Satu bakat tersembunyi Emma selain jenius dalam dunia peretas, wanita juga suka memanjat. Bahkan pohon yang sukup tinggi saja wanita itu dapat memanjatnya. Ia biasa melakukan itu sejak dirinya masih kecil. Emma selalu memanjat pohon dengan tujuan untuk memantau ayahnya sudah pulang kerja atau belum. Sudah berulang kali Ester menegurnya namun wanita itu tetap kekeh pada kebiasaannya.“Jika aku kembali ke kamar lewat tangga pasti akan bertemu dia,” gumam Emma lalu berjalan keluar dari vila dan menyusuri bagian taman sampai di bawah balkon kamarnya. Emma tersenyum senang. Sebelumnya ia hampir ketahuan oleh Ethand, kini ia melihat di balkon lelaki itu tidak terlihat batang hidungnya.Emma seperti atlet pemanjat. Dalam waktu yang singkat saja ia sudah sampai di balkon kamarnya. Wanita itu menepuk tangannya untuk menghilangkan debu yang melengket di tangannya.Sudah pukul 23.00 malam, Emma belum juga mengantuk. Ia memutuskan untuk membuka kembali laptopnya. Selain hatinya yang kecewa, wani
Segala perbuatan akan ada akibatnya. Ethand telah memilih langkah yang salah. Mendengar perkataan Emma membuat hatinya perih. Matanya menatap pintu kamar wanita itu. Kaki dan hatinya merasa enggan untuk keluar dari kamar Emma.“Aku tidak mendengar kalimat itu malam ini.” Ethand masih menatap pintu kamar. Ia tidak mau menunjukkan wajah sedihnya pada Emma. “Aku akan bertanggung jawab atas rasa sakit yang kamu alami hari ini.” Ethand kemudian berjalan mendekati pintu namun masih enggan membukanya. “Maafkan, aku.” Ethand kemudian membuka pintu kamar dan berjalan keluar dari kamar Emma.“Bagaimana caranya ia bertanggung jawab kalau yang terluka adalah aku,” gumam Emma yang merasa bingung dengan perkataan Ethand.Ethand berjalan dengan tergesa-gesa menuju kamarnya. Ia merasa hancur karena perkataan Emma mampu membuatnya terpuruk. Bahkan lebih hancur dari Caroline yang meninggalkannya. Dari kehilangan, sudah banyak yang dipelajari lelaki itu. Kehilangan tidak mampu mengembalikan yang telah h
Setelah mendengar adanya penambahan jam pelatihan, tim IT hanya bisa menghela napas panjang. Mereka mengira bahwa pelatihan ini membuat mereka sedikit lebih santai setelah sehari-hari hanya bekerja memperbaiki peralatan elektronik dan jaringan komputer. Begitu pula Emma dan Sobig yang setiap hari selalu bergumul dengan bahasa program dan alur coding yang membuat mereka lelah dan bosan.“Apakah performa kita selama ini kurang bagus sehingga pak Ethand menambah jam pelatihan kita?” tanya Page dengan wajah suram. Niat untuk bermain game kini telah sirna.“Bukankah atasan kita sedang bahagia bersama kekasihnya? Malah menambah jam pelatihan.” Linus tanpa sadar melontarkan kalimat itu. Emma yang sedang memutar sekrup di CPU langsung terhenti. Ia terdiam kemudian menengadah menatap langit-langit ruangan.Pagi ini ketika Emma lewat di depan kamar wanita itu, ia melihat jika ada seorang wanita paruh baya yang secara khusus membersihkan kamar tersebut. Sepertinya Ethand benar-benar masih peduli
Kecewa. Sebuah kata yang membuat seseorang berubah. Bahkan hal kecil yang kamu anggap sepele begitu membekas di hati orang lain. Apalagi perihal cinta yang sangat sensitive. Kadang seseorang selalu merasa bahwa segalanya bisa diterima oleh orang lain namun nyatanya tidak semudah itu.Ethand berhasil melepaskan seseorang yang tidak pantas digenggam. Lelaki itu berhasil menghapus segala kenangannya dengan Caroline. Wanita yang tidak layak dijadikan tempat pulang. Namun kini ia harus menelan pahit diabaikan oleh wanita yang bertahta di hatinya selama beberapa bulan ini. Bahkan sudah dua kali Emma memintanya untuk pergi.Satu hal yang didapat Ethand dari Emma adalah wanita itu berpendirian teguh. Dia wanita yang baik dan tegas. Sekalinya ia memberimu kesempatan jika tidak digunakan dengan baik maka hanya amukan yang engkau dapat darinya.Ethand hanya bisa memandang pintu yang sudah dibuka olehnya. Emma sudah berlalu pergi dan meninggalkan dirinya yang kalut. Belum pernah ada yang berani m
Bukan hanya Ethand saja yang geram namun Ryan juga. Ia menunggu kesempatan untuk memarahi Riana. “Jangan menjadi bodoh hanya untuk membela sahabatmu. Tahukah kamu jika sahabatmu itu sudah memiliki suami di Spanyol?” Ryan akhirnya mendapat kesempatan memarahi Riana.Emma menatap lucu pada kedua lelaki itu. Ia mengulum bibirnya dan menahan tawa.“Carol adalah masa laluku, kamu tidak berhak atas hubunganku dan Emma.” Ethand masih belum puas menyadarkan Riana.Bagaikan mendapat panah bertubi-tubi, Riana hanya bisa terdiam dan menundukkan kepalanya. Ia sangat malu diperlakukan seperti itu. Niat untuk mengatai Emma kini malah dirinya yang dikatai oleh para petinggi Alves Corp. Riana merasa wajahnya sangat panas.“Sudah-sudah. Sejak kapan kalian berdua terlihat seperti emak-emak?” Emma merasa iba melihat Riana yang diam tidak berkutik.“Jangan terlalu baik, Emma,” sergah Ryan. Emma tersentak kaget. Kedua lelaki itu benar-benar marah pada Riana. Emma langsung memegang tangan Ethand dan Ryan l
“Menurutmu apa yang dilakukan Emma pada pak Ethand?” Tim IT mulai bergosip. Mereka sudah melihat bahwa CEO Alves Corp itu jelas-jelas membawa wanita lain.“Tentu memarahi bahkan memukul pak Ethand.” Json dengan jawabannya.“Menurutku, Emma tidak akan memukul pak Ethand.” Linus menyanggah kalimat Json. Semua mata tim IT langsung tertuju padanya. “Kita tahu kemampuan Emma melebihi kita semua. Itu karena kapasitas otaknya berbeda dengan kita. Jadi mengenai cinta seperti ini tidak akan membuatnya memukul pak Ethand.” Jelas Linus.“Semua wanita itu memiliki emosi yang sama bahkan sensitive terhadap cinta segitiga seperti ini.” Page juga ikut ambil bagian dalam acara gosip hari ini.“Selama ini Emma ataupun kita selalu berpikiran logic karena basicnya yang kita pelajari adalah komputer dan segala isinya. Tentu saja Emma akan berpikir logic.” Ruby menyetujui apa yang dikatakan oleh Linus sebelumnya.“Apakah tim IT begitu santai sampai-sampai membahas kisah cinta orang lain?” tanya Ryan yang
Sudah hampir jam tujuh malam. Emma masih saja berkutat pada laptopnya. Satu jam yang lalu bunyi alarm di ponselnya pertanda ada yang berusaha meretas Alves Corp. Wanita itu sudah menghempaskan peretas itu dalam beberapa menit saja. Namun ada sesuatu yang masih mengganjal di pikirannya.“Apakah itu adalah Melissa?” tanya Mac pada Emma.“Iya, Pak.” Emma menjawab kepala tim IT tanpa menatap wajahnya. Matanya masih sibuk menyelidiki logaritma yang digunakan peretas.“Apakah hal itu mengganggumu?” tanya Mac lagi. Emma terdiam sejenak. Ia melipat kedua tangannya di dada.“Apakah belum selesai?” Pintu ruangan pelatihan tiba-tiba dibuka dan Ethand langsung masuk ke dalamnya. Lelaki itu sudah menunggu Emma keluar dari ruangan itu namun wanita itu belum menampakan batang hidungnya sehingga Ethand memutuskan untuk masuk ke dalamnya. Di dalam ruangan terlihat Mac dan Emma yang masih menatap ke layar laptop.“Ini, Pak. Emma mendapat alert di ponselnya jika ada yang mencoba meretas Alves Corp la
Di sebuah sudut kota Vunia terlihat seorang wanita mengenakan jaket dan topi sebagai upaya menutup wajahnya. Ia berjalan santai di sebuah gang yang lumayan sempit. Setelah mencapai sebuah pintu yang terkunci dengan gembok yang lumayan besar, ia mengeluarkan kunci dari dalam tasnya.“Aku tahu kamu sekarang masih terkurung di tempat ini,” ujar wanita itu dengan senyum ramah yang sulit diartikan. Lelaki yang sedang fokus di layar komputer itu seketika menghentikan ketikan jarinya di keyboard. Ia segera berbalik untuk melihat siapa wanita yang datang menemuinya itu.“Caroline? Kamukah itu?” tanya lelaki itu dengan raut wajah terkejut. Hampir delapan tahun anak gadis yang sudah dewasa itu tidak pernah datang mengunjunginya. Baru hari ini ia kembali mendengar suara wanita itu.“Aku pikir kamu sudah melupakanku, Melissa. Ternyata gelap dan sempitnya ruangan ini tidak mematikan sel-sel otakmu.” Caroline berjalan mendekati lelaki itu. Cahaya yang masuk membuat ruangan itu menjadi terang. Jaran
Setelah kejadian di menara jam Ester selalu setia menemani Darek di rumah. Merawat dan menjaga suaminya dengan penuh kasih. Seminggu sekali mereka berdua akan pergi mengunjungi Emma di rumah sakit.Sudah sebulan Emma belum sadarkan diri. Selama itu pula Ethand selalu setia mendapinginya. Setiap hari ia akan membacakan berbagai cerita novel dan juga mendengarka musik bersama. Ia akan bergantian bersama Alin dan Jane untuk menjaga wanitanya itu.Seperti hari ini, Ethand kembali membacakan sebuah novel romantic pada Emma. Perlahan Emma menggerakan jari telunjuknya. Hal itu tidak disadari Ethand. Lelaki itu dengan ekspresi mendalami cerita tersebut terus membaca novel pada kekasihnya. Sampai pada cerita itu selesai, Ethand meneteskan air matanya karena kisah dalam cerita novel itu sungguh bahagia berbeda dengan kisah cintanya bersama Emma. Sampai saat ini, Emma belum sadarkan diri.Ethand menangis tersedu-sedu sambil menggenggam tangan Emma. Ethand merasa nyaman ketika menggenggam tangan
Emma baru saja selesai mandi dan berniat untuk istirahat namun ponselnya terus berdering. Ia segera mengambil ponselnya. Matanya membelalak kaget ketika membaca isi pesan dari Johan Prima. Lelaki itu mengirim gambar wajah Darek yang sudah membiru.Tanpa pikir panjang Emma langsung mencari koordinat telepon Johan. Setelah mendapatkannya Emma langsung keluar dari rumah Caroline. Namun naas, ketika sampai di depan Wilobi mall, Emma sudah dibekap oleh sebuah sapu tangan yang berisi bius. Tidak lama kemudian wanita itu tidak sadarkan diri.Emma hanya bisa mendengar suara samar-samar para lelaki disekelilingnya. Kepalanya terasa berat dan pusing. Setelah itu Emma tidak mendengar apa-apa lagi dan gelap sepenuhnya.***Rasanya baru terlelap namun kini hawa dingin menerpa tubuh Emma. Ia perlahan membuka matanya. Kepalanya masih terasa berat namun karena pandangan di depannya terlihat asing ia berusaha sadar sepenuhnya. Ia sangat terkejut ketika melihat siapa lelaki yang duduk di depannya.Bar
Tujuan Emma dan Caroline datang ke Nuni’s Club dan bertemu Johan adalah untuk mendapatkan sidik jari lelaki tersebut. Database prima corp di setting menggunak sidik jari Johan sendiri. Sehingga Emma dan Caroline untuk bertemu dengan lelaki kejam itu.“Jadi bagaimana apakah kamu bisa masuk ke dalam database mereka?” tanya Caroline yang sudah tidak sabar.“Tentu saja, Carol. Lihatlah…” Emma mempersilahkan Carol melihat semua data penting yang disembunyikan Johan begitu rapat. Betapa kagetnya ia ketika melihat data kepemilikan Prima Corp adalah orang tua kandungnya.“Dasar brengsek!” Caroline mengepal kedua tangannya. Wajahnya memerah karena menahan marah. Ia boleh mengemis pada pamannya itu ternyata malah sebaliknya. Sungguh kejam Johan pada orang tuanya. “Aku tidak ingin menunggu sampai besok, malam ini juga dunia harus tahu betapa kejam dan tidak punya perasaan lelaki bernama Johan tersebut.Emma segera menuruti perkataan Caroline. Ternyata Prima Corp adalah miliki wanita yang menolon
Suasana Nuni’s Club malam ini mengingatkan Emma pada kejadian lampau. Dimana ia dipukul oleh Daniel Jiani dan diselamatkan oleh Ethand. Dimana ia diselamatkan kedua kalinya di hari yang sama. Hari terpuruk dan terendah dirinya.Emma mengenakan sebuah dress yang sedikit ketat dan menampakkan tubuhnya yang ramping. Rambutnya yang sebahu dibiarkan terurai. Wajahnya sedikit dipolesi riasan.Sedangkan Caroline memakai pakaian yang kurang kain. Bagian dadanya terbuka lebar dan dress di atas lutut. Di tambah dengan high heels yang membuatnya terlihat tinggi dan juga cantik. Apalagi dia lama hidup di Spanyol.Kedua wanita itu melangkah masuk ke dalam Nuni’s Club. Caroline memakai wig dan menambahkan sebuah tahi lalat di atas bibirnya. Sedangkan Emma tampil apa adanya. Hanya sedkit riasan yang membuatnya terlihat berbeda. Ia terlihat seperti wanita karir dengan uang melimpah.“Di mana ruangan mereka?” tanya Emma. Kedua kalinya ia ke tempat ini dan tidak mengetahui ruangan di klub malam tersebu
Setelah mendengar Emma berada di Bank Central Vunia, Ethand dan Ryan langsung menuju ke bank tersebut. Namun ia sedikit terlambat, Emma sudah pergi dari tempat itu.“Bolehkah saya melihat rekaman cctvnya?” tanya Ethand pada Ryan.“Ini, Pak.”Ethand segera melihat rekaman cctv tersebut. “Carol?” ucap Ethand. Ia ingat pakaian yang dikenakan mantan kekasihnya pagi ini. Ethand lebih terkejut lagi ketika melihat Emma dengan busana yang sangat berbeda dari biasanya. Ternyata punggung wanita familiar yang dilihatnya sebelumnya adalah Emma. Ethand membanting ponsel Ryan begitu saja dan menimbulkan suara gaduh di dalam mobil. Ryan yang duduk di kursi kemudia hanya bisa terdiam. Ethand sedang marah dan kesal.“Bagaimana bisa aku tidak menahannya pagi tadi?” Suara berat Ethand diiringi dengan hembusan napas kasar membuat Ryan memberanikan diri melihat atasannya lewat kaca spion di depannya. Ethand terlihat berantakan dan juga wajahnya sangat muram.“Apakah kamu bertemu mereka sebelumnya?” tanya
Black Card sudah diterima Emma. Setelah urusan di bank usai, Emma dan Caroline segera keluar dari tempat itu. Emma berulang kali melirik ke arah cctv. Ia segera mempercepat langkahnya. Carolina juga demikian.“Aku lupa mengenakan masker. Sepertinya kita harus segera berangkat.” Emma dengan nada serius. Ia segera memasang sabuk pengamannya.“Bukankah itu adalah mobil Ethand?” tanya Caroline. Ia segera menghidupkan mesin mobilnya dan meninggalkan bank itu.Emma melihat dari kaca spion di depannya. Ia masih bisa melihat lelaki itu keluar dengan terburu-buru dari dalam mobilnya. Wanita itu langsung membuang tatapannya ke tempat lain dengan tatapan sendu menatap pada jalanan yang tampak ramai oleh kendaraan.“Apakah kamu baik-baik saja?” tanya Caroline.“Aku baik-baik saja,” balas Emma. Untuk membalas Prima ia harus bisa dan menahan rasa rindunya. Emma juga harus bisa membuktikan bahwa ayahnya sepenuhnya tidak bersalah. Semuanya karena perbuatan Johan Prima.Jika cinta merupakan penyakit m
Alves Corp hari ini digemparkan dengan adanya kunjungan tiba-tiba dari Johan Prima bersama putranya. Ethand yang mendengar kabar it uterus berdiam di dalam ruangannya. Ia membiarkan Ryan yang menemui mereka.“Selamat datang di Alves Corp, Pak Johan,” ucap Ryan dengan ramah. Dalam hatinya menahan kesal sekaligus marah ketika melihat senyum dari lelaki perusak Alves Corp tersebut.“Apakah atasan kalian begitu sibuk sampai memerintahkan sekretarisnya untuk menyambutku?” Johan dengan nada serius namun sekelebat senyum terukir di bibirnya. Jenaver yang berdiri di sampingnya hanya terdiam.“Setelah mendapat kunjungan dari investor Jerman, pak Ethand merasa lelah dan kini sedang beristirahat di ruangannya,” jawab Ryan sengaja membawa nama investor yang telah memutuskan kerja sama dengan Prima tersebut. Sontak raut wajah Johan terlihat kesal.“Saya ingin bertemu dengan atasanmu.” Nada suara Johan terdengar serius. Ryan melayangkan senyumnya pada lelaki itu.“Atasan kami tidak akan bertemu den
Fashion Ghotic style yang identik dengan warna gelap terutama hitam dan abu-abu kini dikenakan oleh Emma. Ia berubah sepenuhnya seperti wanita kelas atas yang cantik dan memesona. Wajahnya tetap memakai masker dan kacamata hitam yang menutupi hodeed eyes miliknya. Di tangannya tergantung sebuah tas merek chanel.Di samping Emma berjalan seorang wanita dengan dress yang lumayan ketat dan dipadukan dengan long coat abu-abu dan tidak lupa pula kacamata hitam yang selalu bertengger di hidungnya.Ketika mendekati lift, Emma merasa gugup jika kembali bertemu Jane atau pun yang lainnya. Apalagi lelaki yang dirindukannya semalaman. Caroline melihat kegugupannya dan tersenyum.“Kamu tidak jauh berbeda dengan kayu kering, Emma,” ucap wanita itu.“Aku takut ketahuan,” balas Emma.“Aku saja hampir tidak mengenalimu, apa lagi mereka.” Caroline berusaha menenangkan Emma.Emma mengambil napas dalam lalu dihembuskannya perlahan. Ia terus mengulanginya sampai ahtinya sedikit tenang.Ting!Lift terbuka
Ryan dan Jane sudah kembali setelah seharian mencari keberadaan Emma. Mereka bahkan mencari sampai di rumah lama Emma namun tidak menemukannya. Jane terlihat sedih begitu pula Ryan. Sepasang kekasih itu memutuskan untuk kembali.“Kamu temani ibu Emma dan adiknya. Aku harus menghibur Ethand.” Ryan yang membuka sabuk pengamannya dengan lemah. Sepertinya hari ini ia sudah banyak mengeluarkan tenaganya.“Baiklah. Kamu ingat istirahat, Sayang.” Jane dengan lembut memperlakukan Ryan. Walaupun hatinya sedang sedih.Ryan menganggukkan kepalanya lalu keluar dari mobil. Jane menunggu kekasihnya agar melangkah bersama menuju lift.“Padahal Ethand sudah berniat melamarnya.” Ryan dengan nada sedih. Jane di sampingnya seketika berhenti melangkah.“Be-benarkah?” tanya Jane.“Benar, Sayang,” jawab Ryan. Jane mendesah kesal dan merasa iba pada Ethand.“Emma juga sudah lama menantikannya. Namun, kenyataan membuat keduanya malah menjauh.”“Karena itu aku membelikan ini untukmu sebagai hadiah. Tunggu aku