Eliora bergeming… kali ini ia tak mampu membalas ucapan Morgan. Kakinya bahkan terasa lemas dan mungkin akan terjatuh jika dia tak menahan tubuhnya menggunakan tongkat.
Dia memejamkan sejenak matanya walau semua itu tak mempengaruhi penglihatannya. Semilir angin terasa menerpa, menerbangkan rambut lurus sebahunya.
Rasa bersalah seakan menjalar di hati dan pikirannya. Walau tak ada ucapan yang dia lontarkan berbunyi sebuah tuduhan. Namun tak dapat dipungkiri bahwa hati dan pikiriannya sempat menuduh Morgan melakukan hal negatif terhadapnya.
Dan perkataan Morgan barusan seakan telak menampar pikiran negatif itu.
Eliora terlarut dalam pikirannya. Alih-alih berjalan kembali ke ruang kelas Hazel, dirinya malah terdiam membeku di koridor sekolah Hazel yang tampak sepi.
Sehingga membuat adik iparnya cemas mencari keberadaannya.
"El… disini kau rupanya, Morgan pamit untuk melihat keadaanmu. Namun barusan aku melihat mobilnya keluar dar
Setelah mengantar Eliora pulang ke apartemennya. Chase berniat menemui Autumn untuk meminta penjelasan atas kebohongannya kepada Eliora. Sebelumnya ia sudah mengirimkan pesan singkat karena tak ingin didengar oleh Eliora.Chase menunggu balasan dari gadis manja yang sayangnya adalah kekasihnya. Dia mencoba menahan kekesalannya karena berpikir Autumn sengaja mendekatkan Morgan dengan Eliora. Ia mengira bahwa Autumn bekerja sama dengan Morgan dengan mengarang kebohongan tersebut.Bukan masalah Eliora yang didekati Morgan. Namun lebih kepada Chase yang kesal karena lagi-lagi Autumn mencampuri urusan orang lain, meskipun itu urusan kakaknya sekalipun.From : My Spoiled GirlAku… sedang di salon. Apa yang kau maksud dengan ucapan; "gadis pembohong?"Chase membulatkan mulutnya saat membaca balasan pesan singkat Autumn kepadanya."Hah! Kau bilang pada El, kau pergi denganku dan orang tuaku?
Hari yang begitu mendebarkan bagi seorang bajingan seperti Lucas akhirnya tiba. Dia dipaksa untuk datang menghadiri sidang yang menuntutnya karena melakukan pelecehan terhadap anak dibawah umur.Dengan keadaan yang dibuat berlebihan, dia didorong menggunakan kursi roda untuk memasuki ruangan sidang.Suasana tegang dan mencekam sudah terasa saat Lucas memasuki ruang sidang. Beberapa pasang mata menatapnya dengan tatapan tak suka. Dia merasa sedang disoroti lampu tembak yang membuat dirinya menciut. Berbeda saat dirinya dengan beringas hendak memperkosa Hazel beberapa waktu lalu.Di ruangan sidang… Terdapat meja dan kursi kebesaran sang Hakim di depan. Dan beberapa meja panjang serta kursi yang juga duduk beberapa jaksa dan ahli hukum lainnya. Sementara di sisi kiri terdapat para juri dari beberapa kalangan yang akan mengomentari beberapa aspek dari bidang keahlian mereka masing-masing. Penilaian kasus dari juri ini merupakan satu bagian penting untuk mempe
Lima belas menit perjalanan dari apartemen Eliora di jalan 515 W 52nd St, menuju ke Central Park Zoo, yang berada di East 64th Street.Eliora yang pada akhirnya ikut pergi ke kebun binatang bersama Morgan dalam satu mobil. Dan Hazel bersama dengan kakek dan neneknya dalam satu mobil.Morgan dan Marcus menghentikan mobil mereka tepat di depan pintu masuk Central Park Zoo. Menurunkan Eliora bersama Debora dan Hazel.Karena jarak parkir mobil cukup jauh, membuat mereka memilih alternatif seperti itu. Sementara kedua pria tersebut memarkirkan mobilnya, Eliora dan Debora berjalan menuju tiket pembelian karcis masuk.Lalu lalang orang-orang sekitar membuat Eliora bingung menentukan arah jalan yang benar untuk mengikuti Debora dan Hazel, dia hanya menggunakan indera pendengarannya melalui suara Hazel yang berceloteh menunjuk beberapa hewan yang terlihat dari depan."Hazel... lihat-lah... beberapa unggas sudah terlihat dari sini," ujar Debora.Denga
Eliora yang masih tercengang, berusaha menenangkan degup jantungnya yang bertalu terlalu cepat seakan memicu dirinya untuk merasa senang atas pernyataan tersebut.Hanya saja pernyataan mendadak tersebut membuatnya sungguh tak mampu membuka mulut untuk mengeluarkan sepatah katapun.Sementara dia harus merespon ucapan Morgan yang mungkin menunggu tanggapannya akan seperti apa.Bagaimana aku harus merespon ucapannya? Hah… bibirku terasa kelu. Haruskah aku mengatakan sesuatu?batin Eliora berkecamuk.Sementara Morgan… yang merasa telah melakukan hal terbodoh itu, berharap cemas menunggu respon dari Eliora. Wanita di sampingnya itu bahkan tak sedikitpun merubah ekspresi wajahnya yang sangat sulit di tebak karena wajah Eliora sungguh terlihat datar seperti papan tulis milik Hazel di apartemen Eliora.Berapa lama lagi kau harus berpikir, El? Apa kata-kataku kurang jelas? Apa terlalu sulit untuk kau mengerti maksud dar
—21—Di sepanjang perjalanan yang hanya diisi keheningan antara Morgan dan Eliora. Mereka akhirnya tiba ke apartemen Eliora. Setelah sebelumnya mereka menghubungi Marcus bahwa mereka memilih pulang lebih awal.Morgan menghentikan mobilnya di parkiranbasementapartemen tersebut, dan melirik Eliora yang terdiam seperti memikirkan sesuatu. Memaksa Morgan kembali merendahkan egonya untuk memulai percakapan.“Kita sudah sampai. Kau yakin tak apa-apa? Jika kau masih pusing, aku akan membawamu ke dokter,” niat Morgan.“Tidak, terima kasih Morgan. Aku turun… kau tak perlu mengantarku sampai ke atas,” jawab Eliora. Ia membukaseatbeltlalu hendak keluar dari mobil.“Hm, maaf… sebenarnya tujuanku datang ke apartemenmu tadi adalah untuk kembali mengecek kamar Hazel. Jadi… bolehkah aku kembali ke unit mu untuk melihat kamar itu?” tanya M
—22—"Morgan… berhenti bergurau," ejek Rebecca. Lalu terkekeh seakan Morgan hanya bergurau dengan ucapannya barusan.Namun raut wajah Morgan begitu serius. Dia memilih mengalihkan tatapannya kepada Roseline yang tercengang dengan ucapan anaknya."Mom… kau yang sering menanyakanku bukan?" tanya Morgan. Roseline terlihat hanya mengerutkan keningnya. Wanita paruh baya itu enggan berkomentar sebelum Morgan menyelesaikan ucapannya."Morgan… kumohon, jangan bicara sembarangan kepada ibumu," ujar Eliora berbisik. Pasalnya dia sendiri masih tak tenang dengan suara Rebecca yang terus menghantuinya melalui ucapan sarkas."Tidak, El… bukankah kau sudah merasakannya saat ciuman yang kuberikan sebelum ke sini," ujar Morgan dengan sengaja."Tapi—""Diam dan dengarkan saja, El…," potong Morgan."Sekali lagi ku jelaskan, Mom. Wanita di sampingku ini. Eliora Clareta Gar
—23—Eliora hanya diam saat Morgan menyuruh Autumn yang kembali ke unitnya untuk merias wajah Eliora. Lalu menggunakan pakaian yang juga milik Autumn untuk menghadiri undangan makan malam secara mendadak dari ibunegara.Dikarenakan semuanya dilakukan secara mendadak, maka mereka berempat bersiap dengan pakaian yang ada di dalam lemari Autumn dan Morgan.Autumn yang terbiasa merias diri menggunakan peralatan make up yang lengkap, begitu cekatan memoleskan kuas ke atas bedak dan mengaplikasikannya ke wajah Eliora. Memilihkan warna soft untuk bibir mungil Eliora hingga tampilannya begitu ringan namun terlihat elegan.Autumn juga memilihkan gaun yang begitu indah, untuk kenakan oleh Eliora. Dirinya begitu semangat melakukan semua itu. Dia sama dengan ibunya yang begitu senang saat tahu sang kakak mengungkapkan sebuah hal yang akan mampu membuat seluruh keluarganya tercengang.Sementara kedua pria mereka, sama
—24—"Do you love me, El?"______Untuk kesekian kalinya… Eliora kembali bungkam atas pertanyaan Morgan. Entah bagaimana Morgan berubah begitu membingungkan. Dengan semua sikap dan ucapan serta semua perlakuannya seharian ini.Awalnya Eliora merasa, Morgan hanya berusaha melindunginya dan Hazel dari orang yang berbuat jahat kepadanya. Namun semakin hari… Saat sebuah simpati berubah menjadi perhatian… Seketika semua sikap dan perlakuan Morgan berubah.Dan Eliora merasakannya sejak malam itu… Dimana dia menerima tawaran Morgan untuk melakukan hubungan intim. Merasakan di sudut hatinya yang tersentuh saat Morgan berniat baik membuatkannya makanan dan hendak mengantarnya pulang.Namun waktu itu egonya menolak untuk menerima kebaikan dari pria yang sempat merendahkan harga dirinya. Dan... keadaan saat ini, sungguh sulit untuk dia hindari. Dia memang t