jika Kerajaan Welirang dipimpin oleh seorang wanita akan terjadi banyak pemberontakan karena menganggap lemah ratu yang berkuasa. Ibu suri yang mulai terhasut akhirnya menyetujui rencana Pangeran Wiguna untuk mengumpulkan suara dari para raja dan adipati di bawah kekuasaan Kerajaan Welirang untuk bersatu menolak penobatan Putri Sekar Ayu dengan dalih menjaga kejayaan kerajaan.Setelah Pangeran Wiguna keluar dari kediaman ibu suri, kini giliran Senopati Ageng yang menghadap. Ibu suri marah besar karena Senopati Ageng tak mengindahkan larangannya untuk tidak lagi mengajarkan ilmu pedang pada Putri Sekar Ayu."Ampun Gusti, Gusti Putri Sekar Ayu adalah calon ratu Kerajaan Welirang. Bukankah seoran
Mpu Geger meminta Damar untuk datang menemuinya. Siang itu ia sedang bekerja seperti biasanya bergulat dengan besi-besi dan palu di depan tungku perapian. Namun karena mertuanya memanggil, terpaksa ia menghentikan pekerjaannya. Saat itu di teras depan rumah Mpu Geger ada dua orang tamu yang mengaku sebagai utusan dari kerajaan. Mereka membawa kabar tentang pemilihan prajurit yang sedang diadakan di istana, dan Damar adalah salah satu yang beruntung mendapatkan undangan langsung karena jasanya yang sempat beberapa kali menyelamatkan putri. Damar sedikit terkejut sekaligus senang karena mendapatkan kesempatan emas yang tak mungkin ia dapatkan dua kali dalam hidupnya. Setelah dua orang utusan itu pergi, Damar tampak duduk termenung memikirkan tawaran itu. Menjadi abdi negara adalah pekerjaan impian para pemuda di desanya. Jika ia bisa mendapatkan posisi di istana, itu akan menjadi suatu kebanggaan untuknya dan keluarganya. Namun ia khawatir jika diterima bekerja di istana lalu
"Akulah yang kau cari, Utari," kata Ratu berdiri di hadapan Utari sambil memegangi dadanya. Walau telah siuman, namun efek racun di dalam tubuhnya tak bisa secepat itu hilang. Para tabib telah berusaha memintanya untuk pergi menyelamatkan diri, namun ratu justru lebih memilih untuk menyelesaikan masalahnya dengan Utari. "Bedebah !! Baiklah, aku tak akan bermain-main lagi denganmu !!" teriak Utari marah mengetahui kesembuhan ratu. Tanpa banyak basa-basi, ia langsung mengayunkan pedangnya ke arah ratu. Dua wanita itu bertarung, keadaan ratu yang belum pulih sepenuhnya membuatnya kuwalahan menghadapi Utari. Damar berusaha bangkit karena begitu mengkhawatirkan keadaan ratu, namun ia tak berdaya karena luka di tubuhnya dan juga hadangan dari anak buah Utari. Tak butuh waktu lama, Utari pun berhasil mengakhiri perlawanan Ratu Sekar Ayu. Ratu terkulai dengan cucuran darah dari mulut dan hidungnya, ia tak berdaya di bawah ancaman pedang Utari. "Kau suda
Utari berhasil memasuki istana Welirang. Istana yang sedang kosong ditinggal para penghuninya berperang di medan peperangan dengan mudah berhasil diobrak abrik oleh Utari dan pasukannya. Tujuannya sudah jelas, menemukan keberadaan Ratu Sekar Ayu. "Katakan dimana ratu kalian ??" teriak Utari sambil mengancam para dayang di istana. Mereka yang ketakutan pun akhirnya dengan berat hati menunjukkan keberadaan Ratu Sekar Ayu. Saat Utari mendobrak pintu, Ratu Sekar Ayu masih terbujur di atas ranjangnya. Tubuhmya masih membiru dengan aroma busuk yang mulai keluar dari luka di lengannya. Utari tersenyum puas menyaksikan sendiri betapa dahsyatnya upas sewu bekerja pada tubuh ratu. "Lihatlah dirimu sekarang. Apa yang ingin kau sombongkan dariku ?" kata Utari sambil memainkan pedangnya di wajah ratu. "Ini semua tak seberapa. Kau tahu betapa sengsaranya aku selama ini ?? Kematianmu pun tak cukup untuk menghapus luka batinku." Utari menatap ratu dengan penuh kebenc
Pertempuran antara pasukan Welirang dan pasukan Jagalan akhirnya pecah. Pertumpahan darah yang ditakutkan oleh banyak orang pun akhirnya terjadi juga. Saat itu medan perang dipenuhi riuhnya suara pedang, lesatan anak panah dan teriakan para prajurit yang berjuang membela pasukannya masing-masing.Di sela-sela ayunan pedangnya, Raja Widharma tampak mencari-cari keberadaan Pangeran Wiguna. Perang sudah berlalu cukup lama, namun ia tak juga melihat keberadaan putranya itu.Raja Widharma semakin merangsek masuk membelah pasukan lawan, berharap bisa segera menemukan keberadaan Pangeran Wiguna. Ia ingin sekali menghukum putranya itu karena tak mengindahkan larangannya untuk memberontak. Bukannya Pangeran Wiguna, Raja Widharma justru bertemu dengan Utari. Ia sedikit terkejut karena ternyata pasukan itu dipimpin oleh seorang wanita alih-alih Pangeran Wiguna. Raja Widharma ingin beranjak pergi namun Utari memaksanya untuk tetap berada di sana.Utari dan Raja Widharma sal
Keesokan harinya tanpa ada yang tahu peristiwa yang menimpa Pangeran Wiguna,Utari berjalan keluar dari kadipaten dengan baju zirah lengkap dengan senjata di kedua tangannya. Ribuan pasukan Jagalan telah bersiap di depan kadipaten setelah mendapatkan perintah perang dari Utari. Utari berdalih Pangeran Wiguna telah ada di perbatasan menunggu mereka bergabung dengan pasukan sekutu. Para prajurit yang tak tahu apa-apa menurut saja apa kata Utari yang katanya telah ditunjuk untuk memimpin pasukan Jagalan.Utari tak ingin membuang waktu, ia dan ribuan pasukannya segera bergerak menuju Welirang. Hentakan kaki kuda dan sorot tajam matanya sudah cukup menggambarkan betapa siapnya ia untuk bertempur melawan pasukan kerajaan. Ia sangat yakin dapat memporak-porandakan Welirang dengan ribuan prajurit yang telah dilatih dan dipersiapkan oleh ibu suri selama ini menggunakan dana gelap kerajaan Welirang. Sokongan dari pasukan sekutu pun sudah lebih dari cukup dan membuatnya semakin p
Damar dihajar habis-habisan oleh Nyi Gandaruhi. Pertarungan yang tak seimbang itu membuat Damar babak belur. Sementara itu, fajar sudah mulai terlihat di ufuk timur, sinar yang terpancar dari bunga Geniri pun mulai meredup. Satu per satu kelopaknya mulai menutup, bunga itu harus segera dipetik sebelum menutup sepenuhnya. Jika malam itu menjadi malam terakhir ia mekar, maka hilang sudah kesempatan mereka untuk menyelamatkan nyawa Ratu Sekar Ayu. Nyi Gandaruhi nampaknya tahu betul akan hal itu sehingga ia terus berusaha menghalangi Damar agar tak sampai menyentuh bunga itu. Damar tak mau menyerah, dengan sisa kekuatan yang ada, ia kembali bangkit dan berusaha melawan Nyi Gandaruhi. Ratu Sekar Ayu sedang menunggunya, bagaimanapun caranya ia harus bisa mendapatkan bunga itu. Tak apa jika raganya harus hancur di tangan Nyi Gandaruhi, asalkan ia dapat membawa pulang penawar racun itu. Semua orang sedang menggantungkan haparan besar padanya, ia tak mau mematahkan harapan itu.
Utari tersenyum puas saat menerima laporan dari orang suruhannya perihal keadaan Ratu Sekar Ayu. Walau bidikannya tak tepat sasaran, namun ternyata sedikit luka di tubuh ratu sudah cukup untuk menumbangkannya. Untuk beberapa saat ratu masih bisa memperpanjang napas, namun Utari yakin itu tak akan lama karena usaha Damar akan sia-sia belaka, Nyi Gandaruhi tak akan semudah itu dikalahkan. Tak disangka ternyata bidikannya akan mengenai dua mangsa sekaligus, karena pergi ke hutan Larangan sama saja dengan bunuh diri."Damar, sampai saat inipun kau masih memihaknya," gumam Utari sambil melumat habis bunga di tangannya. Tak bisa dipungkiri rasa cemburu itu masih ada. Melihat Damar rela mengorbankan nyawa demi ratu membuat kebencian di dalam dirinya kian bergejolak. Ia semakin berambisi untuk menghancurkan Ratu Sekar Ayu dan kerajaannya.Setelah menerima kabar soal kondisi ratu, Utari segera menemui Pangeran Wiguna untuk membicarakan rencana besar yang akan ia jal
Damar berangkat menuju Hutan Larangan dengan beberapa prajurit bersamanya.Perjalanan panjang melelahkan serta berbagai halangan yang menghadang tak menggoyahkan langkah Damar demi mendapatkan penawar racun itu. Tiga hari perjalanan yang biasanya ditempuh oleh kebanyakan orang, berhasil ia persingkat. Ia mengambil resiko besar mempertaruhkan diri membelah lebatnya hutan yang belum banyak terjamah oleh manusia. Bukan tanpa hambatan, sepanjang perjalanan mereka banyak menemui hal-hal ganjil yang tak masuk di nalar manusia. Mereka sempat melihat manusia berbadan ular, terkadang pasar di tengah hutan, bahkan istana emas dengan dayang-dayang cantik yang hampir saja menyilaukan mata para prajuritnya. Beruntung Damar dapat menyadarkan para prajurit sebelum mereka terjerumus ke dalam dunia mereka.Setelah melalui banyak rintangan, akhirnya Damar dan pasukannya sampai di lereng Hutan Larangan. Mereka segera memeriksa, menyebar ke berbagai arah untuk menemukan Bunga Geniri. Seki
Hari sudah menjelang petang saat Damar tiba di depan gerbang istana Welirang. Ia langsung dihadang oleh para penjaga yang sedang bertugas saat itu. Para penjaga sangat terkejut, setelah bertahun-tahun tak diketahui keberadaannya Damar tiba-tiba berdiri di hadapan mereka. Mereka semakin kaget saat mendapati Ratu Sekar Ayu terkulai lemah di atas kuda yang Damar naiki. Mereka menyangka Damar sedang menyandera ratu untuk tujuan tertentu. Kepala penjaga segera memerintahkan para prajurit untuk segera menyelamatkan ratu."Tunggu !! Ratu sedang membutuhkan pertolongan," teriak Damar, namun tetap tak digubris oleh para prajurit.Damar benar-benar kehilangan kesabaran, ia akhirnya nekat mendobrak gerbang istana lalu menerobos masuk ke dalam istana. Tak ada gunanya berdebat dengan para penjaga, keselamatan ratu jauh lebih penting baginya.Kuda itu terus melaju memasuki istana. Para penjaga pun tak tinggal diam, mereka mengejar Damar sehingga menimbulkan keributan di dalam
Ratu berjalan keluar dari pendopo kadipaten, langkahnya tiba-tiba terhenti, wajahnya sangat terkejut saat ia tanpa sengaja mendapati Utari berdiri di ambang pintu. Setelah bertahun-tahun menghilang tanpa jejak, bagaimana bisa ia bertemu dengannya lagi di Kadipaten Jagalan. Ratu benar-benar membeku melihat Utari berdiri di hadapannya.Tak hanya ratu, Utari pun sempat membeku beberapa saat. Jantungnya bergetar hebat saat berhadapan langsung dengan Ratu Sekar Ayu. Setelah sekian waktu berlalu, ratu masih tetap terlihat sama, wajah itu mengingatkannya kembali pada luka masa lalu, mengingatkan kembali pengkhianatan Damar dan semua penderitaannya. Utari semakin dengki melihat kecantikan Ratu Sekar Ayu, ingin rasanya ia cabik-cabik wajah orang yang sedang berdiri di hadapannya itu.Utari sebenarnya tak berniat menampakkan diri sebelum ambisinya terpenuhi. Ia ingin menjadikan dirinya sebagai kejutan terbesar saat ia berhasil membalas dendam pada ratu, namun karena kebencian ya