Share

Sok Akrab

Penulis: MidnightKalopsia
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Tiga jam berlalu semenjak rombongan meninggalkan gerbang istana. Sorak-sorakan penduduk yang berdiri di sepanjang jalan terdengar riuh dan ramai. Mereka menyerukan kata-kata semangat dan harapan. Kini mereka melewati jalur yang lebih tenang. Zhura melirik ke arah kanan. Arlia terlihat mengendarai kudanya dengan punggung membungkuk. Rautnya yang tertutupi tudung, sulit dilihat karena gadis itu menunduk. Kedua tangan gadis itu erat menggenggam tali kekang kuda hingga jari-jarinya memerah.

Dia tidak melirik atau pun mengajak berbicara. Bahkan dari cara ia melajukan kudanya, gadis itu seperti menjaga jarak dari Zhura. Aroma manis tercium, Zhura mendongakkan kepala. Kabut berwarna merah muda mengepul di antara pepohonan. Mereka persis seperti permen kapas raksasa yang tergantung di atas hutan. Para gadis lain pun tampak sama terperangahnya. Mereka terpana seraya mengucapkan kata-kata kekagumannya atas benda merah muda itu.

Kabut merah muda itu turun semakin ke bawah saat rombongan masuk l
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • The Cursed Journey Of Zhura   Serangan Hel

    "Zhura!"Sebuah pukulan mendarat di bahunya membuat Zhura terkesiap. Valea berdiri di samping pembaringannya. Dengan wajah panik ia tiba-tiba menarik Zhura berdiri begitu saja."Bodoh, kau tidur seperti orang mati saja! Aku sudah memanggilmu ratusan kali!" seru gadis merah itu marah. Belum juga Zhura mencerna situasi, Valea sudah kembali berseru. Ia melemparkan tas dan pedang Zhura dengan tergesa, "Urus perlengkapanmu! kita dalam terdesak! Ayo, keluar!"Tentu saja rasa kantuk dicabut paksa darinya. Zhura mengedarkan pandangan ke penjuru tendanya yang kosong, sebelum melangkah keluar. Baru satu pijakan ia tempatkan di tanah, sesuatu sudah lebih dulu datang menerjang. Tubuh Zhura yang belum siap sontak terjatuh ke tanah. Bulu kuduknya merinding ketika suara geraman makhluk yang menindihnya keluar.Ini buruk!"Aakh!" Zhura berusaha mengambil pedangnya yang terlempar, tapi dia terlalu jauh untuk menggapainya. Keadaan semakin memburuk ketika ia melihat tangan dingin misterius beraroma busu

  • The Cursed Journey Of Zhura   Danau Misterius

    "Selain mengacaukan persediaan, para Hel juga melepaskan kuda-kuda kita," gerutu Asyaralia sambil menyalakan api pada sebatang kayu.Aryana membenarkan posisi tasnya, "Tidak apa-apa. Berkat penglihatan Inara, kita bisa meminimalisir risiko korban karena lebih dulu bersiap. Terima kasih, Inara.""Saya hanya melakukan tugas saya, Yang Mulia," jawab Inara tersenyum manis.Pada saat yang sama, mata Zhura justru mendapati drama curi-curi pandang antara gadis merah dan si pembuat obor. Terkadang Valea yang diam-diam memerhatikan setiap gerakan Asyaralia, tapi ketika pemuda itu mengangkat pandangan padanya, gadis merah itu pura-pura memeriksa perlengkapannya."Karena kuda-kuda kita pergi entah ke mana, jadi kita akan berjalan kaki. Pastikan sepatu kalian terpasang dengan nyaman atau kaki kalian akan sakit. Periksa juga barang kalian, jangan sampai ada yang tertinggal. Kita harus keluar dari wilayah ini sebelum pagi datang, jadi kita mungkin akan berjalan cepat."Mendengar penuturan Aryana, Z

  • The Cursed Journey Of Zhura   Berenang

    "Aku hanya menyebrangkan orang enam belas tahun sekali. Sebelumnya tidak pernah ada pemuda yang ikut dalam perjalanan gadis suci." Centaurus bertopi bulat besar yang sejak tadi mendayung di belakang Arlia tiba-tiba bersuara. Aryana menoleh, "Kami dalam keadaan mendesak.""Jaga pikiran kalian, jangan biarkan itu kotor jika kalian tidak mau tertimpa kesialan," timpal juru kemudi itu. Semua penumpang di perahu sontak menatapnya dengan kening membentuk kerutan sempurna."Paman, apa maksud Anda dengan pikiran yang kotor?" tanya Luther yang duduk di samping Aryana."Bersikap fleksibel dalam kehidupan. Seseorang yang kurang pengetahuan, akan terkurung dalam kesengsaraan dinding ketidaktahuan. Pada akhirnya pribadi mengeras seperti batu di dasar danau, kuat tapi terlupakan. Kepandaian bukan terletak pada jawaban, tapi pada pertanyaan. Oleh sebab itu kita tidak boleh berhenti bertanya dan tetap waspada," jelasnya.Zhura menelan ludah, tersenyum kikuk saat matanya bertemu pandang dengan sosok

  • The Cursed Journey Of Zhura   Arus

    Byur!Tubuh Zhura mengejang tidak lama setelah ia melompat. Dari bawah air, perahu terlihat seperti bayangan besar yang tidak stabil. Terombang-ambing ke kanan dan ke kiri. Air danau dengan cepat menyerap ke dalam, membawa suhu dingin untuk menusuk tulangnya. Ia tidak begitu pandai berenang, tapi sistem pergerakannya masih bekerja, jadi ia bisa mengusahakan tubuhnya tidak tenggelam.Ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Enam gadis lain terlihat sedang beradaptasi dengan air. Tak lama setelahnya Valea menunjuk dasar danau. Mereka semua mengerti, lantas mulai berenang ke dasar. Di dasar danau tersebut terlihat ada eksistensi sebuah objek. Benda berkilauan, yang dikira adalah barang yang sengaja dibuang ke danau ternyata adalah cermin besar. Seorang gadis mengulurkan jemarinya mengusap permukaan cermin itu. Tak disangka tangannya menembus. Mereka semua sontak saling bertemu pandang, kemudian memberikan kode satu sama lain. Diawali Valea, satu per satu gadis suci masuk ke dalam cerm

  • The Cursed Journey Of Zhura   Dunia Bawah Air

    "Kau yakin ini tidak apa-apa?""Tidak ada pilihan lain. Jangan khawatir, mereka akan segera sadar," sahut Valea yang kini sibuk menyandarkan tubuh seorang gadis di balik batu besar. Satu gadis lain yang juga tak sadarkan diri, sudah lebih dulu disandarkan di sana. Alih-alih membuat rencana yang aman, Valea justru membuat rencana yang bisa dibilang nyeleneh."Aku hanya membuat mereka pingsan, kenapa kalian menatapku seperti melihat seorang kriminal?""Kau baru saja merampok mereka!" sahut Zhura disambut anggukan dari para gadis."Terserah!" Setelah kegiatan "menyembunyikan tubuh dua orang asing di balik batu" selesai, Valea meraih bingkisan besar yang tergeletak di sampingnya. Sebuah gaun hijau terlihat menyembul, saat gadis merah itu menyingkap kain yang membungkus bingkisan. Tidak menunggu lama, ia segera menutup kembali bingkisan itu dengan senyum yang terlihat sama merepotkan."Waktu kita tinggal sedikit, sekarang apa?" tanya seorang gadis bernama Maris."Tiga orang gadis tetap di

  • The Cursed Journey Of Zhura   Kacau

    Aryana menelan ludahnya gugup. Dirinya semakin dilanda keresahan. Ia ingin pergi menyelamatkan adiknya dan gadis-gadis suci itu, tapi di sisi lain danau itu tidak menerima eksistensinya sebagai setengah manusia dan setengah elf. "Maaf, bolehkah saya menanyakan sesuatu?" tanyanya duduk di dekat centaurus tua si juru kemudi."Tentu," jawab juru kemudi itu."Anda tahu jika saya dan adik saya bukanlah manusia murni, tapi bagaimana bisa Scabious itu membawa adik saya ke dunia mereka? Bukankah mereka hanya menerima manusia?""Pada dasarnya semua ras dari semua makhluk adalah musuh Scabious. Tapi, dibanding kebencian terhadap ras lain, kepada manusialah yang masih bisa diterima dengan jantung mengecil," jelas centaurus tua itu.Aryana melirik Luther dan Vilois yang juga diam-diam mendengarkan percakapan mereka. "Jantung mengecil?" tanya pemuda itu."Maksudnya berat hati." Juru kemudi itu melepas topi bundarnya, menatap lurus Aryana. "Tidak ada kriteria khusus untuk para Scabious menjadikan m

  • The Cursed Journey Of Zhura   Letupan

    "Valea, jangan!""Minggir! Akan kuhabisi si cengeng ini!!"Sekuat tenaga Zhura menahan kekuatan Valea yang seperti monster. Beberapa kali Valea berusaha memberontak, tapi Zhura menahannya sekuat tenaga hingga cahaya merah dari tangan gadis itu akhirnya terlempar menghantam dinding batu."Kumohon, ini bukan waktu yang tepat. Jangan berkelahi di sini, waktu kita tinggal sedikit." Zhura menggenggam kedua tangan Valea, menjaga tatapan mereka terhubung. ""Zhura benar." Yiwen mengangguk-angguk, menepuk bahu Maris yang mulai tenang."Valea, aku tidak menyalahkanmu karena menyihirku jadi kepiting. Itu memang bukan hal yang buruk, karena nyatanya aku bisa kembali jadi manusia. Tapi mungkin lain kali, kita bisa berdiskusi lebih dulu karena kita ini satu grup. Kita akan mati jika tidak bekerja sama, jadi kumohon berbaikanlah."Valea berdecak, menghempaskan tangan Zhura menjauh. Gadis merah itu kemudian menyilangkan tangan di depan dadanya. Ia berujar, "Bukankah kedinginan dan kehilangan efek ra

  • The Cursed Journey Of Zhura   Ketakutan

    "Aku baik-baik saja," ujar Valea berusaha bangkit, tapi luka-lukanya membuat gadis merah itu kembali jatuh. Menyusul, seruan Yiwen terdengar dari arah belakang. Gadis itu berlutut dengan keadaan yang jauh lebih buruk daripada Valea. Sekujur tubuhnya berlubang akibat sisik emas yang dilesatkan wanita scabious itu. Darah segar dengan cepat mengalir dari celah-celah tubuhnya menggenangi lantai."Kau melukai teman-temanku!" Zhura berseru."Masa bodoh!" Wanita bersisik yang langsung menatapnya dengan mata mengerikan. Belum sempat Zhura memikirkan hal itu lebih lanjut, wanita scabious itu sudah lebih dulu melesat padanya."Hentikan! Apa yang kau lakukan adalah kesalahan! Menculik sembarang orang lalu menjadikan mereka pasangan sangat tidak bemoral! Hentikan ini!!" Zhura berusaha menguatkan kuda-kudanya saat wanita bersisik itu berusaha menyudutkannya."Dia harus menjadi milikku! Selamanya milikku! Kalian para pengganggu akan mati!!" jawab wanita itu menarik dorongannya tiba-tiba. Sontak saj

Bab terbaru

  • The Cursed Journey Of Zhura   Kasih Tanpa Batas Waktu

    Langkah kaki menapaki satu demi satu langkah. Aroma kayu-kayuan yang samar tercium saat ia akhirnya sampai di tempat penuh pepohonan itu. Suara hewan-hewan malam lebih nyenyat karena beberapa di antaranya berhibernasi. Malam yang dingin menjadi sepi yang menghanyutkan. Seperti kunang-kunang yang terbang untuk melihat cahaya sendiri di kepingan salju, Zhura melawan segala macam kegundahan demi memastikan sendiri jawaban atas kebingungannya.Dan di sinilah ia sekarang, terpaku. Tepat seperti ingatannya, ada rumah kayu di hutan. Rumah ini kembali untuknya, atau ia yang kembali untuk rumah itu? Sesaat Zhura menarik napas panjang lalu mulai mengetuk pintunya. Tak ada seorang pun yang merespon, tapi daun pintunya terbuka sendiri. Angin bertiup dari dalam, memadamkan lenteranya. Saat itu juga ingatan kejadian-kejadian aneh kembali menyerangnya. Ditinggalkan lenteranya, mengikuti suara di kepalanya yang mengajaknya masuk lebih dalam."Ra ...?"Satu langkahnya memasuki ruangan terasa bak dentu

  • The Cursed Journey Of Zhura   Geletar Jiwa

    Tengah malam saat Zhura masih saja termenung di kamarnya. Ia terus terngiang-ngiang perkataan ibunya mengenai dunia lain yang kakeknya percayai. Lalu, sosok bermata violet yang mendatangi ibunya. Zhura yakin pernah bertemu dengannya. Tapi, kapan? Diraihnya buku tua di atas ranjang, ia membuka halaman demi halaman. Berbagai gambar dan kalimat ditampilkan di dalamnya dengan pudar. Tintanya tergerus waktu, menipis semakin tak terlihat.Gadis itu mengernyitkan kening saat melihat gambar dua ekor naga yang digambarkan kakeknya. Tak lama ia terperangah saat bayangan pertempuran besar terkilas di dinding kamarnya. Ia bergegas keluar, menapaki tangga dan berakhir di halaman rumahnya. Bulan tidak tampak, salju terlalu serakah menghujani malam. Ditatapnya gelang di sebelah tangannya, Zhura yang begitu frustasi lantas berusaha melepaskan paksa benda itu.Tapi, gagal. Gelang itu tak bisa terlepas. Kepasrahan menerjangnya, ia kelelahan menerka apa yang terjadi pada dirinya. Zhura jatuh terbaring d

  • The Cursed Journey Of Zhura   Segenggam Hati

    Beberapa hari terakhir berjalan dengan begitu melelahkan. Banyak orang mendatanginya untuk bertanya tentang keadaannya. Entah hanya untuk memenuhi rasa penasaran atau sampai dimuat di surat kabar. Kepergian Zhura yang sebenarnya hanya semalam menggegerkan seluruh warga. Mereka mulai memikirkan spekulasi yang tak berdasar seperti adanya penyihir jahat yang bersembunyi di hutan atau kemungkinan adanya kekuatan misterius yang melingkupi tempat itu. Zhura bahkan terlalu lelah untuk menjelaskan bahwa tak ada apapun yang terjadi, tapi pada kesempatan itu tak ada orang yang mendengarnya. Orang-orang itu malah semakin meningkatkan ketakutan mereka terhadap hutan tersebut. Sedikit demi sedikit rumor hutan itu menyebar, membuat tak seorang pun yang berani mendekat atau memasukinya. Satu bulan kemudian, kehebohan sudah mereda, tetap saja kawasan hutan itu nihil dari lalu lalang.Libur akhir tahun tiba, hari-hari yang ramai di desa menjadi semakin ramai. Berbagai festival dan perayaan diadakan d

  • The Cursed Journey Of Zhura   Firasat

    Aroma kayu-kayuan yang segar merisak penciumannya. Gelugutnya dingin membaur dari permukaan tempatnya terbaring. Satu dua embun menetes di wajahnya yang pucat. Pada saat matahari terbit lebih tinggi, mengantarkan kilau hangat yang membuatnya terjaga. Mata hijaunya beralih dari pohon satu ke pohon lain, ia berada di hutan. Tubuhnya segera terperanjat bangkit. Disingkirkannya salju yang menutupi sekujur tubuh seraya menatap ke sekeliling."Kenapa aku tidur di sini?"Gadis itu terlihat kebingungan, seakan-akan ia tak ingat dengan apa saja yang sudah ia lalui. Pada saat ia sibuk mencari tahu situasinya, suara langkah kaki terdengar mendekat."Hei, dia ada di sini!" Seorang yang ia kenali sebagai tetangganya mendekat, ia berteriak memanggil teman-temannya. Orang itu memperhatikan penampilan Zhura yang acak-acakan, lalu menanyainya banyak pertanyaan mengenai keadaannya. Tak lama kemudian orang-orang lain datang. Mereka tergopoh-gopoh mendekat dengan wajah lega."Zhura!" Seorang wanita paruh

  • The Cursed Journey Of Zhura   Kepergian

    "Tunggu!"Arlia berbalik saat ia mendengar seseorang menyerukan namanya. Gadis itu terlonjak saat melihat Ramia mendekat dengan napas tersengal-sengal. Sepertinya ia baru saja berlari mengejarnya sampai di dermaga."Kenapa sangat mendadak? Anda benar-benar harus pergi?" tanya Ramia gusar. Di balik jubahnya, pemuda itu masih menggunakan baju tidur. Ia belum bersiap saat mendengar kabar kepergian Arlia dari Inara. Dengan keadaan seadanya, ia melajukan kudanya mengejar Arlia yang hampir saja berangkat."Aku akan pergi ... sangat jauh," ujar Arlia.Keramaian yang ada di sekitarnya tiba-tiba senyap, seluruh perhatian pemuda itu terpusat pada bagaimana Arlia kini menatapnya dengan berkaca-kaca. Sisi yang selalu disembunyikannya rapat-rapat, ini pertama kalinya Ramia melihat betapa rapuhnya sosok itu."Kau pasti sudah tahu kalau keputusannya sudah dibuat. Yang Mulia Raja memberikan keringanan hukuman karena kontribusi ayahku pada bidang pemerintahan sebelumnya. Penyesuaian sudah disetujui ol

  • The Cursed Journey Of Zhura   Perpisahan

    Keesokan harinya, orang-orang berkumpul di balai. Pagi yang hangat mengalirkan arus sendu di wajah mereka. Setelah sekian kegiatan penghormatan, kini saat untuk Zhura pergi tiba. Tepat di tengah-tengah ada pintu portal yang dibukakan oleh sepuluh orang. Mereka berdiri berhadapan di sisi jalan, di mana Zhura akan melangkah memasuki portal itu. Dipeluknya teman-teman dengan erat tanda perpisahan. Zhura menarik sudut bibirnya untuk memberikan ketenangan pada setiap pribadi yang muram."Jaga dirimu baik-baik," ujar Valea."Jangan pernah lupakan kami, ya?" Inara membuat raut sedih.Melihat tingkah temannya itu, Zhura pun menahan gelak. "Jangan khawatir. Aku pasti akan baik-baik saja dan akan selalu mengingat kalian semua.""Awas saja kalau kau ingkar janji." Valea membuat gerakan memotong leher.Tawa pecah dari bibir Zhura, ia berpindah pada Arlia. Mereka tersenyum satu sama lain sebelum kemudian berpelukan. Gadis itu terlihat lebih terbuka dan hangat, itu perkembangan yang baik.Melepaska

  • The Cursed Journey Of Zhura   Hati

    Malam perayaan dilaksanakan penuh suka cita. Spemua orang di seluruh dataran kini berdiri di bawah langit malam yang bertabur bintang. Para gadis berkumpul di tempat luas bersama ribuan orang lain. Mereka semua kini tampil selayaknya sosok anggun dengan pemerah bibir. Semua penerangan pun dimatikan, hanya ada cahaya yang berasal dari lentera masing-masing. Dengan tinta yang harum, mereka menuliskan doa pada lentera, berharap kedamaian dan kemakmuran tercurah pada dunia baru.Beberapa saat kemudian, arahan dikeluarkan. Lentera-lentera mulai diterbangkan, detik itu juga malam menjadi berkepingan emas. Zhura pun ingin menerbangkan lentera miliknya. Tapi ia hampir putus asa menuliskan tinta di lenteranya hingga itu menjadi kusut. Maklum, permukaannya mudah robek jadi ia kesulitan. Pada saat atensinya terfokus pada kegiatannya, Azhara datang. Zhura sontak terkesiap kikuk berhadapan dengan pemuda itu.Melihat gelagat istrinya, menciptakan kerutan di kening Azhara. Menyadari kecanggungannya

  • The Cursed Journey Of Zhura   Kapuranta

    "Ibu, berapa orang yang kau ajak ke sini?!"Kegiatan dilanjutkan dengan ramah tamah dan jamuan. Masyarakat berkumpul menjadi satu di halaman kuil yang luas. Maklum, tamu yang datang tidak hanya dari Silvermist, melainkan dari seluruh Firmest. Valea duduk di tempat jamuan bersama sanak keluarganya yang juga hadir. Dengan tinta biru di kening yang terlihat mencolok di keramaian, gadis merah itu tampak anggun terbalut gaun putihnya. Meskipun begitu, wajah bulatnya justru terlihat sangar karena melihat apa yang dilakukan keluarganya. "Ibu tidak mungkin meninggalkan mereka di desa dan pergi hajatan meriah sendiri. Jadi kita ajak saja semua orang," jelas Shawarya abai, ia tak mengindahkan kekesalan putrinya dan malah sibuk mengurusi hidangan untuk semua keluarganya.Ayah Valea yang duduk di sisi istrinya pun mengangguk. "Benar, kita hendak mengajak seluruh desa tapi tumpangan terbatas, jadi kami hanya bisa membawa sedikit saudara."Valea memperhatikan satu per satu sanak saudaranya. Termas

  • The Cursed Journey Of Zhura   Wiwaha

    Dersik angin bertiup mengibaskan kain-kain berumbai yang dipasang menghiasi seluruh kota. Papan-papan bertuliskan ucapan selamat dipajang di setiap kediaman tanda suka cita pemiliknya. Kuil Halyziar yang menjadi tempat dilangsungkannya upacara, kini tampak memukau dengan dekorasi serta karpet besar nan tebal tergelar di ruangannya.Berbaris di kanan dan kiri altar, ratusan orang memenuhi tempat itu. Keluarga kerajaan, gadis suci, dan sisanya tamu undangan baik dari dalam atau pun luar Silvermist. Bukan hanya pakaian putih mereka yang seragam, sudah jelas tatapan mereka pun tertuju ke satu arah. Setiap sudut bibir kini menyajikan senyum sehangat mentari.Sepasang mempelai itu kini berjalan membelah kekaguman para tamu. Sinar matahari memaparkan kehangatan, tapi sedikit kegugupan justru yang membuatnya menggigil. Mengenakan jubah merah khas pengantin, Azhara dan Zhura berjalan beriringan. Bunga-bunga harum ditaburkan oleh dayang seiring langkah mereka. Sesekali kaki Zhura menginjak ujun

DMCA.com Protection Status