Share

Kelikat

Penulis: MidnightKalopsia
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Sebelah lengan naik mengusap peluh yang turun di sela dahi keriputnya. Pria tua bernama Daris itu menghela napas, kelelahan melewati siang yang terik. Bukan pertama kalinya memang, tapi penghujung musim panas selalu terasa membakar. Seolah-olah merebus udara, sinar matahari memancar sempurna. Beruntung, dedaunan belum sepenuhnya luruh dari pepohonan di sepanjang perjalanannya menghalau sengatan panas.

Jalanan yang dipenuhi kerikil pun tidak membiarkannya melaju dengan lancar. Terlebih ada muatan yang harus ia angkut di belakang, membuatnya harus sesekali menengok untuk memastikan obat-obatan dan bahan pangannya tetap baik. Seharusnya ia akan sampai dalam satu atau dua jam, tapi karena terbatasnya akses menuju paviliun Han, jarak tempuh yang harus Pak Daris lewati menjadi bertambah.

Bangunan bergaya kuno menyambutnya setelah jalanan berubah menjadi--tanah--lebih halus. Di ujung jalan, paviliun Han adalah satu-satunya tujuan, kerena memang hanya bangunan itu yang berdiri di kawasan rind
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • The Cursed Journey Of Zhura   Yang Terdalam

    "Halo, Valea. Ubi Merah Kesayangan, kau pasti masih hidup saat membaca ini. Kami memulai kehidupan baru di desa. Beberapa tempat umum diblokir, situasi sedang buruk dan akhir-akhir ini kami kesulitan mencari bahan pangan di pasar. Tapi jangan khawatir, kami tidak akan mati. Kami dalam kondisi baik-baik saja malahan. Oh, ya, Bim sudah melahirkan. Anaknya lucu dan juga punya satu tanduk kecil di tengah kepalanya. Orang-orang desa ramai datang ke rumah mengira dia adalah unicorn. Kau pasti juga senang melihatnya, kami tidak sabar menunggu kedatanganmu kembali!"Inara menahan sudut bibirnya yang tertarik, lalu membalik surat di tangannya. "Dan juga kami ingin minta maaf, Valea. Kekacauan di desa membuat banyak orang dilanda kekurangan. Beberapa masyarakat yang membutuhkan datang mengetuk pintu untuk meminta bantuan. Karena kami sedang tidak mempunyai makanan, jadi kami sumbangkan saja semua pakaianmu karena kau tidak kunjung kembali. Sekali lagi maaf, tolong jangan marah. Nanti kami buatk

  • The Cursed Journey Of Zhura   Ingar

    Pak Daris mengedarkan pandangan, mengacungkan telinga lancipnya memeriksa keadaan sekitar. Setelah yakin keadaan sepi, Pak Daris membuka kain hijau yang menutupi kereta barangnya. Batang hidung seseorang yang bersembunyi di dalamnya lekas terlihat. Gadis itu mengangkat tangannya ke atas kepala, menghalau terik matahari. Kedua retinanya menyipit belum terbiasa, ini adalah pertama kalinya ia di tempat terbuka sejak beberapa hari terakhir."Maaf, saya hanya bisa mengantar Anda sampai di sini. Saya tidak berani mengambil risiko, Nyonya," ujar Pak Daris seraya menyatukan kedua tangannya.Zhura yang tengah menikmati lingkungan sekitar sontak kembali menghadap pada Pak Daris. Ia sedikit tidak nyaman saat pria tua di depannya memanggilnya dengan sebutan Nyonya. "Paman, panggil saya Zhura. Saya baru dua puluh tahun, kau tidak perlu seformal itu. Bagaimana pun juga saya yang harus minta maaf. Saya sudah bersikap buruk dan tidak bermoral dengan mengancammu, tolong maafkan saya.""Tidak, Anda ada

  • The Cursed Journey Of Zhura   Menculak

    "Pergi kau dari sini! Dasar, Setan!" Teriakan seseorang mengalihkan perhatiannya. Gadis perak itu bergegas ke arah suara. Di balik belokan, ia melihat anak kecil tergeletak di tanah setelah dilempar oleh seorang wanita. Ada banyak luka di tubuhnya, seolah-olah ia baru saja mengalami penganiayaan. Keadaannya benar-benar menyedihkan."Bibi, tolonglah, saya kelaparan." Anak kecil itu bersujud, menahan tangis."Persetan kalian, kubilang pergi!" seru wanita tetap mengusirnya, ia tampak mengambil sewadah air untuk disiramkan pada anak kecil itu.Zhura yang melihatnya berlari ke arah mereka. "Tolong hentikan!" serunya meraih tubuh anak laki-laki itu, mengamankannya dari wanita jahat yang terus berteriak di depannya."Siapa kau?! Datang-datang mengganggu! Pergi! Pergi sana!" teriak wanita bertubuh subur itu mengibas-ibaskan tangan."Saya minta maaf, tapi tolong berhentilah menyakitinya! Kau tidak lihat? Dia terluka!" Zhura menunduk, dia merasakan aura ketakutan pada anak kecil dalam pelukann

  • The Cursed Journey Of Zhura   Penebusan

    "Berhenti!"Zhura mengangkat ujung jubahnya, memberi sedikit ruang bagi kakinya untuk berlari. Di belakang, tiga orang besar berpakaian prajurit masih saja mengejarnya. Sejak berpisah dengan Erland, Zhura merasakan keanehan. Instingnya berkata dia sedang diikuti. Benar saja, orang-orang itu memasang wajah datar dan mata elang untuk mengekorinya. Ini menandakan bahwa pelariannya sudah tercium dan orang-orang itu pasti ditugaskan memburunya.Zhura menunduk, bersembunyi di bawah meja yang terlihat seperti rongsokan di pinggir jalan. Orang-orang berpakaian hitam itu melewatinya. Mereka berlari lurus.. Jalanan sore desa yang berdebu membuat keadaan terlihat kabur. Angin salah satu pemantiknya. Zhura menekan laju jantung yang hampir meledakkan dada. Sudah sangat lama sejak ia berlari sekencang tadi, otot-otot kakinya kini terasa berkedut."Syukurlah, mereka pergi."Gadis itu mengintip dari bawah meja sekali lagi, lalu keluar. Ditatapnya sekeliling dengan heran di wajahnya. Ia mungkin pelari

  • The Cursed Journey Of Zhura   Pelarian

    Pintu kamarnya kembali tertutup. Beberapa saat terlewat hingga Zhura membuka mata. Dari balik selimut tipisnya, ia memeriksa apakah orang-orang itu sungguh keluar. Beberapa jam berlalu sejak dirinya dibawa oleh petugas keamanan kota Zhepyr, kini ia ada di penginapan bernuansa kayu-kayuan, tempat peristirahatan yang juga mengurungnya dari luar.Ditatapnya sebelah kakinya yang berdenyut, perban yang melilit sudah terlepas karena kakinya bengkak. Tidak terlalu sakit, tapi cukup membuatnya kesulitan berjalan. Setelah seharian berjalan ditambah berlari, keadaan kaki kanannya yang memburuk memang wajar. Bahkan jika ia terbangun esok hari dengan mati rasa di kaki, itu hal yang masuk akal.Suara ribut mengalihkan pemikirannya dari palung khayalan. Di luar pintu, sesuatu yang kacau terjadi. Ia memberanikan diri mendekat, mengintip bawah pintu yang kini menampilkan sosok-sosok yang sedang berkelahi. Matanya menyipit, tapi penglihatannya kabur karena sudut pandang terbatas. Belum sempat ia mema

  • The Cursed Journey Of Zhura   Semburat

    Semburat fajar yang membawa hangat berpijar, tapi dingin yang hatinya rasakan. Kuyu menjadi gambaran tersiratnya rasa hampa. Letih dan putus asa, ditatapnya setiap mata yang menyorot gelap nan merisaukan. Bukan hanya sosok-sosok asing yang terus menenggelamkannya dalam kepiasan, rasa getir turut datang menemani detik demi detik eksistensinya di tempat."Azhara, dengan merujuk pada bukti serta alasan konkret, kau dinyatakan sebagai terduga melakukan tindakan pelanggaran dengan pelarianmu ke dunia bawah. Apa kau ingin mengatakan sesuatu tentang klaim itu? " Jaidin, salah seorang pengadil berjubah hijau berbicara padanya. Perawakannya khas dengan lengan yang berbobot, rambutnya panjang terhias serban terhias beludru merah.Terdapat sekat bening yang memisahkan Azhara dengan orang-orang kerajaan. Mereka semua duduk di sisi ruangan, menyaksikan dirinya bersimpuh di tengah lantai pualam dengan air yang mengalir mengelilingi. Mata birunya turun pada segel yang dimantrai untuk membatasi perge

  • The Cursed Journey Of Zhura   Aruna

    Talhart meminta temannya maju. Sosok pengeksekusi bernama Batsarda mengambil langkah tanpa menoleh. Di sisi lain, derap kaki Batsarda justru terdengar nyaring bak kuda di pacuan, begitu menyiksa di telinga Zhura yang frustasi. Gadis perak itu berusaha mengejar, tapi lengan-lengan kokoh penjaga menahannya. Dari tempatnya, Jaidin menautkan kedua tangan di belakang pinggang. "Nona Zhura, kau dan temanmu harus ditahan karena melakukan penyusupan. Untuk tindakan lebih lanjut, tunggulah hingga ini selesai."Talhart meninggalkan meninggalkan Azhara, menyisakan ruang untuk pengeksekusian. Dia meraih tangan Zhura, membawa gadis itu bersamanya."Lepaskan aku!" Zhura memberontak. Sekuat tenaga, ia mati-matian mengurai jarak dengan Talhart. Sayang sekali ototnya belum kembali, ia tak punya kekuatan untuk melawan. Tak lama setelahnya, cemeti panjang nan tipis dikeluarkan dari serban Batsarda. Gagangnya terbuat dari batuan keras sementara cambuknya dipenuhi duri. Inara, Valea, Arlia, dan orang-oran

  • The Cursed Journey Of Zhura   Gemaung

    Ketiga pengadil bergeming memendam pikiran. Wajah-wajah tegas tadi sirna tergantikan oleh sosok-sosok angler. Talhart mendekat pada Guru Agung Zarwyn. "Bagaimana menurut Anda? Meskipun dia tidak berkhianat dan mencoba melakukan pemberontakan, tapi dia tetap melakukan ritual terlarang itu," tuturnya."Tindakan beresiko yang didasari pada niat baik akan menggugurkan sebagian ketentuan hukumnya. Dia tidak menginginkan apapun selain kedamaian orang lain. Meskipun begitu, ia tetap akan dikenai tanggung jawab untuk membenahi segala masalah yang timbul akibat masalah ini.""Apakah itu tidak masalah?"Terkekeh kecil, Guru Agung Zarwyn mengusap jenggotnya. "Aku adalah orang yang mengunci hatinya saat kecil, jadi aku tahu apa yang ia sembunyikan. Roh jahat itu selalu berusaha mengambil jati dirinya, satu-satunya cara agar ia selamat adalah membuatnya tidak memiliki perasaan apapun bahkan saat Azhara ingin merasakannya. Siapa sangka, kuncinya melemah seakan roh itu tak lagi bisa dikendalikan.""

Bab terbaru

  • The Cursed Journey Of Zhura   Kasih Tanpa Batas Waktu

    Langkah kaki menapaki satu demi satu langkah. Aroma kayu-kayuan yang samar tercium saat ia akhirnya sampai di tempat penuh pepohonan itu. Suara hewan-hewan malam lebih nyenyat karena beberapa di antaranya berhibernasi. Malam yang dingin menjadi sepi yang menghanyutkan. Seperti kunang-kunang yang terbang untuk melihat cahaya sendiri di kepingan salju, Zhura melawan segala macam kegundahan demi memastikan sendiri jawaban atas kebingungannya.Dan di sinilah ia sekarang, terpaku. Tepat seperti ingatannya, ada rumah kayu di hutan. Rumah ini kembali untuknya, atau ia yang kembali untuk rumah itu? Sesaat Zhura menarik napas panjang lalu mulai mengetuk pintunya. Tak ada seorang pun yang merespon, tapi daun pintunya terbuka sendiri. Angin bertiup dari dalam, memadamkan lenteranya. Saat itu juga ingatan kejadian-kejadian aneh kembali menyerangnya. Ditinggalkan lenteranya, mengikuti suara di kepalanya yang mengajaknya masuk lebih dalam."Ra ...?"Satu langkahnya memasuki ruangan terasa bak dentu

  • The Cursed Journey Of Zhura   Geletar Jiwa

    Tengah malam saat Zhura masih saja termenung di kamarnya. Ia terus terngiang-ngiang perkataan ibunya mengenai dunia lain yang kakeknya percayai. Lalu, sosok bermata violet yang mendatangi ibunya. Zhura yakin pernah bertemu dengannya. Tapi, kapan? Diraihnya buku tua di atas ranjang, ia membuka halaman demi halaman. Berbagai gambar dan kalimat ditampilkan di dalamnya dengan pudar. Tintanya tergerus waktu, menipis semakin tak terlihat.Gadis itu mengernyitkan kening saat melihat gambar dua ekor naga yang digambarkan kakeknya. Tak lama ia terperangah saat bayangan pertempuran besar terkilas di dinding kamarnya. Ia bergegas keluar, menapaki tangga dan berakhir di halaman rumahnya. Bulan tidak tampak, salju terlalu serakah menghujani malam. Ditatapnya gelang di sebelah tangannya, Zhura yang begitu frustasi lantas berusaha melepaskan paksa benda itu.Tapi, gagal. Gelang itu tak bisa terlepas. Kepasrahan menerjangnya, ia kelelahan menerka apa yang terjadi pada dirinya. Zhura jatuh terbaring d

  • The Cursed Journey Of Zhura   Segenggam Hati

    Beberapa hari terakhir berjalan dengan begitu melelahkan. Banyak orang mendatanginya untuk bertanya tentang keadaannya. Entah hanya untuk memenuhi rasa penasaran atau sampai dimuat di surat kabar. Kepergian Zhura yang sebenarnya hanya semalam menggegerkan seluruh warga. Mereka mulai memikirkan spekulasi yang tak berdasar seperti adanya penyihir jahat yang bersembunyi di hutan atau kemungkinan adanya kekuatan misterius yang melingkupi tempat itu. Zhura bahkan terlalu lelah untuk menjelaskan bahwa tak ada apapun yang terjadi, tapi pada kesempatan itu tak ada orang yang mendengarnya. Orang-orang itu malah semakin meningkatkan ketakutan mereka terhadap hutan tersebut. Sedikit demi sedikit rumor hutan itu menyebar, membuat tak seorang pun yang berani mendekat atau memasukinya. Satu bulan kemudian, kehebohan sudah mereda, tetap saja kawasan hutan itu nihil dari lalu lalang.Libur akhir tahun tiba, hari-hari yang ramai di desa menjadi semakin ramai. Berbagai festival dan perayaan diadakan d

  • The Cursed Journey Of Zhura   Firasat

    Aroma kayu-kayuan yang segar merisak penciumannya. Gelugutnya dingin membaur dari permukaan tempatnya terbaring. Satu dua embun menetes di wajahnya yang pucat. Pada saat matahari terbit lebih tinggi, mengantarkan kilau hangat yang membuatnya terjaga. Mata hijaunya beralih dari pohon satu ke pohon lain, ia berada di hutan. Tubuhnya segera terperanjat bangkit. Disingkirkannya salju yang menutupi sekujur tubuh seraya menatap ke sekeliling."Kenapa aku tidur di sini?"Gadis itu terlihat kebingungan, seakan-akan ia tak ingat dengan apa saja yang sudah ia lalui. Pada saat ia sibuk mencari tahu situasinya, suara langkah kaki terdengar mendekat."Hei, dia ada di sini!" Seorang yang ia kenali sebagai tetangganya mendekat, ia berteriak memanggil teman-temannya. Orang itu memperhatikan penampilan Zhura yang acak-acakan, lalu menanyainya banyak pertanyaan mengenai keadaannya. Tak lama kemudian orang-orang lain datang. Mereka tergopoh-gopoh mendekat dengan wajah lega."Zhura!" Seorang wanita paruh

  • The Cursed Journey Of Zhura   Kepergian

    "Tunggu!"Arlia berbalik saat ia mendengar seseorang menyerukan namanya. Gadis itu terlonjak saat melihat Ramia mendekat dengan napas tersengal-sengal. Sepertinya ia baru saja berlari mengejarnya sampai di dermaga."Kenapa sangat mendadak? Anda benar-benar harus pergi?" tanya Ramia gusar. Di balik jubahnya, pemuda itu masih menggunakan baju tidur. Ia belum bersiap saat mendengar kabar kepergian Arlia dari Inara. Dengan keadaan seadanya, ia melajukan kudanya mengejar Arlia yang hampir saja berangkat."Aku akan pergi ... sangat jauh," ujar Arlia.Keramaian yang ada di sekitarnya tiba-tiba senyap, seluruh perhatian pemuda itu terpusat pada bagaimana Arlia kini menatapnya dengan berkaca-kaca. Sisi yang selalu disembunyikannya rapat-rapat, ini pertama kalinya Ramia melihat betapa rapuhnya sosok itu."Kau pasti sudah tahu kalau keputusannya sudah dibuat. Yang Mulia Raja memberikan keringanan hukuman karena kontribusi ayahku pada bidang pemerintahan sebelumnya. Penyesuaian sudah disetujui ol

  • The Cursed Journey Of Zhura   Perpisahan

    Keesokan harinya, orang-orang berkumpul di balai. Pagi yang hangat mengalirkan arus sendu di wajah mereka. Setelah sekian kegiatan penghormatan, kini saat untuk Zhura pergi tiba. Tepat di tengah-tengah ada pintu portal yang dibukakan oleh sepuluh orang. Mereka berdiri berhadapan di sisi jalan, di mana Zhura akan melangkah memasuki portal itu. Dipeluknya teman-teman dengan erat tanda perpisahan. Zhura menarik sudut bibirnya untuk memberikan ketenangan pada setiap pribadi yang muram."Jaga dirimu baik-baik," ujar Valea."Jangan pernah lupakan kami, ya?" Inara membuat raut sedih.Melihat tingkah temannya itu, Zhura pun menahan gelak. "Jangan khawatir. Aku pasti akan baik-baik saja dan akan selalu mengingat kalian semua.""Awas saja kalau kau ingkar janji." Valea membuat gerakan memotong leher.Tawa pecah dari bibir Zhura, ia berpindah pada Arlia. Mereka tersenyum satu sama lain sebelum kemudian berpelukan. Gadis itu terlihat lebih terbuka dan hangat, itu perkembangan yang baik.Melepaska

  • The Cursed Journey Of Zhura   Hati

    Malam perayaan dilaksanakan penuh suka cita. Spemua orang di seluruh dataran kini berdiri di bawah langit malam yang bertabur bintang. Para gadis berkumpul di tempat luas bersama ribuan orang lain. Mereka semua kini tampil selayaknya sosok anggun dengan pemerah bibir. Semua penerangan pun dimatikan, hanya ada cahaya yang berasal dari lentera masing-masing. Dengan tinta yang harum, mereka menuliskan doa pada lentera, berharap kedamaian dan kemakmuran tercurah pada dunia baru.Beberapa saat kemudian, arahan dikeluarkan. Lentera-lentera mulai diterbangkan, detik itu juga malam menjadi berkepingan emas. Zhura pun ingin menerbangkan lentera miliknya. Tapi ia hampir putus asa menuliskan tinta di lenteranya hingga itu menjadi kusut. Maklum, permukaannya mudah robek jadi ia kesulitan. Pada saat atensinya terfokus pada kegiatannya, Azhara datang. Zhura sontak terkesiap kikuk berhadapan dengan pemuda itu.Melihat gelagat istrinya, menciptakan kerutan di kening Azhara. Menyadari kecanggungannya

  • The Cursed Journey Of Zhura   Kapuranta

    "Ibu, berapa orang yang kau ajak ke sini?!"Kegiatan dilanjutkan dengan ramah tamah dan jamuan. Masyarakat berkumpul menjadi satu di halaman kuil yang luas. Maklum, tamu yang datang tidak hanya dari Silvermist, melainkan dari seluruh Firmest. Valea duduk di tempat jamuan bersama sanak keluarganya yang juga hadir. Dengan tinta biru di kening yang terlihat mencolok di keramaian, gadis merah itu tampak anggun terbalut gaun putihnya. Meskipun begitu, wajah bulatnya justru terlihat sangar karena melihat apa yang dilakukan keluarganya. "Ibu tidak mungkin meninggalkan mereka di desa dan pergi hajatan meriah sendiri. Jadi kita ajak saja semua orang," jelas Shawarya abai, ia tak mengindahkan kekesalan putrinya dan malah sibuk mengurusi hidangan untuk semua keluarganya.Ayah Valea yang duduk di sisi istrinya pun mengangguk. "Benar, kita hendak mengajak seluruh desa tapi tumpangan terbatas, jadi kami hanya bisa membawa sedikit saudara."Valea memperhatikan satu per satu sanak saudaranya. Termas

  • The Cursed Journey Of Zhura   Wiwaha

    Dersik angin bertiup mengibaskan kain-kain berumbai yang dipasang menghiasi seluruh kota. Papan-papan bertuliskan ucapan selamat dipajang di setiap kediaman tanda suka cita pemiliknya. Kuil Halyziar yang menjadi tempat dilangsungkannya upacara, kini tampak memukau dengan dekorasi serta karpet besar nan tebal tergelar di ruangannya.Berbaris di kanan dan kiri altar, ratusan orang memenuhi tempat itu. Keluarga kerajaan, gadis suci, dan sisanya tamu undangan baik dari dalam atau pun luar Silvermist. Bukan hanya pakaian putih mereka yang seragam, sudah jelas tatapan mereka pun tertuju ke satu arah. Setiap sudut bibir kini menyajikan senyum sehangat mentari.Sepasang mempelai itu kini berjalan membelah kekaguman para tamu. Sinar matahari memaparkan kehangatan, tapi sedikit kegugupan justru yang membuatnya menggigil. Mengenakan jubah merah khas pengantin, Azhara dan Zhura berjalan beriringan. Bunga-bunga harum ditaburkan oleh dayang seiring langkah mereka. Sesekali kaki Zhura menginjak ujun

DMCA.com Protection Status