Karakter seseorang memang selalu tersimpan rapi. Tidak ada yang menyangka jika di balik segala hal yang kita lihat dari seseorang, masih banyak yang terkubur dalam-dalam di jiwanya. Butuh mengupas satu persatu lapisan untuk benar-benar mengenal seseorang dengan sesungguhnya.
Ketika melihat penolakan Milly malam itu, Prana merasakan desakan posesif yang mengelegak. Bukan hanya Jetro yang menjadi incaran mata gelapnya. Maxer juga menjadi sasaran kecemburuan buta. Betapa kecantikan Milly berbuah menjadi petaka bagi orang di sekelilingnya.
Masih menangis sesekali, Milly tiba di rumah dengan perasaan gelisah.
Dirinya tidak paham sama sekali akan bahaya yang saat ini mengancam. Bukan Jetro saja yang seharusnya dia khawatirkan. Prana mungkin juga memiliki potensi yang sama.
“Aku nggak tahu apa yang terjadi, Mill. Tapi apa pun itu tadi, kamu benar-benar mengejutkan!” Maxer melempar kunci di atas meja dan menghempaskan diri di sofa. Milly duduk memeluk
Kembali bekerja pada malam berikutnya, Milly memasang sikap siaga dan was-was. Aditi yang baru datang mengernyitkan dahinya. Temannya terlihat sesekali menebarkan pandangannya dengan gelisah.“Hai, Mill. So far so good?” sapa Aditi. Milly menoleh dan tersenyum lega.Suara Aditi yang sedikit serak dan mirip lelaki itu sempat membuat jantungnya terpacu cepat sebentar.“Ya semua baik, aku pikir kamu siapa.” Milly menuangkan minum untuk Aditi yang duduk di kursi bar.“Siapa memangnya? Ada yang ganggu kamu?” tanya Aditi khawatir. Milly tidak ingin melibatkan Aditi dalam drama hidupnya, dengan cepat kepala menggeleng.Aditi tidak mempercayai begitu saja, tapi memilih untuk tidak mengulik jauh lagi. Mungkin butuh waktu bagi Milly mempercayai dirinya lebih baik.“Trust me, Girl, life is full of shit things.” Aditi meneguk minumannya dan menepuk meja marmer itu pelan.“Talk to me when you&r
Seandainya hidup adalah sebuah roda yang penuh dengan labirin tematik sebagai lambang bentuk ujian, maka suatu saat akan bergulir pada titik yang sama.Sayangnya, hidup setiap manusia akan bergulir maju dan menjalani berbagai kehidupan yang berbeda. Tidak terdesain sama dan selalu tidak terduga. Kadang cobaan yang datang menjadi pengalaman baru dan setengah mati kita harus menyikapi untuk mampu bertahan.Dari semua ketakutan pada berbagai hal, yang Milly antisipasi untuk tidak pernah terjadi lagi adalah tidak memiliki tempat tinggal dan mengelandang. Memiliki kesempatan libur dari pekerjaannya hari ini, ia menyempatkan diri untuk memeriksa tabungan dan juga berencana untuk mengunjungi makam ayah dan Martin, adiknya.Ada rasa lega yang ia rasakan ketika sedikit demi sedikit angka tabungan bertambah. Tidak selamanya dia harus tinggal bersama Maxer. Walau pria itu mengatakan jangan pergi, tapi Milly harus memiliki cadangan untuk bersiap pada kondisi yang terburuk.
Tidak ada yang berubah di pulau pribadi Jetro. Semua berjalan seperti biasa. Terlihat membosankan dan monoton sejak Milly meninggalkan tempat itu. Virgo masih belum membuka diri dan memilih sibuk dengan hal-hal yang, menurut Jetro, memuakkan.Tanpa mempedulikan kehadiran Jetro, Virgo terus menggali lubang di tanah dan menanam satu persatu bunga yang baru ia potong dari tanaman lainnya. Bertanam dan berkebun adalah aktivitas yang Virgo tekuni untuk melepas emosi yang kadang menguasainya.“Aku sudah menemukan Milly,” ucap Jetro dengan nada datar.Virgo menoleh sebentar dan kembali memusatkan perhatiannya pada pekerjaan saat ini.“Bagus.”Jawaban singkat itu terdengar menjengkelkan. Jetro melihat, rasanya sia-sia meminta Virgo mengendurkan kemarahannya pada Milly.Jika saja, Jetro berhasil membawa Milly kembali dan meminta maaf, mungkin Virgo akan luluh. Sayangnya, kesempatan itu sangat mustahil untuk ia dapatkan. Wanita
Mengetahui jika Aldo menyimpan hatinya untuk Aditi selama ini, sangat mengharukan Milly.Bukan hanya cara Aldo mengagumi dan memujanya dalam diam, tapi keinginan pria itu untuk berbagi hal sederhana dengan Aditi yang menjadikan bentuk kasih itu luar biasa istimewa.Walau ada berbagai kendala terbentang di antara keduanya, Milly justru merasakan kisah romantisme percintaan mereka sangat inspiratif.Aditi sendiri secara tidak sadar, menyukai dan sering tersipu oleh perhatian khusus Aldo. Sikapnya kadang kikuk dan kaku setiap menghadapi Aldo.Milly memang baru mengenal Aldo, tapi karakter pria itu membuatnya yakin jika Aditi akan bahagia bersamanya.Malam minggu ini, Aditi membuat gebrakan baru demi mengubah citra bar yang ia kelola. Dengan semangat, wanita itu memberitahu jika akan ada life music dari pukul sembilan hingga dua belas malam nanti.Milly membantu Aditi bersama Neta menyebar brosur ke kampus dan juga berbagai tempat yang mudah dij
Tangan Aldo menuntun Aditi keluar menuju area belakang bar. Dengan setengah gugup, Aditi menarik tangannya dan menatap Aldo yang akhirnya ikut berhenti. Di bawah tangga darurat menuju ke lantai dua, mereka saling berhadapan.“Al, maksudnya apa?” tuntut Aditi dengan wajah mengeras dan tegang.Bartendernya menarik napas dan mengusap wajahnya dengan gusar.“A-aku suka dan jatuh cinta sama kamu, Dit!”Aditi sudah mendengar itu tadi dan tidak begitu saja menelan mentah-mentah pernyataan itu.“Cinta? Suka? Kamu nggak mabok kan?” tanya Aditi masih berusaha untuk meyakinkan pernyataan Aldo. Pria itu mengibaskan tangan dan akhirnya mengumpat dengan kesal.“Kenapa sih nggak percaya? Aku harus berapa kali ngulang itu?”Aditi tertegun. Aldo tampak serius dan ini bukan bagian dari prank atau gangguan yang disiapkan oleh anak buahnya dalam rangka hari ulang tahun Aditi.Untuk menutupi sikapnya
Berharap dunia berubah menjadi tempat yang lebih baik adalah tidak mungkin. Satu-satunya cara untuk tetap menikmati menjadi penghuni bumi ini adalah dengan beradaptasi.Itulah yang Milly lakukan untuk terus berjalan, melewati hari demi hari.Bersabar dalam perannya saat ini. Baginya, inilah saat terbaik selama ia hidup menjadi pribadi dewasa. Memiliki teman, sahabat dan juga pekerjaan yang tetap.Tabungannya kian bertambah, sementara Maxer mulai mengajarinya cara mengenal masakan lebih baik. Jika uangnya cukup nanti, Milly ingin membuka warung kecil-kecilan, di mana dirinya bisa mengeksplorasi kemampuannya.Maxer tidak pernah mengetahui niat dan keinginan Milly yang terpendam. Yang pria itu lihat, Milly memiliki insting yang cukup canggih dalam rasa dan bumbu. Seakan memiliki indera keenam dalam segi masakan, Milly mengenali dengan baik mana yang masih kurang dari tiap masakan.Jam sudah menunjukkan pukul dua dini hari. Besok adalah h
Milly memang tidak memiliki alasan lagi untuk menghindar. Namun entah kenapa, tidak peduli betapa kuat rasa bencinya pada Jetro, Milly tidak sanggup berkata tidak dan mengiyakan tawaran Jetro untuk kembali padanya.Mengingat kondisi Maxer yang terluka, Milly tidak ada pilihan lain. Tinggal dengan Jetro mungkin saat ini adalah pilihan yang paling bijak.Sebelum mengajak Jetro bicara, Milly menyempatkan untuk mendiskusikan dengan Maxer lebih dulu. Sahabatnya mulai pulih secara bertahap. Jetro memindahkan Maxer ke rumah sakit yang lebih mahal dan menurutnya terbaik pada hari ketiga. Bagi Milly itu makin tidak masuk akal.Semua keroyalan Jetro padanya memang tidak pernah bisa dijelaskan. Sepertinya, sumber penghasilan pria yang kini bersedia menerimanya kembali itu tidak pernah surut.Dengan pelan-pelan, Milly menjelaskan situasinya saat ini. Maxer menatap Milly dengan wajah cemas.“Aku tidak pernah berada di ujung maut, Mill. Malam itu sangat me
Apartemen yang Milly pilih adalah dekat dengan pusat kota Bandung. Maxer sudah ada di kamar dan sedang bersama dengan perawat. Rosco ada di ruang tamu dan menunggu hingga, mungkin, Milly keluar dan mengatakan semua baik-baik saja.Dengan langkah gontai, Milly meletakkan tas kecilnya dan menuju ke wastafel. Mencuci muka dengan air dingin adalah cara terbaik untuk menyegarkan tubuh dengan singkat.Usai merapikan diri dan memeriksa yang Jetro sediakan untuknya, Milly melenggang keluar, menuju ruang tamu. Rosco bangun dari sofa dan menatapnya seperti bertanya.“Semua sudah sesuai dan terima kasih Pak atas bantuannya,” ucap Milly sopan.Rosco adalah pria baik yang pernah memberinya kesempatan untuk bekerja. Hingga detik ini pun, Milly masih segan dan menghormatinya. Ada wibawa yang sulit dijelaskan pada sosok Rosco. Milly merasakan kehangatan sikapnya yang seperti seorang ayah pada anak perempuan. Pria itu tersenyum tipis.“Jaga diri d
Kapal pesiar yang sedang menyelenggarakan pesta pernikahan Virgo dan Joya itu tampak dihadiri oleh ratusan, bahkan mungkin ribuan tamu. Semua tampil dengan baju mahal dan elegan. Masing-masing tidak menyembunyikan diri dari wujud aslinya. Para siluman, manusia keturunan iblis, dan juga makhluk unik lainnya menunjukkan diri mereka yang sesungguhnya. Milly duduk dengan mempelai wanita, Joya, Gen, Trey dan Minerva juga Greta. Wanita tambun yang terlihat mulai bisa berbaikan dengan Jetro dan Virgo itu, terlihat ingin mengenal Milly lebih dekat lagi. Hidangan mewah terhidang terus menerus tanpa berhenti. Sementara minuman yang mahal, seperti sampanye dan wine, juga mengalir non-stop. Virgo menyalami satu persatu kawan lama yang sudah lama tidak ia temui. Mereka sangat terkejut ketika melihat Virgo akhirnya menjatuhkan pilihan pada seorang wanita cantik yang sangat eksotis. Ketika pembawa acara mengumumkan mengenai sambutan dari mempelai wanita, Mil
Pagi itu, Milly terbangun dan jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi. Tidak biasanya ia terbangun lambat.Ia menyibakkan selimut yang menutupi tubuhnya dan beringsut turun. Setelah mengingat ingin segera memeriksa kondisi Jetro, ia bergegas menuju kamar mandi.Tadi malam, Milly sempat menengok sebentar sebelum tidur. Betapa batu permata ajaib itu memang bereaksi sangat cepat pada Jetro. Tubuh pria yang tadinya mengalami sakit parah dan tinggal kulit yang membalut tulang, kini mulai mengubah Jetro kembali seperti sebelumnya.Sangat mengesankan!Harapan Milly, semoga pagi ini Jetro sudah pulih seutuhnya. Setelah berganti baju, Milly merapikan tempat tidur. Meski Frey selalu membongkar dan merapikan kembali, tapi Milly tetap merapikan setiap harinya.Sebelum keluar dari kamar, ia mematutkan diri di depan kaca. Pantulan bayangan yang di depannya, membuat Milly tersenyum.Baju terusan sederhana dan sedikit longgar ini, dengan kancing kecil dari
Ketika memasuki ruangan yang tampak terang itu, Milly melihat semua hadir. Bahkan pilot dan sopir Jetro yang tidak pernah nimbrung juga ada di sana.Virgo memberi isyarat pada Minerva untuk mendekat. Jetro dalam posisi duduk menatap Milly dengan wajah pucat. Matanya cekung dan tulang pipinya tampak tirus.Pria gagah yang pernah Milly kenal berubah menjadi mayat hidup, yang tinggal tulang belulang berbalut kulit.Minerva dan Virgo berdiri berhadapan, sementara saling berpegangan tangan. Entah apa yang mereka gumamkan, tapi Milly mendengar dengung halus seperti mantra terlontar dari semuanya. Trey memberikan tabung kaca yang berisi Blood Diamond sebesar bola kelereng itu, lalu memberikan pada Frey.Sementara dalam hati ia terus bertanya dan menebak rentetan pengembalian batu ke dalam tubuh Jetro. Frey mengambil batu tersebut lalu mendekati Jetro yang tersenyum tipis kepadanya.Tidak pernah Milly duga sebelumnya, jika proses tersebut akan begitu memil
Setelah kembali ke pulau pribadi Jetro, Milly hanya duduk termenung dengan wajah melamun. Koper dan semua benda miliknya yang baru saja Maxer letakkan di kamarnya belum tersentuh sedikit pun.‘Kenapa aku menjalani kehidupan ini?’ batin Milly masih tidak mengerti bisa terjebak dalam kehidupan seperti ini.Pikirannya kembali terbayang saat merunut semua perjalanan hidupnya dari pertama bertemu mereka semua.Waktu remaja, bukan ini yang ia cita-citakan untuk terjadi. Bahkan ketika menjalani profesi sebagai pelacur pun, Milly tidak pernah memiliki imajinasi akan berada dalam lingkungan para siluman, monster, bahkan iblis.“Aku adalah manusia yang tidak pernah menginginkan hal besar terjadi dalam hidupku. Aku bukan wanita serakah. Tapi kenapa alur hidup bisa sedemikian rumit?” gumam Milly pada dirinya sendiri.Wajah cantiknya menengadah dan memandang langit-langit kamarnya.Pertama kali ia datang tiba di kamar ini, dirinya
Milly memandang wajah Prana sepuasnya. Mungkin ada sekitar satu jam ia membiarkan dirinya menangis serta mengenang masa lalu mereka.Tidak terpikir dirinya akan menjadi malaikat maut, penjemput jiwa bagi Prana.Tidak juga terbayang jika Prana menyerahkan nyawanya dengan sukarela, tanpa perlawanan.Benarkah masih ada bentuk cinta yang masih sedemikian tulus dan segila ini? Memberikan nyawa demi yang dicintai?Akhirnya pintu terkuak dan Joya masuk lebih dulu.“Mill,” panggil siluman ular yang telah menjadi sahabatnya itu pelan. Joya terlihat prihatin dan tegang.Wanita yang dipanggil namanya menoleh dan kembali menangis. Joya berlari mendekat, lalu bersimpuh di hadapan Milly.“Aku tidak perlu menjadi pembunuhnya secara langsung, Joy. Dia menyerahkan nyawanya tanpa perlawanan,” adunya Milly seperti ingin meluapkan sesal yang menghimpit dadanya.Joya memeluk Milly dan mengusap punggung dengan lembut.
Makan malam yang mungkin menjadi akhir dari hidup Sybil atau Prana, dipenuhi keheningan dan isak tangis pelan yang terlontar dari Milly.“Jadi hatimu lebih memilih Jetro ….” Prana seperti berkata pada dirinya sendiri.Milly masih membisu dalam sedu sedan.“Seharusnya aku sadar dan tidak memaksakan kehendakmu. Maafkan aku, Mill. Telah membuat hidupmu seperti di neraka dunia.” Prana menitikkan air mata pertama dan menatap Milly dengan kesedihan juga penyesalan mendera.“Di luar semua kekejian yang telah kulakukan padamu, satu hal yang ingin aku kembali katakan padamu, Mill Berliana. Aku sangat mencintaimu melebihi nyawaku sendiri. Seandainya untuk membuktikan seberapa besar perasaan ini harus menyerahkan napasku, aku rela.”Milly menutup wajah dengan kedua tangannya.Dengan gerakan perlahan, Prana meraih sendok dan garpu, lalu kembali menyuap makan malam. Kunyahan itu diiringi derai air matanya.
Semua makanan telah terhidang. Sementara menunggu Gen yang sedang mandi, Milly yang terlebih dulu selesai menata piring dibantu oleh Made.“Mbok, kalo mau ikut makan sekalian yuk?”Made buru-buru meminta maaf.“Saya malah nggak enak, karena lupa beli kue ulang tahun buat bapak. Kayaknya, saya pamit duluan deh, Bu,” cetus Made terlihat sungkan.Milly membeku sementara berdiri memegang sendok dan garpu yang akan dia susun.“Ulang tahun Prana?” ulang Milly dengan ekspresi kaget.“Iya. Ibu lupa ya?” goda Made dengan senyum jenaka.“I-iya. Ya udah nggak apa-apa. Kita rayakan dengan makan malam yang ini aja,” tukas Milly dengan senyum kikuk. Rasa bersalah memenuhi benak Milly dan ia menjadi makin salah tingkah. Sesekali ia melirik ke arah makanan dan tampak bingung sekaligus gugup.Tegakah hatinya melakukan ini pada hari ulang tahun Prana? Hari perayaan kelahiran, akan menja
Suasana villa seperti biasa tampak sepi. Milly meminta Gen menemani dirinya dan setelah masuk ke dalam, Made menyapa mereka dengan ramah.Ada beberapa pegawai lain yang sedang membersihkan kolam renang dan juga taman di tengah villa. Milly melemparkan sapaan seperti biasa.“Kamu tunggu aku di sini, masuk aja ke kamar. Nggak dikunci,” ucap Milly.Gen menatap Milly dengan pandangan yang agak khawatir.“Hati-hati,” peringatnya.“Aku akan baik-baik aja.” Milly tersenyum kecut dan mengangguk.Setelah menarik napas, ia melangkah ke arah bangunan utama di mana Prana berada. Mobil merah sport ada di garasi, ini menunjukkan jika Prana ada di rumah .Ketika ia menggeser pintu sliding itu, Prana segera menoleh dari arah meja bar yang jadi satu dengan ruang bersantai mereka.“Milly,” sambut Prana sedikit kaget karena Milly kembali dua hari kemudian. Sebelumnya, ia meminta tiga hari untuk meng
Mendung mengelayuti langit Bali sejak pagi. Hampir keseluruhan langit gelap melingkupi pulau dewata. Prana berdiri menatap ke luar sementara penampilannya kusut. Jendela kamarnya berembun, seperti mata cokelatnya.Pria tampan yang termenung sendiri itu terlihat putus asa. Tidak ada sinar di matanya. Raut wajahnya semendung langit, tanpa cahaya. Entah sudah berapa lama, Prana membiarkan dirinya tersiksa dalam deraan kasih tak sampai.Kilasan peristiwa buruk bergantian mengisi benaknya. Hingga momen bertemu Milly untuk pertama kalinya di halte, Prana masih bisa merasakan debar hatinya yang jatuh cinta pada pandangan perdana. Gadis itu tampil dalam wujud menawan, begitu mempesona. Pipinya yang bersemu merah karena terkena panas, justru menambah kecantikannya.Mata lentik dan bibir mungil penuh yang terbentuk dalam lengkung sempurna itu sangat pas menghiasi wajah ovalnya. Kulit putih halus menawan, tanpa cacat dan noda. Milly adalah makhluk paling sempurna bagi Pran