Sedari tadi Mikaila sudah berguling-guling di kasur empuknya, bukan karena dia gila, bukan. Dia sudah terlalu bosan seharian ini tidak melakukan aktivitas apapun, biasanya hari-hari yang ia lakukan adalah mengejar Carlos, tapi kali ini tidak lagi, tidak sudi.
"Astaga aku bisa mati kebosanan apabila terus seperti ini," monolognya sedikit berteriak kesal.
Mikaila menghembuskan nafasnya lelah, ia mulai menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut tebal dan lanjut berguling diatas kasur empuknya.
Lama melakukan hal yang unfaedah seperti itu, dirinya mulai berhenti karena pusing.
Setelah lama berpikir kemana ia saat ini, lebih baik ia mengunjungi perpustakaan membaca banyak buku untuk menambah pengetahuan.
"Marry bantu aku untuk bersiap, aku ingin pergi ke perpustakaan."
Marry segera menghadap sang nona, dirinya dibuat kaget mendengar Mikaila ingin pergi ke perpustakaan. Apakah mungkin saat ini dirinya salah dengar? Ayolah ia yang paling tau Mikaila, ia jelas sangat hapal bagaimana kelakuan Mikaila yang sangat anti dengan yang namanya buku. Dan ini? Ia ingin pergi ke perpustakaan ke tempat banyak buku itu? Dia pasti sudah gila sekarang.
"Maaf nona, anda ingin pergi kemana saat ini?" tanya Marry dengan tak yakin.
"Aku bilang aku ingin pergi ke perpustakaan, jadi cepat bantu aku bersiap," kata Mikaila dengan suara datarnya.
"Ba-baik bona, saya akan membantu anda." Marry buru-buru membantu Mikaila. Setelah ini ia akan melakukan sujud syukur nonanya sudah benar-benar berubah.
Sementara Mikaila hanya mendengus pelan, tak mau ambil pusing dengan tingkah Marry yang seakan tidak mempercayainya.
Setelah berganti pakaian, Mikaila langsung melangkahkan kakinya dengan diikuti Marry dibelakangnya.
Disepanjang jalan, lagi-lagi dirinya menjadi pusat perhatian para pelayan dan para pengawal. Semua orang berdecak kagum dengan kecantikan Mikaila yang bagai dewi, namun sayang seribu kali sayang, bagi mereka sikap sang nona tidak seindah paras rupawannya.
Sementara Mikaila yang menjadi pusat perhatian hanya memasang wajah datar, seakan tak peduli dengan bisikan orang-orang yang berbicara tentangnya.
Mikaila berhenti tepat di depan pintu perpustakaan pribadi milik keluarganya. Ia berbalik menatap kearah Marry
"Marry kau tunggulah di sini, aku akan masuk ke perpustakaan. Atau kau ingin ikut aku?" tanya Mikaila dengan suara dinginnya.
"Tidak nona, saya akan menunggu anda. Silakan anda masuk nona," jawab Marry dengan hormat.
Mikaila tidak menjawab, ia segera berbalik dan masuk kedalam perpustakaan.
Dapat Mikaila lihat pustakawan yang terkejut melihat kedatangan Mikaila, namun Mikaila bersikap abai dan terus melangkahkan kakinya menuju rak buku yang menarik perhatiannya.
"Cih, apa yang dilakukan hama pengganggu di tempat suci seperti ini?"
Suara berat nan tegas itu mengalihkan perhatian Mikaila dari rak buku yang ingin ia tuju.
Ia berbalik, matanya menatap kearah seorang pemuda tampan yang berusia kisaran 18-an yang kini berdiri tepat didepannya. Rambutnya coklat sama seperti dirinya dan mata biru yang merupakan ciri khas anggota keluarga Arundell.
Pemuda itu ialah Edward Arundell, kakak keduanya, sekaligus orang yang sangat membenci Mikaila.
Mata mereka bertemu, sesaat Edward terpesona oleh kecantikan Mikaila. Harus Edward akui gadis gila itu sangat cantik, wajahnya merupakan perpaduan antara ibun dan ayahnya. Namun nampaknya ibunyalah yang lebih mendominasi.
Akan tetapi cepat-cepat mengenyahkan semua keterpesonannya. Ia segera memandang Mikaila dengan jijik.
Mikaila tidak menjawab, ia hanya memandang dingin kearah Edward.
"Aku kira rumor Lady gila budak cinta putra mahkota yang berubah itu benar. Tapi aku rasa rumor itu hanyalah rumor, lihatlah kau di sini ingin menempeli aku lagi seperti biasanya kan?" tanya orang itu sarkas, matanya menatap tajam Mikaila.
Namun lagi-lagi tak terdengar jawaban dari Mikaila. Ia hanya mendengus malas, lalu melangkahkan kakinya lagi menuju rak buku yang sedari tadi ia tuju.
Edward yang ditinggalkan tercengang, ia terkejut memandang Mikaila yang sudah menjauh dengan ekspresi aneh. Ayolah, ini Mikaila, gadis gila yang dulu selalu menempelinya hingga membuatnya jijik. Apa ia benar-benar sudah berubah? 'pikirnya tak percaya.
"Tidak usah melakukan trik murahan seperti itu untuk menarik perhatian, sampai kapanpun manusia seperti mu memang pantas untuk di benci."
Kata-kata kejam dan pedas itu keluar dari mulut Edward. Ia kini berdiri tepat disamping Mikaila. Ia yakin sebentar lagi akan melihat senyuman Mikaila seperti biasanya.
Mikaila yang dulu benar-benar bodoh, ketika dihina dan dicaci oleh keluarganya sediri. Mikaila tidak pernah marah ataupun menangis, dia malah tersenyum, berharap senyumnya bisa menguatkannya.
Sementara Mikaila hanya melirik Edward sekilas. Seakan tak peduli dengan kata-kata kejam yang keluar dari mulutnya barusan. Dirinya sudah sangat terbiasa, dengan kata-kata seperti itu dia sudah kebal.
Mikaila hanya menganggap perkataan Edward itu sebagai anjing yang sedang menggong-gong
Mikaila mengambil buku tentang sihir yang menarik perhatiannya. Segera ia mengambil buku tersebut dan berjalan melewati Edward yang memandangnya sinis.
Lagi-lagi Edward tercengang ketika ia diabaikan oleh Mikaila lagi.
Mikaila mendudukan dirinya tepat di kursi di dekat jendela perpustakaan. Ketika melihat kearah jendela, ia bisa melihat taman bunga mawar yang indah peninggalan mendiang ibundanya.
Gadis itu mulai membuka buku yang berjudul 'Magic' dia membuka halaman demi halaman yang menjelaskan tentang sihir yang ada di dunia ini.
Sihir di dunia ini tebagi menjadi beberapa kelompok, sesuai dengan kelebihan masing-masing. Sihir di dunia ini antara lain ialah ;
Sihir tanah : sihir tanah merupakan sihir terendah pada tingkat sihir. Sihir tanah biasanya dimiliki oleh para rakyat atau bangsawan-bangsawan bergingkat rendah, contohnya seperti baron dan Viscount.
Sihir angin : orang yang memiliki sihir angin biasanya dapat mengendalikan angin atau bahkan bisa menciptakan angin puting beliung yang sangat dahsyat apabila memiliki mana yang sangat banyak.
Sihir ice : sihir ini biasanya dimiliki oleh bangsawan yang memiliki gelar duke atau granduke bahkan archaduke. Pengendali es ini sangat kuat dan hanya bangsawan-bangsawan kelas tinggi yang memiliki elemen ini.
Sihir api : sihir api merupakan elemen sihir khas keluarga kerajaan atau kekaisaran. Tentu dengan bentuk api yang berbeda. Sihir api khas kekaisaran biasanya berwarna putih atau biru. Sedangkan sihir api keluarga kerajaan berwarna seperti api biasanya.
Sihir murni : sihir murni merupakan elemen sihir yang sangat langka, hanya orang-orang terpilih yang memiliki elemen sihir jenis ini. Sihir ini memiliki kekuatan yang kuat dan dahsyat maka dari itu sangat jarang orang yang memiliki elemen sihir murni. Orang yang memiliki sihir murni tidak akan pernah terpengaruh dengan sihir hitam.
Sihir hitam : sihir hitama atau dark magic merupakan sihir yang melambangkan kejahatan, kekuatan sihir ini bisa memanipulasi pikiran seseorang dan pemilik elemen ini biasanya adalah mereka yang menukar jiwanya dengan iblis.
Sihir cahaya : berbeda dengan sihir murni yang sangat kuat dan dahsyat. Sihir ini merupakan sihir yang sangat-sangat kuat dan maha dahsyat. Konon katanya pemilik elemen cahaya merupakan legenda sang titisan dewa dan dewi yang akan membawa perdamaian dan keabadian. Sihir cahaya atau light magic satu-satunya sihir yang bisa melawan sihir hitam atau dark magic.
Mikaila segera menutup buku tentang sihir yang baru saja selasai ia baca, beberapa informasi tentang sihir dan tekhnikh bagaimana belajar sihir cukup membantunya.
Ia segera bangkit dari duduknya, atensinya menyapu keseluruh perpustakaan. Ia dapat menghela nafas lega, karena sedari tadi anjing yang terus menggong-gong telah pergi entah kemana.
Pagi ini, Mikaila sudah bersiap-siap. Ia akan pergi ke menara sihir. Ia sudah bertekad untuk berlatih sihir.Kali ini, ia sudah tidak ingin lagi mengejar cinta orang yang tidak pernah memperdulikannya, sudah cukup untuk semua rasa sakit yang ia terima.Ia kini hanya ingin menjadi kuat, lebih kuat, hingga bisa membalaskan dendamnya.Ia akan sungguh-sungguh belajar sihir kali ini, ia tidak akan lagi menjadi bodoh dan mendapatkan hinaan dari masyarakat.Semua orang yang pernah menghinanya dan menjatuhkannya akan mendapatkan balasan yang jauh lebih menyakitkan."Marry siapkan kereta, aku akan pergi ke menera sihir hari ini," perintah Mikaila pada Marry yang kini berdiri dibelakangnya."Baik nona," jawab Marry yang langsung menyelesaikan perintah sang nona.Mikaila menatap pantulan dirinya sendiri di cermin, sedetik kemudian ia tersenyum iblis ketika mengingat
Mikaila turun dari kereta kudanya, ia menatap menara sihir dihadapannya.Sesaat, terbesit keraguan dalam pikirannya, bukan tanpa alasan, menara sihir bukanlah tempat yang bisa dikunjungi oleh sembarang orang, bahkan Raja pun tidak bisa sesuka hati untuk pergi ke menara sihir.Jika saja bukan karena si penyihir agung satu-satunya orang yang bisa membantunya, Mikaila terlalu malas untuk datang ke tempat seperti ini.Kedatangan Mikaila disambut dengan penjaga menara sihir, buru-buru Mikaila mengeluarkan token sebagai tanda persetujuan masuk.Para penjaga yang melihat token Mikaila, langsung membiarkan Mikaila masuk.Dengan langkah anggun, Mikaila berjalan memasuki menara sihir, dapat Mikaila lihat bangunan yang begitu indah dan megah, bahkan lebih megah dari istana.Mikaila melangkahkan kakinya menuju ruang khusus penyihir agung.Kemarin Mikaila sudah mengiri
"Aku ingin berkerjsama denganmu, untuk menghancurkan seseorang," ujarnya dengan senyum mengerikan di wajah cantiknya.Anhard menaikkan sebelah alisnya, seolah bertanya-tanya orang sial mana yang menjadi musuh Lady gila yang ada dihadapannya ini."Seseorang? Siapa?" tanya Anhard yang tidak bisa menyembunyikan rasa penasarannya."Intinya orang itu adalah orang yang paling ku benci sampai mati," jawab Mikaila dengan tatapan mata penuh dendam dan kebencian."Kalau aku tidak mau?"Mikaila tersenyum miring ketika mendengar jawaban Anhard, "Jika kau tidak mau yasudah, padahal awalnya aku ingin mengajak kau berkerjasama untuk menghancurkan orang yang sudah membantai keluargamu 15 tahun lalu,"Anhard menatap Mikaila seakan terkejut, fikirannya bertanya-tanya. Darimana gadis ini tau orang yang sudah membantai keluarganya 15 taun lalu? Dia saja yang sudah mencari dalam 15 tahun terakhir aka tetapi tidak bisa menemukan orang itu.15 taun la
Mikaila menatap malas pada tumpukan gaun yang sudah Marry siapkan.Hari ini adalah jadwal rutin kunjungan dirinya yang menjabat sebagai Putri mahkota ke istana kerajaan.Sebagai Putri Mahkota kerajaan ini, Mikaila diwajibkan mengunjungimu istana setiap seminggu sekali, dan hari ini adalah harinya.Jika itu Mikaila yang dulu, mungkin saat ini ia sudah berjingkrak-jingkrak kesenangan karena akan bertemu Carlos di istana, ya ... meskipun berakhir dengan Carlos yang memilih bersama Helena dibanding bersama dengannya.Namun kali ini tidak lagi, melihat wajah Carlos saja ia benar-benar tidak bisa menahan hasrat ingin membunuh bajingan menjijikan itu, apalagi hari ini ia harus bersama Carlos seharian?Mikaila hanya berharap, semoga hari ini berjalan lancar tanpa ada gangguan.Jika bisa saja memilih, ia tidak ingin datang ke istana, akan tetapi mau bagaimana lagi? Peraturan tetapl
Selepas meninggalkan istana, Mikaila langsung menuju menara sihir, ia ingin menanyakan perihal rencananya dengan Anhard, dia tidak bisa menunggu lebih lama lagi, ia tidak sabar untuk membalas semua rasa sakit yang ia terima."Lady Mikaila anda datang lagi rupanya hari ini," ujar Anhard seraya tersenyum manis."Bagaimana rencananya?" tanya Mikaila to the point.Anhard tertawa pelan ketika mendengar Mikaila yang langsung ke inti, "Seperti yang diharapkan, Lady Mikaila memang bukan orang yang suka berbasa-basi.""Aku sudah memantau orang-orang itu, akan tetapi mereka belum melakukan pergerakan yang mencurigakan," lanjutnya lagi."Terus pantau orang-orang itu, mereka bermain terlalu licik dan berhati-hati bahkan pihak kuil dan kerajaan pun tidak menaruh rasa curiga pada mereka," kata Mikaila dengan datar seperti biasanya."Tenang saja Lady, aku sudah memantau mereka d
Mikaila tidak bisa menahan sumpah serapahnya ketika ia mulai memasuki kamar, air mata tidak bisa lagi ia sembunyikan.Tubuh Mikaila menyeluruh ke ubin yang dingin, sekuat tenaga ia mencoba menahan rasa sakit tepat di ulu hatinya.Mikaila mulai terisak pelan, mati-matian ia menahan tangisannya karena ia tidak ingin ada orang lain yang melihatnya dalam kondisi terlemah.Ia pikir mungkin ia sudah mati rasa, akan tetapi ia salah besar, rasa sesak nan menyakitkan itu masih terasa nyata. Sekuat apapun ia berusaha, ia tidak bisa menghilangkan bayang-bayang kematian dirinya yang begitu tragis.Setiap hari, setiap hari ia selalu merasakan bahwa dirinya tidak berharga. Sebagaimanapun perjuangan Mikaila untuk keluarganya, mereka hanya akan tetap memandang dirinya sebagai makhluk hina."Astaga Nona." Marry berteriak panik ketika melihat kondisi Mikaila yang sudah menyedihkan, hatinya ikut merasa sakit
"Nona ada kiriman surat dari Grand Duke Acherron," lapor Marry pada Mikaila yang saat ini sedang terduduk seraya membaca salah satu buku yang ia pinjam di perpustakaan."Taruh di mejaku Marry," ucap Mikaila tanpa mengalihkan atensinya dari buku yang ia baca."Baik Nona." Marry langsung menuruti perintah Mikaila, ia langsung menaruh surat itu di meja yang Mikaila suruh.Perlahan, Mikaila menutup buku yang ia baca, ia mulai bangkit dari duduknya. Lalu ia berjalan kearah meja dan mengambil surat yang dikirimkan oleh Xavier.Dibukanya surat tersebut, lalu ia mengambil isi surat dan membacanya.'Datang ke guild informasi lagi, aku sudah menemukan notaris terbaik di kerajaan ini.'Tertanda : Xavier Grizan de AcherronSenyum miring tercetak jelas di wajah cantik Mikaila, akhirnya ia menemukan satu orang lagi untuk membantunya dalam permainan balas dendam ini.
Selepas meninggalkan guild informasi Mikaila sengaja berjalan melewati pasar, ia ingin melihat secara langsung para rakyat yang tengah melakukan transaksi jual-beli.Selama bertahun-tahun ia hidup, jujur saja ia tidak pernah menginjakkan kakinya di pasar yang menurutnya sangat kotor dan menjijikan saat itu. Sebagai seorang putri bungsu Duke, meskipun ia selalu diabaikan oleh keluarganya, tentu saja semua keinginannya tercukupi. Jadi Mikaila tidak pernah menginjakkan kakinya di pasar sekalipun.Gadis cantik itu terus berjalan-jalan di sekitaran pasar, mengamati keadaan dan suasana di sana, rupanya tak seburuk yang ia duga.Melihat para penjual makanan, membuat Mikaila lapar, akhirnya gadis cantik itu berjalan kearah si penjual."Berapa satunya?" tanya Mikaila pada si penjual tersebut."5 koin tembaga," jawab si penjual.Sontak saja Mikaila merasa kaget ketika mendengar harga yang disebutkan oleh si penjual, harga makanan ringan di
Saat ini, keluarga Theo sudah sampai di dunia manusia. Mereka menyamar, sebagai manusia biasa, karena tidak ingin manusia-manusia di sana ricuh dengan kedatangan mereka.Theo berserta istri dan anaknya, langsung pergi ke kerajaan Valcke. Karena sebelumnya, Mikaila sudah memberitahukan kedatangannya pada Serena, melalui kalung yang waktu itu dia berikan pada Serena. Ternyata, kalung itu selain berguna untuk melindungi Serena, juga bisa digunakan untuk berkomunikasi.Cara kerjanya mirip dengan alat sihir yang dibuat oleh Anhard waktu itu. Hanya saja ini berbentuk kalung.Sekarang, Leonard dan Serena telah menjadi raja dan ratu kerajaan Valcke. Semenjak kejadian jatuhnya Irene waktu itu dan semua kebusukan Irene terbongkar, Irene langsung di hukum mati dengan cara dipenggal atas segala dosa-dosanya. Jasad Carlos dimakamkan di makam khusus kerajaan, karena biar bagaimanapun dia mati sebagai pahlawan.Dan semenjak kejadian itu semua, Petricio jatuh
7 tahun kemudian"Tidak, Ayah, aku ingin bersama Ibu, Ayah pergi sana." Bocah kecil berusia kisaran tujuh tahun itu menatap Theo dengan galak, dia memeluk Mikaila seolah takut Theo, akan mengambil ibunya darinya.Ya, bocah berusia tujuh tahun itu adalah anak Mikaila dan Theo. Namanya Axelion, tidak ada alasan khusus mengapa Theo dan Mikaila menamai anaknya seperti itu. Nama ini, Theo dapat secara tidak sengaja ketika sedang memikirkan nama yang bagus untuk anaknya. Akhirnya, tanpa sengaja Theo mempunyai ide untuk memberikan nama Axelion pada anaknya itu.Saat Mikaila melahirkan Axelion, Mikaila merasakan rasa sakit yang begitu luar biasa. Saat Mikaila sedang melahirkan, suara petir bergemuruh diiringi dengan terdengarnya suara tangisan bayi.Sesuai dengan yang sudah ditakdirkan, keturunan Dewi Cahaya dan Dewa Kegelapan akan memiliki kekuatan yang maha dahsyat, dan Axelion adalah buktinya.Saat pertama kali Axel
Saat ini, Mikaila sedang mengandung anak pertama mereka. Usia pernikahan Mikaila dan Theo sudah berjalan 7 bulan, dan di bulan ke-tiga pernikahan mereka, Mikaila telah telah mengandung buah hati mereka. Karena Mikaila adalah seorang Dewi dan Theo adalah seorang Dewa. Tentu saja kehamilan Mikaila tidak seperti manusia normal.Di kehamilannya yang baru menginjak bulan ke-tiga ini, perut Mikaila sudah membesar seperti orang yang telah hamil sembilan bulan.Mikaila dan Theo saat ini tengah bersantai di kamar mereka, Theo yang kini telah menjadi Dewa Agung, memiliki tanggung jawab yang besar dan jarang memiliki waktu bersama istri tercintanya.Makanya ketika ada waktu luang begini, biasanya akan Theo gunakan untuk bermanja-manja pada Mikaila. Seperti saat ini, dia dengan manjanya tertidur di pangkuan Mikaila, dengan paha Mikaila sebagai bantalnya, wajahnya menghadap langsung pada perut Mikaila yang sudah membuncit sesekali Theo mengecupi perut bunci
"Dewa Agung, gawat! Dewa Kegelapan dan Dewi Cahaya telah bangkit dan sepertinya mereka akan membalas dendam karena peperangan besar yang terjadi waktu itu!" Salah satu orang kepercayaan Dewa Agung lari dengan terburu-buru menghampiri Dewa Agung. Dia khawatir, bahwa Mikaila dan Theo akan bersatu dan pada akhirnya membunuh Dewa Agung."Mereka sudah bangkit kembali?" tanya Dewa Agung, yang dibalas dengan anggukan oleh orang kepercayaannya itu.Bukannya takut, Dewa agung itu malah tersenyum. "Kita lihat, sampai mana bocah-bocah itu, berhasil melawanku," katanya yang masih saja merasa sombong.BoomTepat setelah Dewa Agung berkata seperti itu, pintu istana Royalgeez hancur. Semua yang ada di dalam ruangan nampak kaget. Setelahnya, mereka melihat Mikaila dan Theo yang berdiri dengan gagahnya di hadapan mereka.Mikaila menatap Dewa Agung yang ada di kursi singgasana dengan pandangan dingin. Sesuai sumpahnya waktu itu, dia a
1000 tahun laluMikaila memeluk tubuh Theo yang sudah tidak bernyawa, dia menangis keras karena kini lelaki yang dicintainya tidak lagi memiliki tanda-tanda akan membuka matanya."Theo kau harus bangun! Kau tidak bisa meninggalkan aku sendiri di sini," ucap Mikaila sambil memeluk wajah Theo yang kini sudah dipenuhi darah. Bahkan kini pakaian yang dikenakan oleh Mikaila ikut memerah karena terkena darah milik pria itu.Mikaila merasa dunianya runtuh, dia tidak tahu bahwa perang besar ini akan terjadi. Dewa agung dan pasukannya terlalu licik, mereka tahu bahwa Theo kehilangan alat pengendali alam kegelapan miliknya. Dan saat kesempatan ini, mereka menyerang Theo dan membuatnya kalah dengan mudah.Mikaila tahu, dari dulu Dewa Agung selalu takut posisinya terancam oleh Theo karena semakin lama, Theo semakin kuat. Di dunia ini, di mana yang kuat adalah pemenangnya. Dan jika Theo terus bertambah kuat, maka kemungkinan besar Theo bisa mengalahkan Dew
Setelah Javis menghilang, suasana mencekam pun hilang, angin dan kabut yang sangat kencang pun reda.Kini suasana kembali tenang. Cahaya bulan purnama merah telah meredup. Kini digantikan dengan cahaya bulan dan bintang.Mikaila tersenyum menatap Theo, yang dibalas dengan senyuman oleh lelaki itu.Dua orang itu saling berjalan menghampiri. Lalu, Mikaila kembali mendekap kembali tubuh Theo dengan erat. "Akhirnya, aku tidak jadi kehilanganmu, aku taku sekali," ucap Mikaila dalam dekapan Theo."Aku tidak akan pernah pergi Kai, aku akan selalu ada untukmu, dan semuanya akan selalu baik-baik saja," bisik Theo tepat di telinga Mikaila, seraya mengecup lama puncak kepala gadis itu."Apakah setelah ini, kita akan kembali ke dunia Dewa?" tanya Mikaila mendongkakan kepalanya, dan mata biru tuanya bertatapan langsung dengan mata violet milik Theo."Ya, karena biar bagaimanapun ini bukanlah dunia kita," jawabnya sambil mengelus p
Tiba-tiba saja terdengar suara ledakan yang sangat kuat, itu adalah Carlos yang menggunakannya tubuhnya untuk menerobos pada lingkaran sihir hitam yang dibuat oleh Javis.Carlos dengan cepat mengambil alat berbentuk segitiga yang mengapung di udara itu. Dan ketika Carlos berhasil mengambil alat itu, seluruh tubuhnya terasa remuk, organ dalamnya seakan hancur. Namun, akibat hal itu pula tubuh Javis terpental karena dorongan kekuatan yang berbalik padanya.Semua yang menyaksikan hal ini merasa terkejut, dengan aksi heroik Carlos yang tiba-tiba. Tidak ada yang menyangka, bahwa Carlos yang mereka anggap tidak layak untuk menjadi putra mahkota akan mengorbankan nyawanya sendiri.Seperti yang dikatakan oleh Theo barusan, hal ini hanya bisa dilakukan oleh pemilik darah kegelapan. Karena alat itu adalah pengendali alam kegelapan jadi hanya bisa ditaklukkan oleh pemilik darah kegelapan juga.Orang tua Carlos adalah pengikut Kegelapan, jadi ketika
Namun, bukannya takut Javis malah tertawa bahagia. "Hahaha Mikaila, apakah kau pikir, kau bisa membunuhku? Simpan pikiranmu itu karena sebelum kau membunuhku aku dulu yang akan membuatmu mati dan menghancurkan dunia ini!" Javis mengeluarkan alat pengendali alam kegelapan. Alat itu berbentuk segitiga dan di tengah-tengahnya terdapat simbol bunga.Sementara Theo yang tahu apa yang ingin Javis lakukan merasa panik. Iblis gila itu ingin menghancurkan dunia dengan alat pengendali alam kegelapan. Karena alat pengendali alam kegelapan milik seorang Dewa. Tentu saja kekuatannya tidak bisa dibandingkan dengan kekuatan orang-orang yang ada di dunia ini.Terlebih alat itu, juga dianggap sebagai alat yang sangat kuat di dunia para Dewa. Jika Javis sampai menghancurkan dunia ini menggunakan alat pengendali alam kegelapan, maka semuanya musnah. Dunia akan hancur, dan dunia Dewa pun akan setengahnya hancur."Kau gila Javis, kembalikan alat itu padaku! karena aku lah pemi
Theo yang melihat hal ini merasa khawatir. Dia menghampiri Mikaila, dan memegang bahu gadis itu. "Kau tidak apa-apa? Jangan bertarung dengan dia lagi, kau diam. Biar aku yang akan mengalahkannya."Mikaila menggelengkan kepalanya. "Tidak, kekuatanmu belum bangkit sepenuhnya, jika kau nekad untuk melawannya maka kau akan mati. Aku tidak ingin, melihatmu mati dihadapanku untuk kedua kalinya. Aku tidak ingin Theo," ucap Mikaila yang masih terbayang dengan memori masa lalu."Ta—"Belum sempat Theo berucap, Mikaila sudah memulai pertarungan kembali dengan Javis, si Raja Iblis itu.Kali ini, Mikaila fokus bertarung. Dia menganalisa kekuatan lawan terlebih dahulu.Sedangkan Javis, hanya tersenyum remeh melihat Mikaila yang nampak begitu berani.Sebenarnya, kekuatan Javis sebagai Raja iblis sangat tidak mungkin untuk menang, hanya saja karena saat ini Javis sudah memakan darah-darah manusia selama ribuan tahun, dan telah