“Jangan sentuh dia!!” Cegah Bram.
“Kenapa?” Tanya Agen 57.
“Gadis itu memiliki penyakit kulit yang menular,” ujarnya dengan cepat.
Agen 57 menatap ragu wajah Kayla dan mengurungkan niatnya, melihat hal itu Bram tersenyum tipis karna berhasil membodohi Agen 57. Dua jam telah berlalu Kayla masih belum sadarkan diri dari pingsannya, karna rasa penasarannya yang terlalu besar Bram melontarkan pertanyaan kepada Agen 57.
“Kenapa wanita itu tak kunjung siuman?” Tanyanya lirih.
“Dia tidak akan siuman sampai lusa!” Jelas Agen 57.
Bram menatap Hendra dan Agen 57 dengan mata yang membulat sempurna sambil berkata, “Apa yang kau berikan padanya? sehingga dia tak akan bangun.”
“Entah apa yang di buat oleh rekan rahasia Kami, hannya dia yang tahu racikan bius itu,” bisiknya pelan.
Hendra terus menatap Kayla yang terduduk lemah, pandangan matanya tertuju
Kayla duduk menghadap jendela dia melihat sekelompok burung yang terbang ke sana ke mari mencari makanan, terlintas di pikiran Kayla tentang hidupnya selama ini yang terbilang enak dan nyaman kebutuhannya selalu terpenuhi tanpa bersusah payah mencari uang.“Selama ini aku hanya mengandalkan mereka tanpa berusaha sendiri,” gumamnya lirih.“Maaf, Nona Muda tadi bicara apa? saya tidak mendengar secara jelas!” Nuri menghampiri Kayla.“Aku tidak berbicara apa pun, mungkin kamu salah dengar,” Kayla tersenyum manis sambil mengikat rambutnya.Tiba-tiba ia teringat kejadian kemarin malam saat dia di bebaskan dari penyekapan, Kayla pun mengingat-ingat suara yang ia anggap tidak asing di telinganya. Masih berpikir keras di mana dia mendengar suara pria yang telah menyelamatkannya, hampir satu jam Kayla bengong dan hanyut dalam pikirannya sendiri.Dengan suara yang lantang dia berkata, “Aku ingat sekarang! di mana aku
Kayla terus berlari menuju jalan keluar taman dan Rey hanya membuntuti di belakang Kayla karna dia tidak tahu siapa yang akan di temui Kayla saat ini, sesampainya di sana Kayla celingukan mencari ke sana kemari keberadaan orang misterius terebut.“Sebarnya kamu mencari s-siapa, Kay?” Terdengar suara nafas Rey ngos-ngosan.“Orang yang membatuku kemarin!” Jawab Kayla sembari menatap sekeliling.“Coba kau telepon dan tanyakan di mana dia berada,” seru Rey dengan tangan menepuk bahu Kayla.Kayla mengikuti saran dari Rey, dia mencoba menghubungi orang itu tetapi tidak ada jawaban, Kayla terus mencoba tanpa putus asa sambil berjalan menelusuri taman sampai akhirnya Kayla menyadari nada dering handphone yang tak jauh darinya berdiri.“Apa iya orang yang terbaring di kursi itu?” Tanya Kayla pada dirinya sendiri.Kayla mendekati orang yang mengenakan jaket hitam tersebut, sambil terus menghubungi nomor
“Dasar manusia tak punya hati seenak jidatnya kalau berkata, dia pikir aku ini manusia macam apa menuduh orang tanpa bukti?” Gerutu Kayla sembari mondar-mandir di ruang gym.Hatinya masih sangat jengkel dengan ucapan Rey tadi dan mulut Kayla sibuk mengoceh dengan lancar dan jelas tanpa takut mencaci maki Rey, salah satu pelayan yang jatuh hati kepada Rey mendengar ucapan Kayla yang kasar membuatnya kesal dan menghampiri Kayla.“Tolong jaga mulut Nona, jangan sampai tangan ini merobeknya!!” Tangannya saling mencengkeram satu sama lain.“Apa maksud perkataanmu tadi?” Tanya Kayla kepada pelayan itu.“Nona jangan seenaknya mencaci maki Tuan Mudaku! dia itu adalah lelaki sempurna bagi Kami (maksudnya sempurna bagi pelayan wanita).” Jelasnya dengan mata melotot.“Terserah kamu saja, yang jelas bagiku dia tak seistimewa itu!” Mengibaskan rambutnya dan pergi.“Dasar nenek sihir sialan
“Aku hanya asal bicara saja,” sahut Rey cepat.Kayla terdiam sambil menatap keluar jendela, sesekali Rey memperhatikan Kayla yang duduk di belakang tampak wajah Kayla yang sangat kesal, melihat ekspresi Kayla, Rey menghela nafas panjang dan membuangnya secara perlahan dia mencoba merelaksasikan otak dan badannya.“Kenapa kau membuatku terlihat bodoh tadi?” Tanya Kayla sambil mendekatkan wajahnya di bahu Rey.“Tindakanku yang mana membuatmu seperti itu?” Rey menatap Kayla dari spion tengah.“Aaah, sudah lupakan saja!” Ujarnya pelan.“Dasar gadis aneh,” gerutu Rey.Sesampainya di depan pintu gerbang rumahnya, Rey membunyikan klakson terus-menerus namun gerbang itu tak terbuka sedikit pun. Rey kembali membunyikan klakson sampai akhirnya Pak Gede keluar, Pak Gede adalah security senior di rumah Rey.“Kenapa lama sekali membukakan pintu untukku?” Rey berdiri tegak di h
“Kamu temani Ibu di sini! aku mau keluar sebentar,” meletakan kepala Tasya di bantal.“Jangan lama-lama Kak, Tasya takut!” Ucapnya dan menatap Kayla dengan tatapan sendu.“Iya hanya sebentar, kamu jangan keluar dari sini ya!” Senyuman mereka di bibir Kayla, langkah kakinya terhenti saat mendengar pintu kamar ayahnya terbuka.“Hay, apa kabar?” Sapa Bram dan tersenyum sambil melambaikan tangannya ke arah Kayla.“Sini kau! aku mau bikin perhitungan denganmu....” Kayla menendang kaki Bram dengan cukup keras.“Au... apa yang membuatmu semarah itu, Kay?” Bram meringis kesakitan dan tangannya mengelus kakinya.“Apa? kenapa kalian tega membodohiku? kau mau menjelaskan rencana gilamu dengan manusia aneh itu? atau aku akan memaksamu dengan caraku sendiri!” Kayla berdiri tegap di hadapan Bram.“Maksudmu Rey? Kami tidak memiliki rencana apapun,”
“Apa itu mungkin?” Suara Kayla terdengar lirih. “Tentu saja, kamu jangan terlalu khawatir! aku yakin Ayahmu akan baik-baik saja jika rutin meminum obat dan istirahat yang cukup.” Indra merobek resep obat yang ia buat. “Beginilah sifat Kayla Antawiguna suka khawatir berlebihan!” Cibir Rey dengan nada datar. “Apa gunanya Pandai berbicara?” Ketus Kayla. “Pikirkan kesehatan Ayahmu saat ini jangan terlalu memikirkan balas dendam dulu!!” Protes Rey dan beranjak pergi menuju kamarnya. Kayla hanya terdiam termenung memikirkan kondisi ayahnya saat ini, dia juga bingung bagaimana cara menjelaskan kondisi ayah kepada ibu. “Sudah jangan terlalu pusing, coba tenangkan dirimu dulu! lihat kebahagiaan yang terpancar dari raut wajah Ayah, Ibu dan Adikmu. Mereka sangat bahagia bisa bersatu kembali,” tutur Indra dengan lembut, dia mencoba menenangkan pikiran Kayla yang saat ini sedang kacau. “Aku bingung! bagaimana caraku memberitahu Ibu tentang
Tok...! Tok...! Tok...!Bram mengetuk pintu.“Masuk aja pintunya tidak aku kunci,” ucap Kayla, Bram dan Rey masuk ke dalam dan menyapa Erlan dengan ramah.“Bagaimana keadaan Om saat ini?” Sapa Bram.“Ya masih seperti ini, apa kau anak Yoga, sahabatku?” Tanya Erlan.“Bukan Om! saya keponakannya dan dialah anak Om Yoga yang sebenarnya,” jelas Bram dan tangannya mendorong Rey ke depan.“Rupanya kamu telah dewasa, bagaimana kabarmu? Om minta maaf tidak bisa menyelamatkan Papa dan Mamamu!” Ujar Erlan, tampak matanya yang berkaca-kaca.“Sudahlah Om jangan merasa bersalah seperti itu, lagi pula itu sudah berlalu dan kedatangan saya ke sini mau berpamitan dan meminta doa dari Om.” Cakapnya lembut.“Kamu mau pergi ke mana?” Sahut Erlan.“Saya mau pergi keluar negeri besok siang untuk menumpas mereka semua,” tuturnya dengan suara datar.
“Apa yang kamu pikirkan?” Tanya Rey lirih.“A-aku teringat mereka, apakah tidak ada masalah di sana?” Jawab Kayla yang masih memandang ke luar jendela.“Tentu saja keadaan mereka baik-baik saja! penjagaannya sudah aku perketat,” sahut Rey dengan percaya diri.“Baguslah kalau kamu memperhatikan keselamatan kedua rang tua dan adikku, terima kasih banyak Rey!” Pungkas Kayla sambil menatap Rey sebentar.“Hmm...!” Gumam Rey dan segera memalingkan pandangannya.Bram hanya mendengarkan percakapan Kayla dan Rey, pemuda itu tak ikut mengobrol karna dia lagi sibuk melihat handphone-nya untuk memeriksa semua laporan kantor dan laporan dari berbagai mata-mata yang tersebar di berbagai daerah, tak terasa satu jam telah berlalu akhirnya mereka sampai di kediaman Kenken sahabat Rey sewaktu kuliah di Inggris, Kenken adalah orang yang baik dan berbudi luhur dia tak pernah memandang rendah siapa pun karna m
“Terima kasih untuk tetap hidup. Saat itu dadaku terasa sesak dan akan meledak melihatmu tak sadarkan diri,” Rey mengungkapkan semua yang ia rasakan di kala Kayla tertembak. “Kenapa kau melakukan itu semua? Apa kau memiliki sembilan nyawa!?” Rey menimpali perkataannya. “A-aku....” ucapan Kayla tertahan dan jarinya tak berhenti memainkan cincin yang ia kenakan. Rey mendekatkan tubuhnya dan memeluk Kayla dengan sangat erat. “Tetaplah hidup sehat dan berdiri tegak bersamaku di sini. Aku ingin menikahimu dan memiliki anak kembar yang mirip sepertimu! Dan aku mau melihatmu dengan rambut keabuan,” Rey menatap Kayla dengan tatapan mata yang sayu. Mendengar ucapan Rey, air mata Kayla menetes dan gadis itu memeluk erat pria yang ada di hadapannya itu, tangisan Kayla semakin menjadi-jadi membuat Rey khawatir. “Apa yang kau rasakan? Apa lukanya masih sangat sakit? Kay jawab pertanyaanku ini, jangan di
Telepon genggam Rey berdering terlihat jelas nama Tasya di layar, Rey menghela nafas panjang dan mengangkat panggilan tersebut.“Ada apa Sya?”“Benarkah? Aku segera ke sana,” Rey bergerak dengan sangat gelisah.“Apa yang terjadi Rey, kenapa kau terlihat gelisah seperti itu?” tanya Bram dengan mata menyipit.“Kayla sudah siuman.”“Kenapa lift ini bekerja dengan sangat lambat!!” imbuhnya sembari menendang pintu lift.“Sabar Rey,” ujar Bram.Rey berlari kecil sesaat pintu lift terbuka, ketika berada di depan pintu pemuda itu merapikan baju dan rambutnya. Padahal baju dan rambutnya masih tertata rapi. Perlahan ia membuka pintu dengan wajah yang semringah dia menghampiri Kayla yang masih terbaring lemah di ranjang.“Bagaimana keadaanmu? Bagian tubuh mana saja yang sakit? Apa ka
“Sebaiknya kalian pergi dari sini!” usir Rey dengan nada datar.Tasya melirik pemuda itu dengan lirikan mata yang sangat tajam, namun lirikan mata Tasya tak membuat Rey takut atau pun goyah. Bahkan pemuda itu kini semakin menekankan suaranya dan dia mengulang ucapannya lebih dari empat kali hanya untuk membuat sepasang sejoli tersebut segera meninggalkan kamar Kayla.Bram berdecap, “Rey... Rey... dari dulu kok enggak berubah-berubah.”“Oh, jadi kau mau lihat aku berubah. Baiklah aku akan berubah menjadi Spiderman agar kalian bahagia,” celetuk Rey.“Hahaa, enggak lucu, Bang!” ketus Tasya dengan mata yang melirik tajam kearah Rey.Rey melangkahkan kakinya menuju pintu dan tangannya meraih gagang pintu, membuka lebar pintu tersebut seraya mengangkat kedua alisnya dan menatap ketiga orang yang masih duduk santai di sofa.“Apa yang ka
“Pasien luka tembak di dada. Sudah mendapat infus,” jelas perawat yang masih mendorong bad yang Kayla tiduri.“Luka tembak? Bawa ke ruang operasi.” Ucap Dokter Yudo.“Sudah berapa lama?” tanya Dokter Yudo dengan sorot mata serius.“Sekitar 15 menit transportasinya, kami sudah Resusitasi.” Imbuh perawat wanita itu sambil memasang oksigen. (Resusitasi adalah suatu tindakan darurat sebagai suatu usaha untuk mengembalikan keadaan henti nafas atau henti jantung ke fungsi optimal guna, mencegah kematian biologis.)“Cek organ vitalnya. Siapkan infus dan hitung darah lengkap!” pinta Dokter Yudo dengan tegas.Suasana di dalam ruangan UGD sangat tegang dan beberapa dokter dan perawat sibuk mempersiapkan alat untuk pengecekan kondisi Kayla lebih lanjut.“Tekanan darahnya 60 per 40. Saturasi darah 80.” Ungkap asisten dokter yang bertugas mem
mobil berwarna silver dari arah lain mengerem mendadak membuatnya hilang kendali dan mobil tersebut mendekat ke arah Kayla. Mata Kayla mendelik mendapati mobil itu melayang ke arahnya, untungnya gadis itu bisa segera menghindar dan berlindung di bawah mobil yang terparkir di sisi bahu jalan.Baru saja keluar dari kolong mobil Kayla suda di sambut tendangan dari bodyguard Indra, yang membuatnya tersungkur dan hidungnya mengeluarkan dara. Kayla mengusap hidungnya kasar dan dengan beringasnya Kayla melayangkan pukulan dan tendangan ke arah pria yang telah menendangnya barusan, wajah bodyguard tersebut di sodok degan sikunya hingga bercucuran darah. Tak cukup di situ Kayla kini membabi buta menyerang semua bodyguard Indra sampai dia nekat memecahkan kaca jendela mobil dan meraih serpihan kaca tersebut dan di lemparkannya ke arah lawannya.“Kay, cepat masuk!” pekik Rey di sisi jalan.Ketika Kayla hendak melangkahkan kakinya, Indra melesi
Hendra sudah tak bisa menahan emosinya, sehingga dia langsung melayangkan tendangan ke arah Indra dan semua anak buah Indra menodongkan pistol ke arah mereka semua. Rencana cadangan Rey pun gagal karna tindakan Hendra yang gegabah dan kini mereka harus berjuang dengan kemampuan yang ada dan saat ini mereka hanya memiliki beberapa anggota saja yang tersisa. “Kenapa kau melakukan ini?!” bentak Bram dengan mata melotot. “Iblis itu harus mati, Bang!!” sarkasnya penuh kebencian. Suara tembakan menggema di ruangan beberapa warga mengintip dari rumah mereka masing-masing dan salah satu tetangga Kayla melaporkan hal tersebut ke polisi. Semua kaca hancur berhamburan karna tembakkan dan jasad tergeletak di mana-mana, tak ada yang menjamin hidup atau pun keselamatan mereka. Kehancuran yang sesungguhnya kini telah di mulai. “Hai....” Pekik Indra seraya melepaskan tembakkan ke udara. “Buang semua senjata kalian ata
Terdengar suara tawa yang sangat familier di telinga mereka, beberapa pasang mata menatap serius seseorang yang mengenakan topeng yang saat ini sedang duduk santai di sofa. Tiba-tiba tawanya terhenti dan tatapan dinginnya membuatnya semakin terlihat sangat kejam.“Apa yang kau pikirkan Rey?” tanya Kayla yang kini tersenyum masam di hadapan Rey.Rey masih menatap serius pria tersebut, perlahan dia melangkahkan kakinya mendekat lemari kaca yang di penuhi darah.“Apa kau masih tidak mengenali si bangsat, itu?” tanya Kayla geram.Dengan ragu Rey menjawab pertanyaan Kayla. “I-indra...,"Setelah mendengar ucapan Rey, Kayla menyelinap masuk ke sebuah kamar dan pergerakan Kayla di ikuti oleh Rey yang berjalan di belakangnya.“Kenapa kau mengikutiku?” tanya Kayla dengan mata mendelik.“Aku perlu mendengar penjelasanmu,” kata Rey lirih.
“Pekerjaan kita belum selesai Kawan! Biang kerok di balik masalah ini belum diketahui!!” tegas Kayla sembari tangannya meraih alat bor di dinding.“Apa maksudmu, Kay?” tanya Bram dengan tatapan penuh.Kayla berjalan di hadapan semua orang, dia mengelus-elus alat bor yang ia bawa dengan tersenyum jahat, semua orang yang berada dalam ruangan sangat tak nyaman dengan sikap Kayla yang terbilang sangat aneh.“Kau mau tahu? Siapa mata-mata baru yang melaporkan pergerakan kita terakhir kali? Sehingga membuat kedua orang tuaku meninggal dan mendesak Ibu menjadi kambing hitam dari segala kekacauan ini dan hal itu untuk mengalihkan niatku dari awal!” pungkas Kayla dengan amarah yang sangat berkobar-kobar.“Kakak lagi bicara apa? Tasya enggak mengerti maksud ucapan Kakak...,” ujar Tasya dengan mata yang berkaca-kaca.“Kau sekarang harus lebih kuat Sya! Dan pahami keadaan saat
Tasya melirik Bram yang masih bengong dan gadis itu mengguncang tubuh Pria yang duduk di sebelahnya dan melontarkan pertanyaan.“Apa yang kau pikirkan, Bram? Apa kau mendengar perkataanku tadi?” kata Tasya pelan.“Aku mendengarnya dengan cukup jelas!” sahut Bram.“Lalu kenapa kau tak segera menjawabnya?” Tasya beranjak dari tempat duduknya.“Ini semua sudah menjadi jalan takdir kalian berdua, berusahalah menjadi gadis yang tangguh! Sedikit mengertilah dengan situasi ini, tak semua yang kau lihat itu benar,” Bram memaparkan segalanya dengan suara yang lembut nan mendayu.“Apa mungkin aku bisa? Hatiku sakit tanpa alasan Bram.” Tasya mengelus dadanya dan air mata perlahan menetes.“Yakinlah pada dirimu sendiri! Jangan mengekang hati dan pikiranmu,” Bram menyekat air mata Tasya.Pemuda manis tersebut memeluk Tasya dan tanganny