‘Apakah ini yang yang dinamakan mencintai?’ batin Nina dengan dada berdebar.
Setiap gerakan yang Elba lakukan menarik perhatiannya. Bahkan tawa Elba membuat Nina terpaku penuh pesona. Roth memahami apa yang saat ini bergejolak dalam hati Nina juga Elba. Ada hasrat dan keinginan yang menggebu dari keduanya saat saling mencuri pandang dari jauh.
Roth juga tahun waktu mereka bersama tidak banyak. Nina akan segera kembali pada kodratnya dan wajib menjauh dari Abigail secepat mungkin. Atas inisiatif sendiri, Roth meminta Nina menyalurkan energi padanya.
“Untuk apa, Roth?” tanya Nina heran.
Roth tidak menjawab, namun muncul di udara sebuah portal menuju kawasan mewah di salah tempat hiburan di Los Angeles.
“Pergilah bersenang-senang selama satu malam dan kami akan menjaga Abigail,” pinta Roth dengan senyum pengertian.
Nina merasakan wajahnya memerah. Elba menoleh pada Nina dan mengulurkan tangan padanya. Dengan
Raut bingung terlihat pada wajah Roth menyaksikan sikap Nina dan Elba yang sangat aneh. Sebelumnya mereka tampak rukun dan saling menyayangi. Namun saat ini, keduanya seperti dua kutub. Saling membuang muka dengan segan.Sementara itu, Tache masih berdiskusi dengan dua pengikut barunya. Clod dan Drew. Kedua remaja tersebut terlihat takjub akan segala informasi mengenai kekompakan klan atau perkumpulan serigala pada umumnya.“Apakah menurutmu, Drew juga akan berubah seperti aku, Tache?” tanya Clod dengan cemas.Ia berharap adiknya bisa menjadi sepertinya. Jika tidak, akan sulit bagi Clod melindungi dan menjaga Drew yang pasti memiliki dunia yang berbeda dengannya.“Terkadang seseorang mengalami perubahan yang tidak menentu. Ada yang cepat dan tepat waktu, tapi ada juga yang sangat lambat. Untuk perempuan, biasanya berubah sangat lambat. Aku berubah waktu berusia sembilan belas tahun. Dua tahun lalu,” terang Tache.“Tapi
Clod mengikuti dengan patuh keempat seniornya yang terus menerjang lebatnya hutan dan jurang. Ketika mereka tidak menemukan kejanggalan, Letho memimpin mereka memasuki pemukiman.Clod mendeking ketakutan dan mundur perlahan. Polar memandang Clod dengan tatapan memberi dukungan. Dengan pelan, Clod maju dan menapaki aspal. Letho berjalan lurus menuju pertokoan.“Hai Letho!” sapa Mark, si tukang daging dengan ramah. Letho menyalak satu kali membalas.“Wah kau bawa semua adikmu? Apakah ada bahaya?” tanya Mark dengan cemas. Kali ini Polar yang menjawab dengan menyalak dua kali. Mark mengangguk seperti mengerti.“Kuharap baik-baik saja. Selamat bertugas!” Mark melambaikan tangan dengan wajah penuh dukungan. Clod terkesima. Seperti Inikah hidup para serigala di Roger Pass?“Wah Letho! Kau punya pengikut baru?” seru Diane, wanita penjual buah juga dengan ramah dan senyum lembut. Letho hanya menjawab dengan gonggongan pelan.Clod menjadi percaya diri dan m
Nina membuka mata dengan enggan. Tidak ada satu pun dari sekian tidurnya yang nyenyak dalam beberapa tahun terakhir. Selalu dipenuhi mimpi buruk dan gelisah.Ia beringsut turun dan segera melenggang ke dapur. Dengan menguap ia menyalakan mesin pembuat kopi dan meletakkan takaran sesuai.Ponselnya yang ia charger dekat microwave berbunyi. Nina mengangkat panggilan dari Tache. Ternyata undangan makan siang hari ini. Nina mengiyakan dengan mata mengantuk. Hidup sendiri di rumah ini cukup menyiksanya. Semua mengingatkan dia akan kebersamaan bersama mendiang Oliver, Abigail, Roth juga pria yang ia cintai, Elba.Mata Nina menangkap tempelan jadwal sekolah Abigail di pintu kulkas. Ia mendekat dan mengelus kertas tersebut dengan wajah rindu. Ia begitu menyesal teramat sangat. Abigail bahkan belum sempat merasakan indahnya menjadi remaja.Mesin kopi berbunyi menandakan telah selesai memproses. Nina berbalik meninggalkan kulkas dan menyambar gelas kopi serta menuan
Nina baru saja tiba di kantor Ray pagi itu ketika Tache menghampiri dengan terburu-buru.“Coba tanyakan pada temanmu, Panther. Karena jika informasi dari temanku benar, maka hanya tinggal dua keluarga saja yang masih dalam pencarian. Tiga dari mereka telah tewas sebulan yang lalu,” ucap Tache dengan tempo cepat.“Tunggu!” pinta Nina. Ia segera menjauh untuk melakukan panggilan ke Panther. Tidak lama kemudian Nina kembali.“Panther tidak begitu yakin akan hal tersebut. Siapa temanmu yang memberi kabar?” tanya Nina.“Klan yang ada di Texas,” jawab Tache. Nina mengetukkan ponsel pada bibirnya sambil berpikir.“Kita tidak bisa mengandalkan kebenaran dari berita yang masih simpang siur ini. Tapi aku yakin, lambat laun kita akan mengetahuinya,” pungkas Nina.“Ya. Kita akan menunggu. Hanya itu yang bisa kita lakukan,” gumam Tache.***Hollow mengajak Clod melakuka
Newt, anak ketiga Ray, berteriak dengan suara yang tidak jelas dari seberang jurang. Nina memang mendengar suaranya, tapi gema suara mengacaukan semuanya.“Bicara pelan, Newt! Aku tidak mendengarmu dengan jelas!” teriak Nina.Newt menunjuk ke bawah dengan gerakan sekuat tenaga.“Aku akan melompat turun. Newt melihat sesuatu di bawah,” ucap Nina.“Hati-hati!” seru Hollow.Siang itu, Nina bersama dua ank lelaki Ray berpatroli di daerah paling berbahaya di Roger Pass, bagian timur.Mereka mendengar ada teriakan dan Newt mencium bau darah. Ternyata setelah ditelusuri, jurang yang memiliki dasar sungai yang sangat deras. Tempat itu sering pergunkan untuk para wisatawan arung jeram.Karena khawatir akan keselamatan seseorang yang mungkin terperangkap di bawah sana, ketiganya memutuskan untuk memeriksa.Nina menuruni jurang yang penuh dengan batu mencuat dengan lincah. Beberapa kali Nina sempat terp
Coque kebagian menyiapkan makan malam kali ini. Ia membuat spaghetti yang lezat dengan ayam panggang keju. Roth tampak tidak sabar mengisi piringnya dengan makanan.“Ini sangat hmm … enak sekali,” puji Roth sementara mengunyah.“Aku adalah koki masak yang terbaik!” akunya Coque dengan sombong. Elba terkekeh namun membenarkan.“Aku butuh makan yang banyak. Hari ini energiku terkuras untuk membersihkan tubuh Abigail dari toxic,” cetus Roth sembari menarik paha ayam.“Kau selalu makan banyak tiap hari, Roth!” gerutu Coque dengan kesal. Roth tertawa sambil meringis.“Mustafa, aku akan mengunjungi Roger Pass besok pagi. Ada pesan untuk seseorang?” tanya Roth kemudian mengalihkan topik. Suapan tangan Elba berhenti dan urung masuk ke mulut.“Tidak. Aku tidak memiliki pesan apa pun,” jawabnya pelan. Elba kembali melanjutkan santapannya dengan wajah muram.Coque melirik keduanya dengan wajah curiga.“Apakah ini ada hubungannya dengan gadis Serb
Pagi itu seperti hari-hari lainnya. Setiap orang melakukan aktivitas yang normal dan rutin. Nina membaca koran pagi dan segera bergegas untuk meneruskan latihannya dengan Drew. Sudah dua minggu berlalu dan Drew menunjukkan kemajuan yang sangat pesat.Kemampuan memanah Drew juga sangat baik. Ia hampir menandingi Nina sendiri. Tache yang merasa tersaingi segera meningkatkan kualitas latihannya dengan Swan. Sementara Letho yang menjadi mentor Clod tidak menemui kesulitan berarti. Clod memang sangat berbakat dan bisa mengikuti semua dengan hasil memuaskan. Jonas sendiri yang berada dalam asuhan Kein, paman mereka, juga mengalami kemajuan dalam menyesuaikan diri sebagai serigala muda.Langit sangat mendung dan hujan salju tidak berhenti turun. Namun tidak ada yang merasa aneh. Cuaca Roger Pass memang tidak pernah lekang oleh salju. Bulan September yang seharusnya menyisakan musim panas, sudah menunjukkan pertanda musim dingin kembali.Entah karena insting atau memang
Halaman rumah Ray penuh dengan orang-orang yang berjuang untuk mereka. Letho dan adik-adiknya menambah meja dan kursi untuk semua duduk dan menikmati santapan yang Nefiri dan perempuan klan mereka sediakan.“Jadi, itukah yang sedang terjadi saat ini? Roger Pass menjadi pusat perkumpulan bagi makhluk kegelapan?” tanya Ray dengan raut bingung.“Ya! Kami mengetahui dari batu penjuru dunia, Georen,” jawab Loco dengan bangga.“Georen? Apakah dia juga manusia seperti Karmuzu dan Merpola?” tanya Nina. Loco mengangguk.“Yang tertua adalah Merpola, wanita pengendali waktu dan jarak. Kedua adalah Karmuzu, pria yang memiliki mata untuk masa depan. Ketiga, Herfate, wanita yang menjaga cuaca dan iklim dunia. Terakhir, Georen. Pria penjaga bumi beserta isinya.” Paparan dari Loco sangat mengejutkan semuanya.“Kenapa Roger Pass menjadi pusat bagi makhluk tersebut berkumpul? Apa alasannya?” tanya Letho yan
Menjalani kehidupan kampus dan menjadi manusia terdidik membuat kualitas diri Abigail terbentuk dengan sangat baik.Satu tahun berlalu, remaja yang telah beralih menjadi wanita dewasa muda itu tampak berkembang menjadi pribadi yang memiliki mental kuat, kokoh dan juga tidak cengeng.Delapan belas tahun sudah usianya sekarang. Abigail terlihat secantik kakaknya, Nina.Kulitnya yang halus seperti warna peach di musim semi dengan rambut kemerahan dan mata biru, membuatnya kadang menjadi pusat perhatian.Pada tahun kedua, Abigail mendapat pendampingan dari senior dan tanpa diduga, Conradlah yang terpilih menjadi pendampingnya.Claire yang tergila-gila pada Conrad dengan tulus dan tidak kehilangan antusiasnya mendukung penuh Abigail untuk mendekati.“Kau sinting, Claire!” omel Abigail dengan gelengan kepala tidak berhenti.Rambutnya yang panjang telah ia potong sebahu dan Abigail makin terlihat menawan, tegap dan
Luke melempar bola basket tersebut dan dengan tepat masuk ke dalam keranjang. Tepuk tangan penonton memenuhi di lapangan outdoor kampus. Luke sudah menjadi idola baru sejak awal semester. Baru dua lalu, Luke dinobatkan sebagai pria paling seksi dan itu ditolak mentah-mentah oleh Abigail dan Claire.“Kau pernah menciumku, Abe! Akui saja!” cetus Luke dengan mimik kesal.“Ya! Sebagai latihan dan untuk memenangkan taruhan dengan Claire!” kedua teman wanitanya tos dan terkekeh.Luke mengomel dan jengkel karena dua sahabatnya adalah manusia yang tidak mengakui ketampanannya.“Oh, lihatlah dia! Conrad Siltra! Sangat dewasa, menarik dan cerdas. Kualitas unggul dari seorang pria!” puji Claire dengan ekspresi terpesona tingkat tinggi.Luke dan Abigail menunjukkan mimik tidak setuju.“Angkuh, sombong dan kaku! Itu yang tepat!” bantah Abigail.Kali ini Luke sepakat.“Kalian tidak tahu p
Elba menenteng dua koper milik Abigail ke dalam bagasi mobil dan juga kardus yang berisi semua keperluan yang dibutuhkan selama tinggal di asrama universitas nanti.Hari ini mereka mengantar Abigail ke Montana University untuk mulai kehidupan baru sebagai mahasiswi fakultas kedokteran.Panther duduk di belakang kemudi dan mereka un berangkat.“Tidak seharusnya kalian mengantarku semua!” gerutu Abigail malu.Coque tidak mengacuhkan karena sibuk memeriksa catatan yang ada dalam jurnalnya. Semua yang Abigail butuhkan Coque periksa kembali dengan teliti dan cermat.“Kita harus mampir di supermarket sebentar karena belum ada krim repellent untuk anti nyamuk!” seru Coque menutup jurnalnya dan memasukkan ke dalam saku kemeja.“Buat apa repellent anti nyamuk?” tanya Roth heran.“Di asrama nanti mustahil mereka menjaga kebersihan seperti kita, Roth! Abigail bisa terkena demam berdarah!&rd
Claire dan Luke tidak lagi bertanya atau meragukan keseluruhan kisah hidup Abigail yang sebenarnya mereka sudah dengar desas desisnya sejak kecil dulu sebagai keturunan dari makhluk kegelapan.Tapi semenjak tragedi Belial menimpa seluruh dunia, keduanya tidak menyangka bahwa sahabat mereka yang selama ini dikenal adalah tokoh utama yang berperan bersama iblisnya dalam musibah tersebut.Sebagai remaja yang ternyata menganut paham terbuka dan modern, Claire dan Luke hanya mendukung Abigail sepenuhnya hingga tidak lagi mengalami trauma terhadap apa yang pernah ia lihat di medan perang.Bukan itu saja, seluruh pengalaman pahit Abigail juga perlu diterima dengan nalar dan logika yang cerdas supaya mental tidak terpukul. Disitulah peran kedua remaja dalam hidup Abigail.Sementara itu, Elba telah memeriksa dengan teliti bersama Roth untuk kekuatan adik dari Nina tersebut secara maksimal.Berbagai macam tes dilakukan untuk mengetahui apakah k
Ungkapan paling tepat untuk situasi dunia saat ini adalah mati suri.Hampir sebagian besar perekonomian lumpuh dan kehilangan kemampuan untuk meraih level stabil. Bangkit dari keterpurukan adalah hal yang paling sulit untuk dilakukan.Semua orang merasa berkepentingan untuk dibantu dan melupakan esensi dari berjuang bersama. Ketakutan yang masih mengukung dan meninggalkan trauma dalam hidup mereka, membuat masing-masing pribadi memilih untuk mempersiapkan diri jika ada kejadian berikutnya.Kecurigaan satu sama lain dan buruk sangka selalu terjadi.Setelah pasca serangan Belial yang sempat mengugah para penyintas untuk saling bahu membahu, tiba-tiba saja bisa berubah. Para manusia saling menarik diri dan jika itu dilihat secara menyeluruh, pemerintah pun seakan bersikap yang sama.Pemimpin negara kehilangan kemampuan mereka untuk mengarahkan rakyat yang semakin memilih cara sendiri untuk bertahan hidup.Hilangnya kepercayaan mereka pada para
Karmuzu mengatakan belum waktunya dan akan tiba saat yang tepat untuk mereka melanjutkan perjalanan ke gunung Sinai. Di sisi lain, Lucifer tidak pernah mampu menemukan di mana Nina Averin berada. Tidak peduli seberapa kuat Raja Iblis itu mencari dengan menyebarkan pasukannya, hasilnya tetap nihil. Rasa heran mulai menguasai diri Lucifer. Siapakah Nina sebenarnya?Abigail tiba pada situasi menjadi remaja yang penuh gejolak dan pemberontakan. Mengancam akan kabur jika tidak dipenuhi permintaannya. Mereka akhirnya mengikuti tuntutan Abigail untuk kembali ke Roger Pass, Montana.Walaupun Nina menentang, Oliver bersikukuh memutuskan untuk memenuhi permintaan Abigail dan kelimanya terbang kembali ke Amerika Serikat.Suatu malam, Oliver bermimpi aneh. Ketika ia menceritakan tentang mimpinya, semua terhenyak. Seseorang yang sangat misterius, mirip dengan sosok malaikat, memberitahu jika Lucifer sesungguhnya memiliki dua putri. Putri sulungnya adalah kunci untuk mengalah
Besar di panti asuhan, Nina Averin terdidik menjadi sosok manusia yang sangat ahli menyamar dan mempertahankan diri. Mengalami masa kecil menggenaskan, Nina bahkan diperkosa saat masih berusia sepuluh tahun.Nina menjadi mesin pembunuh yang telah menjalani tugas ratusan kali. Gadis itu sejak kecil dituntut untuk mematikan emosi juga perasaannya. Hingga pada saat berusia 23 tahun dia memutuskan untuk melarikan diri.Alasan utama Nina melarikan diri karena lelah menjalani kehidupan sebagai pembantai dan kebebasannya terkungkung. Berbeda dengan semua teman yang menjalani profesi dengannya, Nina sudah menunjukkan bakat pemberontak sejak kecil.Bertemu dengan sosok Ben yang sebetulnya adalah Alter Fidelis yang menyamar, Nina mendapat bekal juga tertolong saat terjepit. Namun hari berikutnya, Nina kembali mati-matian menghadapi sindikat yang berusaha membunuhnya. Nina terluka parah.Pada titik terendahnya, Nina memutuskan untuk mengakhiri hidup, namun ia keburu
Bau anyir yang bercampur busuk jenazah menguar di sepanjang lembah Norwegia. Entah bagaimana mereka akan membereskan semua kekacauan ini.Semua masih terlalu berduka dan terpukul akan kepergian Nina.Abigail yang dalam perawatan Sky dan Pixen, belum sepenuhnya pulih. Secara fisik remaja itu baik-baik saja, tapi memori yang terekam dalam benaknya sulit untuk kembali.Bagi Abigail, semua baik-baik saja. Tidak ada yang salah.Berkali-kali pula, dia menanyakan mengenai di mana kakaknya dan semua belum bisa menjawab dengan fakta yang sesungguhnya. Mereka mengalihkan dengan topik yang lain dan Roth mulai tidak nyaman menyembunyikan terus menerus.“Aku seperti menelan racun pahit,” cetus Roth dengan mata lekat menatap Abigail yang sedang menjalani fisioterapi dengan Sky.Fisiknya masih terkadang lemah dan Abigail butuh menghilangkan semua racun yang selama ini bersarang di tubuhnya.Beberapa kali remaja itu muntah cairan hitam me
Lembah Norwegia menjadi saksi tentang sebuah pengorbanan yang tulus dan bukti nyata dari kasih seorang kakak pada adiknya.Abigail yang terkapar di samping Belial, perlahan kembali ke wujud manusia dan luka yang ada di tubuh remaja itu, sembuh dengan sendirinya. Elba melepas jubah dan berjalan mendekat, lalu menutupi tubuh Abigail yang telanjang.Roth mengambil alih dan memberi isyarat pada Elba untuk mendekati Nina, kekasihnya.Pria itu terlihat gemetar, menyentuh tubuh yang masih menelungkup dan tombak masih tertancap di perutnya. Saat membalikkan badan Nina dan mencabut tombak surgawi, Elba tergugu. Mata Nina masih terbuka dan menatap tanpa cahaya.Jarinya menutup dengan ucapan yang mengalun begitu pilu. Tidak pernah terbayang akan mengalami hal yang terjadi saat ini. Siapa yang dapat menyangka, jika Nina benar-benar membutikan ucapannya dulu? Siapa yang bisa menduga, cinta yang Nina miliki begitu besar?Pelukan itu tidak mampu menyingkirkan luk