“Dasar manusia tak punya hati seenak jidatnya kalau berkata, dia pikir aku ini manusia macam apa menuduh orang tanpa bukti?” Gerutu Kayla sembari mondar-mandir di ruang gym.
Hatinya masih sangat jengkel dengan ucapan Rey tadi dan mulut Kayla sibuk mengoceh dengan lancar dan jelas tanpa takut mencaci maki Rey, salah satu pelayan yang jatuh hati kepada Rey mendengar ucapan Kayla yang kasar membuatnya kesal dan menghampiri Kayla.
“Tolong jaga mulut Nona, jangan sampai tangan ini merobeknya!!” Tangannya saling mencengkeram satu sama lain.
“Apa maksud perkataanmu tadi?” Tanya Kayla kepada pelayan itu.
“Nona jangan seenaknya mencaci maki Tuan Mudaku! dia itu adalah lelaki sempurna bagi Kami (maksudnya sempurna bagi pelayan wanita).” Jelasnya dengan mata melotot.
“Terserah kamu saja, yang jelas bagiku dia tak seistimewa itu!” Mengibaskan rambutnya dan pergi.
“Dasar nenek sihir sialan
“Aku hanya asal bicara saja,” sahut Rey cepat.Kayla terdiam sambil menatap keluar jendela, sesekali Rey memperhatikan Kayla yang duduk di belakang tampak wajah Kayla yang sangat kesal, melihat ekspresi Kayla, Rey menghela nafas panjang dan membuangnya secara perlahan dia mencoba merelaksasikan otak dan badannya.“Kenapa kau membuatku terlihat bodoh tadi?” Tanya Kayla sambil mendekatkan wajahnya di bahu Rey.“Tindakanku yang mana membuatmu seperti itu?” Rey menatap Kayla dari spion tengah.“Aaah, sudah lupakan saja!” Ujarnya pelan.“Dasar gadis aneh,” gerutu Rey.Sesampainya di depan pintu gerbang rumahnya, Rey membunyikan klakson terus-menerus namun gerbang itu tak terbuka sedikit pun. Rey kembali membunyikan klakson sampai akhirnya Pak Gede keluar, Pak Gede adalah security senior di rumah Rey.“Kenapa lama sekali membukakan pintu untukku?” Rey berdiri tegak di h
“Kamu temani Ibu di sini! aku mau keluar sebentar,” meletakan kepala Tasya di bantal.“Jangan lama-lama Kak, Tasya takut!” Ucapnya dan menatap Kayla dengan tatapan sendu.“Iya hanya sebentar, kamu jangan keluar dari sini ya!” Senyuman mereka di bibir Kayla, langkah kakinya terhenti saat mendengar pintu kamar ayahnya terbuka.“Hay, apa kabar?” Sapa Bram dan tersenyum sambil melambaikan tangannya ke arah Kayla.“Sini kau! aku mau bikin perhitungan denganmu....” Kayla menendang kaki Bram dengan cukup keras.“Au... apa yang membuatmu semarah itu, Kay?” Bram meringis kesakitan dan tangannya mengelus kakinya.“Apa? kenapa kalian tega membodohiku? kau mau menjelaskan rencana gilamu dengan manusia aneh itu? atau aku akan memaksamu dengan caraku sendiri!” Kayla berdiri tegap di hadapan Bram.“Maksudmu Rey? Kami tidak memiliki rencana apapun,”
“Apa itu mungkin?” Suara Kayla terdengar lirih. “Tentu saja, kamu jangan terlalu khawatir! aku yakin Ayahmu akan baik-baik saja jika rutin meminum obat dan istirahat yang cukup.” Indra merobek resep obat yang ia buat. “Beginilah sifat Kayla Antawiguna suka khawatir berlebihan!” Cibir Rey dengan nada datar. “Apa gunanya Pandai berbicara?” Ketus Kayla. “Pikirkan kesehatan Ayahmu saat ini jangan terlalu memikirkan balas dendam dulu!!” Protes Rey dan beranjak pergi menuju kamarnya. Kayla hanya terdiam termenung memikirkan kondisi ayahnya saat ini, dia juga bingung bagaimana cara menjelaskan kondisi ayah kepada ibu. “Sudah jangan terlalu pusing, coba tenangkan dirimu dulu! lihat kebahagiaan yang terpancar dari raut wajah Ayah, Ibu dan Adikmu. Mereka sangat bahagia bisa bersatu kembali,” tutur Indra dengan lembut, dia mencoba menenangkan pikiran Kayla yang saat ini sedang kacau. “Aku bingung! bagaimana caraku memberitahu Ibu tentang
Tok...! Tok...! Tok...!Bram mengetuk pintu.“Masuk aja pintunya tidak aku kunci,” ucap Kayla, Bram dan Rey masuk ke dalam dan menyapa Erlan dengan ramah.“Bagaimana keadaan Om saat ini?” Sapa Bram.“Ya masih seperti ini, apa kau anak Yoga, sahabatku?” Tanya Erlan.“Bukan Om! saya keponakannya dan dialah anak Om Yoga yang sebenarnya,” jelas Bram dan tangannya mendorong Rey ke depan.“Rupanya kamu telah dewasa, bagaimana kabarmu? Om minta maaf tidak bisa menyelamatkan Papa dan Mamamu!” Ujar Erlan, tampak matanya yang berkaca-kaca.“Sudahlah Om jangan merasa bersalah seperti itu, lagi pula itu sudah berlalu dan kedatangan saya ke sini mau berpamitan dan meminta doa dari Om.” Cakapnya lembut.“Kamu mau pergi ke mana?” Sahut Erlan.“Saya mau pergi keluar negeri besok siang untuk menumpas mereka semua,” tuturnya dengan suara datar.
“Apa yang kamu pikirkan?” Tanya Rey lirih.“A-aku teringat mereka, apakah tidak ada masalah di sana?” Jawab Kayla yang masih memandang ke luar jendela.“Tentu saja keadaan mereka baik-baik saja! penjagaannya sudah aku perketat,” sahut Rey dengan percaya diri.“Baguslah kalau kamu memperhatikan keselamatan kedua rang tua dan adikku, terima kasih banyak Rey!” Pungkas Kayla sambil menatap Rey sebentar.“Hmm...!” Gumam Rey dan segera memalingkan pandangannya.Bram hanya mendengarkan percakapan Kayla dan Rey, pemuda itu tak ikut mengobrol karna dia lagi sibuk melihat handphone-nya untuk memeriksa semua laporan kantor dan laporan dari berbagai mata-mata yang tersebar di berbagai daerah, tak terasa satu jam telah berlalu akhirnya mereka sampai di kediaman Kenken sahabat Rey sewaktu kuliah di Inggris, Kenken adalah orang yang baik dan berbudi luhur dia tak pernah memandang rendah siapa pun karna m
Dua hari telah berlalu masih tak ada pergerakan dari Agen 57 dan kelompoknya membuat Rey, Kayla dan Bram bingung menghadapi hal tersebut, Kayla hanya diam memperhatikan Rey dan Bram mengubah rencana mereka semula dan menyusun strategi baru yang akan mereka lakukan selama di Jepang, tak lama saat mereka bertiga diskusi Kenken masuk ke dalam ruangan dan ikut bergabung dalam obrolan mereka di situ Kenken bersedia membantu dia juga telah menyiapkan beberapa mobil untuk transportasi buat Rey, Kayla dan Bram. Dan Kenken juga memberi sejumlah senjata beserta anak buahnya untuk membantu Rey menyelidiki orang yang selama ini membuat bencana di keluarga mereka bertiga (Rey, Kayla dan Bram), obrolan mereka berempat terhenti saat pelayan Kenken mengetuk pintu dan memberitahunya bahwa ada seseorang yang datang untuk menemui Kenken karna Kenken.Karna diskusi terhenti Kayla keluar mencari udara segar dan Rey mengikuti langkah kaki Kayla, tak sengaja kaki gadis itu tergelincir membuatnya te
Rey menghampiri Irwan yang meringkuk di bawah tangga, belum sempat tangan Rey meraih Irwan, kedatangan petugas keamanan bandara mengejutkannya.“Ugokanai de!! (diam di tempat jangan bergerak!!)” Teriak salah satu petugas.Semua orang yang ikut berkelahi mengangkat tangan tanpa terkecuali. Orang-orang yang menonton di sekitar seketika bubar dan kembali ke tempat duduk mereka dan ada juga yang melanjutkan pekerjaan mereka masing-masing.“Watashi o tasuketekudasai!(tolong bantu saya!)” ucap Irwan sambil merangkak mendekati petugas keamanan.Salah satu petugas mendekati Irawan dan membantunya pergi ke rumah sakit untuk mengobati luka-lukanya, sedang kan Rey, Bram dan Kayla beserta para bodyguard Irwan di bawa ke kantor polisi untuk di interogasi, Rey adalah orang pertama di minta penjelasan oleh polisi dan dia menceritakan semua yang ia lalui dan apa yang menjadi alasan utamanya memukuli Irwan tanpa belas. Setali tiga uang dengan
Sang matahari telah terbit menyinari seluru dunia, burung-burung berkicau dengan suara yang merdu membuat suasana pagi semakin indah. sebagian ibu-ibu dan bapak-bapak berjalan menyusuri jalan menuju ladang dan perkebunan teh, hari yang cerah membuat semangat mereka menggebu-gebu, Bram yang selesai mandi membangunkan Rey yang masih tertidur pulas.“Bangun Rey! apa kau tak ingin melihat pemandangan di pagi ini?” Mengguncang badan Rey.“Emang, ada apa di luar sana?” tanyanya pelan dan berpaling lalu menarik selimutnya.“Ayo bangun! nanti kau akan tahu sendiri...,” ujar Bram sembari menyisir rambutnya.“Ok, aku bangun... kau bangun jam berapa Bram?” tanya Rey yang kini duduk di pinggir ranjang.“Jam lima, tapi aku mandi menit menit yang lalu karna cuaca di sini sangat dingin,” tuturnya dan melempar handuk kearah Rey.Bram berlalu meninggalkan Rey di d