Share

Bab 84

Penulis: Daes Eag
last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-20 21:58:53

Dengan bantuan Yooshin dan juga Haewon, Nara berhasil sampai di halaman belakang rumahnya, tempat biasa ia berlatih memanah. Rasanya sudah lama sekali ia tidak ke sana padahal hanya lewat beberapa hari saja.

“Luka Anda belum sepenuhnya kering jadi mohon lebih berhati-hati dan jangan terlalu banyak bergerak untuk sementara ini. Jika Tuan Kim tahu, beliau pasti akan sangat marah,” ujar Haewon.

Haewon sudah kembali bisa berujar panjang lebar yang artinya gadis itu sudah mulai menjadi Haewon yang seperti biasanya.

“Kakekku sedang pergi, kan? Artinya dia tidak akan tahu,” ujar Nara dengan seulas senyuman tipis di bibirnya.

“Berhentilah membuat Nona Choi kesulitan,” tegur Yooshin setelahnya.

Nara kemudian terkikih, “Iya, iya, maaf. Aku hanya merasa bosan di dalam kamar dan ingin menghirup udara segar di sini. Sejujurnya aku ingin berjalan-jalan ke luar rumah tapi seperti yang Haewon katakan, luka di perutku ini sepertinya memang belum bisa diajak berkompromi. Kali ini aku mengalah,” ujarnya
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • The Beauty & The Monster   Bab 85

    “Saya turut senang begitu mendengar kabar kalau kondisi Anda sudah membaik.” Tuan Hwang berujar sesaat setelah ia menyesap teh yang sebelumnya disajikan oleh Haewon di atas meja. Kedatangannya ke kediaman Kim disambut dengan baik oleh Seungmo serta yang lain, tak terkecuali Nara. Setelah Yooshin pulang kembali ke rumahnya dan menceritakan perihal kondisi terbaru Nara, Tuan Hwang memutuskan untuk pergi ke kediaman Kim untuk menjenguk gadis itu.“Terima kasih karena Anda juga sudah meluangkan waktu untuk datang kemari. Aku juga mendengar dari Yooshin kalau Anda sudah semakin pulih,” ujar Nara dari tempat tidurnya. Semula ia hendak beranjak dari sana akan tetapi Tuan Hwang menyuruhnya agar ia tetap pada posisinya, hingga akhirnya Nara pun menyuruh Haewon dan pelayan yang lain untuk menyiapkan meja untuk Tuan Hwang di sana.“Ngomong-ngomong, saya juga berterimakasih untuk obat yang pernah Anda berikan waktu itu. Aku mendengar dari Yooshin kalau Anda sampai hujan-hujanan demi mencarinya.”

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-26
  • The Beauty & The Monster   Bab 86

    “Nona, apa Anda yakin ini tak apa-apa? Bagaimana jika Anda terkena masalah lagi? Mungkin saja kali ini Tuan Kim akan marah besar, apalagi kondisi Anda belum sembuh.” Haewon berujar dari balik selimut yang menutupi sebagian tubuh bawahnya.Nara mengikat tali hanbok yang ia kenakan lalu menoleh pada Haewon seraya mengangguk mantap, seolah kalau apa yang sedang ia lakukan itu bukanlah hal yang besar, berbanding terbalik dengan Haewon yang sudah terlihat semakin pucat dengan bulir keringat yang perlahan muncul di permukaan dahinya meski ini malam musim dingin.“Maaf karena merepotkanmu, Nona Choi. Tapi aku benar-benar bergantung padamu kali ini. Lagi pula ini sudah malam dan hampir semua orang sudah tidur, jadi tak akan ada yang masuk ke sini,” ujar Nara dengan penuh keyakinan. Ia sudah menaikkan jangot hingga mencapai bahunya dan kembali menyuruh Haewon berbaring kembali di tempat tidur, tak lupa menyuruhnya menutup tubuhnya dengan benar menggunakan selimut.“Aku akan kembali sebelum mat

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-06
  • The Beauty & The Monster   Bab 87

    “Hei, apa kau—tak apa?” tanya Nara dari dalam dekapan Moa.“Aku bersyukur kau baik-baik saja.” Moa melepaskan pelukannya dan menatap Nara. “Aku lega kau bisa membuka kedua matamu lagi,” lanjutnya.Nara menatap masing-masing manik kebiruan yang sudah cukup lama tak ia lihat. Padahal hanya beberapa hari, tapi rasanya ia tertidur begitu lama.“Nona Choi mengatakannya padaku. Tentangmu yang saat itu datang dan memilih bertarung sendirian, juga menolak bantuan Yooshin. Lalu kau yang datang menemuiku di rumah selama aku tak sadarkan diri, juga—” Nara menjeda kalimatnya. Gadis itu menahan napas sejenak, sebelum akhirnya ia tersenyum tipis dan melanjutkan, “Dan juga kau kembali menyelamatkan aku di saat-saat aku hampir sekarat kemarin.”“Kau sama sekali tidak terlambat, jadi jangan minta maaf. Aku bisa seperti ini sekarang adalah berkat dirimu. Terima kasih.” Nara kembali berujar. Usai mengatakannya, kini giliran gadis itu yang menarik tubuh lelaki di hadapannya ke dalam sebuah dekapan hangat

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-07
  • The Beauty & The Monster   Bab 88

    Di tengah kekhawatirannya, pintu kamar terlihat dibuka sehingga Haewon buru-buru menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya dan segera bangkit dari posisinya.“Kenapa kau masih terjaga? Aku pikir kau tidur.” Dengan hati-hati Nara menutup pintunya dan berusaha agar tak membuat suara. Gadis itu terkikih pelan lalu kembali berujar, “Kau pasti menungguku. Aku lama sekali, ya? Maaf—” Kalimatnya terputus begitu ia melihat Haewon yang buru-buru meletakkan jari telunjuk di atas permukaan bibir, memberinya kode agar tidak terlalu mengeraskan suara.“A-ada apa? Apa seseorang mencurigaimu?” tanya Nara dengan pelan, seraya sesekali menatap ke arah pintu utama kamarnya.Kemudian seraya mendekati Nara, Haewon segera berujar, “Tuan Hwang kembali kemari, Nona,” ujarnya setengah berbisik.Hal itu membuat Nara refleks membulatkan kedua matanya. “Ka-kau bilang apa barusan? Yooshin kembali ke sini lagi?” ia berujar, lalu pandangannya kembali mengarah ke pintu yang menutup rapat. “Jadi maksudmu, tepat di b

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-08
  • The Beauty & The Monster   Bab 89

    “Entahlah, rasanya semalam aku seperti melihat ada noda darah di pakaianmu. Jadi aku hanya memastikannya. Aku pikir perutmu juga terluka oleh sesuatu.”“Pe-perut?”“Apa maksudmu, Yooshin?” Nara memajukan tubuhnya dan menatap Haewon yang mulai pucat.“Aku berpikir mungkin Nona Choi mengalami kesulitan dan terluka. Kau benar-benar tidak tahu? Padahal dia hampir semalaman berada di dalam kamarmu.” Yooshin menatap Haewon yang kini tengah memegangi bagian perutnya.“Tidak, tidak apa-apa. Aku baik-baik saja. Mungkin terkena sesuatu yang berwarna merah, tapi Anda tak perlu merasa khawatir karena itu bukanlah darah.” Haewon dengan susah payah mencoba menarik kedua sudut bibirnya ke atas. Tentu saja di samping itu, selain dirinya, sosok lain kemungkinan saat ini juga tengah merasa tak tenang. Diam-diam Haewon melirik Nara dengan kedua ujung matanya dan ia melihat kalau gadis itu tengah meremas pinggiran pakaian yang sedang ia kenakan tanpa Yooshin sadari.“Tapi syukurlah jika kau tidak apa-apa

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-13
  • The Beauty & The Monster   Bab 90

    Haewon menyuruh Nara agar duduk di sebuah bangku yang berada tidak jauh dari sebuah lapangan kecil yang ada di desa, tempat anak-anak menghabiskan waktu mereka untuk bermain bersama. Seperti saat ini, beberapa anak terlihat berada di sana dan menikmati salju pertama yang sedang turun.“Mereka terlihat senang sekali,” ujar Haewon beserta seulas senyuman yang tercetak di bibirnya. “Aku senang orang-orang di desa baik-baik saja selama aku sakit kemarin. Mereka tidak tahu kejadiannya, kan?” tanya Nara.“Aku dan juga beberapa anak buah Tuan Kim sudah memastikan kalau tidak ada satu pun yang tahu tentang kejadian itu, karena memang seperti yang sudah dikatakan, kalau mereka hanya tahu kau dan aku sedang pergi ke luar desa selama beberapa hari. Hanya orang-orang di rumahmu, tabib, ayahku dan beberapa anak buahnya yang tahu. Juga kepala desa dan anak buahnya.” Yooshin menjelaskan.“Apa mereka juga tahu mengenai Moa yang turut andil dalam peristiwa kemarin?” Nara kembali bertanya.“Tidak.”“J

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-14
  • The Beauty & The Monster   Bab 91

    Haewon keluar dari kamar Nara usai mengantarkan the dan juga kue. Begitu tiba di rumah, beberapa orang datang dengan tujuan ingin menjenguk Nara. Dua orang di antaranya adalah biksu, sementara tiga lainnya adalah orang-orang yang bertugas mengawal mereka, dikarenakan perjalanan yang cukup jauh untuk sampai ke Desa Yangdong.“Kami turut sedih begitu mendengar berita kalau Anda menjadi korban utama dari serangan mahluk itu. Warga desa kami juga semula tidak mengira kalau mahluk itu akan kembali bebas dan lantas langsung mencari keributan sampai ke sini.” Salah seorang biksu berujar.“Terima kasih sebelumnya karena kalian berdua sampai rela datang jauh-jauh ke sini hanya demi menjengukku. Aku sendiri justru malah tidak tahu kalau dahulunya ibuku juga pernah menyegel mahluk seperti itu yang ternyata masih hidup hingga saat ini. Namun seluruh penduduk di desa ini aman,” ujar Nara.“Salah satu penjaga kuil sempat berpapasan dengan Tuan Kim dan beliau pun menceritakan semuanya. Kami sangat k

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-18
  • The Beauty & The Monster   Bab 92

    “Sedang apa kau di sini?”Nara menyimpan peralatan memanahnya di atas sebuah meja yang ada di sebelah tempat tidur, sebelum akhirnya berjalan menghampiri sosok yang duduk membelakanginya dan lebih memilih menatap langit di luar sana bahkan ketika ia tahu kalau si pemilik kamar sudah kembali.“Kau sudah merasa baikan?” tanya Nara. Tepat di bawah sinar purnama itu, satu demi satu helai rambut lelaki di depan sana perlahan berubah memutih, hingga seluruhnya.“Nekat sekali pergi ke sini di saat kondisimu sedang tidak begitu baik.” Nara kembali berujar, seolah tak masalah beberapa kalimat awalnya tadi diabaikan—dengan sengaja.“Aku bosan.”Nara sampai tertegun di tempatnya, bahkan gadis itu sampai menahan napas selama beberapa detik. Namun setelahnya sebuah gelak tawa justru keluar, membuat lelaki yang duduk di sebelahnya menoleh dengan dengan tatapan, ‘Apa yang sedang kau tertawakan?’“Setelah sekian lama kita kenal, baru kali ini aku benar-benar mendengar kalimat seperti keluar dari mulu

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-23

Bab terbaru

  • The Beauty & The Monster   Extra Bab

    Seorang anak kecil terlihat berlari mengejar-ngejar seekor kelinci yang ada di halaman rumahnya. Beberapa orang wanita yang ada di sana melihat ke arah itu dengan seulas senyuman lebar yang terlihat begitu bahagia. "Nona Sowon terlihat begitu senang, bukankah begitu?" Salah seorang wanita yang baru saja selesai menjemur pakaian itu pun berujar. "Dia terlihat menggemaskan, sama seperti Nona Nara dahulu sewaktu beliau masih kecil," jawab rekannya. "Aku dulu sempat khawatir jika Nona Nara benar-benar akan berakhir persis seperti mendiang ibunya dulu, tapi aku benar-benar bersyukur karena ternyata Nona Nara memiliki seseorang di dekatnya seperti Tuan Yooshin, bahkan hingga mereka berdua menikah pun, Tuan Yooshin terlihat semakin bahagia, kurasa beliau memang sudah memiliki perasaan yang lebih kepada Nona Nara sejak lama, atau mungkin sejak mereka masih anak-anak karena mereka sering sekali menghabiskan waktunya berdua." Wanita yang merupakan seorang pelayan di kediaman itu pun membuan

  • The Beauty & The Monster   Bab 101

    Sebuah upacara pernikahan baru saja selesai diadakan begitu hari menjelang siang. Orang-orang yang datang terlihat begitu bergembira, menatap sepasang pengantin baru yang beberapa saat lalu mengucapkan janji sehidup semati.Takdir memang tak ada yang tahu, begitu pun dengan setiap rencana milik Tuhan. Namun sebaik apapun rencana yang manusia pilih, rencana dari Tuhan adalah rencana yang terbaik dari yang paling baik.Langit pun tampak begitu cerah, seolah mendukung pasangan muda ini untuk menikmati waktu bahagia mereka.Pasangan yang dulu dikenal sebagai sahabat dekat sedari usia mereka masih belia, kini bertranformasi menjadi pasangan yang sesungguhnya. Nara melingkarkan tangannya di salah satu lengan milik Yooshin, menatap pria itu selama beberapa saat sebelum akhirnya mereka berdua berjalan menyapa para tamu undangan.Kedua sudut bibir milik Nara naik ke atas melihat betapa bahagianya orang-orang di sana. Dan tanpa ia sadari pula, sedari tadi Yooshin menatapnya dari samping, menat

  • The Beauty & The Monster   Bab 100

    Moa menyentuh permukaan wajahnya yang lain menggunakan tangan, dan menemukan adanya darah di sana, sebelum akhirnya kembali menatap Nara. Kini gadis itu bersungguh-sungguh untuk membunuhnya, tanpa mau memikirkan hal lain lagi. Nara beberapa kali melayangkan serangan padanya tanpa adanya ragu sedikit pun. "Nara ... " Yooshin berniat berdiri untuk membantu Nara. Dengan menggunakan pedangnya untuk tumpuan, pria itu berdiri dari posisinya dan mendekati Nara secara perlahan. Yooshin berlari sekuat yang ia bisa dengan pedang yang sudah bersiap di tangannya. Namun sebelum ia benar-benar mendekati Moa, mahluk itu sudah terlebih dulu berbalik dan menangkis serangannya dan memukul bahu Yooshin beberapa kali hingga tubuh pria itu terdorong beberapa kali ke belakang. "Yooshin!!" Di saat lengah itulah, Moa memanfaatkan kesempatan untuk melancarkan serangan terakhirnya pada Yooshin. "Matilah kau!!!" Tangan Moa sudah siap mengoyak perut Yooshin, membuat Nara membelalakkan kedua matanya. "Ti

  • The Beauty & The Monster   Bab 99

    "A-aku percaya Paman adalah orang yang baik." Kalimat itu menjadi kalimat terakhir yang keluar dari gadis kecil malang yang berusaha menyelamatkan Nara. Haewon tak bisa berkata-kata lagi. Wanita itu terduduk di atas permukaan tanah dengan air mata yang berderai."Tidakkk!!" Nara langsung bergerak dari posisinya dan meraih tubuh kecil yang kini tak berdaya itu. Air matanya berderai, tak percaya kalau seorang gadis kecil akan berbuat sampai sejauh itu demi menyelamatkan hidupnya. Gadis itu tak bersalah. Ia tak ada kaitannya dengan ini dan tak seharusnya berkorban sampai sejauh itu. Yooshin yang melihat itu tampak tak menduga kalau hal seperti ini akan terjadi, bahkan Moa sekalipun tak bisa menghindar. Gadis kecil yang baru saja meregang nyawa di hadapannya itu tak lain adalah gadis kecil yang beberapa waktu terakhir pernah ia selamatkan. Satu-satunya orang lain yang menganggapnya sebagai orang baik dan memperlakukannya layaknya seperti orang yang tak pernah membunuh.Dan siapa sangka

  • The Beauty & The Monster   Bab 98

    "Nara, kau—" Kedua mata Yooshin membulat saat melihat Nara yang benar-benar berhasil mencabut pedang itu sepenuhnya. "Yooshin, aku berhasil." Nara menatap Yooshin. Gadis itu berhasil. Yooshin dengan segera membantu Nara agar gadis itu tak kehilangan keseimbangannya. Pria itu lalu menatap luka yang ada di punggung Nara. "Nara, tapi lukamu tak menghilang sedikit pun." Napas Nara tersengal, "tak apa, Yooshin. Aku sudah tak lagi merasakan sakitnya. Ha-hanya saja—" Tubuhnya tiba-tiba limbung namun Yooshin dengan sigap menahannya. "Nara, kau tak apa?" tanya Yooshin cemas. "Aku tak apa, rasa sakitnya sudah berkurang, hanya saja aku merasa kalau tenagaku terkuras banyak hingga aku merasa kalau kedua kakiku tak sanggup menahan beban tubuhku sendiri," lirih Nara. "Ayo, kembali ke desa. Kita harus menolong semua orang. Mereka pasti memerlukan bantuan." Yooshin mengangguk. Ia segera memapah Nara dan mulai bergerak keluar dari hutan. *** Moa menggeram dengan darah yang menetes dari ujung

  • The Beauty & The Monster   Bab 97

    "AKU TAK AKAN MENGAMPUNMU!" Seungmo merasakan rasa sakit yang luar biasa pada bagian perutnya begitu salah satu tangan Moa berhasil merobek permukaan kulitnya. "Entah apa saja yang sudah kau katakan pada Nara yang jelas kau sudah menghancurkan semuanya!!" Moa berteriak tepat di depan wajah Kim Seungmo. Ia seakin mendorong masuk kuku-kuku di tangannya ke dalam, membuat Sungmo terbatu dengan darah yang keluar dari mulutnya. "Tuan Kim!" Tuan Hwang berdiri sekuat tenaga dengan bertumpu pada pedangnya dan pria itu berjalan mendekat ke arah Moa dan Seungmo. Moa langsung melompat menghindar tapat ketika Tuan Hwang mengayunkan pedang ke arahnya. "Semua kekacauan yang terjadi di desa ini, aku takkn pernah bisa memaafkanmu!" murka Tuan Hwang. "Kenapa, Kim Seungmo?" Kedua tangan Moa mengepal dengan kuat. "Kenapa kau melakukan hal ini lagi? Kenapa kau selalu saja menggagalkan semua rencanaku?!" "Ka-karena aku tak ingin menyerahkan cucuku padamu, Moa." Seungmo kembali terbatuk setelahnya.

  • The Beauty & The Monster   Bab 96

    Nara mencoba bergerak namun ia merasakan sakit yang luar biasa di bagian punggungnya. Salah satu tangannya mencoba meraih punggungnya dan ia berhasil menemukan sebuah luka di sana. Ia merasa permukaan kulitnya robek dan itu pasti berasal dari serangan Moa tadi. Rasa sakit ini seolah membawa Nara kembali ke hari di mana ia mendapatkna luka di lehernya. Kedua tangannya meremas kuat dedaunan kering yang berada di sekitarnya namun rasa sakit itu masih bisa ia rasakan. Sementara itu, Yooshin yang menemukan kuda milik Nara berada di perbatasan hutan pun segera turun dari kudanya dan ia dengan segera berlari masuk ke dalam hutan. Ia harus cepat sebelum Moa melakukan sesuatu yang buruk pada Nara. Tidak lama setelah ia masuk ke dalam hutan itu, ia melihat siluet seseorang mendekat dari depan dengan cepat. Yooshin segera menyembunyikan dirinya di balik sebuah pohon besar dan lelaki itu mengintip dari baliknya. Moa terlihat bergerak menjauhi hutan sebelum akhirnya benar-benar menghilang dari

  • The Beauty & The Monster   Bab 95

    "Mau ke mana kau sepagi ini?" Seungmo mengadang Nara yang yang hendak pergi. Gadis itu sudah bersiap dengan pedang dan juga panah yang berada di punggungnya. "Minggir," tegas Nara seraya menatap kakeknya dengan pandangan tajam. "Nara, ini masih terlalu pagi. Kau berencana menemui Moa dengan kondisi seperti itu? Jangan menemuinya dengan ambisi seperti itu-" "Kubilang minggir!" ulang Nara dengan nada yang lebih keras, membuat tubuh Seungmo tersentak pelan dan pria itu itu pada akhirnya memilih menyingkir dan membiarkan gadis itu berjalan melewatinya. "Nara!" Dengan sedikit berlari, Seungmo berusaha mencegah Nara yang kini sudah menaiki kudanya. Namun gadis itu seakan menulikan indra pendengarannya dan ia benar-benar diselimuti oleh kebencian yang timbul dalam dirinya. Perasaan sakit hati yang ia rasakan membuatnya kehilangan kendali atas dirinya sendiri. Nara merasa dipermainkan, setelah apa yang ia lakukan. "Naraaa!!" Nara sudah melesat keluar dari kediamannya. Beberapa orang pela

  • The Beauty & The Monster   Bab 94

    Musim dingin kali ini benar-benar dimanfaatkan oleh Nara dengan sebaik mungkin, karena ia yang tak ingin kehilangan momen berharga bersama dengan orang-orang terdekatnya. Salju-salju sudah mulai menghilang dan hanya tersisa sebagian kecil. Bunga-bunga dan pohon sudah mulai mempersiapkan diri menyambut angin musim baru.Keadaan desa juga baik-baik saja, membuat Nara bersyukur. Ia, Yooshin dan juga Haewon sempat berhenti di tengah perjalanan pulang ke rumah.“Bintang-bintang banyak bermunculan malam ini, Nona,” ujar Haewon.“Kau benar.” Nara tersenyum tipis, akan tetapi hal itu tak berlangsung lama begitu ia kembali mengingat apa yang harus ia lakukan setelah ini. Mungkin, momen seperti ini akan menjadi salah satu yang ia rindukan.Diam-diam, Nara menatap Yooshin yang berdiri di sebelahnya. Wajah itu terlihat menanggung tanggung jawab yang teramat besar, akan tetapi tak pernah sekali pun Nara mendengar lelaki itu mengeluh padanya. Malahan justru Nara yang lebih sering meminta maaf padan

DMCA.com Protection Status