Ratu Sekar Ayu berjalan-jalan menikmati udara segar di sekitar istana ditemani oleh beberapa dayang dan pengawalnya. Walau ia telah berhasil menyingkirkan para pembencinya di istana namun pikirannya masih belum bisa sepenuhnya tenang. Ada banyak hal yang begitu mengusik pikirannya, salah satunya perkataan Pangeran Respati. Kata-kata itu tak semestinya pangeran ucapkan di depan banyak orang. Ratu telah bersusah payah untuk mendapatkan tahtanya, ia takut orang-orang akan menggunakan itu untuk memperburuk citranya di mata rakyat. Terlebih di istana masih ada Patih Ambara, ia adalah salah satu orang yang dulu sangat menentang penobatannya. Ratu khawatir patih akan kembali mengusik tahtanya jika berita itu sampai terdengar di telinganya. Ratu terpaksa masih mempertahankan Patih Ambara di istana karena ia menghormati keinginan ibu suri. Patih telah banyak berjasa bagi kerajaan, ibu suri tak ingin kehilangan salah satu pilar terkuat Kerajaan Welirang. Ratu memang menuruti permintaan nenekn
Damar memenuhi panggilan Mpu Geger untuk datang menemuinya. Malam itu diam-diam Damar menyelinap keluar dari istana menuju rumah Mpu Geger tanpa sepengetahuan siapapun. Di rumah itu telah berkumpul beberapa orang termasuk Ki Suro ayah Damar. Setelah turun dari kudanya Damar bergegas menemui mereka di dalam rumah."Rencanamu sudah sampai mana, Damar ? kau jangan terlena. Kau harus ingat tugasmu." Baru saja datang, Damar sudah langsung dicecar dengan banyak pertanyaan."Bersabarlah, tidak mudah menyingkirkan semua orang di istana," jawab Damar sedikit kesal."Sebenarnya apa yang membuatmu ragu ?" kata Ki Sapto seseorang yang dituakan diantara mereka. Damar tampak terbeban saat mendengar pertanyaan itu. Memang ada sesuatu yang membuatnya ragu namun ia tak yakin mereka bisa memahami keraguan itu."Sebenarnya ... " Damar memberanikan diri membuka suara."Sebenarnya ayah ratu lah yang berbuat dosa, haruskah aku menghukum putrinya ?" kata Damar lagi setelah sejenak memikirkan kata-katanya."
Para dayang terlihat sibuk hilir mudik mengisi petirtaan dengan bunga mawar dan juga wewangian lainnya. Mereka harus segera mengisi penuh kolam air itu dengan kelopak mawar segar sebelum ratu selesai dengan segala ritual kecantikan yang ia lakukan di istananya. Ratu tiba di petirtaan tepat setelah sekeranjang bunga terakhir dimasukkan ke dalam air. Para dayang buru-buru berbaris di sisi kolam bersiap untuk melayaninya. Galuh membantu ratu melepas sehelai kain yang menutupi bagian atas tubuhnya sehingga hanya menyisakan jarik berwarna coklat tua yang ratu pakai dari batas dada hingga tengah betisnya. Ratu melangkahkan kakinya memasuki air yang telah dipenuhi dengan kelopak bunga mawar. Sedikit demi sedikit ia basuh kulitnya dengan air bunga untuk mengangkat sisa-sisa susu yang menempel di tubuhnya, sebelum akhirnya ia menenggelamkan tubuhnya sepenuhnya ke dalam jernihnya air. Ratu tampak puas menikmati kesegaran dan kemurnian sumber mata air Welirang. Jiwa dan raganya seolah sedang d
“Yang Mulia …” Damar membawa ratu naik ke permukaan setelah tak sengaja jatuh bersama ke dalam kolam pemandian. Bukannya segera keluar dari dalam air, mereka malah saling menatap satu sama lain. Damar masih terpaku menatap kecantikan ratu, kemurnian air membuat kecantikannya semakin terpancar di bawah kilauan sinar matahari. Pria itu mulai terbawa suasana, ia tarik tubuh ratu hingga tak ada jarak diantara mereka berdua. Damar meraih wajah ratu lalu membelai pipinya dengan lembut. Ratu hanya bisa memejamkan mata saat Damar mulai mendekatkan wajahnya. Ia tahu itu salah, namun ia tak sanggup menolak perasaan itu. Karena sejujurnya ia pun sangat merindukan sentuhan hangat Damar yang dulu pernah ia rasakan.Damar semakin mendekat, bibir mereka hampir bertemu, namun tiba-tiba saja Damar menghentikan semua aktifitas itu. Tidak, ia tak boleh mempersulit hidup ratu lagi, ia tak boleh mematahkan usaha ratu selama ini untuk menjauh darinya. Ratu tak boleh semakin terjebak dalam kubangan perasaa
Ratu duduk di singgasananya mendengarkan laporan yang disampaikan oleh dewan kerajaan mengenai masalah yang terjadi di kerajaan selama beberapa hari terakhir. Tak ada masalah yang serius, kerajaan berada pada situasi yang kondusif setelah para pejabat korup berhasil disingkirkan. Ketenangan itu membuat ratu sedikit lengah karena tanpa disadari sebenarnya ia hanya menyingkirkan beberapa kucing saja, sedangkan seekor singa betina masih ia pelihara di dalam istananya. “Aku dengar Kerajaan Jatiraja memutuskan kerjasama dengan Welirang. Benarkah itu, Yang Mulia ?” kata ibu suri. Ia sengaja membahas masalah itu di depan dewan kerajaan untuk memperlihatkan ketidakpecusan ratu dalam mengurus kerajaan, bahkan untuk urusan kecil macam itu ratu tak mampu mengatasinya. Kerajaan Jatiraja terletak di pesisir utara pulau Jawa. Mereka adalah salah satu mitra dagang Kerajaan Welirang yang sudah bertahun-tahun bekerjasama untuk mengirim hasil bumi ke berbagai pulau di luar Jawa. Sebagai kerajaan yan
Putri Nari mengendap-endap di tengah kegelapan malam. Ia tampak terburu-buru sambil beberapa kali memperhatikan keadaan sekitar, sementara tangannya terlihat sibuk menutupi sesuatu di balik selendangnya. Putri sedang berjalan menuju penjara bawah tanah untuk menemui Pangeran Respati setelah berhasil membayar seorang penjaga untuk melancarkan aksinya itu. Setelah memastikan keadaan aman, ia langsung melenggangkan kaki memasuki penjara didampingi oleh penjaga yang berhasil ia suap. Sel tahanan Pangeran Respati terletak di ujung lorong bersama dengan tahanan kelas kakap lainnya yang sedang menunggu hukuman mati. Perasaan ngeri sempat menyelimuti langkah kaki Putri Nari. Berjalan diantara para penjahat membuat nyalinya ciut. Untungnya kerajaan memiliki sistem keamanan penjara yang mumpuni, jadi keselamatannya akan tetap terjamin walau berada satu atap dengan mereka.“Pangeran …” panggil Putri Nari. Pangeran tak menyadari kedatangan Putri Nari. Saat itu ia sedang melatih kekuatan ototnya
Kabar sakitnya ratu telah tersebar hingga ke pelosok-pelosok negeri. Keadaan ratu yang semakin memburuk membuat rakyat mulai mencemaskan keadaan kerajaan. Mereka khawatir sakitnya ratu akan dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu untuk mengambil keuntungan. Bukan hanya itu, kerajaan juga akan rawan mendapat serangan dari musuh jika tahta kerajaan terlalu lama dibiarkan kosong tanpa seorang raja yang memimpin. Keadaan itu membuat dewan kerajaan bertindak cepat, mereka segera mengadakan sayembara bagi siapa saja yang bisa menyembuhkan ratu ia akan mendapatkan imbalan yang sangat besar. Peluang itu terbuka bagi siapa saja baik dari kalangan atas ataupun rakyat jelata. Pasalnya para ahli spiritual kerajaan telah angkat tangan menghadapi kondisi ratu saat itu, kemampuan mereka tak sebanding dengan dahsyatnya teluh yang dikirim pada ratu. Ratu diperkirakan terkena teluh tingkat satu dan tidak mungkin bisa disembuhkan oleh sembarang orang. Ilmu hitam yang digunakan orang itu untuk mengguna-gu
Memburuknya keadaan ratu mengundang segerombolan lalat buah untuk mendekati tahta Welirang yang terlihat ranum. Mereka yang gila akan kekuasaan kian bersemangat berlomba-lomba untuk menduduki tahta kerajaan. Ratu masih hidup, bukannya mengupayakan kesembuhan ratu, mereka justru sibuk mencari pengganti untuk mengisi kekosongan tahta Welirang. Sudah bisa ditebak, dari sederet nama yang berebut, Pangeran Wiguna lah yang paling banyak mendapat perhatian. Kecakapannya dalam memimpin Kadipaten Jagalan menempatkan dirinya di posisi teratas dan menjadikannya kandidat yang paling diperhitungkan oleh dewan kerajaan. Walau demikian, Pangeran Wiguna masih belum bisa melangkahkan kakinya dengan mulus karena istana masih terpecah menjadi beberapa kubu, yaitu kubu yang mendukung pangeran dan juga kubu yang mengharapkan Raja Widharma kembali memimpin kerajaan.Pangeran Wiguna memang memiliki kemampuan yang mumpuni dalam perang, namun kerajaan tak hanya membutuhkan sosok yang tangguh da
“Haarggg …” Teriakan marah serta hantaman keras barang-barang di atas lantai terdengar berkali-kali dari dalam kediaman Pangeran Wijaya. Bukan hanya Damar, Pangeran Wijaya pun sangat marah atas kekalahannya, terlebih atas sikap ibunya yang dengan sengaja menggunakan kelemahannya untuk menghalanginya menyentuh tahta. “Hentikan, Pangeran !!” ucap ibu suri yang tanpa pangeran sadari telah berdiri di dalam ruangan yang sedang ia hancurkan. “Hahaha … lihatlah siapa yang datang,” kata Pangeran Wijaya sembari menghampiri ibunya dengan tatapan marah. “Wanita ini menyebut dirinya sebagai ibuku, tapi apa yang telah ia lakukan padaku ??” teriak Pangeran Wijaya. “Itu karena kau tak patuh pada perintahku, Pangeran !!” bentak ibu suri. Pangeran Wijaya tak menggubrisnya, ia sudah sangat terbakar oleh amarah. “Aku bisa memimpin negeri ini, Ibu. Kenapa kau selalu menghalangiku hanya karena satu kekurangan yang ada pada diriku ??” “Seorang
"Akulah yang kau cari, Utari," kata Ratu berdiri di hadapan Utari sambil memegangi dadanya. Walau telah siuman, namun efek racun di dalam tubuhnya tak bisa secepat itu hilang. Para tabib telah berusaha memintanya untuk pergi menyelamatkan diri, namun ratu justru lebih memilih untuk menyelesaikan masalahnya dengan Utari. "Bedebah !! Baiklah, aku tak akan bermain-main lagi denganmu !!" teriak Utari marah mengetahui kesembuhan ratu. Tanpa banyak basa-basi, ia langsung mengayunkan pedangnya ke arah ratu. Dua wanita itu bertarung, keadaan ratu yang belum pulih sepenuhnya membuatnya kuwalahan menghadapi Utari. Damar berusaha bangkit karena begitu mengkhawatirkan keadaan ratu, namun ia tak berdaya karena luka di tubuhnya dan juga hadangan dari anak buah Utari. Tak butuh waktu lama, Utari pun berhasil mengakhiri perlawanan Ratu Sekar Ayu. Ratu terkulai dengan cucuran darah dari mulut dan hidungnya, ia tak berdaya di bawah ancaman pedang Utari. "Kau suda
Utari berhasil memasuki istana Welirang. Istana yang sedang kosong ditinggal para penghuninya berperang di medan peperangan dengan mudah berhasil diobrak abrik oleh Utari dan pasukannya. Tujuannya sudah jelas, menemukan keberadaan Ratu Sekar Ayu. "Katakan dimana ratu kalian ??" teriak Utari sambil mengancam para dayang di istana. Mereka yang ketakutan pun akhirnya dengan berat hati menunjukkan keberadaan Ratu Sekar Ayu. Saat Utari mendobrak pintu, Ratu Sekar Ayu masih terbujur di atas ranjangnya. Tubuhmya masih membiru dengan aroma busuk yang mulai keluar dari luka di lengannya. Utari tersenyum puas menyaksikan sendiri betapa dahsyatnya upas sewu bekerja pada tubuh ratu. "Lihatlah dirimu sekarang. Apa yang ingin kau sombongkan dariku ?" kata Utari sambil memainkan pedangnya di wajah ratu. "Ini semua tak seberapa. Kau tahu betapa sengsaranya aku selama ini ?? Kematianmu pun tak cukup untuk menghapus luka batinku." Utari menatap ratu dengan penuh kebenc
Pertempuran antara pasukan Welirang dan pasukan Jagalan akhirnya pecah. Pertumpahan darah yang ditakutkan oleh banyak orang pun akhirnya terjadi juga. Saat itu medan perang dipenuhi riuhnya suara pedang, lesatan anak panah dan teriakan para prajurit yang berjuang membela pasukannya masing-masing.Di sela-sela ayunan pedangnya, Raja Widharma tampak mencari-cari keberadaan Pangeran Wiguna. Perang sudah berlalu cukup lama, namun ia tak juga melihat keberadaan putranya itu.Raja Widharma semakin merangsek masuk membelah pasukan lawan, berharap bisa segera menemukan keberadaan Pangeran Wiguna. Ia ingin sekali menghukum putranya itu karena tak mengindahkan larangannya untuk memberontak. Bukannya Pangeran Wiguna, Raja Widharma justru bertemu dengan Utari. Ia sedikit terkejut karena ternyata pasukan itu dipimpin oleh seorang wanita alih-alih Pangeran Wiguna. Raja Widharma ingin beranjak pergi namun Utari memaksanya untuk tetap berada di sana.Utari dan Raja Widharma sal
Keesokan harinya tanpa ada yang tahu peristiwa yang menimpa Pangeran Wiguna,Utari berjalan keluar dari kadipaten dengan baju zirah lengkap dengan senjata di kedua tangannya. Ribuan pasukan Jagalan telah bersiap di depan kadipaten setelah mendapatkan perintah perang dari Utari. Utari berdalih Pangeran Wiguna telah ada di perbatasan menunggu mereka bergabung dengan pasukan sekutu. Para prajurit yang tak tahu apa-apa menurut saja apa kata Utari yang katanya telah ditunjuk untuk memimpin pasukan Jagalan.Utari tak ingin membuang waktu, ia dan ribuan pasukannya segera bergerak menuju Welirang. Hentakan kaki kuda dan sorot tajam matanya sudah cukup menggambarkan betapa siapnya ia untuk bertempur melawan pasukan kerajaan. Ia sangat yakin dapat memporak-porandakan Welirang dengan ribuan prajurit yang telah dilatih dan dipersiapkan oleh ibu suri selama ini menggunakan dana gelap kerajaan Welirang. Sokongan dari pasukan sekutu pun sudah lebih dari cukup dan membuatnya semakin p
Damar dihajar habis-habisan oleh Nyi Gandaruhi. Pertarungan yang tak seimbang itu membuat Damar babak belur. Sementara itu, fajar sudah mulai terlihat di ufuk timur, sinar yang terpancar dari bunga Geniri pun mulai meredup. Satu per satu kelopaknya mulai menutup, bunga itu harus segera dipetik sebelum menutup sepenuhnya. Jika malam itu menjadi malam terakhir ia mekar, maka hilang sudah kesempatan mereka untuk menyelamatkan nyawa Ratu Sekar Ayu. Nyi Gandaruhi nampaknya tahu betul akan hal itu sehingga ia terus berusaha menghalangi Damar agar tak sampai menyentuh bunga itu. Damar tak mau menyerah, dengan sisa kekuatan yang ada, ia kembali bangkit dan berusaha melawan Nyi Gandaruhi. Ratu Sekar Ayu sedang menunggunya, bagaimanapun caranya ia harus bisa mendapatkan bunga itu. Tak apa jika raganya harus hancur di tangan Nyi Gandaruhi, asalkan ia dapat membawa pulang penawar racun itu. Semua orang sedang menggantungkan haparan besar padanya, ia tak mau mematahkan harapan itu.
Utari tersenyum puas saat menerima laporan dari orang suruhannya perihal keadaan Ratu Sekar Ayu. Walau bidikannya tak tepat sasaran, namun ternyata sedikit luka di tubuh ratu sudah cukup untuk menumbangkannya. Untuk beberapa saat ratu masih bisa memperpanjang napas, namun Utari yakin itu tak akan lama karena usaha Damar akan sia-sia belaka, Nyi Gandaruhi tak akan semudah itu dikalahkan. Tak disangka ternyata bidikannya akan mengenai dua mangsa sekaligus, karena pergi ke hutan Larangan sama saja dengan bunuh diri."Damar, sampai saat inipun kau masih memihaknya," gumam Utari sambil melumat habis bunga di tangannya. Tak bisa dipungkiri rasa cemburu itu masih ada. Melihat Damar rela mengorbankan nyawa demi ratu membuat kebencian di dalam dirinya kian bergejolak. Ia semakin berambisi untuk menghancurkan Ratu Sekar Ayu dan kerajaannya.Setelah menerima kabar soal kondisi ratu, Utari segera menemui Pangeran Wiguna untuk membicarakan rencana besar yang akan ia jal
Damar berangkat menuju Hutan Larangan dengan beberapa prajurit bersamanya.Perjalanan panjang melelahkan serta berbagai halangan yang menghadang tak menggoyahkan langkah Damar demi mendapatkan penawar racun itu. Tiga hari perjalanan yang biasanya ditempuh oleh kebanyakan orang, berhasil ia persingkat. Ia mengambil resiko besar mempertaruhkan diri membelah lebatnya hutan yang belum banyak terjamah oleh manusia. Bukan tanpa hambatan, sepanjang perjalanan mereka banyak menemui hal-hal ganjil yang tak masuk di nalar manusia. Mereka sempat melihat manusia berbadan ular, terkadang pasar di tengah hutan, bahkan istana emas dengan dayang-dayang cantik yang hampir saja menyilaukan mata para prajuritnya. Beruntung Damar dapat menyadarkan para prajurit sebelum mereka terjerumus ke dalam dunia mereka.Setelah melalui banyak rintangan, akhirnya Damar dan pasukannya sampai di lereng Hutan Larangan. Mereka segera memeriksa, menyebar ke berbagai arah untuk menemukan Bunga Geniri. Seki
Hari sudah menjelang petang saat Damar tiba di depan gerbang istana Welirang. Ia langsung dihadang oleh para penjaga yang sedang bertugas saat itu. Para penjaga sangat terkejut, setelah bertahun-tahun tak diketahui keberadaannya Damar tiba-tiba berdiri di hadapan mereka. Mereka semakin kaget saat mendapati Ratu Sekar Ayu terkulai lemah di atas kuda yang Damar naiki. Mereka menyangka Damar sedang menyandera ratu untuk tujuan tertentu. Kepala penjaga segera memerintahkan para prajurit untuk segera menyelamatkan ratu."Tunggu !! Ratu sedang membutuhkan pertolongan," teriak Damar, namun tetap tak digubris oleh para prajurit.Damar benar-benar kehilangan kesabaran, ia akhirnya nekat mendobrak gerbang istana lalu menerobos masuk ke dalam istana. Tak ada gunanya berdebat dengan para penjaga, keselamatan ratu jauh lebih penting baginya.Kuda itu terus melaju memasuki istana. Para penjaga pun tak tinggal diam, mereka mengejar Damar sehingga menimbulkan keributan di dalam
Ratu berjalan keluar dari pendopo kadipaten, langkahnya tiba-tiba terhenti, wajahnya sangat terkejut saat ia tanpa sengaja mendapati Utari berdiri di ambang pintu. Setelah bertahun-tahun menghilang tanpa jejak, bagaimana bisa ia bertemu dengannya lagi di Kadipaten Jagalan. Ratu benar-benar membeku melihat Utari berdiri di hadapannya.Tak hanya ratu, Utari pun sempat membeku beberapa saat. Jantungnya bergetar hebat saat berhadapan langsung dengan Ratu Sekar Ayu. Setelah sekian waktu berlalu, ratu masih tetap terlihat sama, wajah itu mengingatkannya kembali pada luka masa lalu, mengingatkan kembali pengkhianatan Damar dan semua penderitaannya. Utari semakin dengki melihat kecantikan Ratu Sekar Ayu, ingin rasanya ia cabik-cabik wajah orang yang sedang berdiri di hadapannya itu.Utari sebenarnya tak berniat menampakkan diri sebelum ambisinya terpenuhi. Ia ingin menjadikan dirinya sebagai kejutan terbesar saat ia berhasil membalas dendam pada ratu, namun karena kebencian ya