Share

Selidik

Penulis: MidnightKalopsia
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Inara mengerjap, langit-langit kamar tempatnya bernaung entah bagaimana sangat asing. Menyanggupi rasa hausnya akan jawaban, ia pun menggulirkan pandangan lebih lanjut dan terkesiap saat menemukan Aryana tengah sibuk mengupas apel. Sepertinya ada banyak hal yang ia pikirkan hingga pemuda itu tidak menyadari kalau gadis di hadapannya sudah sadar.

Inara memperbaiki posisinya menjadi duduk, lalu berdehem.

Aryana yang mendengar itu pun mendongak. Ia tanpa sadar mengulas senyuman lega, "Kau sudah sadar? Bagaimana perasaanmu?"

"Saya sedikit pusing." Inara yang masih lemas teringat kejadian demi kejadian kemarin. Memori itu lekas saja membuatnya teringat akan mantra peledak yang dipasang orang-orang Shar. Ia meraba punggungnya dengan sebelah lengan. Ada sedikit rasa sakit yang terasa, tapi tidak sekuat sebelumnya. Rasanya lebih ringan seakan tidak ada lagi segel apapun di sana.

"Jika kau penasaran soal peledak itu, aku sudah mengeluarkannya. Kau bisa tenang." Aryana menyodorkan apel yang tel
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • The Cursed Journey Of Zhura   Gemuruh

    Kekacauan yang sebelumnya pecah sudah sepenuhnya padam. Entah istri yang kehilangan suaminya atau anak yang kehilangan ayahnya, mereka yang selamat dari pertempuran semalam meratap kepergian keluarga mereka yang gugur. Keadaan padang rumput terasa pilu, penyerangan pasukan Shar sungguh meninggalkan trauma yang berat di setiap orang. Begitu juga dengan Zhura. Seiring hatinya yang menggelap, gadis itu semakin menundukkan kepalanya.Bahkan meski ia telah bersembunyi jauh di hutan, dirinya tetap tak sanggup menahan hawa kepedihan yang menyebar ke sekitar. Saat ini ia berada di tenda darurat yang ia buat seadanya untuk bernaung. Di sisinya Azhara masih belum sadarkan diri. Terkadang Zhura akan mengusap kulit dingin pemuda itu dengan air hangat. Ia bahkan sudah menggunakan seluruh cadangan pakaiannya untuk menyelimuti Azhara, tapi suhu rendah tetap saja bersarang di tubuhnya. Suara langkah kaki terdengar mendekat.Zhura memutuskan untuk memeriksanya, betapa terkejutnya ia saat menemukan Yar

  • The Cursed Journey Of Zhura   Sandera

    "Syukurlah, Anda terlihat lebih baik."Azhara menganggukkan kepalanya merespon ucapan Nenek Manira. Meskipun berwajah kaku, Azhara tidak lagi menundukkan kepalanya yang kini tidak dibungkus selendang. Ia seperti sudah pasrah pada siapapun yang melihat penampilannya. Senyum ramah sekaligus canggung terpatri di wajah nenek tua yang berdiri di hadapannya. Semua orang datang mengantarkan mereka, beberapa di antaranya sangat hangat sementara sisanya masih ragu dan takut karena mengingat kejadian kemarin."Kami tidak akan pernah melupakan kalian." Zhura berujar seraya tersenyum haru. "Tinggal bersama kalian terasa sangat menyenangkan. Hari demi hari terlewat mengajarkan saya pengalaman berharga tentang arti pentingnya keluarga. Saya sangat menyayangi kalian semua.""Karena kau adalah gadis suci, kau akan pergi ke dataran terkutuk itu seperti Ra. Bagaimana jika kau tidak kembali sepertinya? Aku tidak mau kehilanganmu, Kak!" Yara memeluk Zhura dengan erat seakan tak ingin melepas kepergiannya

  • The Cursed Journey Of Zhura   Sanguina

    "Benarkah ini tempat yang dimaksud Nenek Manira?"Zhura memeriksa alamat yang tertera di kertas, ia yakin ini adalah tempat yang cocok dengan alamatnya. Azhara yang masih belum mau membuka suara, kini memilih berdiam diri di belakangnya. Tak menunggu lama, Zhura langsung saja membuka pintu masuk. Yah, sepertinya Sanguina mulai beralih profesi sebagai pedagang karena seperti yang terlihat, tempat mereka berdiri sekarang adalah toko. Wajar saja, catatan yang ditulis di buku catatan Kakek Maral terjadi hampir sepuluh tahun lalu. Sebelum melangkah lebih jauh, ia sempatkan untuk melihat ke pasar di depan toko. Sama seperti pasar yang biasa Zhura temui, banyak penjual menggelar dagangannya di meja atau karpet. Orang-orang berseliweran dari berbagai ras, kesibukan menyeruak di sana. Hanya saja, jika dibandingkan dengan pasar di alun-alun dekat istana, pasar di hadapan Zhura sekarang terlihat lebih unik. Gadis itu mengernyitkan kening, tidak ada satu pun manusia murni yang melintasi jalanan

  • The Cursed Journey Of Zhura   Karsa

    Tak adanya ketersediaan waktu untuk menghindar, memaksa Zhura untuk menunduk, bersiap menerima apapun yang dia layangkan. Kedua lengannya naik melindungi kepala saat Azhara ternyata sigap menangkap pergelangan tangan wanita itu, mengarahkan serangannya ke rak-rak di belakang.Brak!Zhura merasakan hempasan angin kencang saat cahaya merah itu menghantam rak-rak tersebut. Ketika ia menatapnya, rak-rak kayu itu sudah hancur dengan sisa percikan berwarna merah. Barang-barang yang diletakkan di dalam benda itu pun luluh lantah. Ia bergidik membayangkan bagaimana jika cahaya tadi mengenai kepalanya. Sanguina yang terkejut karena serangannya dialihkan, kini melebarkan matanya ke arah Azhara. Mata Sanguina melebar dua kali lipat karena murka."Siapa kau?! Siapa yang beraninya mengendalikan sihir milikku?!"Azhara yang tak tertarik mengarungi pergolakan situasi, membuka tudungnya dengan malas."Kau ... Putera Amarhaz?!" Sanguina yang melihat sosok pemuda itu terlonjak menutup mulut seraya mund

  • The Cursed Journey Of Zhura   Lindap

    "Sisik siren, duri mawar pelangi, air mata musang putih, serbuk peri hutan kabut, irisan lidah buaya rawa.""Kuharap itu bukan lidah buaya rawa sungguhan," ujar Zhura menatap wanita bergamis putih yang kini sibuk memasukkan bahan-bahan aneh ke dalam kuali berbahan perunggu di depannya. Sudah beberapa jam sejak ia membuat penawar itu, tapi proses pemasakannya belum juga selesai. Di tengah keheningan, Sanguina menggerakkan bibirnya seolah-olah menggumamkan mantra. Dalam sekejap kemudian cahaya putih berpijar dari telapak tangannya.Racikan di dalam kuali bergemelutuk. Ruangan seluas empat kali empat meter, tempat khusus bagi Sanguina untuk membuat racikan penawar pun seketika menjadi terang benderang. "Tinggal satu lagi!" Sesaat cahaya putih itu meremang, ketika Sanguina mengulurkan tangannya, tanpa aba-aba wanita itu mencabut satu helai rambut Zhura. Gadis itu sontak saja merintih seraya mengusap kulit kepalanya yang terasa nyeri."Bahan terakhir! Rambut kepala," ujar Sanguina mengambi

  • The Cursed Journey Of Zhura   Akil

    "Tuan, pasukan sudah bergerak." Seorang Shar lain datang menginformasikan pada mereka semua. Mendengar itu, Tuan Minra mengangguk. Ia berbalik, memerintahkan anak buahnya untuk membawa Ramia keluar dari markas. Kini pemuda itu disudutkan di sisi jurang sedalam puluhan meter dengan dasar sungai yang sangat deras. Beruang atau serigala, jelas ada banyak hewan buas di sana. Kini tak ada rantai yang mengekangnya lagi, tapi dia disuruh berlutut.Tuan Minra merendahkan dirinya agar setara dengan Ramia. Ditepuk-tepuknya bahu pemuda itu, bertindak bak teman karib. "Sekarang keputusannya ada di tanganmu, kau mau bekerja sama dengan kami atau tidak? Seperti Tusk yang tak ingin mempertaruhkan nyawa keluarganya, maukah kau bergabung dengan kami juga? "Dalam mimpimu!" telak Ramia. Ia mencium aroma harum yang khas dari tubuh sosok di hadapannya. "Aku tidak akan pernah bergabung dengan kelompok penjahat seperti kalian! Akan kutemukan cara untuk mengatakan segalanya kalau kau adalah seorang pengkhia

  • The Cursed Journey Of Zhura   Sumbu Yang Kering

    Langit malam bergemuruh, tiada bulan atau pun bintang yang cukup luang untuk menemaninya. Petir itu terdengar dekat bersaut-sautan di atas awan gelap yang menggulung. Zhura melirik sosok di sisinya, lalu mengembuskan napas panjang. Azhara terus larut dalam keheningan. Mungkin semua hal memang sedang bergumul pada kesibukannya. Entah bagaimana Zhura baru sadar satu hal, dan itu membuatnya risih. Kejadian waktu itu mengubah bagaimana Azhara menatapnya, bahkan dia belum mengeluarkan satu kata pun sejak terbangun"Hei, apa kau marah?" tanya Zhura mulai membakar ikan yang ia tangkap di atasnya api unggun. Mereka sudah berkuda selama beberapa jam dari tempat Sanguina. Kini, masih tersisa setengah perjalanan lagi. Jika semuanya lancar, maka mereka akan sampai di istana besok siang.Karena tak ada jawaban, gadis itu pun berdecak. Dia merasa berbicara pada Azhara yang dulu. "Aku minta maaf karena melukaimu kemarin, tapi aku melakukannya agar kau tidak menyakiti dirimu sendiri. Kau tahu, aku sa

  • The Cursed Journey Of Zhura   Hangus

    Ditatapnya kepergian gadis itu, ada kehancuran yang tersimpan dalam dirinya. Tak peduli seberapa keras Azhara berusaha membuat Zhura membencinya, pada akhirnya gadis itu tetap kembali ke istana. Punggungnya terasa panas karena obor pasukan Shar yang datang. Mereka tak memberinya kesempatan apapun selain langsung menggencarkan serangan. Azhara menangkap anak panah yang melesat, lalu melemparkannya kembali ke arah datangnya.Satu per satu anak panah lain melesat ke arahnya, tubuh Azhara terlihat kepayahan karena harus menahan roh jahat itu seraya terus bertarung. Matanya berubah menjadi biru lancip menyala, tanda bahwa ia menyerahkan seluruh dirinya pada kekuatan tersebut. Di kegelapan, cahaya putih kebiruan pun berpendar darinya. Saat itu juga, ia berubah menjadi monster yang orang-orang sebut sebagai roh jahat. Dan seperti biasa, ia dengan brutal menghancurkan apapun di sekelilingnya.Tak adanya jarak aman di antara mereka tentu saja membuat Azhara atau orang-orang Shar terluka. Orang

Bab terbaru

  • The Cursed Journey Of Zhura   Kasih Tanpa Batas Waktu

    Langkah kaki menapaki satu demi satu langkah. Aroma kayu-kayuan yang samar tercium saat ia akhirnya sampai di tempat penuh pepohonan itu. Suara hewan-hewan malam lebih nyenyat karena beberapa di antaranya berhibernasi. Malam yang dingin menjadi sepi yang menghanyutkan. Seperti kunang-kunang yang terbang untuk melihat cahaya sendiri di kepingan salju, Zhura melawan segala macam kegundahan demi memastikan sendiri jawaban atas kebingungannya.Dan di sinilah ia sekarang, terpaku. Tepat seperti ingatannya, ada rumah kayu di hutan. Rumah ini kembali untuknya, atau ia yang kembali untuk rumah itu? Sesaat Zhura menarik napas panjang lalu mulai mengetuk pintunya. Tak ada seorang pun yang merespon, tapi daun pintunya terbuka sendiri. Angin bertiup dari dalam, memadamkan lenteranya. Saat itu juga ingatan kejadian-kejadian aneh kembali menyerangnya. Ditinggalkan lenteranya, mengikuti suara di kepalanya yang mengajaknya masuk lebih dalam."Ra ...?"Satu langkahnya memasuki ruangan terasa bak dentu

  • The Cursed Journey Of Zhura   Geletar Jiwa

    Tengah malam saat Zhura masih saja termenung di kamarnya. Ia terus terngiang-ngiang perkataan ibunya mengenai dunia lain yang kakeknya percayai. Lalu, sosok bermata violet yang mendatangi ibunya. Zhura yakin pernah bertemu dengannya. Tapi, kapan? Diraihnya buku tua di atas ranjang, ia membuka halaman demi halaman. Berbagai gambar dan kalimat ditampilkan di dalamnya dengan pudar. Tintanya tergerus waktu, menipis semakin tak terlihat.Gadis itu mengernyitkan kening saat melihat gambar dua ekor naga yang digambarkan kakeknya. Tak lama ia terperangah saat bayangan pertempuran besar terkilas di dinding kamarnya. Ia bergegas keluar, menapaki tangga dan berakhir di halaman rumahnya. Bulan tidak tampak, salju terlalu serakah menghujani malam. Ditatapnya gelang di sebelah tangannya, Zhura yang begitu frustasi lantas berusaha melepaskan paksa benda itu.Tapi, gagal. Gelang itu tak bisa terlepas. Kepasrahan menerjangnya, ia kelelahan menerka apa yang terjadi pada dirinya. Zhura jatuh terbaring d

  • The Cursed Journey Of Zhura   Segenggam Hati

    Beberapa hari terakhir berjalan dengan begitu melelahkan. Banyak orang mendatanginya untuk bertanya tentang keadaannya. Entah hanya untuk memenuhi rasa penasaran atau sampai dimuat di surat kabar. Kepergian Zhura yang sebenarnya hanya semalam menggegerkan seluruh warga. Mereka mulai memikirkan spekulasi yang tak berdasar seperti adanya penyihir jahat yang bersembunyi di hutan atau kemungkinan adanya kekuatan misterius yang melingkupi tempat itu. Zhura bahkan terlalu lelah untuk menjelaskan bahwa tak ada apapun yang terjadi, tapi pada kesempatan itu tak ada orang yang mendengarnya. Orang-orang itu malah semakin meningkatkan ketakutan mereka terhadap hutan tersebut. Sedikit demi sedikit rumor hutan itu menyebar, membuat tak seorang pun yang berani mendekat atau memasukinya. Satu bulan kemudian, kehebohan sudah mereda, tetap saja kawasan hutan itu nihil dari lalu lalang.Libur akhir tahun tiba, hari-hari yang ramai di desa menjadi semakin ramai. Berbagai festival dan perayaan diadakan d

  • The Cursed Journey Of Zhura   Firasat

    Aroma kayu-kayuan yang segar merisak penciumannya. Gelugutnya dingin membaur dari permukaan tempatnya terbaring. Satu dua embun menetes di wajahnya yang pucat. Pada saat matahari terbit lebih tinggi, mengantarkan kilau hangat yang membuatnya terjaga. Mata hijaunya beralih dari pohon satu ke pohon lain, ia berada di hutan. Tubuhnya segera terperanjat bangkit. Disingkirkannya salju yang menutupi sekujur tubuh seraya menatap ke sekeliling."Kenapa aku tidur di sini?"Gadis itu terlihat kebingungan, seakan-akan ia tak ingat dengan apa saja yang sudah ia lalui. Pada saat ia sibuk mencari tahu situasinya, suara langkah kaki terdengar mendekat."Hei, dia ada di sini!" Seorang yang ia kenali sebagai tetangganya mendekat, ia berteriak memanggil teman-temannya. Orang itu memperhatikan penampilan Zhura yang acak-acakan, lalu menanyainya banyak pertanyaan mengenai keadaannya. Tak lama kemudian orang-orang lain datang. Mereka tergopoh-gopoh mendekat dengan wajah lega."Zhura!" Seorang wanita paruh

  • The Cursed Journey Of Zhura   Kepergian

    "Tunggu!"Arlia berbalik saat ia mendengar seseorang menyerukan namanya. Gadis itu terlonjak saat melihat Ramia mendekat dengan napas tersengal-sengal. Sepertinya ia baru saja berlari mengejarnya sampai di dermaga."Kenapa sangat mendadak? Anda benar-benar harus pergi?" tanya Ramia gusar. Di balik jubahnya, pemuda itu masih menggunakan baju tidur. Ia belum bersiap saat mendengar kabar kepergian Arlia dari Inara. Dengan keadaan seadanya, ia melajukan kudanya mengejar Arlia yang hampir saja berangkat."Aku akan pergi ... sangat jauh," ujar Arlia.Keramaian yang ada di sekitarnya tiba-tiba senyap, seluruh perhatian pemuda itu terpusat pada bagaimana Arlia kini menatapnya dengan berkaca-kaca. Sisi yang selalu disembunyikannya rapat-rapat, ini pertama kalinya Ramia melihat betapa rapuhnya sosok itu."Kau pasti sudah tahu kalau keputusannya sudah dibuat. Yang Mulia Raja memberikan keringanan hukuman karena kontribusi ayahku pada bidang pemerintahan sebelumnya. Penyesuaian sudah disetujui ol

  • The Cursed Journey Of Zhura   Perpisahan

    Keesokan harinya, orang-orang berkumpul di balai. Pagi yang hangat mengalirkan arus sendu di wajah mereka. Setelah sekian kegiatan penghormatan, kini saat untuk Zhura pergi tiba. Tepat di tengah-tengah ada pintu portal yang dibukakan oleh sepuluh orang. Mereka berdiri berhadapan di sisi jalan, di mana Zhura akan melangkah memasuki portal itu. Dipeluknya teman-teman dengan erat tanda perpisahan. Zhura menarik sudut bibirnya untuk memberikan ketenangan pada setiap pribadi yang muram."Jaga dirimu baik-baik," ujar Valea."Jangan pernah lupakan kami, ya?" Inara membuat raut sedih.Melihat tingkah temannya itu, Zhura pun menahan gelak. "Jangan khawatir. Aku pasti akan baik-baik saja dan akan selalu mengingat kalian semua.""Awas saja kalau kau ingkar janji." Valea membuat gerakan memotong leher.Tawa pecah dari bibir Zhura, ia berpindah pada Arlia. Mereka tersenyum satu sama lain sebelum kemudian berpelukan. Gadis itu terlihat lebih terbuka dan hangat, itu perkembangan yang baik.Melepaska

  • The Cursed Journey Of Zhura   Hati

    Malam perayaan dilaksanakan penuh suka cita. Spemua orang di seluruh dataran kini berdiri di bawah langit malam yang bertabur bintang. Para gadis berkumpul di tempat luas bersama ribuan orang lain. Mereka semua kini tampil selayaknya sosok anggun dengan pemerah bibir. Semua penerangan pun dimatikan, hanya ada cahaya yang berasal dari lentera masing-masing. Dengan tinta yang harum, mereka menuliskan doa pada lentera, berharap kedamaian dan kemakmuran tercurah pada dunia baru.Beberapa saat kemudian, arahan dikeluarkan. Lentera-lentera mulai diterbangkan, detik itu juga malam menjadi berkepingan emas. Zhura pun ingin menerbangkan lentera miliknya. Tapi ia hampir putus asa menuliskan tinta di lenteranya hingga itu menjadi kusut. Maklum, permukaannya mudah robek jadi ia kesulitan. Pada saat atensinya terfokus pada kegiatannya, Azhara datang. Zhura sontak terkesiap kikuk berhadapan dengan pemuda itu.Melihat gelagat istrinya, menciptakan kerutan di kening Azhara. Menyadari kecanggungannya

  • The Cursed Journey Of Zhura   Kapuranta

    "Ibu, berapa orang yang kau ajak ke sini?!"Kegiatan dilanjutkan dengan ramah tamah dan jamuan. Masyarakat berkumpul menjadi satu di halaman kuil yang luas. Maklum, tamu yang datang tidak hanya dari Silvermist, melainkan dari seluruh Firmest. Valea duduk di tempat jamuan bersama sanak keluarganya yang juga hadir. Dengan tinta biru di kening yang terlihat mencolok di keramaian, gadis merah itu tampak anggun terbalut gaun putihnya. Meskipun begitu, wajah bulatnya justru terlihat sangar karena melihat apa yang dilakukan keluarganya. "Ibu tidak mungkin meninggalkan mereka di desa dan pergi hajatan meriah sendiri. Jadi kita ajak saja semua orang," jelas Shawarya abai, ia tak mengindahkan kekesalan putrinya dan malah sibuk mengurusi hidangan untuk semua keluarganya.Ayah Valea yang duduk di sisi istrinya pun mengangguk. "Benar, kita hendak mengajak seluruh desa tapi tumpangan terbatas, jadi kami hanya bisa membawa sedikit saudara."Valea memperhatikan satu per satu sanak saudaranya. Termas

  • The Cursed Journey Of Zhura   Wiwaha

    Dersik angin bertiup mengibaskan kain-kain berumbai yang dipasang menghiasi seluruh kota. Papan-papan bertuliskan ucapan selamat dipajang di setiap kediaman tanda suka cita pemiliknya. Kuil Halyziar yang menjadi tempat dilangsungkannya upacara, kini tampak memukau dengan dekorasi serta karpet besar nan tebal tergelar di ruangannya.Berbaris di kanan dan kiri altar, ratusan orang memenuhi tempat itu. Keluarga kerajaan, gadis suci, dan sisanya tamu undangan baik dari dalam atau pun luar Silvermist. Bukan hanya pakaian putih mereka yang seragam, sudah jelas tatapan mereka pun tertuju ke satu arah. Setiap sudut bibir kini menyajikan senyum sehangat mentari.Sepasang mempelai itu kini berjalan membelah kekaguman para tamu. Sinar matahari memaparkan kehangatan, tapi sedikit kegugupan justru yang membuatnya menggigil. Mengenakan jubah merah khas pengantin, Azhara dan Zhura berjalan beriringan. Bunga-bunga harum ditaburkan oleh dayang seiring langkah mereka. Sesekali kaki Zhura menginjak ujun

DMCA.com Protection Status