Roth tiba dengan sikap panik dan menceritakan pada Nefiri dengan wajah pucat. Ray menelan ludah serta memberitahu jika Drew juga telah lenyap dan berhasil melarikan diri.
“Bisakah kita menunda berita yang lain? Aku meninggalkan Coque sendirian dan sekarang kita harus segera kembali. Aku tidak ingin Coque mati menghadapi Abigail sendiri!” pinta Roth dengan emosional.
Semua mengiyakan dan segera bergegas mengikuti Roth masuk ke dalam portal.
Begitu mereka melangkah keluar dari portal, ternyata ketiganya berada di sebuah gurun yang sangat panas.
“Sial! Sesuatu mengacaukan kembali!” umpat Roth dengan panik.
Nefiri dan Ray mulai gelisah. Dengan konsentrasi penuh, Roth kembali mencoba membuka portal menuju Alaska dan mereka melesak masuk. Ray memekik tertahan! Mereka terdampar di sebuah area peperangan di Israel. Roth makin gugup serta pucat. Nefiri menyentuh lengannya dan memandang Roth dengan mata berduka.
“Kita tid
Indahnya kebersamaan saat ini walau belum lengkap dengan kehadiran personil lain, tetap menghadirkan suasana yang menghangatkan sanubari masing-masing.Nina dan Elba saling berbagai cerita tentang kisah perjalanan mereka.“Ternyata ancaman teroris itu masih terjadi?” tanya Letho seperti biasa penasaran.“Makin parah sekarang. Kurasa memasuki tahun 2018 ini semua akan memanas antara Israel dan Palestina. Sementara Korea mulai berulah dan membuat kisruh. Amerika akan kehilangan pamor di dunia internasional dan Arab Saudi akan tumbang,” lapor Elba.“Bagaimana dengan negaramu, Elba?” tanya Tache.“Kurasa tidak akan terguncang. Paman beserta seluruh kabinetnya akan menghadapi krisis ini dengan baik,” sahut Elba.“Dan kau menolak menjadi raja?” Tache sungguh tidak memahami pola pikir Elba.“Aku lebih suka menjadi bagian dari kalian. Seperti ini,” jawab Elba ringan.“Kalian tahu apa yang dalam pikiranku saat ini?” cetus Nina.Semua menu
Nina melangkah dengan penuh keheranan mendekat ke arah pintu. Dengan hati berdebar, ia membukanya. Alter Fidelis berdiri dalam wujud sesungguhnya tanpa sayap.“Fidelis?” desis Nina terperanjat. Fidelis masuk tanpa menunggu dipersilahkan masuk.“Kupikir email itu baru saja terkirim!” seru Nina dengan takjub. Fidelis menyapa semuanya dan tersenyum.“Aku adalah makhluk mulia yang memiliki akses ke teknologi tanpa harus memiliki media, Nina,” jawab Fidelis sembari memesan minuman pada bartender yang berusaha mengacuhkan pembicaraan tamunya.“Bagaimana aku bisa tidak merasakan kehadiranmu?” tanya Nina bingung. Fidelis menerima gelas dan meneguk dengan ekspresi haus.“Kau melemah pada kondisi tertentu. Entah itu saat jatuh cinta atau berduka,” terang Fidelis dengan acuh. “Jelas saat ini kau dalam salah satu kondisi tersebut,” sindirnya sambil melirik ke Elba yang tersenyum simpul.
Pertemuan dengan Fidelis memberi sedikit motivasi untuk mereka kembali bergerak tanpa lelah. Setelah menjelaskan pada Panther yang mulai siuman dan sadar, dua hari kemudian mereka terbang menuju Mesir. Selama menempuh perjalanan, Nina terus memikirkan rencana terbaik untuknya mengatasi desakan menjadi pemburu Abigail.Dalam hati masing-masing, mereka berpikir siapakah yang menjadi malaikat maut bagi Karmuzu. Pria tua yang telah hidup hampir seabad tersebut, mustahil semudah itu dibunuh. Roth menebak pembunuhnya adalah antara Abigail atau Drew. Sedangkan Coque dengan konyolnya berasumsi Karmuzu akan mati di tangan salah satu anak buahnya.“Mereka semua adalah pengikut setia! Bagaimana kau bisa menebak itu adalah salah satu anak buahnya?” bantah Roth menertawakan Coque.“Jangan meremehkan kejelianku sebagai bekas polisi, Roth. Dari sekian kasus kematian orang besar, hampir sebagian diprakarsai oleh sebuah pengkhianatan dari dalam!” tangkis
Nina memastikan semua pengikut Karmuzu tidak memiliki ambisi terkelam untuk membunuhnya. Dengan terpaksa, Nina harus menggunakan kekuatannya tersebut untuk mengetahui hal tersebut. Namun ketika tanpa sengaja ia mengetahui ambisi Elba, wanita itu terlihat jengah. Elba ingin bercumbu dengannya.“Kupikir kalian telah bercinta, Averin!” cetus Roth dengan setengah berbisik. Nina menoleh dan memukul lengan Roth kesal.“Berhenti membaca pikiranku, Roth! Kau sudah berjanji!” kecam Nina dengan garang. Roth mengaduh dan meringis kikuk.“Maaf,” sesalnya dan buru-buru kabur. Nina sangat malu dan segera menjauh.Coque baru saja tiba dengan Panther. turun dari truck pick up. Wajah keduanya memerah karena panas yang menyengat.“Aku memilih Roger Pass dan Alaska sebagai tempat tinggal. Panas ini bisa membunuhku!” keluh Coque sembari mengusap peluh. Rambutnya yang panjang terikat tampak basah oleh keringat. Panther te
Berduyun-duyun orang datang dan menyampaikan rasa berkabung atas kematian Karmuzu. Nina masih melarikan diri ke atas puncak gunung Sinai. Semua tahu dan merasakan keterpurukan atas perginya Karmuzu yang mereka sebut sebagai singa gurun penjaga Mesir.Kematian Karmuzu ditandai dengan gelombang tanah yang hebat, memporak porandakan seluruh kawasan di sekitar padepokan dalam radius puluhan kilometer.“Aku baru tahu jika Karmuzu muda memiliki bentuk lain sebagai singa jantan yang besarnya seperempat dari gunung Sinai!” decak Coque dengan kagum.“Ya. Suara yang terdengar tadi malam adalah auman terakhirnya,” timpal Panther dengan pilu.Roth dan Elba bungkam dan membisu. Kematian dan kegagalan mereka dalam menjaga Karmuzu membuat keduanya terpukul.Masyarakat dan seluruh pengikutnya menguburkan Karmuzu dengan tata cara adat Mesir yang epik. Sementara tubuh Firai mereka lemparkan ke dalam kobaran api yang menyala. &ld
Masa berkabung untuk kematian Karmuzu berlangsung selama dua minggu. Setelah usai merenovasi padepokan dengan sumbangan dana dari Elba, mereka segera membuat rencana untuk langkah selanjutnya.“Yang pasti, harus ada salah satu dari kita tinggal di sini untuk mengajarkan berbagai latihan. Termasuk menggunakan senjata yang tidak pernah dikuasai oleh anak buah Karmuzu,” cetus Roth menimpali rencana Nina yang ingin mengunjungi Inggris.“Kenapa Britania? Kupikir Norwegia lebih memiliki potensi yang kuat untuk mendapatkan calon pahlawan yang tangguh!” tanggap Panther.“Britania sudah memiliki pusat pelatihan pejuang bumi. Terakhir kali berada di sana sebelum ke Paris, aku bertemu dengan pemimpinnya, Morret.” Nina menunjukkan foto tempat tersebut dan juga Morret pemimpinnya.“Ok. Aku setuju. Siapa yang akan tinggal di sini?” tanya Elba.“Aku saja!” seru Coque. Semua menoleh padanya dengan heran.
Semenjak Nina mengalami perubahan dalam dirinya sebagai the huntress, ia tidak pernah berpikir jika peran dan tanggung jawab ini akan menjadi sesuatu yang berpengaruh pada dunia.Pertemuannya dengan Mikhael, malaikat yang memberinya berkat dan senjata, menjelaskan bahwa dirinya adalah ujung tombak utama dalam peperangan yang entah kapan akan berakhir ini.Keberangkatannya menuju ke Inggris bersama Panther dan Roth membuat Nina yakin bahwa kali ini ia akan menempuh perjuangan yang sesungguhnya. Baru Nina sadari, dirinya menjadi jangkar bagi para orang di sekelilingnya untuk berpegang teguh.Kedatangan mereka di markas Morret, mendapat sambutan yang baik dan penuh kehangatan. Nina memeluk teman lamanya itu dengan erat. Morret sama sekali tidak tampak sebagai pria tangguh. Selain karena mulutnya sangat cerewet, Morret juga memiliki selera pakaian yang sangat unik. Bajunya semi feminim dengan warna cerah yang sangat mencolok.Pria jangkung tersebut juga membe
Ketika kita bertemu dengan orang baru, terkadang asumsi muncul dan itu belum sepenuhnya benar. Itu yang Panther rasakan. Morret dan Pixen adalah dua manusia yang sempat ia remehkan dalam kemampuannya bertempur.Ternyata di balik karakter yang beda dan terkesan nyentrik, dua orang tersebut memiliki ketangkasan yang mumpuni. Morret adalah pemain pedang yang sangat handal dan Pixen adalah penembak ulung dan juga menguasai teknologi dengan baik.Keduanya menguasai martial arts dan sesuai dengan gaya konyol mereka, membunuh musuh bisa dilakukan dengan gaya jenaka dan klasik.Roth seketika jatuh cinta pada perkumpulan tersebut. Tidak sulit baginya berbaur karena gaya Roth yang menurut Panther memang setipe dengan mereka. Nina tersenyum geli dengan sebutan tersebut.Setelah memastikan misi dan visi mereka dipahami seutuhnya oleh Morret dan Pixen, Nina bermaksud untuk berpamitan keesokan harinya menuju Norwegia bersama dengan Panther.“Tunggu dulu, N