Mikaila meringis saat menatap gaun-gaun yang ada di lemarinya, semua gaun di dalam lemarinya sebagian besar tidak ada yang benar, pakaian yang begitu cerah dan dengan model yang norak membuat Mikaila bergidik ngeri, setelah di pikir-pikir pantas saja ia selalu di hina di pergaulan sosial kelas atas, toh dirinya memiliki selera gaun yang mengerikan.
"Astaga tidak aku sangka aku benar-benar memiliki selera yang menjijikan," monolognya sembari menatap gaun-gaun itu jijik.
Lama Mikaila memilih, pilihannya jatuh pada gaun berwarna pastel dengan desain halus dan elegan, gaun ini lebih baik dibanding gaun-gaun lainnya.
Mikaila segera memakai gaun itu dengan dibantu Marry dan beberapa pelayan lainnya. Dan benar saja, gaun itu nampak sangat cocok dipakai oleh Mikaila.
"Astaga nona, anda benar-benar cantik. Sungguh saya tak menyangka apabila ini nona," decak Marry dengan penuh kekaguman.
Mikaila tak menjawab ia hanya terkekeh pelan, Mikaila memang cantik sangat cantik malah, bukannya ia merasa sombong atau tinggi hati, tapi itu adalah Kenyataan. Dengan lekuk tubuh yang sempurna meskipun diumurnya yang baru 15 taun, kulitnya yang seputih susu. Mata bulatnya yang sejernih kristal, hidungnya yang mancung dan bibirnya yang kecil begitu menggoda. Ayolah, Mikaila sangat cantik bahkan lebih cantik dari Helena yang dirumorkan wanita paling cantik dikerajaan.
Namun sayangnya Mikaila menyembunyikan kecantikannya. Bukan tanpa alasan Mikaila melakukannya, Mikaila yang dulu begitu bodoh, ia pikir dengan ia berdandan dan berpakaian cerah ia akan berhasil mendapatkan cinta pangeran, namun semuanya salah, Pangeran malah memandangnya sebagai wanita yang menjijikan dan buruk rupa seperti badut.
Haish ya lelaki mana yang tidak kesal apabila ditempeli dengan perempuan mengerikan seperti Mikaila, ya tapi setidaknya Mikaila begitu tulus pada sang pangeran.
Ia menatap dirinya di cermin, sungguh ia kagum dengan kecantikannya sendiri, heh dengan kecantikan seperti ini dia tidak akan pernah mau lagi mengejar pura mahkota sialan itu.
"Nona, anda ingin gaya rambut seperti apa hari ini?" tanya Marry yang kini tengah menyisir surai coklat Mikaila yang sangat lembut.
"Hm tidak usah, lebih baik digerai saja," jawab Mikaila sembari terus menatap dirinya di cermin.
"Baik Nona."
"Marry, apa jadwalku hari ini?" tanya Mikaila
"Jadwal nona hari ini adalah belajar tatak krama dengan countess Charemon dan belajar sejarah dengan vicsount Deorwine ," jawab Marry dengan cepat.
Mikaila tidak menjawab, ia hanya tersenyum. Dalam pikirannya, ia akan membuat suatu perubahan yang sangat menyenangkan.
"Salam kepada Nona Mikaila Arundell semoga dewi cahaya selalu memberkati anda." Mikaila mengalihkan atensinya kepada pelayan yang baru saja masuk dan memberikan salam kepadanya.
"Ada apa?" tanya Mikaila dengan dingin.
Pelayan itu tersentak, hari ini ada yang berbeda dengan Nona Mikaila, biasanya gadis itu akan menjawabnya dengan ketus atau bahkan menyentak, tapi kali ini berbeda, sang nona menjawab dengan begitu dingin dan penuh wibawa.
"Yang mulia duke, sudah menunggu anda untuk sarapan bersama nona," jawab sang pelayan yang masih membungkuk hormat.
"Cih, tumben sekali pria itu menungguku untuk sarapan bersama." Mikaila berdecih, tidak peduli apabila suaranya terdengar oleh pelayan itu.
Marry dan pelayan itu lagi-lagi tersentak kaget, mereka semua tau bagaimana nonanya selalu menggunakan semua cara untuk menarik perhatian Duke, tapi apa ini? Sang nona malah berdecih dan menggurut seolah Duke adalah pengganggu?
"Baiklah aku akan segera datang, tolong katakan seperti kepada yang mulia duke," lanjutnya lagi.
"Baik nona, akan saya sampaikan." Setelah mengucapkan itu, si pelayan langsung pergi. Meninggalkan Mikaila dan Marry berdua di dalam kamar.
+++
Sepanjang jalan, para pelayan yang melihat Mikaila terkaget dan terpesona. Mikaila sangat cantik, tidak ada lagi Mikaila dengan senyum bodoh dengan riasan wajah yang mengerikan, dengan gaun berwarna cerah dan modelan norak, atau dengan gaya rambut seperti anak kecil yang membuat orang sakit mata melihatnya.
Kini Mikaila berjalan dengan anggun, dengan wajah polos yang menunjukan kecantikannya, dan gaun yang sangat cocok dikulit putih susunya.
Para pelayan berbisik dan berdecak kagum, sungguh Mikaila sangat cantik, kecantikannya seperti dewi yang baru saja turun ke bumi yang Tersesat diantara manusia-manusia.
Sementara Mikaila hanya diam dengan ekspresi datar, masih berjalan dengan anggun menuju ruang makan.
"Salam kepada yang mulia duke yang terhormat, tuan muda pertama, tuan muda kedua dan tuan muda ketiga, semoga dewi cahaya selalu memberkati kalian." Mikaila membungkukkan badannya hormat. Suaranya terdengar sangat halus dan murni membuat siapapun yang mendengarnya merasa tenang.
Kevlan, Antonio, Edward dan Evands diabuat tak percaya, wajah mereka terlihat terkejut ketika melihat Mikaila yang sangat berbeda dari biasanya. Tidak ada lagi Mikaila yang berisik dan mengoceh dengan tidak sopan juga Mikaila yang selalu menempel manja pada mereka. Mikaila berbeda, ia tidak pernah memanggil mereka dengan panggilan yang mulia duke atau tuan muda. Biasanya Mikaila akan langsung melompat kepelukan sang duke dan berkata, "Ayah aku rindu."
Namun kali ini berbeda, Mikaila membungkuk hormat kepada mereka seolah mereka hanyalah orang asing. Namun sesaat kemudian mereka tidak peduli toh keesokan harinya mungkin Mikaila akan kembali pada kebiasaan lamanya.
Tanpa menunggu jawaban dari mereka, Mikaila segera duduk ditempatnya, toh mereka juga tidak akan pernah menjawab salam Mikaila. Seperti biasanya, bagi mereka Mikaila hanyalah hama penngganggu.
Mikaila makan dengan tenang, cara makannya indah dan elegan. Seperti cara makan seorang ratu disebuah kerajaan. Oh ayolah, dirinya sudah sering melihat cara Mikaila versi dewasa makan, ia sudah banyak belajar dari mimpinya itu.
Ke-empat lelaki berbeda umur itu lagi-lagi dibuat terpana oleh Mikaila, wajahnya yang sangat cantik bahkan mengalahkan kecantikan Helena yang dirumorkan wanita tercantik dikerajaan.
Sarapan pagi ini cukup tenang, tidak ada yang berbicara mereka makan sampai selesai.
"Aku sudah selesai, saya pamit undur diri yang mulia duke, tuan muda pertama, tuan muda kedua dan tuan muda ketiga, saya pamit." Mikaila membungkukkan badannya hormat setelah selesai memakan sarapannya.
Ia segera pergi meninggalkan keempat lelaki yang masih terpaku tersebut.
+++
"Tidak perlu terlalu hormat Countess bagaimanapun anda adalah guru saya saat ini, jadi tidak perlu terlalu formal," ucap Mikaila sembari tersenyum sopan.
Memang sistem kasta di kerajaan ini masih sangat berlaku, dimana orang yang berpangkat lebih rendah haeus membungkuk hormat kepada orang yang lebih tinggi. Dan Mikaila membenci sistem kasta yang seperti itu.
Countess terkejut mendengar perkataan Mikaila, ayolah memangnya siapa yang tidak tau Mikaila Arundel? Semua orang di kerajaan ini tau bahwa Mikaila dijuluki sebagai Lady gila budak cinta putra mahkota. Setiap harinya menganggu putra mahkota dan selalu merendahkan seseorang yang pangkatnya lebih rendah. Tapi apa ini? Ia jelas-jelas sangat sopan dan elegan.
"Baik Lady, sesuai keinginan anda," balas Rachel sang countess dengan tersenyum ramah.
"Baik Lady, mari kita mulai pelajaran etiket hari ini," lanjutnya dan memulai kelas etiket.
Kelas etiket dimulai materi pembelajaran hari ini adalah etiket pesta teh para Lady. Dan Rachell lagi-lagi dibuat takjub dengan etiket Mikaila yang sempurna.
"Hebat sekali Lady, etiket anda benar-benar sempurna." Rachell berdecak kagum, ia yakin bahwa Lady Mikaila belum memulai debutnya tapi etiketnya benar-benar sudah sangat sempurna.
"Anda terlalu memuji saya countess, saya bisa seperti ini berkat ajaran anda," balas Mikaila dengan rendah hati.
"Tidak, anda memang hebat Lady. Saya hanya mempraktekkan ini satu kali dan anda sudah langsung bisa melakukannya dengan sempurna, saya benar-benar kagum dengan anda."
Mikaila tersenyum sopan, "Terima kasih countess, namun sekali lagi, ini semua berkat anda."
"Baik saya rasa materi kali ini sudah cukup, saya permisi Lady," pamit Rachell mengundurkan diri.
"Ya countess hati-hati di jalan," jawab Mikaila dibarengi salam ala Lady.
Setelah Rachell pergi, Mikaila tersenyum smirk.
'Satu anjing untuk menjatuhkan Helena, mulai tertangkap,' batinnya menyeringai.
Sedari tadi Mikaila sudah berguling-guling di kasur empuknya, bukan karena dia gila, bukan. Dia sudah terlalu bosan seharian ini tidak melakukan aktivitas apapun, biasanya hari-hari yang ia lakukan adalah mengejar Carlos, tapi kali ini tidak lagi, tidak sudi."Astaga aku bisa mati kebosanan apabila terus seperti ini," monolognya sedikit berteriak kesal.Mikaila menghembuskan nafasnya lelah, ia mulai menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut tebal dan lanjut berguling diatas kasur empuknya.Lama melakukan hal yang unfaedah seperti itu, dirinya mulai berhenti karena pusing.Setelah lama berpikir kemana ia saat ini, lebih baik ia mengunjungi perpustakaan membaca banyak buku untuk menambah pengetahuan."Marry bantu aku untuk bersiap, aku ingin pergi ke perpustakaan."Marry segera menghadap sang nona, dirinya dibuat kaget mendengar Mikaila ingin pergi ke perpustakaan. Apakah mun
Pagi ini, Mikaila sudah bersiap-siap. Ia akan pergi ke menara sihir. Ia sudah bertekad untuk berlatih sihir.Kali ini, ia sudah tidak ingin lagi mengejar cinta orang yang tidak pernah memperdulikannya, sudah cukup untuk semua rasa sakit yang ia terima.Ia kini hanya ingin menjadi kuat, lebih kuat, hingga bisa membalaskan dendamnya.Ia akan sungguh-sungguh belajar sihir kali ini, ia tidak akan lagi menjadi bodoh dan mendapatkan hinaan dari masyarakat.Semua orang yang pernah menghinanya dan menjatuhkannya akan mendapatkan balasan yang jauh lebih menyakitkan."Marry siapkan kereta, aku akan pergi ke menera sihir hari ini," perintah Mikaila pada Marry yang kini berdiri dibelakangnya."Baik nona," jawab Marry yang langsung menyelesaikan perintah sang nona.Mikaila menatap pantulan dirinya sendiri di cermin, sedetik kemudian ia tersenyum iblis ketika mengingat
Mikaila turun dari kereta kudanya, ia menatap menara sihir dihadapannya.Sesaat, terbesit keraguan dalam pikirannya, bukan tanpa alasan, menara sihir bukanlah tempat yang bisa dikunjungi oleh sembarang orang, bahkan Raja pun tidak bisa sesuka hati untuk pergi ke menara sihir.Jika saja bukan karena si penyihir agung satu-satunya orang yang bisa membantunya, Mikaila terlalu malas untuk datang ke tempat seperti ini.Kedatangan Mikaila disambut dengan penjaga menara sihir, buru-buru Mikaila mengeluarkan token sebagai tanda persetujuan masuk.Para penjaga yang melihat token Mikaila, langsung membiarkan Mikaila masuk.Dengan langkah anggun, Mikaila berjalan memasuki menara sihir, dapat Mikaila lihat bangunan yang begitu indah dan megah, bahkan lebih megah dari istana.Mikaila melangkahkan kakinya menuju ruang khusus penyihir agung.Kemarin Mikaila sudah mengiri
"Aku ingin berkerjsama denganmu, untuk menghancurkan seseorang," ujarnya dengan senyum mengerikan di wajah cantiknya.Anhard menaikkan sebelah alisnya, seolah bertanya-tanya orang sial mana yang menjadi musuh Lady gila yang ada dihadapannya ini."Seseorang? Siapa?" tanya Anhard yang tidak bisa menyembunyikan rasa penasarannya."Intinya orang itu adalah orang yang paling ku benci sampai mati," jawab Mikaila dengan tatapan mata penuh dendam dan kebencian."Kalau aku tidak mau?"Mikaila tersenyum miring ketika mendengar jawaban Anhard, "Jika kau tidak mau yasudah, padahal awalnya aku ingin mengajak kau berkerjasama untuk menghancurkan orang yang sudah membantai keluargamu 15 tahun lalu,"Anhard menatap Mikaila seakan terkejut, fikirannya bertanya-tanya. Darimana gadis ini tau orang yang sudah membantai keluarganya 15 taun lalu? Dia saja yang sudah mencari dalam 15 tahun terakhir aka tetapi tidak bisa menemukan orang itu.15 taun la
Mikaila menatap malas pada tumpukan gaun yang sudah Marry siapkan.Hari ini adalah jadwal rutin kunjungan dirinya yang menjabat sebagai Putri mahkota ke istana kerajaan.Sebagai Putri Mahkota kerajaan ini, Mikaila diwajibkan mengunjungimu istana setiap seminggu sekali, dan hari ini adalah harinya.Jika itu Mikaila yang dulu, mungkin saat ini ia sudah berjingkrak-jingkrak kesenangan karena akan bertemu Carlos di istana, ya ... meskipun berakhir dengan Carlos yang memilih bersama Helena dibanding bersama dengannya.Namun kali ini tidak lagi, melihat wajah Carlos saja ia benar-benar tidak bisa menahan hasrat ingin membunuh bajingan menjijikan itu, apalagi hari ini ia harus bersama Carlos seharian?Mikaila hanya berharap, semoga hari ini berjalan lancar tanpa ada gangguan.Jika bisa saja memilih, ia tidak ingin datang ke istana, akan tetapi mau bagaimana lagi? Peraturan tetapl
Selepas meninggalkan istana, Mikaila langsung menuju menara sihir, ia ingin menanyakan perihal rencananya dengan Anhard, dia tidak bisa menunggu lebih lama lagi, ia tidak sabar untuk membalas semua rasa sakit yang ia terima."Lady Mikaila anda datang lagi rupanya hari ini," ujar Anhard seraya tersenyum manis."Bagaimana rencananya?" tanya Mikaila to the point.Anhard tertawa pelan ketika mendengar Mikaila yang langsung ke inti, "Seperti yang diharapkan, Lady Mikaila memang bukan orang yang suka berbasa-basi.""Aku sudah memantau orang-orang itu, akan tetapi mereka belum melakukan pergerakan yang mencurigakan," lanjutnya lagi."Terus pantau orang-orang itu, mereka bermain terlalu licik dan berhati-hati bahkan pihak kuil dan kerajaan pun tidak menaruh rasa curiga pada mereka," kata Mikaila dengan datar seperti biasanya."Tenang saja Lady, aku sudah memantau mereka d
Mikaila tidak bisa menahan sumpah serapahnya ketika ia mulai memasuki kamar, air mata tidak bisa lagi ia sembunyikan.Tubuh Mikaila menyeluruh ke ubin yang dingin, sekuat tenaga ia mencoba menahan rasa sakit tepat di ulu hatinya.Mikaila mulai terisak pelan, mati-matian ia menahan tangisannya karena ia tidak ingin ada orang lain yang melihatnya dalam kondisi terlemah.Ia pikir mungkin ia sudah mati rasa, akan tetapi ia salah besar, rasa sesak nan menyakitkan itu masih terasa nyata. Sekuat apapun ia berusaha, ia tidak bisa menghilangkan bayang-bayang kematian dirinya yang begitu tragis.Setiap hari, setiap hari ia selalu merasakan bahwa dirinya tidak berharga. Sebagaimanapun perjuangan Mikaila untuk keluarganya, mereka hanya akan tetap memandang dirinya sebagai makhluk hina."Astaga Nona." Marry berteriak panik ketika melihat kondisi Mikaila yang sudah menyedihkan, hatinya ikut merasa sakit
"Nona ada kiriman surat dari Grand Duke Acherron," lapor Marry pada Mikaila yang saat ini sedang terduduk seraya membaca salah satu buku yang ia pinjam di perpustakaan."Taruh di mejaku Marry," ucap Mikaila tanpa mengalihkan atensinya dari buku yang ia baca."Baik Nona." Marry langsung menuruti perintah Mikaila, ia langsung menaruh surat itu di meja yang Mikaila suruh.Perlahan, Mikaila menutup buku yang ia baca, ia mulai bangkit dari duduknya. Lalu ia berjalan kearah meja dan mengambil surat yang dikirimkan oleh Xavier.Dibukanya surat tersebut, lalu ia mengambil isi surat dan membacanya.'Datang ke guild informasi lagi, aku sudah menemukan notaris terbaik di kerajaan ini.'Tertanda : Xavier Grizan de AcherronSenyum miring tercetak jelas di wajah cantik Mikaila, akhirnya ia menemukan satu orang lagi untuk membantunya dalam permainan balas dendam ini.
Saat ini, keluarga Theo sudah sampai di dunia manusia. Mereka menyamar, sebagai manusia biasa, karena tidak ingin manusia-manusia di sana ricuh dengan kedatangan mereka.Theo berserta istri dan anaknya, langsung pergi ke kerajaan Valcke. Karena sebelumnya, Mikaila sudah memberitahukan kedatangannya pada Serena, melalui kalung yang waktu itu dia berikan pada Serena. Ternyata, kalung itu selain berguna untuk melindungi Serena, juga bisa digunakan untuk berkomunikasi.Cara kerjanya mirip dengan alat sihir yang dibuat oleh Anhard waktu itu. Hanya saja ini berbentuk kalung.Sekarang, Leonard dan Serena telah menjadi raja dan ratu kerajaan Valcke. Semenjak kejadian jatuhnya Irene waktu itu dan semua kebusukan Irene terbongkar, Irene langsung di hukum mati dengan cara dipenggal atas segala dosa-dosanya. Jasad Carlos dimakamkan di makam khusus kerajaan, karena biar bagaimanapun dia mati sebagai pahlawan.Dan semenjak kejadian itu semua, Petricio jatuh
7 tahun kemudian"Tidak, Ayah, aku ingin bersama Ibu, Ayah pergi sana." Bocah kecil berusia kisaran tujuh tahun itu menatap Theo dengan galak, dia memeluk Mikaila seolah takut Theo, akan mengambil ibunya darinya.Ya, bocah berusia tujuh tahun itu adalah anak Mikaila dan Theo. Namanya Axelion, tidak ada alasan khusus mengapa Theo dan Mikaila menamai anaknya seperti itu. Nama ini, Theo dapat secara tidak sengaja ketika sedang memikirkan nama yang bagus untuk anaknya. Akhirnya, tanpa sengaja Theo mempunyai ide untuk memberikan nama Axelion pada anaknya itu.Saat Mikaila melahirkan Axelion, Mikaila merasakan rasa sakit yang begitu luar biasa. Saat Mikaila sedang melahirkan, suara petir bergemuruh diiringi dengan terdengarnya suara tangisan bayi.Sesuai dengan yang sudah ditakdirkan, keturunan Dewi Cahaya dan Dewa Kegelapan akan memiliki kekuatan yang maha dahsyat, dan Axelion adalah buktinya.Saat pertama kali Axel
Saat ini, Mikaila sedang mengandung anak pertama mereka. Usia pernikahan Mikaila dan Theo sudah berjalan 7 bulan, dan di bulan ke-tiga pernikahan mereka, Mikaila telah telah mengandung buah hati mereka. Karena Mikaila adalah seorang Dewi dan Theo adalah seorang Dewa. Tentu saja kehamilan Mikaila tidak seperti manusia normal.Di kehamilannya yang baru menginjak bulan ke-tiga ini, perut Mikaila sudah membesar seperti orang yang telah hamil sembilan bulan.Mikaila dan Theo saat ini tengah bersantai di kamar mereka, Theo yang kini telah menjadi Dewa Agung, memiliki tanggung jawab yang besar dan jarang memiliki waktu bersama istri tercintanya.Makanya ketika ada waktu luang begini, biasanya akan Theo gunakan untuk bermanja-manja pada Mikaila. Seperti saat ini, dia dengan manjanya tertidur di pangkuan Mikaila, dengan paha Mikaila sebagai bantalnya, wajahnya menghadap langsung pada perut Mikaila yang sudah membuncit sesekali Theo mengecupi perut bunci
"Dewa Agung, gawat! Dewa Kegelapan dan Dewi Cahaya telah bangkit dan sepertinya mereka akan membalas dendam karena peperangan besar yang terjadi waktu itu!" Salah satu orang kepercayaan Dewa Agung lari dengan terburu-buru menghampiri Dewa Agung. Dia khawatir, bahwa Mikaila dan Theo akan bersatu dan pada akhirnya membunuh Dewa Agung."Mereka sudah bangkit kembali?" tanya Dewa Agung, yang dibalas dengan anggukan oleh orang kepercayaannya itu.Bukannya takut, Dewa agung itu malah tersenyum. "Kita lihat, sampai mana bocah-bocah itu, berhasil melawanku," katanya yang masih saja merasa sombong.BoomTepat setelah Dewa Agung berkata seperti itu, pintu istana Royalgeez hancur. Semua yang ada di dalam ruangan nampak kaget. Setelahnya, mereka melihat Mikaila dan Theo yang berdiri dengan gagahnya di hadapan mereka.Mikaila menatap Dewa Agung yang ada di kursi singgasana dengan pandangan dingin. Sesuai sumpahnya waktu itu, dia a
1000 tahun laluMikaila memeluk tubuh Theo yang sudah tidak bernyawa, dia menangis keras karena kini lelaki yang dicintainya tidak lagi memiliki tanda-tanda akan membuka matanya."Theo kau harus bangun! Kau tidak bisa meninggalkan aku sendiri di sini," ucap Mikaila sambil memeluk wajah Theo yang kini sudah dipenuhi darah. Bahkan kini pakaian yang dikenakan oleh Mikaila ikut memerah karena terkena darah milik pria itu.Mikaila merasa dunianya runtuh, dia tidak tahu bahwa perang besar ini akan terjadi. Dewa agung dan pasukannya terlalu licik, mereka tahu bahwa Theo kehilangan alat pengendali alam kegelapan miliknya. Dan saat kesempatan ini, mereka menyerang Theo dan membuatnya kalah dengan mudah.Mikaila tahu, dari dulu Dewa Agung selalu takut posisinya terancam oleh Theo karena semakin lama, Theo semakin kuat. Di dunia ini, di mana yang kuat adalah pemenangnya. Dan jika Theo terus bertambah kuat, maka kemungkinan besar Theo bisa mengalahkan Dew
Setelah Javis menghilang, suasana mencekam pun hilang, angin dan kabut yang sangat kencang pun reda.Kini suasana kembali tenang. Cahaya bulan purnama merah telah meredup. Kini digantikan dengan cahaya bulan dan bintang.Mikaila tersenyum menatap Theo, yang dibalas dengan senyuman oleh lelaki itu.Dua orang itu saling berjalan menghampiri. Lalu, Mikaila kembali mendekap kembali tubuh Theo dengan erat. "Akhirnya, aku tidak jadi kehilanganmu, aku taku sekali," ucap Mikaila dalam dekapan Theo."Aku tidak akan pernah pergi Kai, aku akan selalu ada untukmu, dan semuanya akan selalu baik-baik saja," bisik Theo tepat di telinga Mikaila, seraya mengecup lama puncak kepala gadis itu."Apakah setelah ini, kita akan kembali ke dunia Dewa?" tanya Mikaila mendongkakan kepalanya, dan mata biru tuanya bertatapan langsung dengan mata violet milik Theo."Ya, karena biar bagaimanapun ini bukanlah dunia kita," jawabnya sambil mengelus p
Tiba-tiba saja terdengar suara ledakan yang sangat kuat, itu adalah Carlos yang menggunakannya tubuhnya untuk menerobos pada lingkaran sihir hitam yang dibuat oleh Javis.Carlos dengan cepat mengambil alat berbentuk segitiga yang mengapung di udara itu. Dan ketika Carlos berhasil mengambil alat itu, seluruh tubuhnya terasa remuk, organ dalamnya seakan hancur. Namun, akibat hal itu pula tubuh Javis terpental karena dorongan kekuatan yang berbalik padanya.Semua yang menyaksikan hal ini merasa terkejut, dengan aksi heroik Carlos yang tiba-tiba. Tidak ada yang menyangka, bahwa Carlos yang mereka anggap tidak layak untuk menjadi putra mahkota akan mengorbankan nyawanya sendiri.Seperti yang dikatakan oleh Theo barusan, hal ini hanya bisa dilakukan oleh pemilik darah kegelapan. Karena alat itu adalah pengendali alam kegelapan jadi hanya bisa ditaklukkan oleh pemilik darah kegelapan juga.Orang tua Carlos adalah pengikut Kegelapan, jadi ketika
Namun, bukannya takut Javis malah tertawa bahagia. "Hahaha Mikaila, apakah kau pikir, kau bisa membunuhku? Simpan pikiranmu itu karena sebelum kau membunuhku aku dulu yang akan membuatmu mati dan menghancurkan dunia ini!" Javis mengeluarkan alat pengendali alam kegelapan. Alat itu berbentuk segitiga dan di tengah-tengahnya terdapat simbol bunga.Sementara Theo yang tahu apa yang ingin Javis lakukan merasa panik. Iblis gila itu ingin menghancurkan dunia dengan alat pengendali alam kegelapan. Karena alat pengendali alam kegelapan milik seorang Dewa. Tentu saja kekuatannya tidak bisa dibandingkan dengan kekuatan orang-orang yang ada di dunia ini.Terlebih alat itu, juga dianggap sebagai alat yang sangat kuat di dunia para Dewa. Jika Javis sampai menghancurkan dunia ini menggunakan alat pengendali alam kegelapan, maka semuanya musnah. Dunia akan hancur, dan dunia Dewa pun akan setengahnya hancur."Kau gila Javis, kembalikan alat itu padaku! karena aku lah pemi
Theo yang melihat hal ini merasa khawatir. Dia menghampiri Mikaila, dan memegang bahu gadis itu. "Kau tidak apa-apa? Jangan bertarung dengan dia lagi, kau diam. Biar aku yang akan mengalahkannya."Mikaila menggelengkan kepalanya. "Tidak, kekuatanmu belum bangkit sepenuhnya, jika kau nekad untuk melawannya maka kau akan mati. Aku tidak ingin, melihatmu mati dihadapanku untuk kedua kalinya. Aku tidak ingin Theo," ucap Mikaila yang masih terbayang dengan memori masa lalu."Ta—"Belum sempat Theo berucap, Mikaila sudah memulai pertarungan kembali dengan Javis, si Raja Iblis itu.Kali ini, Mikaila fokus bertarung. Dia menganalisa kekuatan lawan terlebih dahulu.Sedangkan Javis, hanya tersenyum remeh melihat Mikaila yang nampak begitu berani.Sebenarnya, kekuatan Javis sebagai Raja iblis sangat tidak mungkin untuk menang, hanya saja karena saat ini Javis sudah memakan darah-darah manusia selama ribuan tahun, dan telah