Home / Romansa / The Endless Love / 7 | Goodbye, Delta!

Share

7 | Goodbye, Delta!

Author: CHACHARAMEL
last update Last Updated: 2021-05-01 11:24:11

“Kalau yang lo mau bukan gue? Gue bisa apa?” — Deana

•••

Sejak pembicaraan Delta dan Deana 2 minggu yang lalu, Delta selalu mengajak Kenna ke apartemennya, hampir setiap perkuliahan selesai. Deana kadang muak saat tengah malam gadis itu belum juga beranjak pulang.  Bahkan secara terang-terangan lelaki itu kekperlihatkan kemesraannya dengan Kenna di hadapannya hanya agar membuat Deana cemburu kemudian menyerah. Deana tahu itubtapi ia tidak bisa terus-terusan memberontak seperti yang sudah-sudah karena itu hanya akan membuat usahanya selama ini akan sia-sia. Biarlah, untuk beberapa waktu ia membiarkan semua mengalir sesuai alur yang sudah Delta tentukan. 

Deana mengarahkan pandangannya ke sekitar kemudian menghela napasnya dalam. Ia sudah selesai mengemas semua barang-barangnya dan siap pergi. Hari ini, Deana memutuskan untuk kembali ke rumah—tidak, ralat— pergi ke suatu tempat, yang jauh dan tidak bisa ditemukan oleh Delta sekalipun. 

Setelah memikirkan semuanya semalaman, tekadnya sudah bulat. Ia akan menepi untuk beberapa waktu sambil memikirkan bagaimana selanjutnya. Deana tahu ini egois karena melepaskan tanggungjawabnya menjaga Delta dan lebih memikirkan perasaannya sendiri. Tapi, itu lebih baik. Setidaknya untuk sementara. 

Ponselnya berdering, menampilkan pesan dari seseorang yang mengatakn jika ia sudah ada di lobi apartemen. Deana langsung memasukan ponsel tersebut ke dalam tas dan membawa kopernya keluar dari apartemen tersebut mumpung Delta masih terlelap dalam tidurnya.

Memikirkan lelaki itu, entah mengapa membuat pikirannya melayang pada kejadian tadi malam. Namun, dengan cepat Deana mengenyahkan bayangan itu karena meski sangat berarti untuknya, tetapi tidak untuk Delta. Itu pasti hanya sebuah kesalahan baginya dan Deana bernuat tidak akan pernah memberitahunya. Biarlah itu menjadi rahasianya.

Sebelum pergi, Deana kembali menoleh pada ruangan apartemen tersebut. 

Gue bakal kangen banget sama tempat ini. Good bye, Ta. Jaga diri lo baik-baik. Gue bakal kangen banget sama lo, batinnya. 

Ia kemudian segera menutup pintu dan menguncinya. Deana menarik koper yang dibawanya dan berjalan ke arah lobi. Ya, meninggalkan semuanya, termasuk Delta.

Mobil melaju keluar dari ibu kota. Deana tersenyum tipis, batinnya berucap selamat tinggal pada kota kelahirannya itu. Ia bukan hanya meninggalkan kota kelahiran, Papa Alderaldo, Delta, dan semua kehidupannya di sana. Tapi ia juga meninggalkan almarhum kedua orangtuanya juga Almarhum mama Larasathy. Dalam hati, Deana tak henti merapalkan doa meminta pengampunan pada almarhum kedua orangtuanya dan mama Larasathy. Semua ini berat untuknya, tapi ia harus melakukannya. Meski sampai saat ini Deana masih tidak bisa memutuskan untuk apa atau siapa dia melakukan semua ini. 

“Na, kita bisa balik lagi kalau lo gak siap,” celetuk seseorang, berhasil mengalihkan perhatian Deana. 

Ia menoleh ke arah orang yang sejak tadi dikiranya fokus menyetir. “Nggak. Keputusan gue udah bulat,” bantah Deana.

“Harusnya lo gak pergi kalau niat lo pengen ngelindungi Delta, Na.” 

Deana menghela napasnya dalam. “Terkadang kita harus menjauh beberapa saat untuk tahu perkembangan musuh. Kalau gue terus di samping Delta, pergerakan Kenna dan rencananya nggak akan kebaca,” ungkap Deana. 

Dalam hati lelaki itu setuju. “Lo yakin tujuan Kenna deketin Delta cuman sekedar nguras harta Delta? Meskipun iya, bukannya masalahnya gampang? Lo bisa bilang itu ke bokap lo, dan dia bisa beresin semuanya.” 

Deana tahu itu. Bagi papa Altheraldo, uang bukanlah segalanya jika parasit seperti Kenna pada akhirnya bisa menyingkir. Papanya bisa memberikan apapun yang gadis itu inginkan dengan mudah dan menyuruhnya menjauh dari kehidupan Delta untuk selama-lamanya. Then, semua masalah terselesaikan. 

Tapi Deana merasa semua tidak semudah  itu. Setiap kali dirinya melihat Kenna, ia merasa ada hal lain yang gadis itu inginkan dari Delta. Deana beberapa kali memergoki Kenna. Sorot matanya tiap kali memandang Delta, itu berbeda. Teduhnya seperti ada luapan mendalam yang belum bisa Deana artikan apa maksudnya. 

“Itulah gunanya lo di sana. Tugas lo sekarang menggantikan gue. Gue merasa Kenna punya maksud lain yang mungkin aja membahayakan Delta.”

Lelaki itu menoleh. “Gue?” 

“Of course! Lo juga gak mau kan kalau sesuatu terjadi sama Delta? Gue tahu lo sebenernya peduli sama dia. Lagipula ... gue gak bisa percaya sama orang lain. Lo juga tahu itu, kan?” 

Sesaat hening. Lelaki di samping Deana hanya diam seolah memikirkan sesuatu. Itu sulit, sudah pasti, mengingat hubungannya dengan Delta yang akhir-akhir ini tidak terlalu baik. Namun, pada akhirnya ia setuju, membuat Deana sedikit merasa lega. 

Cirebon. Dari sekian banyak kota yang ada di indonesia, Deana memilih kota Cirebon untuk menepi. Ia yakin, meski termasuk kota yang cukup besar Delta tidak sampai berpikir ke sana mengingat baik orang tua Deana atau pun kakek neneknya tidak berasal dari kota ini. Itu pun jika lelaki itu mencarinya. Tapi sepertinya tidak mungkin sehingga Deana  cepat-cepat mengenyahkan harapan kecil  ingin dicari itu. 

Mobil terus melaju ke arah selatan, pada bagian Cirebon paling ujung. Hampir berbatasan dengan kota selanjutnya yaitu kuningan. 

Deana memang tidak memiliki sanak sodara di sini, namun dia mempunyai teman yang kebetulan bersedia memberikan tempat saat dirinya bercerita tentang segalanya. Deana merasa beruntung dan bersyukur, sungguh.

Akhirnya, mobil berhenti di sebuah rumah yang tidak terlalu besar tidak juga kecil. Sederhana tapi terlihat begitu asri dengan banyaknya tanaman bunga di pekarangan rumah dan beberapa pohon yang tidak terlalu besar namun cukup menjadi peneduh rumah.

Deana turun dari mobil dilanjut dengan lelaki itu yang segera berjalan ke arah bagasi untuk mengeluarkan koper Deana. 

Tak lama, pintu rumah tersebut terbuka dan menampilkan seorang gadis yang tersenyum ke arahnya. “Deanaaaa,” panggil gadis itu kemudian berjalan ke arah Deana lalu memeluknya. 

“Long time no see!” ucapnya sambil merenggangkan pelukannya. 

“Long time no see juga,” timpal Deana sambil mengulas senyum. 

“Tasya, kenalin ini temen gue,” ujar Deana seraya memperkenalkan lelaki yang bersamanya pada Tasya. 

“Oh, hai... Gue Tasya. Salam kenal, ya.” 

Lelaki itu balas tersenyum sambil menjabat tangan Tasya. “Salam kenal juga.” 

“Ayo masuk. Kalian pasti lelah. Gimana Cirebon? Gak macet-macet amat, kan?” 

“Ya... lumayan, Lah.” 

Delta langsung menelpon Deana saat pihak lobi memberikan kunci kedua yang selama ini dipegang oleh Deana. Pihak lobi juga memberitahu bahwa Deana pergi bersama seorang lelaki dengan membawa koper. Tapi, panggilannya sama sekali tidak di gubris oleh Deana. Pasalnya, saat menelpon pihak rumah, mereka mengatakan jika Deana tidak ada di sana. Menelpon Mauren pun jawabannya sama saja. Itu semakin membuat Delta kalang kabut. Cemas, khawatir, campur aduk semuanya. 

Tidak mendapatkan titik terang, Delta akhirnya memilih untuk masuk ke apartemennya dengan lesu. Sejak mengetahui Deana tidak masuk kampus tadi pagi sebenarnya Delta sudah merasa ada yang tidak beres. Ia khawatir gadis itu sakit tapi ternyata semua diluar dugaannya. 

Deana pergi, menghilang... dan yang membuat Delta cemas setengah mati adalah gadis itu pergi bersama seorang pria. Delta tahu betul jika Deana jarang bergaul bahkan dengan lawan jenis selain dirinya dan Alden. Saat menelfon Alden pun lelaki itu mengatakan tidak tahu menahu mengenai Deana. 

Delta takut jika sesuatu terjadi pada Deana. Bagaimana jika... 

Shit!  ia mengumpat dalam hati. Ia benci pikirannya yang traveling kemana-mana. 

“Ya Tuhan..  lo pergi kemana sih, Na? Jangan bikin gue cemas bisa gak, sih?!” gumamnya sambil menyatukan kedua telapak tangannya di wajah. 

Ia kemudian beranjak menuju kamar Deana. Dengan gusar ia membuka pintu kamar gadis itu berharap Deana ada di sana. Tapi ternyata tidak. Kamar itu tentu saja kosong.

Delta langsung berjalan ke arah lemari dan semua baju-baju Deana tidak ada di sana. Menandakan jika gadis itu memang benar-benar pergi. 

Raganya benar-benar lemas. Ia menjatuhkan tubuhnya pada lantai dan bersandar pada lemari. Memandang nanar pada kamar kosong tersebut. 

Delta kembali meraih ponselnya, mencari nama Deana dan menelponnya. Berharap kali ini gadis itu mau mengangkatnya. Lama berdering, tidak ada tanda-tanda telponnya diangkat. Dua kali, tiga kali, lima kali, Delta refleks membanting ponselnya ke lantai.

Ia meremas kepalanya frustrasi. “Astagaa Anna lo dimana, sih!!!!” 

Delta memandang nanar pada tempat tidur Deana. Di sana, di atas laci kecil itu, matanya menemukan sesuatu. Ia segera bangkit dari posisinya, mengambil secarik kertas tersebut lalu membacanya. 

Teruntuk Delta

Ta, sorry kalau gue pergi nggak pamit. Tapi, gue nggak bisa terus-terusan pura-pura semuanya baik-baik aja padahal nggak. Gue cemburu Ta, ngeliat lo sama Kenna yang semakin hari semakin gak bisa dipisahin. 

Seberapa besar pun usaha gue, tetep nggak akan ngerubah pandangan lo jadi noleh ke arah gue. Gimana bisa gue tetep bertahan kalau yang lo mau bukan gue? Taaa, gue sayang sama lo. Walau gue tahu lo gak mau denger kalimat itu, gue tetep pengen bilang. 

Baik-baik di sini ya, Ta. Tugas lo jangan lupa kerjain. Kan, gue udah gak bisa ngerjain tugas lo lagi mulai sekarang ...

Terus, jangan lupa sarapan. Gue udah beli beberapa roti sama selai kesukaan lo. Jadi lo tinggal buat aja. Maaf gak bisa bikinin lo sarapan kayak biasa lagi... 

Sedih sih, tapi gue harus, Ta... 

Semoga lo bahagia selalu. Jangan cari gue karena lo gak akan mungkin bisa nemuin gue. Kita jalani hidup masing-masing, ya? Lo seneng kan pada akhirnya gue gak jadi penghalang kebahagiaan lo sama Kenna? :) 

Makasih buat semuanya, Ta ... 

I love you my husband... So much❤

Delta meremas kertas tersebut dan membuangnya ke sembarang tempat. Ia menendang dan melempar apapun yang ada di kamar Deana. Ia benci kepergian Deana, ia benci perasaan gadis itu untuknya, ia benci dirinya sendiri yang tidak bisa menjaga Deana. 

“Aaarrrggghhhttt!” 

“Papa tidak bisa ikut campur urusan kalian lagi. Kamu sudah menjadi suami sekarang. Jadi, belajarlah untuk menyelesaikan masalah rumah tanggamu sendiri, Delta,” ujar sang Papa yang sama sekali tidak membantu. 

Delta terdiam. Papanya berkata benar. Memang, sekarang konteksnya sudah berbeda. Dan sialnya Delta lupa status sialan tersebut. Ralat, bukan lupa tapi dirinya memang tidak pernah peduli pada status apapun yang bukan menjadi keinginannya. Di benaknya, pernikahan tersebut hanya sebuah formalitas yang kapan saja bisa ia lepas. 

“Delta, belajarlah untuk menerima Anna di hidup kamu mulai sekarang. Papa tahu kamu tidak memperlakukan Anna seperti seharusnya dan masih terus berhubungan dengan gadis itu.” 

“Pa ....” 

“Berhentilah. Dan cari Anna-ku sampai ketemu. Dia istrimu dan kamu yang wajib mencarinya, bukan Papa. Papa harap, kamu tidak mengecewakan permintaan terakhir ibumu,” ujar Papanya, menatap Delta serius. 

“Tapi, Pa ... Delta gak punya perasaan apa-apa sama Anna. Nggak sedikit pun, Pa... Delta udah anggap Anna adik Delta sendiri dan itu nggak akan berubah sampai kapan pun, Pa. Begitupun dengan Anna,” sanggah Delta. 

“Perasaan itu nggak bisa di paksa. Papa juga pasti ngerti itu. Cepat atau lambat, Delta akan mengurus perceraian kami. Anna berhak menemukan kebahagiaannya begitupula Delta, Pa,” putus Delta pada akhirnya. Ia sengaja tidak menceritakan bagian perasaan Deana padanya. Itu hanya akan semakin mempersulit keadaan. Biarlah cukup dirinya yang tahu. 

Refleks papa Alderaldo menggebrak meja kerjanya. Ia tidak percaya jika anaknya begitu keras kepala. “DELTA!” 

Delta bangkit dari posisinya. “Nggak, Pa. Cukup. Delta cuman sayang sama Kenna. Delta janji akan cari Anna dan menyelesaikan semuanya.” Setelah mengatakan itu, ia kemudian berlalu dari ruangan sang Papa. 

Papa Alderaldo memandang kepergian anak keduanya masih tidak habis pikir. Ia ingin menahan namun tersadar jika ia juga tidak bisa terlalu memaksakan. Semua butuh jeda dan Papa Altheraldo yakin, Deana pasti bisa meluluhkan hati anaknya suatu hari nanti.

Hello! 

Thanks for reading this story❤

I hope you love it. 

See you the next part! 

Salam penulis amatir, 

CHACHARAMEL

Related chapters

  • The Endless Love   8 | Hari Tanpa Deana

    Sabtu pagi. Delta terbangun dari tidur lelapnya karena merasa terganggu oleh bunyi jam beker yang terus saja berdering. Masih dengan setengah mengantuk, ia bangun dan mencari sumber suara tersebut lalu mematikannya. Delta tidak ingat kapan ia mulai menggunakan jam beker karena sehafalnya, dirinya tidak pernah menggunakan benda yang menurutnya mengganggu indera pendengaran dan tidur gantengnya.Tak mau ambil pusing memikirkannya, Delta memilih untuk beranjak ke kamar mandi dan membersihkan diri.Jam 08.45, Delta turun ke bawah dengan wajah yang sedikit lebih segar. Ia berjalan ke arah pantri, membuka kulkas dan mengambil air minum.Sambil bersandar pada meja dapur, Delta menatap ke sekeliling. Apartemennya terasa sunyi dan sepi seperti lama tidak ditempati. Padahal biasanya tidak. Setiap pagi telinganya selalu mendapat nutrisi omelan-omelan Deana mengingat dirinya yang susah dibangunin lah, ngaret lah, susah di suruh sarapan lah,

    Last Updated : 2021-05-01
  • The Endless Love   9 | Fakta Terkuak Bag. 1

    Setiap orang pasti pernah mengalami hal buruk dalam hidup. Entah kecelakaan, kehilangan, ketidakadilan, dan lain sebagainya termasuk Kennara. Orang tuanya meninggal saat umurnya 12 tahun dalam kecelakaan beruntun di jalan tol dan Itu menjadi pukulan sekaligus trauma yang berat di usianya yang masih sangat belia. Setelah kejadian itu, Kennara hidup bersama kakek dan neneknya hingga usia 15 tahun kemudian ikut bersama om dan tantenya hingga saat ini. Om dan tantenya adalah orang yang sibuk sehingga jarang sekali ada di rumah. Tiga anak mereka pun berkuliah di kota yang berbeda sehingga rumah besar yang ditempatinya terasa begitu sepi dan hampa. Kesepian yang dirasakan oleh Kennara terasa begitu nyata dan membuatnya haus akan kasih sayang. Wajar, karena saat hidup bersama kakek neneknya, Kennara selalu dilimpahi dengan kasih sayang selayaknya orangtua kandung. Suatu hari ia bertemu dengan Arash. Sosok lelaki yang membuatnya jatuh cinta pada pandangan per

    Last Updated : 2021-05-01
  • The Endless Love   10 | Fakta Terkuak Bag. 2

    “Kehilangan akan terasa begitu nyata ketika kebodohan menjadi penyebabnya.” —The Endless Love•••Jika manusia diciptakan dengan pilihan bisa merubah takdir, Deana ingin merubah segalanya. Merubah dunianya agar tidak bertemu dengan Delta atau tidak terlibat terlalu jauh dengan urusan pria itu dan memilih untuk merancang masa depan yang cerah secerah matahari pagi. Tapi dia bukan Tuhan yang bisa membolak-balikkan takdir hamba-Nya. Dan Deana juga tidak bisa menyesali semua yang terjadi mengingat itu juga keputusannya sendiri.Angin malam terasa menusuk hingga ke tulang tapi Deana seolah enggan untuk beranjak dari balkon kamarnya. Banyak yang ia pikirkan. Tentang hidupnya, takdir dan juga Delta.Delta? Ah, pria itu ... Ini sudah berlalu lebih dari satu bulan, tapi tidak ada tanda-tanda jika Delta mencarinya. Deana tersenyum miris menatap kosong pada pemandangan di depan

    Last Updated : 2021-05-01
  • The Endless Love   11 | Permainan Baru Dimulai

    “A—Alden?” ucap Delta terbata-bata, sama sekali tak menyangka.“Iya, ini gua Alden. Terkejut, eh?” ejeknya di sebrang telepon.Delta langsung mengepal lengannya kuat-kuat, emosinya meluap. “Sialan lo Alden! Lo bawa kabur kemana Anna? Hah?”“Kemana pun bukan urusan lo,” timpal Alden dengan nada begitu santai tapi berhasil membuat emosi Delta semakin tersulut.“Bukan urusan gua lo bilang? Anna istri gua bangsat!”“Istri yang gak lo akui maksudnya?” Koreksi Alden sengaja.“Gak usah banyak bacot deh lo! Kasih tahu gua di mana Anna, atau—”“Atau apa? Lo bakal lapor polisi, hah? Laporin aja, gue sama sekali nggak takut.”“Lo nantang, hah?”Di sebrang, Alden terdengar tertawa, mem

    Last Updated : 2021-05-01
  • The Endless Love   12 | Deana Kembali (?)

    Liburan semester memasuki bulan kedua. Disaat mahasiswa lain sedang asyik menikmati liburan, Delta malah sebaliknya. Ia semakin kacau dan frustrasi dengan semua terror yang diterimanya. Siapa yang peneror itu maksud sebenarnya? Singguh, Delta sama sekali tidak bisa mengingat yang peneror maksud di masa dulu.Ingin rasanya Delta menelpon sang Papa, meminta bantuan beliau namun diurungkannya. Delta merasa ia sudah dewasa dan harus menyelesaikan setiap masalahnya sendiri tanpa bantuan orang lain sekalipun itu papanya.Delta menatap setiap celah di sekeliling ruang tamu apartemennya. Satu kata: Sunyi. Daripada dibilang rumah, apartemen Delta lebih mirip kuburan atau desa tak berpenghuni. Ia tersenyum miris, mengejek dirinya sendiri. Merasa begitu menyedihkan dengan takdir yang Tuhan gariskan padanya.Bersamaan dengan itu, suara bel berbunyi. Fokus Delta langsung teralihkan namun ia tidak langsung beranjak dari so

    Last Updated : 2021-05-10
  • The Endless Love   13 | Mulai Terkuak

    Arash menengadah, menatap rintik hujan yang mulai membasahi jaketnya. Memasuki musim penghujan, awan mendung mulai aktif mengeluarkan isinya, membuat sebagian orang kembali mengingat kenangan, merasa de javu, bahkan bisa menghadirkan kembali luka di masa lalu. Percaya atau tidak, hujan menang sangat identik dengan hal-hal tersebut sama seperti Arash.Kenangan menyakitkan itu menyapanya. Menyibak luka yang sama sekali belum kering. Mengingatkannya pada kejadian dimana gadis itu mati di pelukannya. Arash menyaksikannya, bagaimana bibir mungil itu masih sempat-sempatnya mengucap nama lelaki tersebut di detik-detik kepergiannya. Tangannya mengepal, menatap nama yang tertera pada papan berwarna putih di hadapannya.“Aku akan membalaskan semua rasa sakitmu. Aku akan membuatnya merasakan pedihnya setiap air mata yang jatuh dari matamu,” ucapnya parau.“Aku akan—” Arash tidak melanjutkan kalimatnya. Mulutny

    Last Updated : 2021-05-10
  • The Endless Love   14 | Ancaman Bagi Kennara

    Kennara cepat-cepat menuju apartemen tepat setelah Delta menelponnya untuk datang. Ketika sampai, apartemen tersebut ternyata tidak dikunci yang membuat Kennara bisa leluasa masuk tanpa perlu memencet bel atau mengetuk terlebih dulu.Terlihat Delta sedang menunggunya di sofa. Kenara berjalan mendekati Delta dan duduk tepat disampingnya. "Sayang, ada apa? Apa sesuatu terjadi?" tanyanya dengan wajah cemas.Delta mengeluarkan sesuatu dari samping kirinya dan memperlihatkan benda tersebut ke hadapan Kena. "Jelasin, apa ini?"Kenara jelas shock ketika melihat botol yang dicarinya selama ini, kini berada ditangan Delta. Bagaimana bisa botol pil itu ada ditangannya? batinnya bertanya."Delta-""Aku bisa jelasin ini, okay?" ujar Kennara berusaha setenang mungkin."Aku harus nemuin alasan yang masuk akal agar Delta percaya. Jika sampai dia curiga, hancur s

    Last Updated : 2021-05-10
  • The Endless Love   15 | Kesempatan (?)

    Deana duduk di sofa sambil menatap pemandangan ibu kota di malam hari dari jendela apartemen Alden. Pikirannya melayang pada banyak hal, salah satunya pada Delta.Deana tidak ingin berharap lebih namun perasaannya tak bisa dibohongi. Semakin ia menyangkalnya, semakin perasaan itu tumbuh lebih besar. Jika ditanya sejak kapan, Deana sendiri tidak tahu pasti. Mungkin sudah lama, mungkin juga baru-baru ini atau mungkin setelah malam itu. Entahlah...“Mikirin Delta lagi, eh?” celetuk Alden dari arah tangga.Lelaki itu berjalan santai mendekatinya, kemudian bersandar pada jendela tepat du hadapan Deana.“Kalo lu kangen sama dia, temui dia lah, De,” saran Alden kemudian.“Gue emang kangen sama Delta. Banget, malah. Tapi kalau gue nemuin Delta, kemungkinan besarnya adalah kita balik dengan posisi Delta yang cuman anggap gue sebagai ad

    Last Updated : 2021-05-10

Latest chapter

  • The Endless Love   20 | Karma?

    Tiga hari pasca jebakan, Kenna mendatangi apartemen Delta dengan mimik wajah yang tidak bisa dibilang santai. Ya, wanita itu tidak terima dan sangat marah pada Delta atas apa yang lelaki itu lakukan pada Arash. Kenna menggedor-gedor pintu apartemen tersebut beberapa kali sampai akhirnya orang yang ia inginkan muncul dibalik pintu. “Jahat lo, Ta! Jahat! Keterlaluan! Gak punya hati!” protes Kennara yang langsung menyerang dada bidang Delta berkali-kali. Membuat Delta yang berdiri di pintu refleks melangkah mundur kembali ke dalam. Delta tidak menggubris sama sekali dan memilih membiarkan Kennara melampiaskan segala amarahnya. “Apa yang lo lakuin ke Arash? Hah? Kenapa lo buat dia masuk penjara? Kenapa Delta? Kenapaaaaa?!” “Lo jahat! Lo jahat Deltaaaaa!” Pukulan Kennara mulai melemah, sepertinya energi gadis itu sudah mulai habis, menyisakan isak tangis dan punggung yang

  • The Endless Love   19 | Jebakan

    Delta langsung mendatangi rumah Kennara diikuti oleh Alden. Emosinya benar-benar ada dipuncak kemarahan sekarang. Delta tahu, menghadapi seorang wanita bukan sesuatu yang gentle, tapi ini bukan soal tantang menantang, ini soal kemunafikan yang selama ini gadis itu perlihatkan.Setelah mengetahui di mana Kenna berada dari asisten rumah tangganya, Delta dan Alden langsung menaiki anak tangga menuju lantai dua. Tujuannya memang bukan Kennara namun gadis itu pasti tahu di mana orang tersebut."Kenna buka Ken! Gua tahu lu di dalam!""Lo buka atau gue dobrak nih pintu?!" Delta memberi penawaran.Tak berselang lama, gadis itu pun keluar dari kamarnya. "Apa sih, Ta? Gue abis dari-""Gak penting lo abis dari mana! Gua cuman pengen lo jawab pertanyaan gue dengan sejujur jujurnya!"Delta menatap gadis dihadapannya lekat. Kennara tampak ketakutan namun Delta ti

  • The Endless Love   18 | Pencarian Sherine

    Mulai hari ini dan beberapa waktu ke depan sampai batas yang tidak ditentukan, Delta memutuskan agar Deana tinggal di rumah. Itu jauh lebih aman mengingat penjaan rumah yang ketat daripada di apartemen.Delta tidak ingin diam saja dan menunggu. Ia sudah lelah dan harus menyelesaikan semua masalahnya. Apapun tujuan peneror yang mengaku-ngaku sebagai Sherine itu, Delta tidak akan pernah membiarkannya menang dan mendapatkan apa yang diinginkannya.Setelah mengantar Deana pulang ke rumah yang disambut hangat oleh sang Papa, Delta pamit untuk menelusuri tentang Sherine. Hal Yang akan Delta lakukan pertama kali adalah mengunjungi sekolah SMAnya dan meminta data serta alamat atas nama Sherine.Sekitar satu jam mengemudi, akhirnya ia sampai di SMAnya. Delta memarkirkan mobilnya di tempat parkir khusus tamu kemudian keluar dari mobilnya menuju lobi.Saat di lobi, ia di sambut oleh guru semasa SMA nya du

  • The Endless Love   17 | Who is Sherine?

    Semenjak Delta dan Deana memutuskan untuk kembali memulai segalanya dengan cara yang benar, keduanya seperti menemukan kehidupan baru yang lebih berwarna. Saling mengisi, berbagi hati, dan terutama belajar menjadi calon orang tua yang baik. Delta—lelaki itu benar-benar memperlihatkan kesungguhannya pada Deana dan berubah menjadi sangat posesif.Contohnya saja ketika Deana membereskan apartemen mereka, Delta pasti akan ngomel-ngomel dan menyuruh Deana untuk berhenti dari aktivitasnya seperti menyapu, mengepel lantai, dan lainya. Delta bahkan memilih untuk mempekerjakan pembantu agar Deana tidak melakukan aktivitas yang bisa membahayakan calon anaknya. Padahal yang dilakukan Deana bukan aktivitas berat tapi Delta mendadak berubah menjadi lelaki yang keras kepala dan tidak mau di debat.Deana hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah Delta yang menurutnya berlebihan itu. Tapi disamping itu, Ia sangat-sangat bersyukur karena semua kini kemba

  • The Endless Love   16 | Awal yang Dimulai Kembali

    Ditempat yang sama namun dengan hari dan suasana yang baru Delta berdiri tepat di anak tangga ke tiga. Tak henti-hentinya ia menarik sudut bibirnya dan mengucap syukur pada Tuhan yang sebesar-besarnya atas kembalinya Deana ke rumah. Ia menjewer kupingnya sendiri dan terasa sakit, menandakan jika yang berdiri di dapurnya saat ini benar-benar Deana.Ia kemudian menuruni anak tangga yang tersisa dan berjalan menghampiri gadis itu yang tengah sibuk dengan kompor dan teflonnya. Delta memeluknya dari belakang, melingkarkan tangannya pada perut Deana yang mulai nembesar."Ta ... apasih? Lepasin, gak? Gue susah gerak kalau lo peluk kayak gini," protesnya.Delta kembali tersenyum. Kepalanya yang bersandar di bahu Deana terlihat begitu nyaman. Mulai hari ini ia tidak akan menakan apapun lagi yang ingin berkembang di dalam hatinya. Ia akan membiarkan perasaan itu lepas dan tumbuh bersamaan dengan kebersamaannya dengan D

  • The Endless Love   15 | Kesempatan (?)

    Deana duduk di sofa sambil menatap pemandangan ibu kota di malam hari dari jendela apartemen Alden. Pikirannya melayang pada banyak hal, salah satunya pada Delta.Deana tidak ingin berharap lebih namun perasaannya tak bisa dibohongi. Semakin ia menyangkalnya, semakin perasaan itu tumbuh lebih besar. Jika ditanya sejak kapan, Deana sendiri tidak tahu pasti. Mungkin sudah lama, mungkin juga baru-baru ini atau mungkin setelah malam itu. Entahlah...“Mikirin Delta lagi, eh?” celetuk Alden dari arah tangga.Lelaki itu berjalan santai mendekatinya, kemudian bersandar pada jendela tepat du hadapan Deana.“Kalo lu kangen sama dia, temui dia lah, De,” saran Alden kemudian.“Gue emang kangen sama Delta. Banget, malah. Tapi kalau gue nemuin Delta, kemungkinan besarnya adalah kita balik dengan posisi Delta yang cuman anggap gue sebagai ad

  • The Endless Love   14 | Ancaman Bagi Kennara

    Kennara cepat-cepat menuju apartemen tepat setelah Delta menelponnya untuk datang. Ketika sampai, apartemen tersebut ternyata tidak dikunci yang membuat Kennara bisa leluasa masuk tanpa perlu memencet bel atau mengetuk terlebih dulu.Terlihat Delta sedang menunggunya di sofa. Kenara berjalan mendekati Delta dan duduk tepat disampingnya. "Sayang, ada apa? Apa sesuatu terjadi?" tanyanya dengan wajah cemas.Delta mengeluarkan sesuatu dari samping kirinya dan memperlihatkan benda tersebut ke hadapan Kena. "Jelasin, apa ini?"Kenara jelas shock ketika melihat botol yang dicarinya selama ini, kini berada ditangan Delta. Bagaimana bisa botol pil itu ada ditangannya? batinnya bertanya."Delta-""Aku bisa jelasin ini, okay?" ujar Kennara berusaha setenang mungkin."Aku harus nemuin alasan yang masuk akal agar Delta percaya. Jika sampai dia curiga, hancur s

  • The Endless Love   13 | Mulai Terkuak

    Arash menengadah, menatap rintik hujan yang mulai membasahi jaketnya. Memasuki musim penghujan, awan mendung mulai aktif mengeluarkan isinya, membuat sebagian orang kembali mengingat kenangan, merasa de javu, bahkan bisa menghadirkan kembali luka di masa lalu. Percaya atau tidak, hujan menang sangat identik dengan hal-hal tersebut sama seperti Arash.Kenangan menyakitkan itu menyapanya. Menyibak luka yang sama sekali belum kering. Mengingatkannya pada kejadian dimana gadis itu mati di pelukannya. Arash menyaksikannya, bagaimana bibir mungil itu masih sempat-sempatnya mengucap nama lelaki tersebut di detik-detik kepergiannya. Tangannya mengepal, menatap nama yang tertera pada papan berwarna putih di hadapannya.“Aku akan membalaskan semua rasa sakitmu. Aku akan membuatnya merasakan pedihnya setiap air mata yang jatuh dari matamu,” ucapnya parau.“Aku akan—” Arash tidak melanjutkan kalimatnya. Mulutny

  • The Endless Love   12 | Deana Kembali (?)

    Liburan semester memasuki bulan kedua. Disaat mahasiswa lain sedang asyik menikmati liburan, Delta malah sebaliknya. Ia semakin kacau dan frustrasi dengan semua terror yang diterimanya. Siapa yang peneror itu maksud sebenarnya? Singguh, Delta sama sekali tidak bisa mengingat yang peneror maksud di masa dulu.Ingin rasanya Delta menelpon sang Papa, meminta bantuan beliau namun diurungkannya. Delta merasa ia sudah dewasa dan harus menyelesaikan setiap masalahnya sendiri tanpa bantuan orang lain sekalipun itu papanya.Delta menatap setiap celah di sekeliling ruang tamu apartemennya. Satu kata: Sunyi. Daripada dibilang rumah, apartemen Delta lebih mirip kuburan atau desa tak berpenghuni. Ia tersenyum miris, mengejek dirinya sendiri. Merasa begitu menyedihkan dengan takdir yang Tuhan gariskan padanya.Bersamaan dengan itu, suara bel berbunyi. Fokus Delta langsung teralihkan namun ia tidak langsung beranjak dari so

DMCA.com Protection Status