Future City, Scienetopia, lima tahun kemudian.Pria itu membuka pintu kamarnya perlahan. Begitu pintunya terbuka, Hugh bisa melihat putranya yang terbaring di ranjang masih dalam keadaan tertidur lelap. Senyuman terukir di wajahnya begitu dia melihat wajah tenang putranya yang bagaikan malaikat. Dia sungguh merasa tidak tega untuk membangunkannya, tapi hari sudah pagi, dan dia benar-benar harus pergi ke sekolah.Hugh berjalan menghampiri ranjang, dan mulai membangunkan Shawn yang masih tertidur pulas. Dengan mengguncang tubuh mungilnya pelan, Hugh mencoba membangunkannya dengan cara yang lembut. “Sweetheart, sudah waktunya bagun. Ini sudah pagi, dan kalau kau tidak bangun, maka kau akan terlambat untuk pergi ke sekolah.”Shawn membuka kedua matanya perlahan, karena Hugh membangunkannya. Begitu membuka mata, dia bisa langsung melihat sosok lelaki tampan yang kini berjongkok di samping ranjang sambil menatapnya dengan senyuman. “Selamat pagi, malaikatku.”“Selamat pagi, dad.” Shawn menj
Collisionity, Pandora.Rhys duduk dengan ekspresi serius di sudut restoran, berdiskusi bisnis dengan kliennya. Suasana restoran elegan terisi oleh gemerincing gelas dan percakapan perlahan di antara meja-meja. Rhys berbicara dengan percaya diri, menjelaskan strategi bisnis yang akan memberikan keuntungan maksimal. Kliennya, seorang pria berjas hitam, mendengarkan dengan serius."Saya yakin investasi ini akan membawa hasil yang luar biasa bagi perusahaan Anda," kata Rhys, memastikan setiap kata terdengar meyakinkan. Begitu percakapan selesai, Rhys berjabat tangan dengan kliennya, meyakinkan bahwa langkah ini adalah keputusan yang tepat. Mereka lantas berpisah untuk kembali melanjutkan urusan masing-masing.Begitu Rhys dan kliennya berpisah di depan restoran, secara tiba-tiba fokus Rhys beralih saat kedua matanya tidak sengaja menangkap sosok wanita yang tampak tidak asing. Rhys terdiam di tempatnya dengan mata tertuju pada sosoknya. Dia terus memperhatikan sosok wanita itu yang terus b
Rhys terus melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Pikirannya sungguh kalut begitu dia melihat apa yang baru saja terjadi. Masih sangat sulit untuk dipercaya melihat Serena yang baru saja mencium lelaki lain di hadapannya. Hati Rhys terasa sangat hancur melihatnya. Dia tidak bisa menerima semua ini. Dia tidak terima orang yang sangat dicintainya pergi dan bersama dengan pria lain. Rhys sudah sangat lama mencari Serena, tapi kenapa Serena malah melakukan ini padanya? Berbagai pertanyaan terus bermunculan menghampiri benaknya. Membuat Rhys sama sekali tidak bisa fokus menyetir dan nyaris menabrak mobil orang lain yang melaju di hadapannya. Beruntung dia sempat menginjak pedal rem sebelum tabrakan benar-benar terjadi. Namun apa yang dilakukannya justru membuat pengendara mobil lain di belakangnya marah karena Rhys tiba-tiba saja berhenti.Rhys yang merasa pikirannya benar-benar berantakan lantas memutuskan untuk pergi dan menenangkan diri. Dia mengunjungi taman. Di sana, dia beristir
Rhys terdiam sambil terus memandang keluar jendela. Sekarang ini dirinya berada di dalam ruang kerjanya, di lantai nomor lima belas di gedung W Corp. Sejak memutuskan untuk kembali ke kantor setelah mencoba menenangkan diri, Rhys ternyata sama sekali tidak bisa berhenti memikirkan tentang Serena. Bahkan sejak kepulangannya tadi, dia terus saja melamun sambil menatap kosong keluar jendela. Memperhatikan gedung-gedung pencakar langit yang ada di sekitar gedung perusahaannya.Hari berlalu, dan sudah banyak waktu yang terbuang percuma karena dia terus saja melamun. Tanpa sadar, matahari sudah bergerak menuju barat, dan siap untuk berganti peran dengan sang malam. Ini sudah sore, dan Rhys sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda akan berhenti dari kegiatan melamunnya.“Pak!” Jasper mengejutkannya. Lelaki itu langsung menoleh ke arah datangnya suara. Di pintu masuk, dia melihat Jasper yang kini berjalan menghampirinya. “Ini sudah saatnya jam pulang kantor,” ujarnya.Rhys yang mendengar hal
Wanita itu terus berjalan mundar-mandir dengan raut wajah resah. Sesekali dia menatap jam yang ada di ponselnya. Tidak jarang juga dia mengecek keluar jendela untuk memastikan apakah ada mobil yang datang atau tidak.Malam semakin larut, tapi dia sama sekali tidak melihat tanda-tanda bahwa suaminya akan pulang. Ini sungguh aneh. Hailey sudah mencoba menghubungi sekretaris suaminya, tapi sekretarisnya itu mengatakan bahwa suaminya sudah pulang kantor. Begitu juga jawaban yang dia dapat dari Jasper-asisten kepercayaan suaminya. Hailey bahkan sudah mencoba menghubungi Ibu mertuanya untuk menanyakan keberadaan Rhys, karena bisa saja lelaki itu mengunjungi rumah orang tuanya tanpa memberitahunya. Tapi jawaban yang sama lagi-lagi dia dapatkan, dan ini membuatnya frustasi.Ini yang dia benci dari Rhys, lelaki itu sama sekali tidak pernah menghubunginya kalau dia akan pergi kemana-mana. Bukan hanya itu, bahkan Rhys sama sekali tidak pernah menjawab atau membalas pesan serta panggilan telepon
“Sweetheart, sudah saatnya bangun.” Hugh berbisik sambil menatap putranya yang masih terlelap. Seperti biasa, lelaki itu selalu berjongkok di tepi ranjang sambil memperhatikan wajah tampan putranya. Begitu Shawn membuka mata, dia bisa melihat ayahnya yang kini menatapnya sambil tersenyum. “Selamat pagi, malaikatku.”“Selamat pagi, daddy.” Shawn balas tersenyum ke arahnya. Hugh lantas naik ke atas ranjang dan duduk di tepi. Shawn ini bangun secara perlahan sambil menguap. Kedua tangannya sibuk mengucek kedua matanya yang masih terasa berat untuk dibuka.“Kau tidak lupa dengan hari ini, kan?” tanya Hugh. Shawn mendongak, beradu tatap dengan ayahnya. “Hari ini?” ulang Shawn dengan wajah bingung.“Kau pasti lupa, kan? Hari ini kita berniat untuk pergi melihat sekolah barumu. Bukankah daddy sudah bilang kemarin?”“Oh! Benar. Aku ingat.” Shawn tersenyum begitu mengingat perkataan Hugh kemarin.“Bagus kalau kau ingat, sekarang ayo bangun dan bersiap. Pagi ini kita juga harus mengantarkan mom
“Silahkan nyonya, ini teh anda.” Wanita itu menaruh secangkir the yang baru saja dibuatkannya ke atas meja yang ada di hadapannya. Begitu tugasnya selesai, wanita itu segera pergi meninggalkannya seorang diri.Wanita yang sejak tadi sedang duduk sambil membaca majalah paginya itu lantas mengalihkan perhatiannya pada hal lain. Menaruh majalah di tangannya lantas meraih cangkir teh tersebut dan meneguknya. “Memang yang paling sempurna adalah menikmati teh di pagi hari dengan ditemani oleh camilan dan majalah pagi. Ini benar-benar hari yang sempurna,” gumamnya pelan sambil tersenyum.Perhatian Bellatrix mendadak beralih pada hal lain ketika dia secara tidak sengaja melihat sebuah notifikasi muncul di ponselnya. Wanita itu melirik ponselnya yang tergeletak di atas meja yang ada di hadapannya. Pada layarnya yang menyala, dia bisa melihat pengingat yang dipasangnya itu muncul di layar kunci. Dengan segera Bellatrix menaruh cangkirnya ke atas meja kemudian mengambil ponselnya. Begitu layar k
“Dimana sebenarnya kau, Serena?” Rhys bergumam pelan sambil terus merenung. Sejak kejadian hari itu, waktu terus berlalu, dan Rhys tidak pernah sedetikpun berhenti mencari Serena. Hidupnya benar-benar berubah kacau setelah kepergian wanita yang paling dicintainya. Rhys jadi tidak pernah bisa tidur dengan nyenyak, tidak pernah bisa makan dengan teratur, dan bahkan dia jadi tidak pernah bisa fokus untuk bekerja. Pikirannya terus dipenuhi oleh Serena.Berulang kali bahkan dia terus menanyakan kabar pada Romeo yang dimintanya mencari Serena. Berulang kali juga Rhys terus mencari Serena ke tempat yang sama bahkan sampai menghubungi orang-orang terdekatnya terus menerus. Setiap malam, dia menangis memikirkan kepergian wanita yang dicintainya, dan Rhys sungguh merasakan kekosongan dalam jiwanya. Dia merasa seolah separuh napasnya menghilang.“Aku dengar kau tidak masuk bekerja selama hampir dua minggu. Kenapa kau melakukan itu?” tanya seorang wanita yang mendatangi apartemennya begitu mendap
Bellatrix menghela napas dalam-dalam. Udara malam yang begitu dingin terasa begitu menusuk hingga membuatnya tidak tahan berlama-lama di luar. Wanita paruh baya itu langsung melangkah masuk ke dalam gedung tempat dimana biasa anak-anak buahnya berkumpul. Tiba di sana, kedatangannya langsung disambut oleh Ollie yang sudah menunggunya sejak tadi.“Selamat malam, nyonya.”“Tidak perlu basa-basi. Aku tidak ingin membuang-buang waktu. Langsung antarkan saja aku pada mereka!” ucap Bellatrix tanpa menoleh sama sekali. Wanita berpakaian serba hitam itu kini berjalan dengan tergesa-gesa dengan Ollie yang mencoba mengimbangi langkahnya.“Mereka sudah menunggu di ruang biasa, nyonya. Begitu tiba, aku langsung meminta mereka berkumpul di sana sesuai dengan permintaan anda.”“Bagus! Lalu bagaimana dengan tugas lain yang aku berikan padamu?”“Saya sudah berhasil mendapatkan informasi yang anda minta. Hanya saja…, ada beberapa hal, nyonya,” gumam Ollie dengan kepala tertunduk. Bellatrix yang mendeng
“Apa yang sebenarnya ingin kau bicarakan denganku, sayang?” Bellatrix menatap wanita di hadapannya dengan raut wajah bingung. Tidak biasanya wanita di hadapannya ini memasang ekspresi serius seperti ini.“Kau sudah tahu kalau dia kembali, kan?” Hailey melontarkan pertanyaan retoris. Bellatrix sama sekali tidak bisa menyembunyikan ekspresi terkejutnya. Akan tetapi, walau terlihat begitu jelas, dia masih tetap berusaha untuk tenang seolah tidak mengerti dengan maksud dari perkataannya.“Apa maksudmu?”“Kau tahu apa maksudku. Orang yang selama ini menjadi penghalang! Kau sudah tahu dia kembali, kan? Maka dari itu, kau meneleponku kemarin, ya kan?” Hailey menatap wajah Bellatrix intens. Dugaannya tidak akan mungkin salah. Bellatrix pasti sudah bertemu dengan Serena. Itulah kenapa dia meneleponnya kemarin.“I-Itu…, darimana kau tahu? Apakah jangan-jangan kau…”“Tidak ada yang perlu ditutup-tutupi lagi. Sekarang aku mengerti alasan kenapa kau menghubungiku kemarin. Itu pasti karena kau suda
Hugh terdiam memandang Serena yang kini duduk di hadapannya sambil melahap makanan yang baru saja di sajikan di hadapan mereka. “Bagaimana? Kau menyukainya?” tanya Hugh, sambil menunggu respon darinya.Serena mengunyah makanan di mulutnya sebelum mengutarakan pendapatnya. “Ini enak. Aku menyukainya.” Serena tersenyum simpul.“Sudah aku duga kau pasti akan menyukainya!”“Darimana kau tahu ada restoran seenak ini?”“Aku tidak sengaja menemukannya ketika aku dan Shawn pergi ke taman hiburan beberapa waktu lalu. Tempat ini sangat ramai, jadi aku pikir tidak ada salahnya untuk berkunjung ke sini. Selain itu, aku juga sempat melihat review di internet tentang restoran ini, dan ternyata memang bagus.”“Oh, begitu… tapi ini sungguh enak!” Serena kembali melahap makanannya. Sekarang ini, Serena dan Hugh sedang berada di restoran. Mereka sedang menikmati waktu makan siang bersama. Saat di rumah, Hugh melihat Serena sangat kelelahan dengan pekerjaannya, dan karena sudah saatnya jam makan siang,
“Kalau begitu, saya permisi.” Aiden tersenyum lantas berlalu meninggalkan ruangan tersebut. Dia berniat untuk menemui putrinya sebelum meninggalkannya, dan membiarkan dia belajar bersama teman-teman barunya.Langkah Aiden mendadak terhenti saat dia melihat Rhys yang berdiri di koridor dengan wajah panik. Pria itu tampak kebingungan mencari sesuatu. Karena tidak melihat Loui bersamanya, Aiden bergegas menghampiri pria itu. “Rhys!”“Aiden, gawat!” Rhys mendekat dengan wajah cemas. “Loui hilang.”“Apa?” Aiden membelalakan mata begitu mendengar penuturannya barusan. “Tadi aku meninggalkan barangku di mobil, dan aku berniat untuk mengambilnya. Tapi Loui tidak mau dan bersikeras ingin menunggu di sini, jadi aku memintanya untuk duduk di sini sebentar sementara aku pergi. Begitu aku kembali, dia sudah tidak ada.”“Astaga, kau seharusnya tidak boleh lengah. Loui itu anak yang tidak bisa diam. Sekarang ayo cari dia sebelum dia melakukan sesuatu yang bisa membahayakannya!” Aiden dan Rhys lantas
“Jadi maksudmu adalah wanita jalang itu tidak sendirian?” Bellatrix mengalihkan perhatiannya pada Ollie. Lelaki itu sudah menjelaskan semuanya, dan begitu Bellatrix mengetahui cerita lengkap dari Ollie, dia segera meminta Ollie pulang.“Betul, nyonya. Dan sepertinya dia yang melindunginya selama ini.”Bellatrix termangu sambil mencerna ucapan Ollie barusan. Dia sungguh tidak menyangka kalau Serena akan memiliki seorang pelindung seperti yang diceritakan Ollie. Siapa pria yang dia maksud sebenarnya? Tidak mungkin itu Rhys, kan?“Aku ingin kau terus memantau Serena! Ikuti dia secara diam-diam dan terus pantau dia. Selain itu, coba juga untuk mengumpulkan informasi sebanyak mungkin mengenai lelaki yang kau maksud. Cari tahu siapa namanya, bagaimana latar belakangnya, dan berikan aku seluruh detail informasi tentangnya. Pokoknya aku harus tahu semua yang tentang lelaki itu, agar aku bisa menilai apakah pria ini bisa menjadi ancaman atau tidak. Jika dia tidak menjadi ancaman, maka kita aka
Ollie melirik jam di ponselnya. Sudah hampir lewat dari jam pulang kantor, dan wanita yang menjadi targetnya sama sekali belum juga terlihat. Matanya yang terus mengawasi semakin sadar bahwa pegawai kantor yang ada semakin berkurang.Ada yang aneh, sepertinya aku harus memastikannya. Ollie melangkah turun dari mobil dan bergegas masuk ke dalam. Begitu tiba di dalam, dia dapat melihat beberapa pegawai yang baru tiba di lobi dan sedang berjalan mengarah ke pintu dimana dia datang.Tepat saat matanya mengedar ke sekeliling, Ollie menangkap pemandangan tidak biasa. Matanya melihat seorang pegawai wanita yang berjalan menuju arah yang berbeda dari pegawai yang lain. Begitu diamati lebih seksama, Ollie baru sadar bahwa wanita yang dilihatnya adalah Serena. Orang yang ditunggunya sejak tadi. Sial! Sepertinya dia sudah sadar bahwa aku mengikutinya sejak tadi. Kalau sampai nyonya Bellatrix tahu, maka ini akan menjadi masalah besar. Aku harus segera mengikutinya!Ollie mempercepat langkah kakin
“Aku senang kau datang dengan cepat.” Bellatrix tersenyum sambil menatap Ollie yang kini berdiri di hadapannya. “Apa yang bisa saya lakukan untuk anda, nyonya?”Bellatrix mengeluarkan ponselnya. Wanita itu lantas menunjukkan foto Serena. “Kau perhatikan wajah wanita ini, dan ingat-ingat wajahnya.”“Bukankah ini adalah—““Ya, ini adalah wanita yang selama ini aku incar!” Bellatrix memotong kalimat Ollie. Membuatnya seketika diam sambil menatap Bellatrix yang tampak kesal. Dari ekspresinya, Ollie bisa melihat bahwa wanita itu benar-benar resah dengan kehadiran Serena. “Wanita itu saat ini ada di dalam, dan tugasmu adalah mengawasinya. Ikuti dia, dan jangan sampai lepas! Begitu kau berhasil menemukan dimana dia tinggal, kau harus segera melaporkannya padaku. Mengerti?”“Baik, nyonya. Saya mengerti.”“Bagus! Aku harus membereskan wanita itu secepatnya agar aku bisa hidup dengan tenang!” Bellatrix beranjak dari tempatnya. Meninggalkan Ollie seorang diri. Wanita itu berniat untuk pergi bela
Bellatrix melangkah keluar dari dalam toilet dengan perasaan campur aduk. Dia kesal dan marah di saat yang bersamaan saat dugaannya ternyata benar. Wanita yang dia lihat ternyata memang Serena. Orang yang paling dia benci.Sebelum mencapai meja tempatnya dan Shopia menikmati makan siang, dia sempat berhenti sejenak untuk menghubungi seseorang. Wanita itu mengeluarkan ponselnya dan langsung melakukan panggilan telepon. “Ollie, aku memiliki tugas untukmu. Datanglah ke restoran tempatku berada saat ini. Akan langsung aku kirimkan lokasinya!” ujar Bellatrix yang segera memutus sambungan teleponnya begitu selesai bicara dengan anak buahnya. Lalu dengan segera, wanita itu mengirimkan lokasi restorannya berada saat ini.Bellatrix kembali ke mejanya dan melihat Shopia yang baru saja selesai melakukan panggilan telepon dengan seseorang. “Oh, astaga. Maaf karena aku membuatmu menunggu.” Bellatrix duduk di kursinya.“Tidak masalah. Omong-omong apakah setelah ini kau masih memiliki waktu?”“Aku t
“Bibi Hailey!” Loui tersenyum sambil berlari menghampirinya dengan kedua tangan yang terentang. Wanita yang sejak tadi berdiri sambil menunggunya itu lantas berjongkok sambil tersenyum. “Hai, sayang.”Loui memeluk Hailey erat. Dia sungguh senang akhirnya bisa bertemu lagi dengan bibinya setelah sangat lama mereka tidak bertemu. “Aku sungguh merindukan, bibi.”“Benarkah? Aku juga sangat merindukanmu. Bagaimana kabarmu selama tinggal di Cybertrone? Kenapa kau tidak pernah mengabariku?”“Dia sibuk sekolah!” Aiden menjawab. Pria yang menjadi kakaknya itu sibuk dengan tablet dan koper besar di tangannya.“Hai, kak! Lama tidak bertemu. Bagaimana kabarmu?”“Seperti yang kau lihat, aku baik-baik saja. Tapi aku sungguh sangat sibuk. Sejak sehari sebelum keberangkatanku kemari, papa terus menghubungiku dan mengatakan banyak hal tentang pemilihan pemimpin baru. Aku sampai merasa muak mendengarnya. Bisakah kau membantuku agar papa berhenti menggangguku? Untuk sekarang aku ingin fokus pada Loui du