Share

Empat Puluh Empat

Dangelo memelukku, sesaat setelah aku mengangguk memberikannya izin.

“Kau masih sama, tetap hangat saat dipeluk.” Kutepuk-tepuk punggung Dangelo, bersembunyi di balik bahunya bersama air mataku yang masih bisa kutahan.

“Hei, kenapa kau tidak berubah juga?” Dangelo menghela napas. “Jangan menahannya terus. Itu tidak baik untukmu, ZeeZee. Menangislah.”

“Aku tidak ingin membasahi pundakmu dengan air mataku,” keluhku muram. Masih bersikeras menyimpan genangan air mata dari Dangelo yang paham watak keras kepalaku.

“Ah, omong kosong. Apa perlu aku menciummu agar air matamu itu mengalir?” Dia melepas pelukan, menatapku yang berantakan dengan air mata menggenang.

Aku mengunci tatapan pada pundaknya, lalu menunduk untuk mengelabui mata Dangelo, dan aku berhasil meninju salah satu pundaknya.

“Aduh!” Dangelo terdengar meringis.

Aku langsung mengangkat kepalaku untuk menertaw

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status