Di pagi yang cerah, seorang gadis tengah mengepang rambutnya menjadi dua. Memandangi dirinya di pantulan cermin dengan mengaplikasikan fondation dengan warna yang lebih gelap dari kulitnya.
"Akhirnya! Buruk juga wajahmu, Riana. Tapi gak papa, yang penting kamu bisa hidup dengan tenang dan mendapatkan teman yang benar-benar tulus," ucapnya untuk meyakinkan diri seraya membenarkan kacamatanya.
Setelah di rasa sudah cukup penampilannya, dia langsung memakai sepatu.
Dug dug dug
"Selamat pagi semua." Suara langkah kaki menuruni tangga sangat terdengar jelas, sehingga dapat mencairkan suasana hening di ruang makan tersebut.
"Selamat pagi, Nana. Uhuk-uhuk." Amona tersedak saat melihat penampilan anaknya yang sangat berbeda.
"Gimana penampilan Nana? Udah oke belum?" Riana memutar mutarkan tubuhnya untuk menunjukkan ke keluarganya.
"Mama sampai tersedak tadi, Na. Penampilan kamu beda banget, sampai kaget kalau itu kamu, soalnya gak kayak kamu," jawab Moana.
"Ya memang begini ma keinginanku, berarti penyamaranku berhasil." Riana melangkahkan kaki menuju meja makan, yang di sana sudah ada mama papa dan kakaknya.
"Lo jelek banget dek," ucap Fajar sambil meneliti wajah Riana dengan pasti.
"Enak aja, gue tetep cantik lah." Sewot Riana.
"Lo butuh kaca? Jelas-jelas lo jelek banget, gue aja takut lihatnya."
"Udah-udah, kalian ini masih pagi udah ribut aja. Lagi pula kamu ngapain kayak gitu, Na? Aneh banget," sahut Moana.
"Kan kemarin aku udah bilang ma, aku di sekolah baru ini mau menyamar jadi culun. Karena aku udah capek jadi terkenal, aku pengen hidup tenang dan mendapatkan teman yang benar-benar tulus ke aku."
"Papa jadi takut kalau nanti kamu kena bully deh," sahut Yudha.
"Nggak pa, santai aja."
Riana Putri Derandra seorang selebgram cantik keturunan dari keluarga Derandra yang terkenal sangat besar perusahaannya.
"Nana berangkat dulu ya, nanti keburu terlambat." Riana berdiri dari duduknya kemudian langsung melangkahkan kaki keluar rumah.
"Pak-pak!" teriak Riana ketika ada tukang ojek yang akan melewati rumahnya.
"Iya non, mau kemana?"
"Ke SMA Dirgantara School ya pak!"
"Baik non, ini helmnya." Tanpa berpikir lama, Riana pun langsung memakai helmnya.
Dug
"Aduh." Riana memegangi helm yang dipakainya, karena terbentur dengan punggung tukang ojek.
"Aduh maaf non."
"Kenapa berhenti pak?"
"Itu neng, sepertinya ban motor saya kurang angin. Makanya tadi oleng. Isi angin ban motor saya dulu di sana ya." Tukang ojek tersebut menunjuk ke arah bengkel yang lumayan jauh dari mereka.
"Aduh, udah pasti telat gue," gumam Riana.
Riana pun berjalan mengekor di belakang tukang ojek tersebut.
"Ayo neng naik," ucap tukang ojek tersebut saat sudah selesai tambah angin ban motor.
"Iya, pak. Tolong agak kenceng ya pak naiknya, soalnya saya udah telat ini."
"Siap neng."
Membutuhkan waktu lima menit untuk sampai di SMA Dirgantara School.
"Ini ya pak, kembaliannya ambil saja." Riana mengembalikan helm yang dipakai kemudian menyerahkan uang lembaran berwarna merah.
"Terima kasih ya neng!" Riana hanya mengangkat jempolnya, karena dia tadi langsung berlari menuju gerbang depan sekolah tersebut.
"Pak, bukain gerbangnya!"
"Gak bisa ya, nanti saya takut kena marah sama gurunya," ucap satpam yang menjaga gerbang.
Riana pun langsung mencari cara bagaimana supaya dia bisa masuk ke dalam sekolah.
"Lewat pagar belakang sekolah," ucapnya langsung berlari menuju belakang sekolah.
"Buset, tinggi juga pagarnya. Harus pakai apa ya naiknya?" Riana mengedarkan pandangannya untuk mencari sesuatu yang bisa membantunya untuk memanjat pagar tersebut.
"Wah itu ada tong sampah." Dia langsung mengambil tong sampah yang dilihatnya, lalu dia naik di atasnya untuk bisa melewati pagar.
Bruk
"Aw sakit sekali"
"Aduh bisa telat gue nih," gumam Riana
"Aw sakit sekali." Riana bangkit dari posisi jatuhnya, dan baru sadar kalau dia nindihin orang. "Eh, maaf! Aku gak sengaja," ucap Riana dengan kepala yang terus menunduk. "Lo siapa sih? Pagi-pagi udah bikin mood orang buruk aja." Belum sempat Riana menjawab pertanyaan cowo tersebut mereka berdua ketahuan oleh ibu guru. "Kalian berdua ngapain? Terlambat ya?" "Mampus, ada Bu Dina," gumam Farel "Enggak Bu, saya nggak telat. Saya baru aja dari toilet." "Kamu mau mengelak ya Rel, mana mungkin kamu dari toilet masih bawa tas gitu," "Ada apa ini kok rame-rame di sini?" tanya Pak Candra selaku pemilik dan kepala sekolah. "Ini pak, mereka berdua terlambat," jawab Bu Dina. "Farel kamu cepat masuk ke kelas, Bu Dina dan Riana ke ruangan saya sekarang!" "Bu, ini Riana keponakan saya." "Tapi kok beda sama yang di foto?" "Iya, saya harap ibu bisa merahasiakan ini semua! Dan panggil saja dia Rara." "Oh baik pak, ayo Ra saya antar ke kelas." "Iya bu, terima kasih." Riana pun b
Saat Anya masih nyaman bergelut dengan alam mimpinya,'tok tok tok'"Anya, cepet bangun deh. Terlambat sekolah mampus dah, Lo, males banget tiap hari bangunin lo begini! Mana perempuan lagi, gue aja yang cowok bangunnya pagi!" teriak Erland dari depan pintu."Anya, bangun sekarang. Ini terakhir gue bangunin lo pagi ini, kalau dalam hitungan ke tiga gue berhenti bangunin, lo. Dengerin ya, satu, dua, ti-" ucapan Erland berhenti karena Anya sudah meresponnya."Iya-iya, dasar Kakak laknat. Masih pagi main teriak-teriak aja." sewot Anya tanpa dibalas Erland, Erland sadar kalau nanti dia terus membalas omongan Anya, nanti juga akhirnya cuma buang-buang waktu untuk hal yang gak jelas. Kemudian, Anya bangun dari kasur queen size nya. Dia langsung membersihkan dirinya dulu. Setelah selesai mandi, Anya memakai perlengkapan sekolah yang sudah dibeli kemarin. Setelah itu, dia berdiri di depan cermin, mengoleskan sedikit lipblam agar tidak terlalu pucat.
'Kring kring kring' suara nyaring bel istirahat telah berbunyi. Siswa-siswa bersemangat keluar kelas menuju kantin. Anya yang belum mempunyai teman sama sekali. Akan tetapi, saat Anya berdiri dari tempat duduknya dan ingin pergi ke kantin, ada seorang perempuan manis yang menghampirinya."Hai, kenalin nama gue Dea," ucap cewek tersebut sambil mengulurkan tangannya. Anya langsung menatap sekilas cewek tersebut dan menerima uluran tangannya "gue Anya," balas Anya."Ke kantin bareng gue mau, gak?" tanya Dea."Emang lo mau temenan sama gue? Yang culun jelek kayak gembel seperti ini?" Anya balik bertanya."Lah emang kenapa? Gue malah lebih ga suka temenan sama Angel dan Adel," jawab Dea."Angel sama Adel? Siapa dia?""Dia ratu bully di sekolah ini, mungkin lo juga bisa jadi targetnya nanti," ujar Dea."Oh gitu ya," jawab Anya santai."Lo gak takut kalau nanti di bully sama mereka berdua?""Gak, pasti gue akan kuat hadap
Sepanjang perjalanan, keadaan di dalam mobil hening. Gak ada yang angkat bicara di antara Anya dan Erland."Ehm." Erland berdehem, berusaha mencairkan suasana."Ada apa, Kak?" tanya Anyaa."Lo seneng dibully seperti tadi?""Ya sebenarnya sih ogah lah, tapi gak papa, nanti kan dia bakal kaget sendiri kalau tau sebenarnya tentang gue," jawab Anyaa."Iya-iya, nanti dia juga nyesel sendiri pernah bully lo!""Nah iya. Eh Kak, kira-kira tadi Dea sama Nathan curiga gak ya sama kita?" tanya Anyaa."Gak tau, mungkin ya curiga," jawab Erland."Tapi gue nanti malem mau kasih tau sebenarnya ke Dea!""Lo yakin, Dek?" tanya Erland."Yakin lah, gue percaya dia tulus mau temenan sama gue. Gue nyamar jadi culun aja dia masih mau kenalan sama gue, mau ke kantin bareng juga," balas Anya."Hem, emang dia itu anaknya juga baik," ucap Erland.******sesampainya di rumah,"Mama!"
Sinar matahari pagi menembus celah jendela seorang gadis, Anya bangun lebih awal. Karena hari ini dia piket kelas. Setelah Anya siap dengan seragam sekolah dan penampilan culunnya, dia langsung melangkahkan kakinya menuruni tangga untuk menemui kakaknya. "Kak, ayo berangkat, gue hari ini piket nih!" teriak Anya dari tangga yang melihat kakaknya sedang sarapan dengan daddy dan maminya. "Ngapain berangkat pagi-pagi gini, Dek? Lo kesambet apaan?" tanya Erland. "Gua piket, Kak. Jadi gua mau pergi lebih awal," jawab Anya. "Tapi gua masih makan nih, baru aja dua suap" "Mending sini makan dulu ya, Sayang." Zela yang baru saja mau mengambilkan piring untuk Anya. "Gak usah, Ma. Anya gak sarapan." cegah Anyaa, "iya udah, Anya pergi dulu ya, mau naik angkot aja. Bye!" Anya langsung pergi meninggalkan ruang makan. "Hati-hati ya." teriak Yudha yang melihat putrinya pergi meninggalkan ruang makan. ****** Seperti b
'Kring kring kring' alarm Anya sudah berbunyi. Dia yang mendengarnya pun langsung terbangun. "Hoam, jam berapa sih?" Anya mengambil handphonenya untuk melihat jam. "Hah? Udah jam enam? Gue gak boleh telat nih, masak nerd telat. Jangan dong," ucap Anya langsung melangkahkan kakinya menuju kamar mandi. Setelah siap dengan penampilannya, dia langsung pergi ke sekolahan naik angkot. Iya, hari ini Anya kembali pergi ke sekolahan setelah kemarin dia dikunci digudang. Anya berhasil sampai sekolahan jam tujuh kurang lima belas menit. Saat memasuki area, seperti biasa masih anyak orang yang mengatainya. "Dia gak pantes banget deh sekolah disini" "Bocah kampungan!" "Makin kesini makin belagu aja tuh nerd" "Di sekolahan kita ada sampah." Hingga masih banyak lagi yang angkat bicara, sedangkan Anya, dia hanya terus melangkahkan k
'Kring kring kring' alarm Anya sudah berbunyi. Dia yang mendengarnya pun langsung terbangun. "Hoam, jam berapa sih?" Anya mengambil handphonenya untuk melihat jam. "Hah? Udah jam enam? Gue gak boleh telat nih, masak nerd telat. Jangan dong," ucap Anya langsung melangkahkan kakinya menuju kamar mandi. Setelah siap dengan penampilannya, dia langsung pergi ke sekolahan naik angkot. Iya, hari ini Anya kembali pergi ke sekolahan setelah kemarin dia dikunci digudang. Anya berhasil sampai sekolahan jam tujuh kurang lima belas menit. Saat memasuki area, seperti biasa masih anyak orang yang mengatainya. "Dia gak pantes banget deh sekolah disini" "Bocah kampungan!" "Makin kesini makin belagu aja tuh nerd" "Di sekolahan kita ada sampah." Hingga masih banyak lagi yang angkat bicara, sedangkan Anya, dia hanya terus melangkahkan k
Sinar matahari pagi menembus celah jendela seorang gadis, Anya bangun lebih awal. Karena hari ini dia piket kelas. Setelah Anya siap dengan seragam sekolah dan penampilan culunnya, dia langsung melangkahkan kakinya menuruni tangga untuk menemui kakaknya. "Kak, ayo berangkat, gue hari ini piket nih!" teriak Anya dari tangga yang melihat kakaknya sedang sarapan dengan daddy dan maminya. "Ngapain berangkat pagi-pagi gini, Dek? Lo kesambet apaan?" tanya Erland. "Gua piket, Kak. Jadi gua mau pergi lebih awal," jawab Anya. "Tapi gua masih makan nih, baru aja dua suap" "Mending sini makan dulu ya, Sayang." Zela yang baru saja mau mengambilkan piring untuk Anya. "Gak usah, Ma. Anya gak sarapan." cegah Anyaa, "iya udah, Anya pergi dulu ya, mau naik angkot aja. Bye!" Anya langsung pergi meninggalkan ruang makan. "Hati-hati ya." teriak Yudha yang melihat putrinya pergi meninggalkan ruang makan. ****** Seperti b
Sepanjang perjalanan, keadaan di dalam mobil hening. Gak ada yang angkat bicara di antara Anya dan Erland."Ehm." Erland berdehem, berusaha mencairkan suasana."Ada apa, Kak?" tanya Anyaa."Lo seneng dibully seperti tadi?""Ya sebenarnya sih ogah lah, tapi gak papa, nanti kan dia bakal kaget sendiri kalau tau sebenarnya tentang gue," jawab Anyaa."Iya-iya, nanti dia juga nyesel sendiri pernah bully lo!""Nah iya. Eh Kak, kira-kira tadi Dea sama Nathan curiga gak ya sama kita?" tanya Anyaa."Gak tau, mungkin ya curiga," jawab Erland."Tapi gue nanti malem mau kasih tau sebenarnya ke Dea!""Lo yakin, Dek?" tanya Erland."Yakin lah, gue percaya dia tulus mau temenan sama gue. Gue nyamar jadi culun aja dia masih mau kenalan sama gue, mau ke kantin bareng juga," balas Anya."Hem, emang dia itu anaknya juga baik," ucap Erland.******sesampainya di rumah,"Mama!"
'Kring kring kring' suara nyaring bel istirahat telah berbunyi. Siswa-siswa bersemangat keluar kelas menuju kantin. Anya yang belum mempunyai teman sama sekali. Akan tetapi, saat Anya berdiri dari tempat duduknya dan ingin pergi ke kantin, ada seorang perempuan manis yang menghampirinya."Hai, kenalin nama gue Dea," ucap cewek tersebut sambil mengulurkan tangannya. Anya langsung menatap sekilas cewek tersebut dan menerima uluran tangannya "gue Anya," balas Anya."Ke kantin bareng gue mau, gak?" tanya Dea."Emang lo mau temenan sama gue? Yang culun jelek kayak gembel seperti ini?" Anya balik bertanya."Lah emang kenapa? Gue malah lebih ga suka temenan sama Angel dan Adel," jawab Dea."Angel sama Adel? Siapa dia?""Dia ratu bully di sekolah ini, mungkin lo juga bisa jadi targetnya nanti," ujar Dea."Oh gitu ya," jawab Anya santai."Lo gak takut kalau nanti di bully sama mereka berdua?""Gak, pasti gue akan kuat hadap
Saat Anya masih nyaman bergelut dengan alam mimpinya,'tok tok tok'"Anya, cepet bangun deh. Terlambat sekolah mampus dah, Lo, males banget tiap hari bangunin lo begini! Mana perempuan lagi, gue aja yang cowok bangunnya pagi!" teriak Erland dari depan pintu."Anya, bangun sekarang. Ini terakhir gue bangunin lo pagi ini, kalau dalam hitungan ke tiga gue berhenti bangunin, lo. Dengerin ya, satu, dua, ti-" ucapan Erland berhenti karena Anya sudah meresponnya."Iya-iya, dasar Kakak laknat. Masih pagi main teriak-teriak aja." sewot Anya tanpa dibalas Erland, Erland sadar kalau nanti dia terus membalas omongan Anya, nanti juga akhirnya cuma buang-buang waktu untuk hal yang gak jelas. Kemudian, Anya bangun dari kasur queen size nya. Dia langsung membersihkan dirinya dulu. Setelah selesai mandi, Anya memakai perlengkapan sekolah yang sudah dibeli kemarin. Setelah itu, dia berdiri di depan cermin, mengoleskan sedikit lipblam agar tidak terlalu pucat.
"Aw sakit sekali." Riana bangkit dari posisi jatuhnya, dan baru sadar kalau dia nindihin orang. "Eh, maaf! Aku gak sengaja," ucap Riana dengan kepala yang terus menunduk. "Lo siapa sih? Pagi-pagi udah bikin mood orang buruk aja." Belum sempat Riana menjawab pertanyaan cowo tersebut mereka berdua ketahuan oleh ibu guru. "Kalian berdua ngapain? Terlambat ya?" "Mampus, ada Bu Dina," gumam Farel "Enggak Bu, saya nggak telat. Saya baru aja dari toilet." "Kamu mau mengelak ya Rel, mana mungkin kamu dari toilet masih bawa tas gitu," "Ada apa ini kok rame-rame di sini?" tanya Pak Candra selaku pemilik dan kepala sekolah. "Ini pak, mereka berdua terlambat," jawab Bu Dina. "Farel kamu cepat masuk ke kelas, Bu Dina dan Riana ke ruangan saya sekarang!" "Bu, ini Riana keponakan saya." "Tapi kok beda sama yang di foto?" "Iya, saya harap ibu bisa merahasiakan ini semua! Dan panggil saja dia Rara." "Oh baik pak, ayo Ra saya antar ke kelas." "Iya bu, terima kasih." Riana pun b
Di pagi yang cerah, seorang gadis tengah mengepang rambutnya menjadi dua. Memandangi dirinya di pantulan cermin dengan mengaplikasikan fondation dengan warna yang lebih gelap dari kulitnya. "Akhirnya! Buruk juga wajahmu, Riana. Tapi gak papa, yang penting kamu bisa hidup dengan tenang dan mendapatkan teman yang benar-benar tulus," ucapnya untuk meyakinkan diri seraya membenarkan kacamatanya. Setelah di rasa sudah cukup penampilannya, dia langsung memakai sepatu. Dug dug dug "Selamat pagi semua." Suara langkah kaki menuruni tangga sangat terdengar jelas, sehingga dapat mencairkan suasana hening di ruang makan tersebut. "Selamat pagi, Nana. Uhuk-uhuk." Amona tersedak saat melihat penampilan anaknya yang sangat berbeda. "Gimana penampilan Nana? Udah oke belum?" Riana memutar mutarkan tubuhnya untuk menunjukkan ke keluarganya. "Mama sampai tersedak tadi, Na. Penampilan kamu beda banget, sampai kaget kalau itu kamu, soalnya gak kayak kamu," jawab Moana. "Ya memang begini ma keing