Di ruangan dengan nuansa putih terlihat seorang gadis yang hendak tidur setelah selesai membaca novel kesukaannya. Novel itu sudah ia baca berulang kali namun ia tidak bosan karena ada tokoh favoritnya yaitu sang second male lead yang bernama Samudra Ananta Dominic. Dia melirik jam dinding, terlihat di sana sudah pukul dua dini hari. "Gak kerasa udah jam segini, semoga malam ini mimpi ketemu Ananta. Ananta lo itu terlalu greenflag siapapun bisa suka sama lo. Ya kecuali Mira sih dia gak bisa liat cowok sebaik dan setulus Ananta. Lagian mata si Mira buta kali ya udah di selingkuhin terus selingkuhannya dilecehin sama Atlas gila sih Mira tetep mau nerima Atlas. Atlas juga redflag udah selingkuh ngelecehin pula terus cewek nya di tinggal, mana ceweknya sama lagi kayak gue namanya Elisa" gerutu ElisaElisa mulai memejamkan matanya menuju alam mimpi. Tak lama setelah itu terlihat banyak asap yang muncul. Gadis itu tetap tidur meskipun banyak asap di sekitarnya. Terasa bau asap yang mulai m
"Gue mau kita putus." ucap Elisa enteng sambil melepas genggaman Atlas. "Gak mau." jawab Atlas kembali memegang tangan Elisa erat. "Pokoknya harus mau.""Kenapa tiba-tiba minta putus aku salah apa kita baru aja jadian kemarin.""Lo gak salah apa-apa, setelah dipikir-pikir gue gak mau jadi selingkuhan.""Yaudah aku putusin Mira kamu jadi yang satu-satunya." "Lo gila hah kasian Mira." ucap Elisa marah"Ini Elisa kesambet apa ya kok tiba-tiba jadi orang bener." bisik Stevan "Entahlah mana saya tau saya kan ikan" bisik Dewa. Stevan mendengus mendengar bisikan Dewa. Sejenak Atlas ingat bahwa Mira adalah sahabat sekaligus pacarnya. Mana mungkin ia menyakiti perasaan Mira lagi. Atlas bingung karena ia mulai menyukai Elisa. Sedangkan perasaannya terhadap Mira juga masih ada. "Gue gak mau putus, gue udah mulai suka sama lo." ucap Atlas semakin menggenggam erat tangan Elisa terlihat kemerahan di tangan Elisa yang putih mulus. "Lepasin tangan gue, gue tau lo cuman jadiin gue pelampiasan,
"Ananta" ucap Elisa kaget Seorang pemuda yang sedang memainkan ponselnya menoleh mendengar seseorang memanggilnya dengan nama panggilan sayang dari bundanya. Samudra menatap gadis itu datar, Elisa yang di tatap oleh sang pujaan hati tidak bisa menahan salting nya. Samudra yang melihat itu menatap gadis itu aneh. Sadar dengan kebodohannya Elisa berdehem untuk menghentikan kecanggungan ini. "Ananta lo tinggal di sini? " tanya Elisa"Ya" balas Samudra singkatSetelah mengatakan itu Samudra melengos pergi. Elisa yang melihat itu mengekori Samudra. Samudra membiarkan saja Elisa berjalan di sampingnya mungkin gadis itu mau ke unit apartemen miliknya. Sesampainya di unit apartemen milik Samudra, Elisa tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya mengetahui bahwa mereka tetanggaan. Samudra mengabaikan Elisa yang masih berdiri di sampingnya sambil tersenyum, ia membuka pintu apartemennya setelah memencet kata sandi. Saat akan menutup pintunya terlihat ada kaki yang menahan, karena tak tega Samud
"Yaudah ayo kita balikan." ucap Atlas"Gak mau." balas Elisa"Harus mau." paksa Atlas"Dih kenapa lo maksa." "Elisa plis aku masih say- ""Samudra sama Elisa karena kalian telat, kalian ke lapang hormat di tiang bendera sampai jam istirahat." ucap Rani selaku wakil ketua osis memotong ucapan Atlas. Atlas menatap Rani marah karena memotong ucapannya, namun ketika ia akan ikut ke lapangan untuk mengawasi Samudra dan Elisa ia di panggil oleh bu indah disuruh pergi ke ruang osis ada yang perlu dikerjakan. Samudra dan Elisa pun berjalan menuju ke lapangan, mereka langsung hormat begitu sampai di tiang bendera. Matahari yang semakin naik, membuat mereka kepanasan. Bulir-bulir keringat terlihat di wajah Elisa yang sudah memerah karena kepanasan. Samudra yang melihat itu menghalangi sinar matahari agar tidak terkena Elisa. Elisa yang merasa sudah tidak terlalu panas mendongak, terlihat wajah Samudra yang rupawan. "Ananta" ucap Elisa"Hm" balas Samudra "Makasih""Hm"Elisa yang mendengar S
"Apa bener gue sama Atlas udah sampai ciuman bahkan lebih? " tanya Elisa. "Mana aku tau." balas Lova"Iya juga ya masa gue cerita yang kayak begituan sama lo." ucap Elisa"Daripada mikirin yang kayak gitu mending kamu istirahat." ucap Lova"Iya." jawab Elisa sambil membaringkan tubuhnya. Di sisi lain tepatnya di sebuah kelas yang tampak hening karena seorang guru yang terkenal killer sedang mengajar. Berbanding terbalik dengan para murid yang ketakutan ada dua manusia yang sibuk dengan perdebatannya. "Lo jauhin Elisa." ucap Atlas"Lo yang harusnya ngejauhin dia." balas Samudra"Kenapa gue? ""Lo hampir lecehin dia""Asal lo tau gue sama Elisa udah ciuman bahkan lebih." dusta Atlas"Gue gak percaya." ucap Samudra"Kenapa lo gak percaya? " tanya Atlas"Lo aja gak pernah mau sentuh dia sebelum kalian pacaran.""Shit." umpat Atlas karena kebohongannya diketahui oleh Samudra. Atlas jadi teringat akan respon Elisa, kenapa Elisa marah ketika ia mengatakan gurauan itu. Harusnya gadis itu b
"Ananta" panggil Elisa. Padahal Elisa memanggil Samudra dengan nada yang biasa saja, anehnya kelas yang tadinya ramai sontak hening karena seluruh murid langsung melihat ke arah Elisa yang berada tepat di depan meja Samudra dan Atlas, tak berselang lama mereka kembali fokus dengan kegiatan masing-masing. Tak terkecuali inti gang Asterioz mereka terus menatap Elisa tak percaya. Samudra yang merasa namanya di panggil pun menoleh lalu mengangkat sebelah alisnya bertanya. "Boleh nanya gak? " tanya Elisa"Hm" balas Samudra"Kenapa gak nanya ke gue? " tanya Atlas"Ananta lebih pinter dari lo." ucap Elisa tanpa beban. "Shit" umpat Atlas, mau menyangkal gak bisa karena itu emang fakta. "Anjir ucapan si Elisa ngejleb banget." ucap Dewa"Iya tuh bocah kayaknya beneran udah move on dari si Atlas buktinya udah bisa ngejek Atlas." timpal stevan. "Gue setuju." ucap Dewa sambil menganggukkan kepalanya. "Halah dasar cewek murahan udah bisa dapetin Atlas kini pindah ke Samudra." sinis Rafli. "E
Elisa telah menyelesaikan tugas lalu kembali ke bangkunya tak lupa berterima kasih kepada Samudra yang telah membantunya mengerjakan tugas. Baru juga duduk bukunya langsung di ambil oleh Lova. "Lisa aku liat ya." ucap Lova"Iya" balas Elisa"Makasih Lisa.""Sama-sama"Kringgg... Kringg...Bel pulang sudah berbunyi para murid berhamburan keluar untuk pulang ke rumah masing-masing. Elisa sedang membereskan alat tulisnya dan memasukkannya ke dalam tas, Lova sudah pulang duluan katanya ia ada urusan. Kelas sudah lumayan sepi hanya beberapa orang yang masih ada di kelas. Elisa melihat ke bangku Samudra dkk ternyata mereka sudah tidak ada, ia baru ingat mereka keluar begitu Elisa kembali ke bangkunya. Elisa berjalan keluar kelas menuju ke gerbang sekolah. Padahal Elisa berniat nebeng ke Samudra agar ia lebih dekat dengan kesayangannya. Elisa tak berharap lebih, memang tadinya ia berniat ingin menjadi pacar Samudra namun ia tidak tau apakah ia akan terus berada di tubuh Elisa atau tidak mu
"Ananta suka ya sama Elisa." tanya bunda Layla"Gak bun." ucap Samudra"Masa sih gak suka sama Elisa, yang bunda tau kamu gak suka dekat sama cewek sedangkan sama Elisa kamu bisa." goda bunda Layla"Gak bun, Elisa tuh cuman temen Ananta.""Maksudnya teman tapi mesra kan? ""Ih bundaa." rengek SamudraBunda Layla terkekeh melihat Samudra yang seperti anak kecil, ia begitu senang menggoda Samudra. Entah sampai kapan ia bisa tetap melihat Samudra yang seperti ini. Ia khawatir setelah kepergiannya apakah Samudra masih bisa bahagia?Tanpa mereka sadari Elisa sudah berada di depan pintu bahkan tangan Elisa sudah memegang gagang pintu. Pergerakkan Elisa yang akan membuka pintu terhenti mendengar suara rengekan Samudra. Elisa tak menyangka bahwa Samudra bisa bersikap manja di depan bundanya. Wajah sesangar itu merengek?sangat tidak bisa di bayangkan. Samudra bersikap berbeda saat bersama bundanya, sangat berbanding terbalik jika bersama teman-temannya. Elisa menyudahi lamunannya kemudian mas
Mereka baru saja keluar dari bioskop. Samudra masih setia menggenggam tangan Elisa. Sepanjang berjalan banyak mata yang menatap mereka. "Iri banget pengen deh di posisi ceweknya.""Masih gantengan gue.""Serasi banget ceweknya cantik cowoknya ganteng.""Pasangan setara.""Merasa tenang kalau cocok gini.""Gak cocok masih cocok kan sama aku."Begitulah celotehan orang-orang yang melihat Elisa dan Samudra. Sedangkan orang yang di bicarakan memilih mengabaikan itu."Masih marah? " Samudra menatap Elisa lembut."Siapa juga yang marah." Elisa menatap ke arah lain. Samudra senang akhirnya Elisa tak marah lagi."Sekarang kita mau kemana? ""Terserah.""Kita ke restoran aja ya aku gak mau pacar aku kelaparan." semburat merah muncul di pipi Elisa mendengar itu."Apa katanya, pacar aku? p-a-c-a-r a-k-u? PACAR AKU?? bisa apa? bisa gila aku.""Iya." untuk menutup kegugupannya Elisa bersikap biasa saja.Sesampainya di restoran mereka langsung duduk di meja yang kosong. Restoran ini sedang ramai u
Hari yang begitu di tunggu oleh Elisa akhirnya tiba. Hari ini Elisa akan menghabiskan waktunya berdua dengan Samudra. Kamar yang semula rapi menjadi berantakan. Elisa sibuk memilih baju yang akan ia kenakan. Jika menurutnya baju itu tidak cocok Elisa melemparnya ke kasur, begitu lah seterusnya sampai kamarnya terlihat berantakan. Elisa memegang baju sambil melihat ke cermin full body. "Ini gak cocok." "Terlalu terang." "Terlalu terbuka." "Ck norak." Begitulah gerutuan Elisa ketika memilih baju. Beberapa menit kemudian akhirnya ada yang cocok, pilihan Elisa jatuh kepada dress berwarna putih. Elisa memakai make up tipis agar tidak terlihat pucat lalu menggerai surai indahnya. Tidak lupa membawa sling bag berwarna putih. Elisa berjalan menuju keluar apartemen, ponselnya berdering menandakan ada yang menelepon. Ternyata orang yang meneleponnya adalah Samudra dengan segera Elisa mengangkat panggilan itu. "Halo." "Aku udah di depan." "Iya aku ke sana sekarang." Elisa menga
Setelah acara camping beberapa hari lalu kini para murid di sibukkan dengan belajar karena seminggu lagi akan ada ujian kenaikan kelas. Elisa dan Lova sedang belajar di perpustakaan karena di kelas tidak ada guru jadi mereka memutuskan untuk belajar di perpustakaan daripada di kelas berisik.Keheningan terjadi di antara mereka, sampai ketika Elisa menutup bukunya cukup keras membuat Lova menatap Elisa sekilas."Udah beres belajarnya? " tanya Lova dengan pandangan yang masih tertuju ke buku."Udah." Elisa membuka buku novel yang sudah ia beli kemarin.Lova menatap Elisa takjub."Cepet banget beda ya kalau orang pinter sekali baca langsung nempel di otak.""Jelaslah gue gitu loh." Elisa mengibaskan rambutnya ke belakang. 'Gimana gak langsung tau materi yang di pelajari udah gue kuasain tinggal baca aja sekilas langsung ingat.' batin Elisa. Jangan lupa bahwa sebenarnya Elisa sudah kuliah jadi materi ini mudah baginya. Apalagi di kehidupan sebelumnya ia mendapatkan peringkat pertama siswa
Malam terakhir camping panitia mengadakan api unggun, semua murid berkumpul mengelilingi api unggun. Kini mereka semua sedang merenung dengan pak Bagas yang memberikan nasihat. "Kalian bayangkan sepulangnya kalian dari camping ini bagaimana kalau orang tua kalian sudah tidak ada, sedangkan kalian belum menghargai setiap momen yang kalian punya bersama keluarga. Kalian tidak pernah tahu kapan akan merasa kehilangan." terang pak Bagas memberi nasihat. Semua murid tampak sedih apalagi para perempuan sudah menangis sedari tadi. "Perasaan setiap camping pas merenungkan diri selalu ngebahas ini gak sih? " tanya Elisa kepada Lova yang sudah menangis. "Iya juga ya tapi tetep aja bikin nangis kamu kok gak nangis ngebayangin orang tua kamu udah gak ada." Lova heran kenapa Elisa tidak menangis. "Orang tua gue emang udah gak ada kan." Elisa mengucapkan dengan santai. Lova mendadak diam.'Aduh aku lupa orang tua Elisa kan emang udah gak ada.' batin Lova ia merasa tak enak. "Aduh gelap ya m
Elisa dan Lova pun berjalan ke arah yang sesuai dengan petunjuk jalan. Tanpa mengetahui bahwa itu telah di tukar.Sepanjang perjalanan mereka tidak melihat Mira dkk. Pohon yang menjulang tinggi dan suara serangga dan binatang lainnya terdengar di kesunyian menambah kesan seram. "Lisa kok mereka gak ada ya? " Lova memegang tangan Elisa sangat erat karena takut."Mereka ninggalin kita.""Yah semoga mereka gak tersesat."******Satu persatu kelompok sudah keluar dari hutan yang menyeramkan. Mereka terlihat kelelahan, apalagi para perempuan daritadi tidak berhenti mengeluh. Seluruh murid sudah mulai berkumpul di tempat yang sudah di sediakan begitu pun juga dengan Samudra dkk. Samudra daritadi terus melihat ke sekitar seperti mencari seseorang. Dewa yang menyadari itu pun bertanya."Nyari siapa Sam? " tanya Dewa."Masa lo gak tau udah jelaslah nyariin pacarnya." goda Stevan. Ucapan Stevan tepat sasaran Samudra sedang mencari Elisa."Hm.""Elisa ada di tenda panitia." ujar Atlas yang baru
Elisa sangat lelah seharian ini, ia ingin beristirahat sebentar sebelum nanti melanjutkan kegiatan lainnya. Elisa sudah berusaha memejamkan matanya tetapi suara berisik di sekitarnya membuat ia tidak bisa tidur."Gue gak mau tidur di sini." "Aku juga gak mau di sini dingin.""Ih gak bisa gue kalau gini."Sudah taukan siapa yang sedari tadi terus berbicara? Ya kalian benar Mira dkk. Mereka terus mengeluh tidak bisa tidur di tenda.Elisa menatap mereka kesal."Bisa gak kalian jangan berisik.""Apaan sih siapa juga yang berisik." jawab Aiza ketus."Gak nyadar diri lo." Elisa menatap sinis Aiza.Lova yang melihat akan ada lagi pertengkaran segera menghentikannya."Udah jangan berantem."Mereka pun kembali kegiatan masing-masing.Tidak terasa sudah malam semua murid di kumpulkan sesuai dengan arahan guru. Para panitia membantu dengan mengumpulkan murid-murid yang masih ada di tenda. Setelah mereka semua sudah berkumpul guru yang bertanggung jawab mulai berbicara."Selamat malam anak-anak. B
Mereka baru saja tiba di hutan yang biasa di pakai untuk camping. Semua murid langsung berkumpul bersama timnya untuk membangun tenda. Begitu juga dengan Elisa dan Lova akan membangun tenda. Namun sepertinya nasib buruk berpihak pada mereka karena setim dengan Mira dkk. Bukannya ikut membantu mereka hanya diam saja. "Woy bantuin." ucap Elisa"Gue gak mau." ujar Aiza"Kalau lo gak bantu lo gak boleh tidur di tenda." ancam Elisa"Ck bantuin apa gue." ucap Aiza dengan nada tidak ikhlas nya. "Lo sama Mira urus bagian belakang tenda gue sama Lova bagian depan.""Iya"Aiza dan Mira mengurus bagian belakang tenda sedangkan Elisa dan Lova bagian depan. Walaupun awalnya agak susah membangun tenda apalagi dengan Mira dkk yang terus menggerutu membuat Elisa muak dengan ocehan mereka. Meskipun begitu akhirnya tenda mereka bisa berdiri dengan kokoh. Elisa cukup puas dengan tenda itu, ia pun duduk di dekat pohon. Kejadian menyebalkan di depan nya baru saja terjadi. Elisa langsung berdiri menatap
Atlas jarang ada di kelas karena sedang mempersiapkan camping yang akan di adakan besok. Para murid pun di pulangkan cepat agar bisa mempersiapkan barang-barang yang di bawa besok. Elisa dan Lova sedang beberes mempersiapkan barang yang mereka bawa. "Lova gak salah? kamu mau bawa semua boneka itu. " tanya Elisa melihat Lova banyak memasukkan boneka ke tasnya. "Iya kenapa emang gak boleh? " ucap Lova. "Ya gak boleh lah tas itu penuh dengan boneka. Baju kamu dan peralatan yang harus di bawa belum kamu masukin." "Yah tapi aku gak bisa tidur tanpa boneka.""Bawa satu aja.""Iya."******Cuaca yang sangat cerah dan indah mendukung kegiatan camping yang ada di sekolah Jakarta Intercultural School. Mereka berangkat menggunakan bus. Pembagian bus sesuai dengan kelas. Elisa duduk di samping Lova dengan Elisa yang berada di samping kaca. "Aku gak sabar deh pengen cepat sampai biar bisa liat pemandangan hutan yang tenang." ucap Lova"Iya pasti sejuk ya." ujar Elisa"Aku senang banget karen
Tidak terasa sudah tiga hari berlalu kini kini cedera di bahu Elisa sudah sembuh. Hari ini adalah hari minggu hari yang cocok untuk bermalas-malasan setelah menjalani hari yang melelahkan karena mengerjakan tugas. Namun hari ini sama saja karena Elisa akan mengerjakan tugas bedanya tugas ini berkelompok. Mereka akan kerja kelompok di apartemen nya. Elisa sedang menyiapkan makanan dan cemilan agar mereka tidak kelaparan. Terdengar suara bel pintu, Elisa pun segera membukanya langsung tanpa melihat siapa yang datang ia kira Samudra yang datang namun perkiraan nya salah. "Arthur" kaget ElisaFlashback onSebentar lagi jam pelajaran hampir selesai. Para murid tak sabar menunggu bel berbunyi. "Baik anak-anak ibu akan memberikan tugas tapi sebelum itu ibu akan bagi kelompok.""Untuk kelompok 1 ada Mira, Atlas, stevan, Aiza, Bintang, dan Bunga.""Kelompok 2 ada Elisa, Lova, Samudra, Sean, dan Arthur."Dan seterusnya. Elisa tak menyangka akan sekelompok dengan Arthur. "Kita sekelompok sama