Damar bersiap untuk mengikuti seleksi dengan beberapa kandidat lainnya. Proses ini diawasi langsung oleh Senopati Ageng sebelum keberangkatannya ke perbatasan utara. Jika biasanya proses seleksi bisa memakan waktu beberapa hari, kali ini hasil seleksi akan langsung diumumkan pada hari itu juga, mengingat Senopati Ageng yang tak mempunyai banyak waktu lagi di istana. Senopati bergegas menyaring bakat-bakat unggul yang kelak akan menjadi pengawal putri. Mereka dinilai dari kekuatan fisik, kecerdasan dan ilmu bela diri. Banyak yang berhasil banyak juga yang akhirnya tumbang. Dari puluhan orang yang mengikuti seleksi, hanya akan ada enam orang saja yang akan dinyatakan lolos. Sementara Damar menjadi salah satu kandidat yang lolos. Satu per satu tahapan seleksi berhasil ia lalui hingga ia sampai di tahap akhir. Setelah itu keputusan ada di tangan Senopati Ageng.
Sore harinya Senopati Ageng mengumumkan nama-nama siapa saja yang dinyatakan lolos. Semua orang tampak cemas menanti nam
Pagi hari yang cerah, penghuni istana telah menyibukkan diri dengan tugasnya masing-masing. Para abdi dan dayang sibuk menyiapkan keperluan istana sementara para penjaga bersiap di posnya masing-masing. Damar pun begitu, ia telah siap dengan tugas barunya. Damar berjalan menuju keputren untuk menemui putri sesuai arahan dari senopati. Pagi itu putri sedang menikmati secangkir teh jahe di halaman belakang istananya. Itu adalah rutinitas pagi yang selalu putri lakukan sebelum beraktifitas di istana. Kali ini putri tampak berbeda, ia mempersiapkan dirinya dengan baik, berpakaian indah serta berhias di pagi hari yang biasanya masih enggan untuk melakukan apapun."Ampun, Gusti. Seorang utusan yang dikirim oleh Senopati Ageng telah berdiri di luar keputren," kata seorang penjaga melapor."Persilahkan dia masuk," jawab putri sambil menahan senyum di bibirnya. Seandainya Galuh ada di sana senyum putri tak akan selamat dari mata tajam abdi setianya itu."Baik, Gust
Galuh telah bergegas pergi tanpa mempedulikan putri yang belum selesai dengan perkataannya. Putri berlari keluar, diam-diam ia perhatikan Galuh dari balik jendela. Putri terlihat kesal saat melihat tingkah Galuh di depan Damar, ia sangat terganggu mana mungkin ia bersaing dengan dayangnya sendiri. Putri menggerutu menyesali kecerobohannya. "Damar di sini, Gusti." Galuh membawa Damar bersamanya dengan senyum lebar di bibirnya. Putri jadi semakin kesal melihatnya. "Kau ini ... sekali lagi kau tak mendengarkan perintahku dengan baik, awaas !!" ancam putri. "Tadi Gusti kan meminta hamba memanggil Damar. Lalu salah hamba dimana, Gusti ?" Sejak kecil Galuh sudah menjadi teman bermain putri, jadi hubungan mereka memang sudah sedekat itu. Makanya Galuh tak lagi sungkan untuk mendebat perkataan putri, kecuali jika mereka sedang berada di luar keputren. Jika ibu suri tahu, Galuh akan kehilangan lidahnya setelah mendebat putri seperti tadi. "Ah sudahlah ..." putri malas berdebat dengan Galuh
Sekian lama menunggu, hujan tak kunjung reda. Awan masih tampak tebal menggulung di atas langit istana Welirang. Bisa dipastikan hujan masih akan berlangsung lama. Putri Sekar Ayu dan Damar menunggu di dalam ruangan itu tanpa bersuara. Keduanya sama-sama canggung untuk membuka percakapan. Terjebak hujan di satu ruangan bersama Damar, putri tak tahan jika terus seperti itu. Ia juga khawatir orang lain akan salah paham jika melihat mereka berdua dalam satu ruangan yang sama. Putri segera berdiri dari tempat duduknya lalu keluar memeriksa keadaan."Bagaimana ini ? hujannya deras sekali," keluh putri di depan ruang berlatih. Dinginnya angin hujan membuat bulu kuduknya berdiri, ia segera menutupi tubuhnya dengan selendang agar tak menggigil kedinginan. Ia angkat sedikit jarik yang ia kenakan agar tak basah terkena air hujan. Damar langsung memalingkan wajahnya saat tak sengaja melihat betis indah putri."Tunggu disini sebentar, Gusti." Damar berlari menembus derasnya
Setiap tahun Kerajaan Welirang mengadakan perburuan yang diikuti oleh para pangeran dan bangsawan kerajaan. Acara itu digunakan sebagai ajang unjuk kemampuan para pangeran dalam berburu. Dan yang paling utama untuk mempererat hubungan antara Kerajaan Welirang dan para sekutunya. Itulah sebabnya para pangeran dari kerajaan sahabat juga akan turut serta dalam acara itu. Setiap tahun putri ingin sekali mengikuti ajang ini namun tak bisa karena ia seorang perempuan. Anehnya dalam acara kali ini putri lah yang ditunjuk secara khusus bersama Pangeran Wiguna. Sedangkan Pangeran Respati yang setiap tahun selalu hadir malah ditugaskan ke salah satu kadipaten untuk suatu urusan. Ini membuat Damar merasa janggal, ia curiga ada maksud lain dibalik acara itu. Sebenarnya putri pun merasakan hal yang sama seperti yang Damar khawatirkan, namun ia memutuskan untuk tetap pergi. Putri tak ingin menyiakan kesempatan, setelah beberapa tahun menunggu akhirnya ia dapat mengikuti acara perburuan itu. Putri
Puncak acara perburuan pun tiba. Walau cuaca sedikit tak bersahabat, namun itu tak menghalangi semangat para peserta. Sebelum acara perburuan dimulai, pertama-tama Putri Sekar Ayu diperkenalkan pada para peserta sebagai calon ratu Kerajaan Welirang."Sambutlah adikku tercinta Putri Sekar Ayu, calon ratu Kerajaan Welirang," kata Pangeran Wiguna. Para bangsawan dari kerajaan lain sampai terkagum-kagum menatap kecantikan putri. Mereka juga terkejut karena selama ini menganggap Pangeran Wiguna lah calon penerus tahta Kerajaan Welirang."Cantik, tapi seorang wanita bisa apa ?" bisik beberapa orang."Bersolek. Hahaha ...""Apakah kerajaan kita akan tunduk pada seorang wanita ?""Lihat saja, Welirang akan kehilangan dukungan dari banyak kerajaan."Mereka terus bergunjing. Tak sedikit dari mereka yang meremehkan putri karena ia seorang wanita, namun dalam sekejap keraguan itu berubah menjadi decak kagum saat putri menunjukkan kemampuanny
Kuda itu semakin mendekat, wajah penunggangnya pun semakin jelas terlihat. Putri hanya berdiri terpaku dengan genangan air mata yang mulai terjatuh di pipinya."Putri ..." teriak Damar saat melihat putri berdiri di balik pepohonan. Damar memacu kudanya lebih cepat, ia tak mau putri menunggu lebih lama lagi."Akhirnya aku menemukanmu, Putri," gumamnya dari atas kudanya. Sementara itu air mata putri mulai mengalir deras bersama air hujan yang membasahi wajahnya. Damar turun dari kudanya lalu segera berlari menghampiri putri yang bersimbah darah. Putri sudah tak sanggup lagi berdiri ia jatuh di pelukan Damar."Gusti ..." Damar dengan cepat menangkap tubuh putri."Aku tahu kau pasti datang," kata putri."Maafkan hamba, Gusti." Damar merasa sangat bersalah satelah melihat keadaan putri. Ia merasa telah gagal memenuhi janjinya untuk selalu melindungi putri."Kukira aku akan mati sendirian di sini," kata putri lagi sambil menangis sesenggukan di pe
Utari berdiri di depan rumahnya menatap jalan setapak yang biasa dilewati oleh warga berlalu lalang. Sudah beberapa hari ini ia selalu melakukan hal yang sama untuk melihat barangkali Damar muncul dari ujung jalan sana. Atau setidaknya ada sepucuk surat yang Damar titipkan untuknya melalui kerabatnya yang juga bekerja di istana. Sudah satu bulan lebih sejak Damar berangkat ke istana namun belum juga kembali untuk menengok Utari. Terakhir kali Utari hanya menerima sepucuk surat yang memberinya kabar bahwa Damar telah diterima sebagai prajurit khusus. Utari selalu khawatir kalau-kalau suaminya itu sampai kepincut dengan dayang-dayang cantik di istana."Utari, masuklah, tidak baik berdiri di luar seperti itu," tegur Mpu Geger yang mulai khawatir dengan keadaan putrinya."Sebentar, Bopo.""Nanti juga Damar akan pulang. Ayo masuk cah ayu."Utari kembali masuk ke dalam rumah dengan raut wajah kecewa. Ia benar-benar merindukan suaminya.Sementara itu di a
Untuk pertama kalinya setelah beberapa waktu berlalu, akhirnya Utari dapat merasakan kembali kehangatan keluarga yang utuh di meja makan. Malam itu Utari sengaja memasak banyak makanan untuk menyambut kedatangan suaminya. Damar pun tampak lahap menyantap makanan yang Utari masak untuknya, raut bahagia nampak jelas di wajah Utari. Setelah makan malam usai, Utari segera menarik lengan Damar ke kamarnya. Ia tak sabar ingin segera bermanja dengan suami yang sudah sangat ia rindukan."Kakang aku sangat merindukanmu," kata Utari sambil bermanja di pelukan Damar."Benarkah ?" Damar sedikit tak nyaman saat Utari bermanja seperti itu."Iya, sangat rindu. Apa kau tak merindukanku ?""Tentu ... tentu rindu," jawab Damar berusaha membuat Utari senang."Apa kita hanya akan berpelukan seperti ini ?" Utari menatap Damar dengan penuh harap. Untuk sesaat Damar memandangi wajah itu, wajah seorang istri yang harusnya ia cintai dengan sepenuh hati. Damar sangat muak d
"Akulah yang kau cari, Utari," kata Ratu berdiri di hadapan Utari sambil memegangi dadanya. Walau telah siuman, namun efek racun di dalam tubuhnya tak bisa secepat itu hilang. Para tabib telah berusaha memintanya untuk pergi menyelamatkan diri, namun ratu justru lebih memilih untuk menyelesaikan masalahnya dengan Utari. "Bedebah !! Baiklah, aku tak akan bermain-main lagi denganmu !!" teriak Utari marah mengetahui kesembuhan ratu. Tanpa banyak basa-basi, ia langsung mengayunkan pedangnya ke arah ratu. Dua wanita itu bertarung, keadaan ratu yang belum pulih sepenuhnya membuatnya kuwalahan menghadapi Utari. Damar berusaha bangkit karena begitu mengkhawatirkan keadaan ratu, namun ia tak berdaya karena luka di tubuhnya dan juga hadangan dari anak buah Utari. Tak butuh waktu lama, Utari pun berhasil mengakhiri perlawanan Ratu Sekar Ayu. Ratu terkulai dengan cucuran darah dari mulut dan hidungnya, ia tak berdaya di bawah ancaman pedang Utari. "Kau suda
Utari berhasil memasuki istana Welirang. Istana yang sedang kosong ditinggal para penghuninya berperang di medan peperangan dengan mudah berhasil diobrak abrik oleh Utari dan pasukannya. Tujuannya sudah jelas, menemukan keberadaan Ratu Sekar Ayu. "Katakan dimana ratu kalian ??" teriak Utari sambil mengancam para dayang di istana. Mereka yang ketakutan pun akhirnya dengan berat hati menunjukkan keberadaan Ratu Sekar Ayu. Saat Utari mendobrak pintu, Ratu Sekar Ayu masih terbujur di atas ranjangnya. Tubuhmya masih membiru dengan aroma busuk yang mulai keluar dari luka di lengannya. Utari tersenyum puas menyaksikan sendiri betapa dahsyatnya upas sewu bekerja pada tubuh ratu. "Lihatlah dirimu sekarang. Apa yang ingin kau sombongkan dariku ?" kata Utari sambil memainkan pedangnya di wajah ratu. "Ini semua tak seberapa. Kau tahu betapa sengsaranya aku selama ini ?? Kematianmu pun tak cukup untuk menghapus luka batinku." Utari menatap ratu dengan penuh kebenc
Pertempuran antara pasukan Welirang dan pasukan Jagalan akhirnya pecah. Pertumpahan darah yang ditakutkan oleh banyak orang pun akhirnya terjadi juga. Saat itu medan perang dipenuhi riuhnya suara pedang, lesatan anak panah dan teriakan para prajurit yang berjuang membela pasukannya masing-masing.Di sela-sela ayunan pedangnya, Raja Widharma tampak mencari-cari keberadaan Pangeran Wiguna. Perang sudah berlalu cukup lama, namun ia tak juga melihat keberadaan putranya itu.Raja Widharma semakin merangsek masuk membelah pasukan lawan, berharap bisa segera menemukan keberadaan Pangeran Wiguna. Ia ingin sekali menghukum putranya itu karena tak mengindahkan larangannya untuk memberontak. Bukannya Pangeran Wiguna, Raja Widharma justru bertemu dengan Utari. Ia sedikit terkejut karena ternyata pasukan itu dipimpin oleh seorang wanita alih-alih Pangeran Wiguna. Raja Widharma ingin beranjak pergi namun Utari memaksanya untuk tetap berada di sana.Utari dan Raja Widharma sal
Keesokan harinya tanpa ada yang tahu peristiwa yang menimpa Pangeran Wiguna,Utari berjalan keluar dari kadipaten dengan baju zirah lengkap dengan senjata di kedua tangannya. Ribuan pasukan Jagalan telah bersiap di depan kadipaten setelah mendapatkan perintah perang dari Utari. Utari berdalih Pangeran Wiguna telah ada di perbatasan menunggu mereka bergabung dengan pasukan sekutu. Para prajurit yang tak tahu apa-apa menurut saja apa kata Utari yang katanya telah ditunjuk untuk memimpin pasukan Jagalan.Utari tak ingin membuang waktu, ia dan ribuan pasukannya segera bergerak menuju Welirang. Hentakan kaki kuda dan sorot tajam matanya sudah cukup menggambarkan betapa siapnya ia untuk bertempur melawan pasukan kerajaan. Ia sangat yakin dapat memporak-porandakan Welirang dengan ribuan prajurit yang telah dilatih dan dipersiapkan oleh ibu suri selama ini menggunakan dana gelap kerajaan Welirang. Sokongan dari pasukan sekutu pun sudah lebih dari cukup dan membuatnya semakin p
Damar dihajar habis-habisan oleh Nyi Gandaruhi. Pertarungan yang tak seimbang itu membuat Damar babak belur. Sementara itu, fajar sudah mulai terlihat di ufuk timur, sinar yang terpancar dari bunga Geniri pun mulai meredup. Satu per satu kelopaknya mulai menutup, bunga itu harus segera dipetik sebelum menutup sepenuhnya. Jika malam itu menjadi malam terakhir ia mekar, maka hilang sudah kesempatan mereka untuk menyelamatkan nyawa Ratu Sekar Ayu. Nyi Gandaruhi nampaknya tahu betul akan hal itu sehingga ia terus berusaha menghalangi Damar agar tak sampai menyentuh bunga itu. Damar tak mau menyerah, dengan sisa kekuatan yang ada, ia kembali bangkit dan berusaha melawan Nyi Gandaruhi. Ratu Sekar Ayu sedang menunggunya, bagaimanapun caranya ia harus bisa mendapatkan bunga itu. Tak apa jika raganya harus hancur di tangan Nyi Gandaruhi, asalkan ia dapat membawa pulang penawar racun itu. Semua orang sedang menggantungkan haparan besar padanya, ia tak mau mematahkan harapan itu.
Utari tersenyum puas saat menerima laporan dari orang suruhannya perihal keadaan Ratu Sekar Ayu. Walau bidikannya tak tepat sasaran, namun ternyata sedikit luka di tubuh ratu sudah cukup untuk menumbangkannya. Untuk beberapa saat ratu masih bisa memperpanjang napas, namun Utari yakin itu tak akan lama karena usaha Damar akan sia-sia belaka, Nyi Gandaruhi tak akan semudah itu dikalahkan. Tak disangka ternyata bidikannya akan mengenai dua mangsa sekaligus, karena pergi ke hutan Larangan sama saja dengan bunuh diri."Damar, sampai saat inipun kau masih memihaknya," gumam Utari sambil melumat habis bunga di tangannya. Tak bisa dipungkiri rasa cemburu itu masih ada. Melihat Damar rela mengorbankan nyawa demi ratu membuat kebencian di dalam dirinya kian bergejolak. Ia semakin berambisi untuk menghancurkan Ratu Sekar Ayu dan kerajaannya.Setelah menerima kabar soal kondisi ratu, Utari segera menemui Pangeran Wiguna untuk membicarakan rencana besar yang akan ia jal
Damar berangkat menuju Hutan Larangan dengan beberapa prajurit bersamanya.Perjalanan panjang melelahkan serta berbagai halangan yang menghadang tak menggoyahkan langkah Damar demi mendapatkan penawar racun itu. Tiga hari perjalanan yang biasanya ditempuh oleh kebanyakan orang, berhasil ia persingkat. Ia mengambil resiko besar mempertaruhkan diri membelah lebatnya hutan yang belum banyak terjamah oleh manusia. Bukan tanpa hambatan, sepanjang perjalanan mereka banyak menemui hal-hal ganjil yang tak masuk di nalar manusia. Mereka sempat melihat manusia berbadan ular, terkadang pasar di tengah hutan, bahkan istana emas dengan dayang-dayang cantik yang hampir saja menyilaukan mata para prajuritnya. Beruntung Damar dapat menyadarkan para prajurit sebelum mereka terjerumus ke dalam dunia mereka.Setelah melalui banyak rintangan, akhirnya Damar dan pasukannya sampai di lereng Hutan Larangan. Mereka segera memeriksa, menyebar ke berbagai arah untuk menemukan Bunga Geniri. Seki
Hari sudah menjelang petang saat Damar tiba di depan gerbang istana Welirang. Ia langsung dihadang oleh para penjaga yang sedang bertugas saat itu. Para penjaga sangat terkejut, setelah bertahun-tahun tak diketahui keberadaannya Damar tiba-tiba berdiri di hadapan mereka. Mereka semakin kaget saat mendapati Ratu Sekar Ayu terkulai lemah di atas kuda yang Damar naiki. Mereka menyangka Damar sedang menyandera ratu untuk tujuan tertentu. Kepala penjaga segera memerintahkan para prajurit untuk segera menyelamatkan ratu."Tunggu !! Ratu sedang membutuhkan pertolongan," teriak Damar, namun tetap tak digubris oleh para prajurit.Damar benar-benar kehilangan kesabaran, ia akhirnya nekat mendobrak gerbang istana lalu menerobos masuk ke dalam istana. Tak ada gunanya berdebat dengan para penjaga, keselamatan ratu jauh lebih penting baginya.Kuda itu terus melaju memasuki istana. Para penjaga pun tak tinggal diam, mereka mengejar Damar sehingga menimbulkan keributan di dalam
Ratu berjalan keluar dari pendopo kadipaten, langkahnya tiba-tiba terhenti, wajahnya sangat terkejut saat ia tanpa sengaja mendapati Utari berdiri di ambang pintu. Setelah bertahun-tahun menghilang tanpa jejak, bagaimana bisa ia bertemu dengannya lagi di Kadipaten Jagalan. Ratu benar-benar membeku melihat Utari berdiri di hadapannya.Tak hanya ratu, Utari pun sempat membeku beberapa saat. Jantungnya bergetar hebat saat berhadapan langsung dengan Ratu Sekar Ayu. Setelah sekian waktu berlalu, ratu masih tetap terlihat sama, wajah itu mengingatkannya kembali pada luka masa lalu, mengingatkan kembali pengkhianatan Damar dan semua penderitaannya. Utari semakin dengki melihat kecantikan Ratu Sekar Ayu, ingin rasanya ia cabik-cabik wajah orang yang sedang berdiri di hadapannya itu.Utari sebenarnya tak berniat menampakkan diri sebelum ambisinya terpenuhi. Ia ingin menjadikan dirinya sebagai kejutan terbesar saat ia berhasil membalas dendam pada ratu, namun karena kebencian ya