Nina menenteng ransel dan berpamitan pada suster Lisbeth beserta penghuni biara lainnya.
Permintaan Paus untuk berjumpa dengannya tidak ia indahkan. Nina sudah tidak sabar ingin segera mengejar tiga orang yang tercuri oleh takdir darinya.
Coque menyerahkan selembar kertas catatan pada Nina. Tache mengikuti mereka dari belakang.
“Dari kilasan lokasi yang Tache lihat ketika portal terbuka adalah banyaknya salju dengan latar pegunungan. Setelah aku lihat ada beberapa tempat dengan gunung bersalju. Semua sudah ada dalam daftar tersebut,” terang Coque.
“Kita kunjungi wilayah yang terdekat. Yaroslav, Rusia,” cetus Nina dan menyimpan daftar tersebut dalam saku.
Ketiganya segera bergegas naik mobil menuju bandara.
***
Kota kecil Yaroslav memang indah sekaligus unik. Kota tanpa gedung atau bangunan tinggi perkantoran tersebut kental dengan suasana desa semi modern.
Jajaran restoran dan pertokoan kecil dengan pili
Baru kali ini Elba melihat Nina mengenakan gaun yang feminim. Ternyata setelah berpenampilan layaknya perempuan, Nina mampu mengalahkan wanita mana pun.Ia terlalu cantik dan menawan. Giginya yang rapi dan putih, berjajar mempesona serta menyempurnakan garis senyum bibir Nina.“Kupikir kita tidak akan bertemu lagi, Nina,” ucap Elba.Nina hanya tertawa dan berbalik badan menuju balkoni yang menghadap ke arah tebing laut.Gaun putih brokat yang terbuka punggungnya, menambah keseksian liuk tubuh wanita yang baru ia sadari telah mengubah jiwanya.“Aku akan selalu menemukanmu. Hingga ujung neraka sekalipun,” jawab Nina dengan senyum.Rambutnya yang sebahu tertiup angin. Nina menatap ke bawah dan menoleh serta mengulurkan tangan pada Elba.“Maukah kau menjadikan aku pendampingmu, nanti?” Nina menatap Elba penuh harap.Pria itu tersenyum dengan gembira.“Aku akan menjadikan dirimu
Nina sebetulnya ragu menentukan tempat kunjungan mereka berikutnya. Seperti seekor singa yang kehilangan cakar dan giginya, Nina tampak melemah dan kehilangan kekuatan pemburunya.Namun tidak sedikit pun terlintas dalam benak Coque atau Tache untuk meragukan keputusan tersebut. Keduanya masih mempercayai Nina sepenuhnya.Setelah menghubungi beberapa teman Coque yang ada di Palestina, mereka mendapat akses yang cukup aman untuk melakukan pencarian dari satu kota ke kota berikutnya.“Aku pernah berada di daerah ini selama beberapa bulan,” ujar Nina.“Apakah targetmu para pejabat Palestina?” tanya Tache setengah mati penasaran.Nina menggelengkan kepalanya.“Targetku menghilangkan duka saat kehilangan Oliver,” jawab Nina.Coque baru teringat. Nina hilang selama satu tahun penuh setelah Oliver pergi.Ini adalah kota yang kelima setelah mereka tiba di negara konflik tersebut.“Jika ka
Elba baru saja selesai membangun ruang tahanan untuk Abigail dari berbagai bahan yang Roth bawa melalui portal. Udara dingin dataran Alaska menyulitkan mereka untuk menyiapkan tempat tersebut. Untunglah Roth memiliki sihir dan membantu Elba menyelesaikan pekerjaannya.Bangunan bekas markas militer tersebut memiliki dasar yang kokoh dan masih dalam kondisi yang baik. Elba hanya perlu mengaktifkan serta menambahkan beberapa peralatan dan juga teknologi seperti kamera CCTV dan juga lampu sorot otomatis. Sel tahanan juga mereka desain dengan menggunakan listrik. Elba menghindari pemakaian gembok atau kunci yang kurang bisa diandalkan kekuatannya.Beruntung tempat tersebut memiliki generator sendiri dan juga pembangkit tenaga listrik yang setelah dibetulkan masih berfungsi dengan baik.“Mesin pemanas ruangan juga sudah berjalan dengan lancar, tidak macet lagi. Mulai malam ini kita bisa bernapas lega, Mustafa,” cetus Roth dengan bangga.“Thank
Nina merasakan wajahnya panas dan terjaga. Sebelum sadar sepenuhnya, sebuah tamparan kembali melayang di wajah Nina.“Ough!” erang Nina. Ia merasakan darah dalam mulutnya.Nina meludahkan ke lantai dengan geram. Waktunya mengalah sudah selesai! Nina menguasai diri dengan cepat dan melihat Coque juga Tache sedang diinterogasi bersamaan.Ketika jawaban mereka menghasilkan grafik yang mencurigakan, sebuah cambuk besi dengan tali mengandung duri tajam melecut tubuh keduanya.Teriakan Tache melengking, sementara Coque cukup tangguh menahan siksaan. Dari yang Nina tangkap, mereka dicurigai sebagai komplotan Panther!‘Apa yang Panther lakukan sehingga dicari para teroris lokal?’ batin Nina penasaran.“Hentikan!” seru Nina.Salah satu orang yang mengajukan pertanyaan meminta berhenti.“Kau harus tunggu giliran! Kecuali informasimu berharga!” bentak pria kurus itu.Nina menawarkan m
Tache melihat debu berterbangan di bawah sinar bulan yang terang. Nina bangkit dan melihat Panther kembali setelah lima jam pergi. Tubuh dan wajahnya penuh dengan bercak darah.Pria itu melempar tiga ransel ke pasir.“Kau membantai semuanya?!” seru Tache kaget. Gadis itu mengendus tubuh Panther.“Aku sudah meminta baik-baik. Mereka memang terkenal sebagai suku pemarah,” jawab Panther santai.Nina tersenyum dan memeriksa semua isi tas. Ponsel, passport dan juga uang masih utuh. Tangannya merogoh kantong depan dan mengeluarkan sebungkus rokok. Nina menyalakan satu dan memberikan pada Panther.“Thanks.”Nina menyalakan satu lagi untuk dirinya. Coque terbangun dengan wajah mengantuk dan kaget waktu melihat ranselnya telah kembali. Kini pandangannya telah berubah total mengenai Panther.“Tunjukkan padaku foto ketiga temanmu. Mungkin aku bisa membantu,” cetus Panther. Nina mengulurkan foto di
Roth kembali dengan wajah terkejut. Di ruang tengah berceceran darah di lantai dan Elba sedang mengepel.“Siapa mereka?” tanya Roth.“Aku menemukan keduanya di depan pagar. Anak perempuan itu terluka di bagian perut dan aku sudah mengeluarkan pelurunya,” jawab Elba.“Astaga! Kasihan sekali!” Roth meraba dahi dan nadi masing-masing.“Aku sudah menyalurkan tenaga dalam pada mereka. Sebentar lagi pasti sadar.” Elba melanjutkan membersihkan lantai.“Bagaimana kabar perjalananmu, Roth?” tanya Elba kemudian.“Seseorang menghalangi perjalananku. Aku terdampar ke padang gurun Ghobi. Untunglah aku bisa kembali ke sini,” keluh Roth sembari mengibaskan jubahnya yang penuh dengan serpihan pasir.“Roth, aku baru membersihkan lantai!” seru Elba dengan jengkel.Tangan Roth mengibas di udara dan lantai bersih seketika.“Siapa yang menghalangi perja
‘Apakah ini yang yang dinamakan mencintai?’ batin Nina dengan dada berdebar.Setiap gerakan yang Elba lakukan menarik perhatiannya. Bahkan tawa Elba membuat Nina terpaku penuh pesona. Roth memahami apa yang saat ini bergejolak dalam hati Nina juga Elba. Ada hasrat dan keinginan yang menggebu dari keduanya saat saling mencuri pandang dari jauh.Roth juga tahun waktu mereka bersama tidak banyak. Nina akan segera kembali pada kodratnya dan wajib menjauh dari Abigail secepat mungkin. Atas inisiatif sendiri, Roth meminta Nina menyalurkan energi padanya.“Untuk apa, Roth?” tanya Nina heran.Roth tidak menjawab, namun muncul di udara sebuah portal menuju kawasan mewah di salah tempat hiburan di Los Angeles.“Pergilah bersenang-senang selama satu malam dan kami akan menjaga Abigail,” pinta Roth dengan senyum pengertian.Nina merasakan wajahnya memerah. Elba menoleh pada Nina dan mengulurkan tangan padanya. Dengan
Raut bingung terlihat pada wajah Roth menyaksikan sikap Nina dan Elba yang sangat aneh. Sebelumnya mereka tampak rukun dan saling menyayangi. Namun saat ini, keduanya seperti dua kutub. Saling membuang muka dengan segan.Sementara itu, Tache masih berdiskusi dengan dua pengikut barunya. Clod dan Drew. Kedua remaja tersebut terlihat takjub akan segala informasi mengenai kekompakan klan atau perkumpulan serigala pada umumnya.“Apakah menurutmu, Drew juga akan berubah seperti aku, Tache?” tanya Clod dengan cemas.Ia berharap adiknya bisa menjadi sepertinya. Jika tidak, akan sulit bagi Clod melindungi dan menjaga Drew yang pasti memiliki dunia yang berbeda dengannya.“Terkadang seseorang mengalami perubahan yang tidak menentu. Ada yang cepat dan tepat waktu, tapi ada juga yang sangat lambat. Untuk perempuan, biasanya berubah sangat lambat. Aku berubah waktu berusia sembilan belas tahun. Dua tahun lalu,” terang Tache.“Tapi
Menjalani kehidupan kampus dan menjadi manusia terdidik membuat kualitas diri Abigail terbentuk dengan sangat baik.Satu tahun berlalu, remaja yang telah beralih menjadi wanita dewasa muda itu tampak berkembang menjadi pribadi yang memiliki mental kuat, kokoh dan juga tidak cengeng.Delapan belas tahun sudah usianya sekarang. Abigail terlihat secantik kakaknya, Nina.Kulitnya yang halus seperti warna peach di musim semi dengan rambut kemerahan dan mata biru, membuatnya kadang menjadi pusat perhatian.Pada tahun kedua, Abigail mendapat pendampingan dari senior dan tanpa diduga, Conradlah yang terpilih menjadi pendampingnya.Claire yang tergila-gila pada Conrad dengan tulus dan tidak kehilangan antusiasnya mendukung penuh Abigail untuk mendekati.“Kau sinting, Claire!” omel Abigail dengan gelengan kepala tidak berhenti.Rambutnya yang panjang telah ia potong sebahu dan Abigail makin terlihat menawan, tegap dan
Luke melempar bola basket tersebut dan dengan tepat masuk ke dalam keranjang. Tepuk tangan penonton memenuhi di lapangan outdoor kampus. Luke sudah menjadi idola baru sejak awal semester. Baru dua lalu, Luke dinobatkan sebagai pria paling seksi dan itu ditolak mentah-mentah oleh Abigail dan Claire.“Kau pernah menciumku, Abe! Akui saja!” cetus Luke dengan mimik kesal.“Ya! Sebagai latihan dan untuk memenangkan taruhan dengan Claire!” kedua teman wanitanya tos dan terkekeh.Luke mengomel dan jengkel karena dua sahabatnya adalah manusia yang tidak mengakui ketampanannya.“Oh, lihatlah dia! Conrad Siltra! Sangat dewasa, menarik dan cerdas. Kualitas unggul dari seorang pria!” puji Claire dengan ekspresi terpesona tingkat tinggi.Luke dan Abigail menunjukkan mimik tidak setuju.“Angkuh, sombong dan kaku! Itu yang tepat!” bantah Abigail.Kali ini Luke sepakat.“Kalian tidak tahu p
Elba menenteng dua koper milik Abigail ke dalam bagasi mobil dan juga kardus yang berisi semua keperluan yang dibutuhkan selama tinggal di asrama universitas nanti.Hari ini mereka mengantar Abigail ke Montana University untuk mulai kehidupan baru sebagai mahasiswi fakultas kedokteran.Panther duduk di belakang kemudi dan mereka un berangkat.“Tidak seharusnya kalian mengantarku semua!” gerutu Abigail malu.Coque tidak mengacuhkan karena sibuk memeriksa catatan yang ada dalam jurnalnya. Semua yang Abigail butuhkan Coque periksa kembali dengan teliti dan cermat.“Kita harus mampir di supermarket sebentar karena belum ada krim repellent untuk anti nyamuk!” seru Coque menutup jurnalnya dan memasukkan ke dalam saku kemeja.“Buat apa repellent anti nyamuk?” tanya Roth heran.“Di asrama nanti mustahil mereka menjaga kebersihan seperti kita, Roth! Abigail bisa terkena demam berdarah!&rd
Claire dan Luke tidak lagi bertanya atau meragukan keseluruhan kisah hidup Abigail yang sebenarnya mereka sudah dengar desas desisnya sejak kecil dulu sebagai keturunan dari makhluk kegelapan.Tapi semenjak tragedi Belial menimpa seluruh dunia, keduanya tidak menyangka bahwa sahabat mereka yang selama ini dikenal adalah tokoh utama yang berperan bersama iblisnya dalam musibah tersebut.Sebagai remaja yang ternyata menganut paham terbuka dan modern, Claire dan Luke hanya mendukung Abigail sepenuhnya hingga tidak lagi mengalami trauma terhadap apa yang pernah ia lihat di medan perang.Bukan itu saja, seluruh pengalaman pahit Abigail juga perlu diterima dengan nalar dan logika yang cerdas supaya mental tidak terpukul. Disitulah peran kedua remaja dalam hidup Abigail.Sementara itu, Elba telah memeriksa dengan teliti bersama Roth untuk kekuatan adik dari Nina tersebut secara maksimal.Berbagai macam tes dilakukan untuk mengetahui apakah k
Ungkapan paling tepat untuk situasi dunia saat ini adalah mati suri.Hampir sebagian besar perekonomian lumpuh dan kehilangan kemampuan untuk meraih level stabil. Bangkit dari keterpurukan adalah hal yang paling sulit untuk dilakukan.Semua orang merasa berkepentingan untuk dibantu dan melupakan esensi dari berjuang bersama. Ketakutan yang masih mengukung dan meninggalkan trauma dalam hidup mereka, membuat masing-masing pribadi memilih untuk mempersiapkan diri jika ada kejadian berikutnya.Kecurigaan satu sama lain dan buruk sangka selalu terjadi.Setelah pasca serangan Belial yang sempat mengugah para penyintas untuk saling bahu membahu, tiba-tiba saja bisa berubah. Para manusia saling menarik diri dan jika itu dilihat secara menyeluruh, pemerintah pun seakan bersikap yang sama.Pemimpin negara kehilangan kemampuan mereka untuk mengarahkan rakyat yang semakin memilih cara sendiri untuk bertahan hidup.Hilangnya kepercayaan mereka pada para
Karmuzu mengatakan belum waktunya dan akan tiba saat yang tepat untuk mereka melanjutkan perjalanan ke gunung Sinai. Di sisi lain, Lucifer tidak pernah mampu menemukan di mana Nina Averin berada. Tidak peduli seberapa kuat Raja Iblis itu mencari dengan menyebarkan pasukannya, hasilnya tetap nihil. Rasa heran mulai menguasai diri Lucifer. Siapakah Nina sebenarnya?Abigail tiba pada situasi menjadi remaja yang penuh gejolak dan pemberontakan. Mengancam akan kabur jika tidak dipenuhi permintaannya. Mereka akhirnya mengikuti tuntutan Abigail untuk kembali ke Roger Pass, Montana.Walaupun Nina menentang, Oliver bersikukuh memutuskan untuk memenuhi permintaan Abigail dan kelimanya terbang kembali ke Amerika Serikat.Suatu malam, Oliver bermimpi aneh. Ketika ia menceritakan tentang mimpinya, semua terhenyak. Seseorang yang sangat misterius, mirip dengan sosok malaikat, memberitahu jika Lucifer sesungguhnya memiliki dua putri. Putri sulungnya adalah kunci untuk mengalah
Besar di panti asuhan, Nina Averin terdidik menjadi sosok manusia yang sangat ahli menyamar dan mempertahankan diri. Mengalami masa kecil menggenaskan, Nina bahkan diperkosa saat masih berusia sepuluh tahun.Nina menjadi mesin pembunuh yang telah menjalani tugas ratusan kali. Gadis itu sejak kecil dituntut untuk mematikan emosi juga perasaannya. Hingga pada saat berusia 23 tahun dia memutuskan untuk melarikan diri.Alasan utama Nina melarikan diri karena lelah menjalani kehidupan sebagai pembantai dan kebebasannya terkungkung. Berbeda dengan semua teman yang menjalani profesi dengannya, Nina sudah menunjukkan bakat pemberontak sejak kecil.Bertemu dengan sosok Ben yang sebetulnya adalah Alter Fidelis yang menyamar, Nina mendapat bekal juga tertolong saat terjepit. Namun hari berikutnya, Nina kembali mati-matian menghadapi sindikat yang berusaha membunuhnya. Nina terluka parah.Pada titik terendahnya, Nina memutuskan untuk mengakhiri hidup, namun ia keburu
Bau anyir yang bercampur busuk jenazah menguar di sepanjang lembah Norwegia. Entah bagaimana mereka akan membereskan semua kekacauan ini.Semua masih terlalu berduka dan terpukul akan kepergian Nina.Abigail yang dalam perawatan Sky dan Pixen, belum sepenuhnya pulih. Secara fisik remaja itu baik-baik saja, tapi memori yang terekam dalam benaknya sulit untuk kembali.Bagi Abigail, semua baik-baik saja. Tidak ada yang salah.Berkali-kali pula, dia menanyakan mengenai di mana kakaknya dan semua belum bisa menjawab dengan fakta yang sesungguhnya. Mereka mengalihkan dengan topik yang lain dan Roth mulai tidak nyaman menyembunyikan terus menerus.“Aku seperti menelan racun pahit,” cetus Roth dengan mata lekat menatap Abigail yang sedang menjalani fisioterapi dengan Sky.Fisiknya masih terkadang lemah dan Abigail butuh menghilangkan semua racun yang selama ini bersarang di tubuhnya.Beberapa kali remaja itu muntah cairan hitam me
Lembah Norwegia menjadi saksi tentang sebuah pengorbanan yang tulus dan bukti nyata dari kasih seorang kakak pada adiknya.Abigail yang terkapar di samping Belial, perlahan kembali ke wujud manusia dan luka yang ada di tubuh remaja itu, sembuh dengan sendirinya. Elba melepas jubah dan berjalan mendekat, lalu menutupi tubuh Abigail yang telanjang.Roth mengambil alih dan memberi isyarat pada Elba untuk mendekati Nina, kekasihnya.Pria itu terlihat gemetar, menyentuh tubuh yang masih menelungkup dan tombak masih tertancap di perutnya. Saat membalikkan badan Nina dan mencabut tombak surgawi, Elba tergugu. Mata Nina masih terbuka dan menatap tanpa cahaya.Jarinya menutup dengan ucapan yang mengalun begitu pilu. Tidak pernah terbayang akan mengalami hal yang terjadi saat ini. Siapa yang dapat menyangka, jika Nina benar-benar membutikan ucapannya dulu? Siapa yang bisa menduga, cinta yang Nina miliki begitu besar?Pelukan itu tidak mampu menyingkirkan luk